//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Meditasi Ilmu  (Read 4004 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline candra_mukti19

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.146
  • Reputasi: -9
Meditasi Ilmu
« on: 23 December 2008, 12:07:49 PM »
sebelum saya mengenal meditasi krachtology, pranayama, samatha dan vippasana, saya menekuni sebuah sistem meditasi yang disebut dengan meditasi ilmu, yaitu pengembangan konsentrasi melalui jalan memperbanyak belajar dan berpikir. setelah mempelajari meditasi samatha-vippasana, ada hal yang berubah dan berbeda. ada hal-hal positif yang hilang dari diri saya, yaitu semangat belajar. semangat yang muncul dalam meditasi samatha-vippsana tidak sama dengan meditasi ilmu. meditasi ilmu menjadikan seluruh waktu diisi dengan kegiatan belajar. apakah meditasi ilmu itu hal bagus atau kurang bagus? apakah ada pandangan salah  yang mendasari sistem meditasi ini? saya tidak mengetahui jawabannya. barangkali ada yang berkenan menyimak pemasalahan-permasalahan meditasi saya dan memberikan komentar, silahkan baca artikel saya yang lumayan panjang di halaman pertama. 

Offline candra_mukti19

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.146
  • Reputasi: -9
Re: Meditasi Ilmu
« Reply #1 on: 23 December 2008, 12:09:30 PM »
Latar Belakang Masalah
Semangat belajar dapat menurun karena daya pikir yang lemah. Daya pikir lemah disebabkan oleh konsentrasi yang lemah. Hal ini berdasarkan pengalaman dan pengamatan pribadi. Saya memperhatikan dimana ada yang disebut dengan “daya pikir” yang turun dan naik kadarnya. Daya pikir ini dorongan alami dari dalam diri untuk belajar dan mencerap pengetahuan. Dan setelah diperhatikan, kuat lemahnya daya pikir ini tidak lepas dari pengaruh kekuatan konsentrasi
Untuk membangun daya pikir diperlukan pengembangan konsentrasi. Untuk pengembangan konsentrasi diperlukan usaha dan semangat. Melalui praktik meditasi-krachtology saya mengalami peningkatan konsentrasi. Dan setelah tercapainya kemampuan-kemampuan konsentrasi tersebut, semangat belajar muncul dengan kuat, sampai menkondisikan diri dalam keadaan “haus ilmu”.
Munculnya semangat belajar yang kuat bukanlah tujuan utama dalam meditasi. Tapi, bagi yang belum mampu mencapai jhana, yang kehilangan semangat belajar, yang meditasinya sulit berkembang, maka trik untuk memunculkan semangat belajar ini menjadi trik yang sangat diperlukan.
Ada fakta bahwa semangat belajar yang luar biasa itu muncul setelah orang mencapai tingkat konsentrasi yang tercerap. Tapi, masalahnya mencapai jhana itu tidak mudah. Kita harus segera belajar sekarang, tanpa menunggu munculnya kekuatan semangat belajar yang dilandasi oleh jhana. Apakah untuk belajar orang harus menunggu berkembangnya konsentrasi dan semangat? Ataukah orang dapat segera belajar dan menjadikan belajar sebagai cara untuk mengembangkan konsentrasi dan semangat? Inilah yang ingin saya coba untuk kemukakan, yaitu bagaimana menjadikan “belajar” sebagai sarana untuk mengembangkan konsentrasi dan semangat. Apakah itu benar? Apakah itu mungkin? Silahkan anda menilainya.

Meditasi Ilmu
Untuk menjadikan sarana belajar sebagai sarana pengembangan konsentrasi, maka telah sejak lama saya menciptakan sebuah sistem meditasi yang disebut dengan meditasi ilmu. Sejak tahun 2002 hingga sekarang, meditasi tersebut telah saya ajarkan kepada ratusan orang. Sebagian orang tidak setuju dan menuduh saya terlalu berani menciptakan sistem meditasi baru diatas meditasi-meditasi yang telah ada. Bagi saya, menciptakan meditasi baru itu tidaklah salah. Meramu berbagai macam jenis meditasi menjadi satu itu juga bukanlah hal yang salah. Manusia memiliki daya kreatifas. Dalam hal ini, siapakah yang dirugikan? Kenyataannya, banyak orang merasakan manfaat dari sistem meditasi yang saya ciptakan ini. Dan hal ini juga telah direstui oleh guru-guru meditasi saya.
Meditasi ilmu adalah meditasi pengembangan konsentrasi dengan objek ide. Ketika ide tersebut berkembang, maka konsentrasipun berkembang. Hal ini mengembangkan ide mengandung arti mengembangkan konsentrasi. Tapi tidak menjadikan konsentrasi sebagai objek pengembangan, melainkan ide itulah yang menjadi objek pengembangan. Berpusat pada satu objek sebagaimana dalam meditasi samatha. Dan melakukan upaya untuk pengembangan objek sebagaimana dalam Seni Memperhatikan. Jadi, meditasi ilmu ini terbentuk dari dua sistem meditasi yang sudah ada, yaitu meditasi samatha dan Seni Memperhatikan.

Batas Meditasi Ilmu
Seperti halnya dengan meditasi samatha, dalam meditasi ilmu yang dilandasi Seni Memperhatikan (SM), dimana pikiran harus dipusatkan pada satu objek. Akan tetapi objeknya bukan lagi nafas, melainkan ide. Dengan perhatian, maka ide tersebut akan mengalami perkembangan. Bersama dengan berkembangnya ide, daya konsentrasi juga akan berkembang mencapai seluruh tingkat konsentrasi upacara samadhi.
Upacara samadhi ini merupakan batas dari meditasi ilmu. Bila pikiran memasuki jhana, maka meditasi ilmu terhenti. Bila pikiran keluar dari jhana, proses belajar dapat berlanjut, tapi sudah bukan merupakan meditasi ilmu lagi. Dalam kondisi ini, pengetahuan dapat muncul dengan sendirinya tanpa usaha untuk mengembangkan “yang lain”. Sedangkan dalam meditasi ilmu, pengetahuan muncul dari perhatian dan usaha untuk mengembangkan “yang lain”.

Jangkauan Meditasi Ilmu
Meditasi ilmu yang dilandasi dengan seni memperhatikan, tidak dapat menjangkau jhana-jhana. Karena dalam jhana, semua pemikiran mereda. Dengan mantap pikiran bepusat dan menetap pada objek secara mudah. Akan tetapi, peran meditasi ilmu dalam pencapaian jhana-jhana adalah faktor yang mempekuat 8 daya batin, yaitu semangat, tekad kuat, daya penyelidikan, daya berpikir, daya perhatian, pengertian jelas, keyakinan, serta kebijaksanaan. 8 daya batin tersebut mengkondisikan pikiran untuk layak memasuki jhana-jhana. Pada saatnya, jika kondisi pikiran sudah waktunya untuk memasuki jhana, maka pikiran akan tahu. Ini merupakan hal unik, dimana biasanya orang memasuki jhana melalui pemusatan perhatian terhadap nafas dan mengusahakan pikirannya tidak diganggu dengan aktifitas berpikir, tapi dalam meditasi ilmu jhana dicapai dengan mengerahkan kekuatan berpikir dan tidak mengarahkan perhatian terhadap nafas sama sekali.

Seni Memperhatikan
Seni memperhatikan merupakan landasan yang menyertai meditasi ilmu, yaitu meditasi pengembangan konsentrasi melalui cara belajar. Dalam seni memperhatikan pikiran selalu diarahkan kepada yang lain. Ini adalah perhatian. Dan perhatian itu bermakna, “bagaimana agar yang lain itu berkembang”. Dalam hal ini “yang lain” itu menjadi objek konsentrasi.



Seni Memperhatikan dan Vippasana
Dalam meditasi vippasana, memperhatikan 4 landasan berarti memperhatikan segala sesuatu sebagaimana adanya. Ini tubuh, ini perasaan, ini kesadaran dan ini bentuk-bentuk pikiran. “melihat sebagaimana adanya”. Semisal berkunjung ke sebuah taman, kita hanya melihat “ini bunga, ini pot, ini tangkainya, dan ini daunnya.” Bandingkan dengan meditasi yang dilandasi oleh Seni Memperhatikan, yang kalau berkunjung ke taman tidak hanya memperhatikan bunga, pot dan bagian-bagian sebagaimana adanya saja, melainkan juga memperhatikan “apakah bunga tersebut segar atau layu?” jika bunga tersebut layu, maka kita harus mengambil air dan menyiramnya. Jika bunga tersebut segar, maka perhatikan apakah sesuatu yang dapat kita lakukan untuk memberikan perkembangan kepadanya. Ini yang disebut memperhatikan. Dan jika hanya melihat bunga tersebut layu, tapi membiarkannya tetap layu tanpa mengambil tindakan, maka hal itu tidak disebut sebagai “memperhatikan”.

Cara Efektif Melepaskan Egoisme
Salah satu cara yang cukup efektif untuk melepaskan keakuan/egoisme adalah dengan “Seni Memperhatikan”, dimana dalam setiap meditasi kita akan bermufakat bahwa apa yang kita perhatikan adalah “yang lain”, bukan “diriku” dan bukan juga “milikku”.  Para guru meditasi sudah sering mengajarkan ini, bahwa jangan sekali-kali melekat pada “ku” dan “milikku”. Tapi para siwa yang belajar, pada kenyataannya sungguh sulit melepaskan diri dari ego, seakan lalat yang menempel kepada getah. Mereka berpikir “aku bermeditasi”,”ini meditasiku”, “konsentrasiku”, “batinku”, “ketenanganku” dan lain-lain, tanpa menyadari bahwa hal itu akan menjadi hambatan dalam meditasinya.
 Mungkin seorang akan berhasil melihat tiga corak kehidupan dalam latihan meditasinya di sebuah retreat. Dia memahami bahwa segala sesuatu adalah dukha, anicca dan anatta. Dukha dan anicca itu lebih mudah untuk dilihat, tetapi anatta adalah hal yang paling sulit. Ketika seseoarang keluar dari retreat, selang beberapa waktu saja dapat terkontaminasi lagi dengan ilusi “atta”. Semoga uraian saya nanti tentang meditasi ilmu dapat membantu seseroang yang merasa kesulitan untuk melihat anatta dengan cara yang biasa. Mungkin diperlukan baginya cara yang sedikit berbeda.
 
Meditasi Ilmu dan Samatha-Vippasana
Sang Budha telah mengjarkan dua sistem meditasi yang hebat, yaitu samatha dan vippasana. Keduanya cukup untuk memenuhi kebutuhan spiritual umat manusia. Trus, mengapa saya harus mempraktikan sistem meditasi lain?
Saya telah belajar meditasi pranayama dari guru meditasi pranayama. Saya telah belajar medirasi samatha dari guru meditasi samatha. Dan saya telah belajar meditasi vippsana dari buku-buku dan web site. Semua itu merupakan sistem meditasi yang hebat.
Selain gemar mempraktikan meditasi prana dan samatha-vippasana saya juga seorang pemikir yang gemar merenung-renung selama berhari-hari. Jika sudah duduk didepan meja tulis, saya menulis selama berhari-hari tanpa keluar kamar, kecuali sekedar untuk makan dan mandi. Saya sangat heran, mengapa ide-ide di dalam pikiran saya tak ada habis-habisnya untuk saya tulis. Karya tulis saya telah menumpuk, tapi masih saja ada hal-hal baru yang ingin saya tulis. Saya sudah menulis buku tentang mediasi sebanyak 1800 halaman yang dibagi menjadi menjadi 3 jilid. Kebiasaan menulis ini terjadi sejak saya duduk di kelas 2 SMU.
Ketika saya sedang menulis, seringkali terjadi kejadian aneh, misalnya munculnya cahaya dari wujud bening sebesar kepalan tangan, dia muncul didepan kanan atas saya, terbang bergerak menuju saya. Selain itu banyak kejadian-kejadian aneh lainnya. Mula-mula saya tidak mengerti, mengapa hal-hal seperti itu terjadi dan menyangka bahwa itu semua merupakan ilusi. Tapi setelah saya mempelajari meditasi samatha dan mencapai jhana-jhana, ketika keluar dari jhana, saya dapat melihat hal-hal aneh seperti ketika saya sedang menulis, dulu. Kemudian saya menyimpulkan bahwa proses berpikir dan kegiatan menulis yang saya lakukan telah menyebabkan meningkatnya konsentrasi dan masuk jhana dalam beberapa detik. Setelah itu kemudian batin saya terbuka dan dapat melihat makhluk-maklul halus.
Setelah belajar meditasi samatha-vippasana yang saya pelajari secara otodidak dari web site samaghi-phala, saya berhenti menulis. Saya tidak lagi gemar merenung-renung dan menulis. Saya berhenti chating, berhenti diskusi dan behenti menulis, kecuali menulis tentang meditasi. Saya tekun membangun konsentrasi dan kesadaran. Saya dapat mencapai jhana melalui meditasi samatha dan dapat melihat proses mental secara detail dengan meditasi vippasana. Hal ini menimbulkan pengetahuan dan kebijaksaan yang muncul dari konsentrasi dan kesadaran, tapi bukan dari berpikir dan merenung-renung. Keadaan yang hebat dan luar biasa muncul setelah mendalami kedua macam meditasi tersebut. Tapi, saya tidak selalu dalam kondisi batin seperti itu. Ada masanya, batin saya menurun, jauh sekali dari jhana dan kebijaksanaan vippasana. Walaupun berusaha setengah mati untuk masuk ke dalam jhana kembali, saya tidak mampu. Demikian juga, keinginan untuk mengembalikan kebijaksaan vippasana tidak tercapai. Dengan usaha yang luar biasa, usaha setengah mati terus menerus, saya dapat kembali ke dalam jhana-jhana dan memunculkan kebijaksaan vippasana. Kenyataannya untuk mencapai hal tersebut tidak bisa dengan usaha yang biasa-biasa, melain diperlukan semangat dan usaha yang luar biasa. Bahkan saya menyebutnya “usaha setengah mati”.
Saya berhasil dalam meditasi saya. Ketika kebijaksaan vippasana muncul, saya dapat menyikapi segalanya dengan bijaksana dan menyelesaikan masalah-masalah. Hidup bagaikan di dalam surga. Pekerjaan terselesaikan, keluarga terawat dengan baik, dan banyak orang tertolong serta tercerahkan oleh kebijaksaan yang sedang muncul tersebut. Sayangnya, hal itu seringkali tidak berlangsung lama. Karena kehendak bebas, maka saya dapat memutuskan untuk mengendurkan perhatian atau tetap mengencangkannya, tetap teguh dengan kebijaksaan atau mengikuti godaan yang muncul. Saya orang yang penasaran dan gemar mencoba-coba dan mencoba untuk tergonda dengan arus nafsu. Akhirnya kembali terjatuh ke dalam LDM. Setelah itu saya meronta-merota ingin kembali ke dalam kehidupan surgawi dengan melakukan usaha keras bermeditasi samatha-vippasana. Kejadian jatuh bangun ini berlangsung berulang-ulang.
 Sementara itu, banyak hal lain dikorbankan. Pekerjaan dan keluarga saya terbengkelai. Buku-buku komputer dan ilmu pengetahuan lainnya yang ada di lemari buku pun sudah berdebu, karena sudah lama tidak saya sentuh. Bebarapa tahun terakhir ini saya sibuk dengan naskah-naskah meditasi  dan mempraktikannya. Gagal meditasi, lalu mengulanginya kembali. Seribu kali gagal, seribu kali mengulangi sampai akhirnya mencapai keberhasilan. Berhasil dan terjatuh kembali ke lembah nista. Berusaha naik lagi setengah mati, lalu jatuh lagi. Jatuh bangun yang tidak ada hentinya. Saya berpikir, apakah sisa hidup saya akan dihabiskan untuk jatuh bagun seperti ini? Inilah yang mendorong saya untuk kembali kepada meditasi ilmu, yaitu sistem meditasi yang pertama kali saya pelajari dan saya praktikan. Saya tidak berhenti bermeditasi samatha-vippasana, melainkan menjadikan meditasi ilmu untuk mengkondisikan batin saya untuk siap melakukan meditasi samatha-vippsana. Dengan meditasi ilmu, saya dapat menghabiskan waktu untuk bermeditasi sambil tetap belajar pengetahuan lain dan mengurus banyak pekerjaan lainnya. Sekarang saya melanjutkan kegemaran saya dalam menulis dan menjadikan menulis itu sebagai meditasi saya. 

 

anything