//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Siapakah Hudoyo Hupudio ini ? (dari milis SP)  (Read 107916 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline andry

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.117
  • Reputasi: 128
Re: Siapakah Hudoyo Hupudio ini ? (dari milis SP)
« Reply #45 on: 08 July 2010, 01:29:10 AM »
saya tidak begitu mementingkan dia homo atau tidak.

hanya saja, kok seperti ada kejanggalan.

Comot sana-sini.
mau nya apa seh?

lagian setahu saya, kalau pembimbing meditasi tuh, bukannya harus sehat jasmani dan rohani?
homosex itu kan tidak sehat jasmani, bukan!!

Mungkin pak hudoyo perlu berkunjung ke sini, untuk meng-clearkan, pernyataan dari n5 yg di copas oleh pak ryu.

Salam hangat dan jabat erat selalu
Samma Vayama

Offline adi lim

  • Sebelumnya: adiharto
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.993
  • Reputasi: 108
  • Gender: Male
  • Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta
Re: Siapakah Hudoyo Hupudio ini ? (dari milis SP)
« Reply #46 on: 08 July 2010, 06:35:48 AM »
ternyata dari dulu bro Ryu udah nakal terhadap bro Hud ^-^

 _/\_
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

Offline Hendra Susanto

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.197
  • Reputasi: 205
  • Gender: Male
  • haa...
Re: Siapakah Hudoyo Hupudio ini ? (dari milis SP)
« Reply #47 on: 08 July 2010, 09:45:05 AM »
maju terus pantang mundur :))

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Siapakah Hudoyo Hupudio ini ? (dari milis SP)
« Reply #48 on: 08 July 2010, 09:52:50 AM »
Re: [samaggiphala] Mengapa sedikit sekali umat Buddha ikut retret MMD? (2/2)

Pak Hud, yg ikut dari kalangan islam dan ka****k  [at]  berapa org?


On 6/23/10, Hudoyo Hupudio <hudoyo [at] ...> wrote:
> RIKY LIAU:
>  [at] Titin "Riky, mohon maaf saya masih kurang mengerti, tolong dijelaskan,
> jadi mahasatipatthana sutta itu otentik atau tidak?...
> mohon penjelasannya."
>
> = Otentik dalam hal keseluruhan teks pali atau otentik dalam ketentuan
> dalam menjadi "jalan" menuju pembebasan akhir?
>
> dalam satipattana sutta,saya hanya menemukan sampai saat ini,hanya
> didalam Digha Nikaya 16 tercantum kata -kata "satu-satu"nya
> jalan,diluar sutta tersebut,saya belum sanggup atau belum menemukan
> ringkasan pernyataan Buddha lainnya soal "satu-satu"nya jalan..
>
> jadi menurut penalaran Anda sendiri,apakah "relevan" Buddha mengclaim
> suatu meditasi atau suatu cara atau suatu metode sebagai
> "satu-satu"nya jalan?
>
>
> RIKY LIAU:
> "Di mana, ada link-nya? Ayah mau baca. :)"
>
> = haha,hanya sindirian penyerangan pribadi dari "mantan MOD" forum
> Buddhist,yang tidak berkompenten didalam diskusi dhamma..
>
> "Ketika berdebat tentang Kalama-sutta, Sumedho Benny sering berkilah
> untuk menggunakan 'asas praduga tak bersalah"; artinya sutta-sutta itu
> harus dianggap benar, lalu dibuktikan dengan ehipassiko. Kalau begitu
> caranya, jelas tidak ada sutta yg palsu, akhirnya semuanya benar. :)
>
> Padahal, Kalama-sutta tidak mengajarkan demikian; Kalama-sutta tidak
> mulai dengan 'asas praduga tak bersalah'. Justru kalau dibandingkan
> dengan praktik hukum, Kalama-sutta menggunakan 'pembuktian terbalik',
> seperti pembuktian kasus korupsi.
>
> Kalama-sutta mulai dengan "JANGAN BERPEGANG pada kitab suci, pada guru
> ... dll". Lalu, ujilah dalam pengalaman batinmu sendiri: kalau
> bermanfaat, ambillah; kalau tidak bermanfaat (merugikan), buanglah.
>
> Dengan demikian akan muncul banyak sutta-sutta yg ternyata palsu."
>
> = Kebetulan sekali,semalam ada acara gathering,yang saya hadiri,acara
> ini turut serta diikuti oleh Benny selaku pendiri DC,kebetulan dari
> sana saya mengetahui benny wu secara langsung..
>
> dari acara makan tersebut,saya mengajukan 2 hal :
>
> 1.Mengapa MMD ditolak sebagai meditasi Buddhisme dan dicap sesat?
>
> 2.Mengapa Umat Buddhisme ngotot Hasta Ariya Magga sebagai
> "satu-satu"nya jalan..
>
> akhirnya ,saya mendapatkan jawaban yang "sungguh tidak
> memuaskan",mungkin karena masalah waktu,dan banyaknya orang yang
> datang,sehingga diskusi tidak berjalan dengan baik..
>
> saya hanya mendengar sedikit pernyataan Sumedho,berkaitan dengan
> pertanyaan 1 saya,Sumedho berkata,"yang salah adalah pernyataan Pak
> Hudoyo soal MMD adalah yang paling benar dan yang lainnya salah.."
>
> selebihnya saya hanya mendengar pujian-pujian ditujukan kepada Pak
> Hudoyo,sungguh diskusi yang mengecewakan bagi saya..

>
> "Bagi ayah, satu-dua daun Simsapa saja sudah cukup selama itu bisa
> membebaskan dari si aku; tidak perlu menghafal seluruh daun Simsapa yg
> ada di 'hutan" Tipitaka."
>
> = benar,bahwa cukup dengan satu sutta atau 1 bait syair untuk
> membebaskan kita dari belenggu pandangan ini,tetapi untuk membuktikan
> keotentikan suatu sutta,kemudian daripada itu untuk mencari "korelasi"
> antara 1 sutta dengan sutta lainnya,sangat dibutuhkan pengetahuan
> tentang sutta yang lebih luas..
>
> "Memang, mendengar (suta-maya-panna) saja hampir tidak ada gunanya
> sama sekali. Selain itu perlu mengkaji, merenungkan
> (cinta-maya-panna), dan yg terpenting: merealisasikan dalam batin
> sendiri (bhavana-maya-panna)."
>
> = pariyatti,patipati,pativedha? :)
>
>
> HUDOYO HUPUDIO:
>  [at] Riky: <<dalam satipattana sutta,saya hanya menemukan sampai saat
> ini,hanya didalam Digha Nikaya 16 tercantum kata -kata "satu-satu"nya
> jalan,diluar sutta tersebut,saya belum sanggup atau belum menemukan
> ringkasan pernyataan Buddha lainnya soal "satu-satu"nya jalan..>>
>
> Pada bagian awal Maha-sati-patthana-sutta (Digha Nikaya 22), Buddha
> menyatakan: "Ekayano ayam, bhikkhave, maggo ..."
>
> Dahulu, para penerjemah secara tradisional menerjemahkan 'ekayano
> maggo' sebagai "the only way", atau "satu-satunya jalan".
>
> Tetapi sekarang disadari bahwa pengertian 'satu-satunya jalan' ini
> berbau eksklusivisme. Dan itu tidak sejalan dengan kenyataan di
> masyarakat Buddhis --dan bahkan mungkin juga di luar Buddhisme-- bahwa
> ada banyak jalan menuju pembebasan. Misalnya, Zen, nianfo (aliran
> Sukhavati), dzogchen dari Vajrayana dsb.
>
> Oleh karena itu, Bhikkhu Thanissaro (seorang Barat yg menjadi bhikkhu
> dan banyak menerjemahkan ulang sutta-sutta) menerjemahkan 'ekayano
> maggo' dengan 'the direct path' ('jalan langsung', 'jalan lurus'),
> bukan "satu-satunya jalan." [Lihat: Access to Insight,
> http://www.accesstoinsight.org/tipitaka/dn/dn.22.0.than.html]
>
> *****
>
> The Blessed One said this: "This is the direct path for the
> purification of beings, for the overcoming of sorrow & lamentation,
> for the disappearance of pain & distress, for the attainment of the
> right method, & for the realization of Unbinding ? in other words, the
> four frames of reference."
> [terjemahan Thanissaro Bhikkhu, Access to Insight]
>
> Sang Bhagava mengatakan ini: "Inilah JALAN LANGSUNG/JALAN LURUS bagi
> penyucian makhluk-makhluk, bagi penaklukan kesedihan & ratap tangis,
> bagi lenyapnya kesakitan & penderitaan, bagai pencapaian cara yg
> benar, dan bagi realisasi nibbana -- dengan kata lain, empat kerangka
> acuan."
>
> Bhagavaa etadavoca: "Ekaayano aya.m, bhikkhave, maggo sattaana.m
> visuddhiyaa, soka-paridevaana.m samatikkamaaya, dukkha-domanassaana.m
> attha.ngamaaya, ~naayassa adhigamaaya, nibbaanassa sacchikiriyaaya,
> yadida.m cattaaro satipa.t.thaanaa."
> [Maha-satipatthana-sutta, Digha Nikaya, 22]
>
>
> HUDOYO HUPUDIO:
>  [at] Riky: <<"mantan MOD" forum Buddhist>>
>
> Siapa "siapa mantan mod" DC? Mengapa tidak jadi mod lagi?
>
>
> HUDOYO HUPUDIO:
>  [at] Riky: <<= ..., tetapi untuk membuktikan keotentikan suatu
> sutta,kemudian daripada itu untuk mencari "korelasi" antara 1 sutta
> dengan sutta lainnya,sangat dibutuhkan pengetahuan tentang sutta yang
> lebih luas..>>
>
> Silakan saja, kalau memang punya waktu senggang untuk belajar sutta.
> Bagi ayah, pembebasan adalah puncaknya, bukan sutta. Apalagi kalau
> pembebasan itu belum tuntas, perlu dikembangkan lebih lanjut.
>
>
> MAS WIYANTO:
> kalo saya melihatnya, umat budha di Indonesia kan lebih sedikit di
> banding umat muslim dan kr****n, jadi wajar sj jika umat budha yg ikut
> lebih sedikit, kenapa umat non budhis lebih banyak, lha umat non
> budhis kan juga sama2 manusia yang haus akan kedamaian dan kebutuhan
> batiniah, jd ketika ada yg menawarkan kebutuhan batiniah tersebut
> mereka datang untuk mencoba mencari di MMD... meskipun mungkin juga
> banyak jalan yg lainnya...
>
>
> HUDOYO HUPUDIO:
>  [at] Riky: <<dalam satipattana sutta,saya hanya menemukan sampai saat
> ini,hanya didalam Digha Nikaya 16 tercantum kata -kata "satu-satu"nya
> jalan,diluar sutta tersebut,saya belum sanggup atau belum menemukan
> ringkasan pernyataan Buddha lainnya soal "satu-satu"nya jalan..
> jadi menurut penalaran Anda sendiri,apakah "relevan" Buddha mengclaim
> suatu meditasi atau suatu cara atau suatu metode sebagai
> "satu-satu"nya jalan?>>
>
> Sutta lain di mana SE0LAH-OLAH Buddha mengeluarkan pernyataan bernada
> eksklusif ("ajaranku benar, ajaran lain salah") adalah di
> Maha-parinibbana-sutta (Digha Nikaya, 16). Di dalam paragraf yg
> terkenal dengan nama "Aum Singa Buddha Gotama", ia SEOLAH-OLAH berkata:
>
> And the Blessed One said, "In any doctrine & discipline where the
> noble eightfold path is not found, no contemplative of the first...
> second... third... fourth order [stream-winner, once-returner,
> non-returner, or arahant] is found. But in any doctrine & discipline
> where the noble eightfold path is found, contemplatives of the
> first... second... third... fourth order are found. The noble
> eightfold path is found in this doctrine & discipline, and right here
> there are contemplatives of the first... second... third... fourth
> order. Other teachings are empty of knowledgeable contemplatives. And
> if the monks dwell rightly, this world will not be empty of arahants."
> [terjemahan Thanissaro Bhikkhu,
> http://www.accesstoinsight.org/tipitaka/dn/dn.16.5-6.than.html]
>
> RINGKASAN:
> Sang Bhagava berkata: "Di ajaran mana pun yg tak mengandung Jalan
> Mulia Berunsur Delapan (JMB), tidak ada orang yg bebas (Sotapana s.d.
> Arahat). Tetapi di ajaran mana pun yg mengandung JMB8, ada orang yg
> bebas. JMB8 ADA DI AJARANKU INI, DAN DI SINI ADA ORANG YG BEBAS.
> AJARAN-AJARAN LAIN KOSONG DARI ORANG YG BEBAS. Dan bila para bhikkhu
> hidup dengan benar, dunia ini tidak akan kosong dari arahat."
>
> Ayah tidak percaya bahwa paragraf ini datang dari mulut Buddha.
> Menurut perkiraan ayah, paragraf ini disisipkan ke dalam
> Maha-parinibbana-sutta oleh para bhikkhu penghafal Tipitaka yg belum
> arahat, saking baktinya kepada Buddha Dhamma sehingga bersikap
> eksklusif.
>
> ***
>
> Bhagavaa etadavoca: "Yasmi.m kho, Subhadda, dhammavinaye ariyo
> a.t.tha.ngiko maggo na upalabbhati, sama.no pi na upalabbhati, dutiyo
> pi tattha sama.no na upalabbhati, tatiyo pi tattha sama.no na
> upalabbhati, catuttho pi tattha sama.no na upalabbhati. Yasmi~nca kho,
> Subhadda, dhammavinaye ariyo a.t.tha.ngiko maggo upalabbhati, sama.no
> pi tattha upalabbhati, dutiyo pi tattha sama.no upalabbhati, tatiyo pi
> tattha sama.no upalabbhati, catuttho pi tattha sama.no upalabbhati.
> Imasmi.m kho, Subhadda, dhammavinaye ariyo a.t.tha.ngiko maggo
> upalabbhati. Idhe va subhadda sama.no, idha dutiyo sama.no, idha
> tatiyo sama.no idha catuttho sama.no. Su~n~naa parappavaadaa sama.nehi
> a~n~ne. Ime ca, Subhadda, bhikkhuu sammaa vihareyyu.m asu~n~no loko
> arahantehi assaa'ti."
>
>
> HUDOYO HUPUDIO:
>  [at] Mas Wiyanto: Ya, itu suatu penjelasan juga. Dan itu mungkin lebih
> relevan bila MMD ini diadakan di suatu tempat yg NETRAL, bukan di
> sebuah vihara, sehingga pesertanya sedikit banyak mencerminkan
> proporsi penganut agama--agama di Indonesia.
>
> Karena MMD diadakan di sebuah vihara Buddha yg sangat terkenal (Vihara
> Mendut), aspek itu saja tidak bisa menjelaskan mengapa umat Buddha yg
> mengikuti retret MMD sangat sedikit.
>
> Apalagi kalau diingat bahwa, menurut Rekan Sastra Wijaya, dalam retret
> yg dibimbing oleh bhikkhu dari luar negeri, perbandingannya terbalik,
> 6 : 1, mayoritas pesertanya umat Buddha.
>
>
> MAS WIYANTO:
> ok lah romo, tp perlu di ingat kebanyakan yg mengikuti retret MMD itu
> tahu info dari internet lho romo..dan kebanyakan pengguna internet dan
> friendlist romo itu org muslim lho disamping itu tulisan2 romo itu
> tidak pernah membedakan antara agama, tp lebih ke subtansi batin
> manusia lepas dr agama apapun, tanpa hrs seseorang masuk budha orang
> bisa berlatih MMD, jd universal ajarannya, trs dr wejangan bhante
> vanna pun tidak membedakan agama apapun yg ikut retret.. jd wajar jika
> pemeluk agama lain dan dalam kondisi dahaga batinnya dan para pencari
> atau pejalan tertarik dengan MMD, saya hanya berharap MMD akan terus
> ada dan berkembang exis dalam menyebarkan kesadaran...
>
>
> RIKY LIAU:
> "Siapa "siapa mantan mod" DC? Mengapa tidak jadi mod lagi?"
>
> = Karena semua MOD dan GLOMODnya dinonaktifkan.. :)
>
> "Silakan saja, kalau memang punya waktu senggang untuk belajar sutta.
> Bagi ayah, pembebasan adalah puncaknya, bukan sutta. Apalagi kalau
> pembebasan itu belum tuntas, perlu dikembangkan lebih lanjut."
>
> = saya tidak berani mengejar suatu kesadaran..
>
> "
> Sutta lain di mana SE0LAH-OLAH Buddha mengeluarkan pernyataan bernada
> eksklusif ("ajaranku benar, ajaran lain salah") adalah di
> Maha-parinibbana-sutta (Digha Nikaya, 16). Di dalam paragraf yg
> terkenal dengan nama "Aum Singa Buddha Gotama", ia SEOLAH-OLAH berkata:
>
> And the Blessed One said, "In any doctrine & discipline where the
> noble eightfold path is not found, no contemplative of the first...
> second... third... fourth order [stream-winner, once-returner,
> non-returner, or arahant] is found. But in any doctrine & discipline
> where the noble eightfold path is found, contemplatives of the
> first... second... third... fourth order are found. The noble
> eightfold path is found in this doctrine & discipline, and right here
> there are contemplatives of the first... second... third... fourth
> order. Other teachings are empty of knowledgeable contemplatives. And
> if the monks dwell rightly, this world will not be empty of arahants."
> [terjemahan Thanissaro Bhikkhu,
> http://www.accesstoinsight.org/tipitaka/dn/dn.16.5-6.than.html]"
> = sama seperti jawaban saya kepada Saudari Titin,bahwa hanya tercantum
> dalam DN 16 saja..
>
> apakah ada tulisan yang mengclaim seperti itu diluar DN 16?saya belum
> menemukannya,jadi saya sangat meragukan Hasta Ariya Magga ,apalagi DN
> 16,mahaparinibbana sutta..
>
> tetapi ya semuanya kembali pada "penalaran" masing-masing..
>
>
> TITIN NINGSIH:
> Riky: <<jadi menurut penalaran Anda sendiri,apakah "relevan" Buddha
> mengclaim suatu meditasi atau suatu cara atau suatu metode sebagai
> "satu-satu"nya jalan?>>
>
> Sdr. Riky, seandainya JMB8 bukanlah satu2nya jalan,
> dan ada jalan lainnya untuk mencapai pencerahan, misalnya melalui
> Bahiya Sutta dan Mulapariyaya Sutta (praktik MMD), bolehkah saya
> meminta buktinya bahwa MMD dapat menghasilkan sotapanna, sakadagami,
> anagami dan arahat pada jaman sekarang ini, dengan kualitas manusia di
> jaman ini secara umum?
> (untuk menghemat waktu diskusi, jika memungkinkan tolong dijawab hanya
> dengan "ya" atau "tidak")
> Terima kasih sebelumnya.
>
>
> HUDOYO HUPUDIO:
>  [at] Mas Wiyanto: Ya, saya setuju; itu karakteristik dari MMD.
>
> Namun, saya tetap berharap, bahwa berangsur-angsur akan semakin banyak
> umat Buddha yg menjadi tipis debu yg menutupi matanya.
>
>
> HUDOYO HUPUDIO:
>  [at] Riky: <<Karena semua MOD dan GLOMODnya dinonaktifkan.. :)>>
>
> Oh, ini kabar baru buat ayah. Jadi siapa sekarang glomod-nya? Sumedho
> sendirian?
>
> Apakah setelah itu diskusi-diskusi menjadi lebih bermutu, tidak ada
> lagi saling serang pribadi?
>
> ***
>
> <<saya tidak berani mengejar suatu kesadaran..>>
>
> sadar itu jangan dikejar. Orang tidak mungkin bilang, "Saya mau sadar."
>
> Ketika orang berada di tataran pikiran/aku, memang bisa beraspirasi,
> bercita-cita untuk mencapai sadar, sampai tuntas.
>
> Tapi begitu mulai menyadari badan & batin ini, seluruh cita-cita,
> harapan dsb ikut tersadari sehingga runtuh.
>

http://groups.yahoo.com/group/samaggiphala/message/88431

=============================================================
ternyata benny wu mengecewakan =)) =)) =))
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: Siapakah Hudoyo Hupudio ini ? (dari milis SP)
« Reply #49 on: 08 July 2010, 09:56:55 AM »
:hammer:
There is no place like 127.0.0.1

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Siapakah Hudoyo Hupudio ini ? (dari milis SP)
« Reply #51 on: 08 July 2010, 10:02:12 AM »
Re: Bls: [samaggiphala] Yang penting adalah PRAKTIK

Berarti Sesepuh mengaku sbg "SEKHA" ya???

Aku ketemu arti "SEKHA" di web SP ...
Sekha, secara harfiah berarti 'pelajar' atau 'orang yang masih melatih dirinya
sendiri'. Ini menyatakan pada seorang yang telah mencapai tiga tingkat kesucian
yang lebih rendah dari tingkat Arahat, yakni tingkat Sotapanna, Sakadagami dan
Anagami
http://www.samaggi-phala.or.id/naskahdamma_dtl.php?id=92&hal=1&cont=ananda1.html\
&path=&hmid=

Kalo sesepuh mengartikan "SEKHA" aja salah, gimana mau mengartikan 2 sutta itu?
Sesepuh, ingat! "MUSAVADA" + "PANDANGAN SALAH" = "ADHAMMA"

--- In samaggiphala [at] yahoogroups.com, "Hudoyo" <hudoyo [at] ...> wrote:
>
> Pandangan Anda bertolak belakang dengan pandangan saya.
> Kalau Anda baca Bahiya-sutta & Mulapariyaya-sutta, maka seluruh pandangan Anda
ditepiskan. Jadi tidak perlu saya yg menepiskan.
>
> <<apakah anda sudah mencapai pembebasan dari kelahiran ulang?>>
>
> Pertanyaan seperti ini sering dilontarkan kalau orang sudah kehabisan
argumentasi. Ini adalah ad hominem (serangan pribadi) dalam bentuk yg halus.
>
> Coba tanyakan kepada diri sendiri dulu.
>
> Di dalam Mulapariyaya-sutta, Buddha memberi instruksi kepada para 'sekha'
(orang yg berlatih). Itulah saya bersama teman-teman di MMD.

>
> hudoyo
>
>
> --- In samaggiphala [at] yahoogroups.com, Surlinda suryasiri <surlinda [at] > wrote:
> >
> > berhati2lah dgn hal ini.
> > kita memerlukan rakit sampai di pantai seberang, tapi tidak melekat pada
> > rakit, saat itu kita sudah sadar dan setelah sampai di pantai seberang rakit
> > tidak dibawa lagi, karena sudah tidak melekat karena dalam perjalanan kita
> > melatih diri untuk tidak melekat pada rakit tetepi kita perlu rakit untuk
> > menyeberang.
> >
> > tugas seorang guru spiritual harus membimbing muridnya sampai mencapai
> > tujuan akhir, bukan cuma menunjukkan pintu..
> > bagaimana jika muridnya stlah masuk pintu malah tersesat dan merasa dirinya
> > sudah tercerahkan? padahal sensasi luar biasa, kesadaran diam yg luar biasa
> > dianggap itu sebagai pencapaian akhir derita/nibbana.
> >
> > jgn tersesat dengan pencapaian sendiri, ego tidak perlu guru, tidak perlu
> > kitab suci, dll. seorang anagami saja masih perlu bimbingan seorang guru
> > untuk mencapai arahat.
> >
> > apakah anda sudah mencapai pembebasan dari kelahiran ulang?

http://groups.yahoo.com/group/samaggiphala/message/88431
=============================================================
disini pak Hud mengaku SEKHA
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline Sunkmanitu Tanka Ob'waci

  • Sebelumnya: Karuna, Wolverine, gachapin
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.806
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
  • 会いたい。
Re: Siapakah Hudoyo Hupudio ini ? (dari milis SP)
« Reply #52 on: 08 July 2010, 10:06:34 AM »
wuih, udah setara ariya...
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Siapakah Hudoyo Hupudio ini ? (dari milis SP)
« Reply #53 on: 08 July 2010, 10:08:08 AM »
wuih, udah setara ariya...
Sekha itu orang yang berlatih, bukan setara Ariya.

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Siapakah Hudoyo Hupudio ini ? (dari milis SP)
« Reply #54 on: 08 July 2010, 10:08:49 AM »
perhatian teman2x, ini bukan ajang menghina. atas perhatian dan kerjasamanya, terima kasih.

dengan perkembangan terbaru ini, mohon statement di atas diralat

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Siapakah Hudoyo Hupudio ini ? (dari milis SP)
« Reply #55 on: 08 July 2010, 10:10:17 AM »
wuih, udah setara ariya...
Sekha itu orang yang berlatih, bukan setara Ariya.

Sekha= Sotapatti Magga dan Phala, Sakadagami Magga dan Phala, Anagami Magga dan Phala, dan Arahatta Magga
Asekha= Arahatta Phala.

Puthujjana=orang2 biasa yg belum mencapai apapun

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Siapakah Hudoyo Hupudio ini ? (dari milis SP)
« Reply #56 on: 08 July 2010, 10:23:57 AM »
SN 48.53
PTS: S v 229
CDB ii 1696
Sekha Sutta: The Learner
translated from the Pali by
Thanissaro Bhikkhu
© 2005–2010

I have heard that on one occasion the Blessed One was staying in Kosambi, at Ghosita's Park. There he addressed the monks, "Monks, is there a manner of reckoning whereby a monk who is a learner, standing at the level of a learner, can discern that 'I am a learner,' and whereby a monk who is an adept,[1] standing at the level of an adept, can discern that 'I am an adept'?"

"For us, lord, the teachings have the Blessed One as their root, their guide, & their arbitrator. It would be good if the Blessed One himself would explicate the meaning of this statement. Having heard it from the Blessed One, the monks will remember it."

"In that case, monks, listen & pay close attention. I will speak."

"As you say, lord," the monks responded.

The Blessed One said, "There is a manner of reckoning whereby a monk who is a learner, standing at the level of a learner, can discern that 'I am a learner,' and whereby a monk who is an adept, standing at the level of an adept, can discern that 'I am an adept.'

"And what is the manner of reckoning whereby a monk who is a learner, standing at the level of a learner, can discern that 'I am a learner'? There is the case where a monk is a learner. He discerns, as it actually is, that 'This is stress... This is the origination of stress... This is the cessation of stress... This is the path of practice leading to the cessation of stress.' This is a manner of reckoning whereby a monk who is a learner, standing at the level of a learner, can discern that 'I am a learner.'

"Furthermore, the monk who is a learner reflects, 'Is there outside of this [doctrine & discipline] any priest or contemplative who teaches the true, genuine, & accurate Dhamma like the Blessed One?' And he discerns, 'No, there is no priest or contemplative outside of this doctrine & discipline who teaches the true, genuine, & accurate Dhamma like the Blessed One.' This too is a manner of reckoning whereby a monk who is a learner, standing at the level of a learner, can discern that 'I am a learner.'

"Furthermore, the monk who is a learner discerns the five faculties: the faculty of conviction... persistence... mindfulness... concentration... discernment. He sees clear through with discernment their destiny, excellence, rewards, & consummation, but he does not touch them with his body. This too is a manner of reckoning whereby a monk who is a learner, standing at the level of a learner, can discern that 'I am a learner.'

"And what is the manner of reckoning whereby a monk who is an adept, standing at the level of an adept, can discern that 'I am an adept'? There is the case where a monk who is an adept discerns the five faculties: the faculty of conviction... persistence... mindfulness... concentration... discernment. He touches with his body and sees clear through with discernment what their destiny, excellence, rewards, & consummation are. This is a manner of reckoning whereby a monk who is an adept, standing at the level of an adept, can discern that 'I am an adept.'

"Furthermore, the monk who is an adept discerns the six sense faculties: the faculty of the eye... ear... nose... tongue... body... intellect. He discerns, 'These six sense faculties will disband entirely, everywhere, & in every way without remainder, and no other set of six sense faculties will arise anywhere or in any way.' This too is a manner of reckoning whereby a monk who is an adept, standing at the level of an adept, can discern that 'I am an adept.'"
Note

1.
    I.e., an arahant.


http://www.accesstoinsight.org/tipitaka/sn/sn48/sn48.053.than.html
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Siapakah Hudoyo Hupudio ini ? (dari milis SP)
« Reply #57 on: 08 July 2010, 10:37:48 AM »
wuih, udah setara ariya...
Sekha itu orang yang berlatih, bukan setara Ariya.

Sekha= Sotapatti Magga dan Phala, Sakadagami Magga dan Phala, Anagami Magga dan Phala, dan Arahatta Magga
Asekha= Arahatta Phala.

Puthujjana=orang2 biasa yg belum mencapai apapun

Re: [samaggiphala] Re: (unknown)

pak, koneksi antara bahiya sutta n maha sattipathana itu ada di 3 karakteristik,
cth melihat hanya melihat, disitu yg diperhatikan adalah fenomena timbul
tenggelam (anicca), tidak dpt diatur (dukkha), bukan-diri/kepemilikan (anatta).
Dgn melihat ke 3 karakteristik tsb maka kamu sdh tidak ada di situ.
Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!

-----Original Message-----
From: "agnes.tanoto" <agnes.tanoto [at] ...>
Sender: samaggiphala [at] yahoogroups.com
Date: Thu, 08 Jul 2010 02:54:28
To: <samaggiphala [at] yahoogroups.com>
Reply-To: samaggiphala [at] yahoogroups.com
Subject: [samaggiphala] Re: (unknown)

Sesepuh jangan lupa ! "Yg masih berlatih" (SEKHA) itu adalah Sotapanna,
sakadagami dan anagami. Kalo umat awam di sebut "NEVAASEKHANASEKHA" (hasil
search dari google)...xixixixi

http://groups.yahoo.com/group/samaggiphala/message/89310
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Siapakah Hudoyo Hupudio ini ? (dari milis SP)
« Reply #58 on: 08 July 2010, 10:40:53 AM »
wuih, udah setara ariya...
Sekha itu orang yang berlatih, bukan setara Ariya.

Sekha= Sotapatti Magga dan Phala, Sakadagami Magga dan Phala, Anagami Magga dan Phala, dan Arahatta Magga
Asekha= Arahatta Phala.

Puthujjana=orang2 biasa yg belum mencapai apapun

Saya tidak tahu definisi secara pastinya.
Dalam Sekha Sutta (SN 48:53) hanya disinggung Sekha (yang masih berlatih) dan Asekha (yang telah mahir).

Dalam Mulapariyaya Sutta, puthujjana adalah orang yang tidak menghormati dan tidak berlatih dalam disiplin Ariya. Sekha adalah semua yang berlatih dalam disiplin Ariya, namun belum mencapai Arahatta-phala (Asekha).
Saya pikir saya pun bukan seorang puthujjana definisi Mulapariyaya Sutta, karena setidaknya, saya sangat menghormati disiplin Ariya.

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Siapakah Hudoyo Hupudio ini ? (dari milis SP)
« Reply #59 on: 08 July 2010, 10:54:15 AM »


SEKHA SUTTA (53)
Siswa Dalam Pelatihan yang Lebih Tinggi
(Sumber : Sutta Pitaka Majjhima Nikaya III,
Diterjemahkan oleh :Dra. Wena Cintiawati & Dra. Lanny Anggawati
Penerbit Vihara Bodhivamsa, Wisma Dhammaguna, Klaten, 2006)

1. Demikianlah yang saya dengar. Pada suatu ketika Yang Terberkahi sedang berdiam di negeri suku Sakya di Kapilavatthu di Taman Nigrodha.

2. Pada waktu itu baru saja dibangun sebuah aula pertemuan baru untuk suku Sakya di Kapilavatthu, dan bangunan itu belum di huni oleh petapa atau brahmana atau makhluk hidup apa pun. Maka suku Sakya di Kapilavatthu menghadap Yang Terberkahi. Setelah memberi hormat kepada Beliau, mereka duduk di satu sisi dan berkata:

“Yang Mulia, baru saja dibangun sebuah aula pertemuan baru di sini untuk suku Sakya di Kapilavatthu, dan bangunan itu belum dihuni oleh petapa atau brahmana atau makhluk hidup apa pun. Yang Mulia, biarlah Yang Terberkahi menjadi yang pertama menggunakan nya. Setelah Yang Terberkahi menjadi yang pertama menggunakannya, barulah suku Sakya di Kapilavatthu akan menggunakan sesedahnya. Hal itu akan membawa kesejahteraan dan kebahagiaan mereka untuk waktu yang lama.”557 [354]

3. Yang Terberkahi menyetujui dengan cara berdiam diri. Kemudian, setelah melihat bahwa Yang Terberkahi telah setuju, mereka pun bangkit dari tempat duduk mereka. Setelah memberi hormat, dengan menjaga Beliau tetap berada di sebelah kanan, mereka pergi ke aula pertemuan. Mereka menutup seluruhnya dengan kain-kain penutup dan menyiapkan tempat-tempat duduk. Lalu mereka mengeluarkan sebuah bejana air yang besar dan menggantungkan sebuah lampu minyak. Kemudian mereka menghadap Yang Terberkahi. Setelah memberi hormat kepada Beliau, mereka berdiri di satu sisi dan berkata:

“Yang Mulia, aula pertemuan telah sepenuhnya ditutup denngan kain-kain penutup dan tempat-tempat duduk telah disiapkan, sebuah bejana air yang besar telah dikeluarkan dan sebuah lampu minyak telah digantungkan. Sekaranglah waktunya Yang Terberkahi melakukan apa yang Beliau anggap sesuai.”

4. Maka Yang Terberkahi berpakaian, mengambil mangkuk dan jubah luarnya, lalu Beliau pergi bersama Sangha para bhikkhu ke aula pertemuan. Setelah tiba, Beliau membasuh kakinya dan kemudian masuk ke aula dan duduk di dekat pilar tengah yang menghadap ke timur. Para bhikkhu membasuh kaki mereka dan kemudian masuk ke aula dan duduk di dekat dinding barat menghadap ke timur, dengan Yang Terberkahi di depan mereka. Dan suku Sakya di Kapilavatthu membasuh kaki mereka dan masuk ke aula dan duduk di dekat dinding timur menghadap ke barat, dengan Yang Terberkahi di depan mereka.

5. Kemudian, setelah Yang Terberkahi memberikan instruksi, mendesak, membangkitkan, dan mendorong suku Sakya di Kapilavatthu dengan pembicaraan tentang Dhamma hampir sepanjang malam, Beliau berkata kepada Y.M. Ananda:

“Ananda, berbicaralah kepada suku Sakya di Kapilavattu tentang siswa di dalam pelatihan yang lebih tinggi, yang telah masuk pada Sang Jalan.558 Punggungku tidak nyaman. Aku akan mengistirahatkannya.”

“Ya, Yang Mulia,”jawab Y.M. Ananda.

Kemudian Yang Terberkahi melipat jubah percanya menjadi empat dan berbaring pada sisi kanannya dengan pose singa, dengan satu kaki menumpang kaki lainnya, waspada dan sepenuhnya sadar, setelah mencatat di pikiran kapan waktu untuk bangkit.

6. Kemudian Y.M. Ananda menyapa seorang anggota suku Sakya bernama Mahanama demikian:

“Mahanama, di sini, seorang siswa mulia memiliki moralitas, menjaga pintu-pintu kemampuan inderanya, madya di dalam makan, dan membaktikan diri pada keadaan terjaga; dia memiliki tujuh sifat yang baik; dan dia adalah orang yang, tanpa kesulitan atau kesukaran, akan memperoleh – bila menginginkannya – empat jhana yang merupakan pikiran yang lebih tinggi dan menyediakan tempat berdiam yang menyenangkan di sii dan kini.[355]

7. “Dan bagaimana seorang siswa mulia memiliki moralitas? Di sini, seorang siswa mulia bersifat luhur, dia berdiam dengan terkendali, dengan pengendalian Patimokkha, dia sempurna dalam hal perilaku dan usaha, dan karena melihat ketakutan di dalam kesalahan terkecil pun, dia berlatih dengan cara menjalani peraturan-peraturan pelatihan. Beginilah seorang siswa mulia memiliki moralitas.

8. “Dan bagaimana seorang siswa mulia menjaga pintu-pintu kemampuan inderanya? Ketika melihat suatu bentuk dengan mata, dia tidak menggenggam padaa tanda-tanda dan cirinya. Karena jika dia membiarkan kemampuan matanya tidak terjaga, keadaan-keadaan jahat yang tak-bajik yaitu ketamakan dan kesedihan mungkin menyerangnya, maka dia mempraktekkan cara pengendaliannya, dia menjaga kemampuan mata, dia menjalankan pengendalian kemampuan mata. Ketika mendengar suatu suara dengan telinga… Ketika mencium suatu bau dengan hidung… Ketika mengecap suatu citarasa dengan lidah… Ketika menyentuh suatu benda dengan tubuh… Ketika mengkognisi objek-pikiran dengan pikiran, dia tidak menggenggam pada tanda-tanda dan ciri-cirinya. Karena jika dia membiarkan kemampuan pikirannya tidak terjaga, keadaan-keadaan jahat yang tak-bajik yaitu ketamakan dan kesedihan mungkin menyerangnya, maka dia mempraktekkan cara pengendaliannya, dia menjaga kemampuan pikiran, dia menjalankan pengendalian kemampuan pikiran. Begitulah seorang siswa mulia menjaga pintu-pintu kemampuan inderanya.

9. “Dan bagaimana seorang siswa mulia madya di dalam makan? Di sini, dengan merenung secara bijaksana, seorang siswa mulia mengambil makanan bukan untuk kesenangan, bukan untuk memabukkan, bukan demi keindahan dan daya tarik fisik, melainkan hanya agar tubuh ini bisa bertahan dan berlangsung, untuk mengakhiri ketidak-nyamanan, dan untuk membantu kehidupan suci, dengan mempertimbangkan: ‘Demikian aku harus mengakhiri perasaa-perasaan lama tanpa membangkitkan perasaan-perasaan baru, dan aku akan sehat dan tak-tercela dan akan hidup dengan nyaman.' Begitulah seorang siswa mulia madya di dalam makan.

10. “Dan bagaimana seorang siswa mulia membaktikan diri pada keadaan terjaga? Di sini, selama siang hari, sementara sedang berjalan bolak-balik dan duduk, seorang siswa mulia memurnikan pikirannya dari keadaan-keadaan yang menghalangi. Di malam bagian pertama, sementara sedang berjalan bolak-balik dan duduk, dia memurnikan pikirannya dari keadaan-keadaan yang menghalangi. Di malam bagian kedua, dia berbaring pada sisi kanannya dengan pose singa, dengan satu kaki menumpang kaki lainnya, waspada dan sepenuhnya sadar, setelah mencatat di pikiran kapan waktu untuk bangkit. Setelah bangkit, di malam bagian ketiga, sementara sedang berjalan bolak-balik dan duduk, seorang siswa mulia memurnikan pikirannya dari keadaan-keadaan yang menghalangi. Begitulah seorang siswa mulia membangkitkan diri pada keadaan terjaga.

11. “Dan bagaimana seorang siswa mulia memiliki tujuh sifat yang baik? Di sini, seorang siswa mulia memiliki keyakinan; dia menempatkan keyakinannya pada pencerahan Tathagata demikian: ‘Yang Terberkahi telah mantap, sepenuhnya tercerahkan, sempurna di dalam pengetahuan dan perilaku sejati, maha mulia, pengenal dunia-dunia, pemimpin yang tak ada bandingannya bagi orang-orang yang harus dijinakkan, guru para dewa dan manusia, yang tercerahkan, yang terberkahi.'

12. “Dia tahu malu; dia malu bila salah berperilaku pada tubuh, ucapan, dan pikiran, malu melibat di dalam perbuatan-perbuatan jahat yang tak-bajik.

13. “Dia punya rasa takut pada perbuatan salah; dia takut berperilaku salah pada tubuh, ucapan, dan pikiran, takut terlibat di dalam perbuatan-perbuatan jahat yang tak-bajik.559

14.”Dia telah belajar banyak, mengingat apa yang telah dia pelajari, dan merangkum apa yang telah dia pelajari. Ajaran-ajaran seperti itu indah di awal, indah di tengah, dan indah di akhirnya, dengan arti dan ungkapan yang benar, dan menegaskan kehidupan suci yang sepenuhnya sempurna dan murni ajaran-ajaran yang telah banyak dia pelajari, dia ingat dia hafalkan secara verbal, dia selidiki dengan pikiran dan dia tembus dengan baik oleh pandangan.

15. “Dia bersemangat di dalam meinggalkan keadaan – keadaan yang tak-bajik dan di dalam menjalankan keadaan-keadaan yang bajik; dia kokoh, teguh berjuang, tidak lalai mengembangkan keadaan-keadaan yang bajik.

16. “Dia waspada; dia memiliki kewaspadaan dan ketrampilan tertinggi; dia ingat apa yang telah lama dilakukan dan dikatakannya.560

17. “Dia bijaksana; dia memiliki kebijaksanaan mengenai kemunculan dan kelenyapan yang mulia dan menembus, dan yang membawa pada hancurnya penderitaan sepenuhnya.561 Begitulah seorang siswa mulia memiliki tujuh sifat yang baik.

18. “Dan bagaimana seorang siswa mulia merupakan orang yang, tanpa kesulitan atau kesukaran. Akan memperoleh – bila menginginkannya-empat jhana yang merupakan pikiran yang lebih tinggi dan menyediakan tempat berdiam yang menyenangkan di sini dan kini? Di sini, sangat terpisah dari kesenangan-kesenangan indera, terpisah dari keadaan-keadaan yang tak-bajik, seorang siswa mulia masuk dan berdiam di dalam jhana pertama… Dengan berhentinya pemikiran pemicu dan pemikiran yang bertahan, dia masuk dan berdiam di dalam jhana kedua… Dengan melemahnya kegiuran juga…dia masuk dan berdiam di dalam jhana ketiga… Dengan ditinggalkan kesenangan dan penderitaan… dia masuk dan berdiam di dalam jhana keempat, yang memiliki bukan –penderitaan –pun-bukan-kesenangan dan kemurnian kewaspadaan yang disebabkan oleh ketenang-seimbangan. Begitulah seorang siswa mulia merupakan orang yang, tanpa kesulitan atau kesukaran, akan memperoleh – bila kenginginkannya-empat jhana yang merupakan pikiran yang lebih tinggi dan menyediakan tempat berdiam yang menyenangkan di sini dan kini.

19. “Bila seorang siswa mulia telah demikian menjadi orang yang memiliki moralitas, menjaga pintu-pintu kemapuan inderanya, madya di dalam makan, dan membaktikan diri pada keadaan terjaga, memiliki tujuh sifat yang baik, [357] yang, tanpa kesulitan atau kesukaran, akan memperoleh-bila menginginkannya – empat jhana yang merupakan pikiran yang lebih tinggi dan menyediakan tempat berdiam yang menyenangkan di sini dan kini, maka dia disebut orang di dalam pelatihan yang lebih tinggi, yang telah masuk pada Sang Jalan. Telur-telurnya tidak busuk; dia mampu memecah keluar, mampu tercerahkan mampu mencapai keamanan tertinggi yang bebas dari ikatan.

“Seandainya saja ada seekor ayam betina dengan delapan, atau sepuluh, atau duabelas butir telur, yang telah ditutupi, dierami, dan dipelihara dengan benar.562 Walaupun ayam itu tidak mengharap: ‘Oh, semoga anak-anak ayamku bisa menebus kulit telurnya dengan ujung cakarnya dan paruhnya, lalu menetas dengan aman!' maka tetap saja anak-anak ayam itu akan mampu menebus kulit telurnya dengan ujung cakarnya dan paruhnya, lalu menetas dengan aman. Demikian pula, bila seorang siswa mulia telah demikian menjadi orang yang memiliki moralitas…dia disebut orang di dalam pelatihan yang lebih tinggi, yang telah masuk paada Sang Jalan. Telur-telurnya tidak busuk; dia mampu memecah keluar, mampu tercerahkan, mampu mencapai keamanan tertinggi yang bebas dari ikatan.

20. “Setelah sampai pada kewaspadaan tertinggi yang sama itu, yang kemurniannya disebabkan oleh ketenang-seimbangan,563 maka siswa mulia ini mengingat berbagai kehidupan lampaunya…(seperti Sutta 51,§24)…Demikianlah, bersama dengan berbagai aspek dan ciri khasnya dia mengingat berbagai kehidupan di masa lampaunya. Inilah pemecahan pertamanya seperti halnya pemecahan kulit telur anak-anak ayam itu.

21. “Setelah sampai pada kewaspadaan tertinggi yang sama itu, yang kemurniannya disebabkan oleh ketenang-seimbangan, dengan mata dewa, yang dimurnikan dan melampaui manusia, siswa mulia ini melihat para makhluk lenyap dan muncul kembali…(seperti Sutta 51,§25)…dia memahami bagaimana para makhluk berlanjut sesuai dengan tindakan-tindakan mereka. Inilah pemecahan kedua seperti halnya pemecahan kulit telur anak-anak ayam itu.

22. “Setelah sampai pada kewaspadaan tertinggi yang sama itu, yang kemurniannya disebabkan oleh ketenang-seimbangan, dengan cara merealisasikan bagi dirinya sendiri melalui pengetahuan langsung, siswa mulia ini di sini dan kini masuk dan berdiam di dalam pembebasan pikiran dan pembebasan oleh kebijaksanaan yang tanpa-noda, karena hancurnya noda-noda itu. [358] Inilah pemecatan ketiga seperti halnya pemecahan kulit telur anak-anak ayam itu.564

23. “Ketika seorang siswa mulia memiliki moralitas, itulah perilakunya, Ketika dia menjaga pintu-pintu kemampuan inderanya, itulah perilakunya. Ketika dia madya di dalam makan, itulah perilakunya. Ketika dia membaktikan diri pada keadaan terjaga, itulah perilakunya. Ketika dia memiliki tujuh sifat yang baik, itulah perilakunya. Ketika dia merupakan orang yang, tanpa kesulitan atau kesukaran, akan memperoleh – bila menginginkannya – empat jhana yang merupakan pikiran yang lebih tinggi dan menyediakan tempat berdiam yang menyenangkan di sini dan kini, itulah perilakunya.565

24. “Ketika dia mengingat berbagai kehidupan lampaunya…bersama dengan berbagai aspek dan ciri khasnya, itulah pengetahuan sejatinya. Ketika, dengan mata dewa…dia melihat para makhluk lenyap dan muncul kembali dan memahami bagaimana para makhluk berlanjut sesuai dengan tindakan-tindakan mereka, itulah pengetahuan sejatinya. Ketika, dengan cara merealisasikan bagi dirinya sendiri melalui pengetahuan langsung, dia di sini dan kini masuk dan berdiam di dalam pembebasan pikiran dan pembebasan oleh kebijaksanaan yang tanpa-noda, kaarena hancurnya noda-noda itu, itulah pengetahuan sejatinya.

25. “Siswa mulia ini demikian dikatakan sempurna di dalam pengetahuan sejati, sempurna di dalam perilaku, sempurna didalam pengetahuan dan perilaku sejati. Dan bait ini diucapkan oleh Brahma Sanankumara:

‘Suku Mulia ini dianggap sebagai
Yang terbaik dari antara manusia dalam hal garis keturunannya;
Tetapi yang terbaik di antara para dewa dan manusia adalah
Dia yang sempurna di dalam pengetahuan dan perilaku sejati.'

“Bait itu dinyanyikan dengan baik oleh Brahma Sanankumara, bukannya dinyanyikan dengan buruk; bait itu diucapkan dengan baik, bukannya diucapkan dengan buruk; bait itu mempunyai makna, dan bukannya tanpa-makna; dan bait itu disetujui oleh Yang Terberkahi.”566

26. Kemudian Yang Terberkahi bangkit dan menyapa Y.M. Ananda demikian: “Bagus, bagus, Ananda! Sungguh bagus engkau telah berbicara kepada suku Sakya di Kapilavatthu tentang siswa mulia di dalam pelatihan yang lebih tinggi, yang telah memasuki Sang Jalan.”[359]

Itulah yang dikatakan oleh Y.M. Ananda. Sang Guru menyetujui. Suku Sakya di Kapilavatthu merasa puas dan bergembira di dalam kata-kata Y.M. Ananda.
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))