Re: Ijin Unsub
Mas Radi,
<< ataukah yg dimaksudkan "tapi sana sekali tidak menggunakan pikiran" adalah
dengan tidak memikirkannya (dalam artian tidak menimbulkan pe-mikir-an
baru/lain) ?>>
Ya itu maksudnya. Tapi, lebih dalam dari itu: bila Anda sudah terlatih dalam
keheningan, ketika Anda dihadapkan pada suatu masalah --yg biasanya membutuhkan
pemikiran untuk menanggapinya-- dalam batin saya justru pikiran itu berhenti,
LALU muncullah jawabannya secara SPONTAN, tanpa dipikir-pikir lagi. Jawaban
inilah yg kemudian saya ketikkan di komputer. Bukan menghadapi posting-posting
sampah, dan menuliskan satu kalimat 'masuk keranjang sampah'; itu mah sama
sekali tanpa berpikir, itu sangat mekanis, begitu saya memutuskan sebuah posting
masuk keranjang sampah.
Tapi beberapa posting yg memerlukan jawaban terperinci, seperti beberapa posting
Budianto, G Citra dsb, justru saya hadapi dengan menghentikan pikiran, lalu
jawabannya muncul dengan spontan.
Kalau tidak percaya, cobalah Anda berlatih "Menyadari Batin" (MMD) --yg sangat
berbeda dengan vipassana tradisional-- nanti Anda pasti bisa juga.
Percayakah Anda bahwa kemarin saya tidak tidur 24 jam melayani teman-teman di SP
ini, dan badan tetap merasa segar.
<<Maaf pak sekedar bertukar pendapat belaka karena saya hanya orang biasa,
semoga tidak ditanggapi dengan kewaspadaan berlebihan.>>
hehe ... kewaspadaan itu pun bukan disengaja seperti orang pasang kuda-kuda mau
bersilat; ia muncul sendiri tanpa disengaja juga.
Salam,
Hudoyo
Maaf, bukan bermaksud ingin menjelek2an Pak Hud disini.
Saya hanya ingin membahas tulisan Pak Hud yg di bold.
Selama ini saya memahami 'pikiran berhenti' yg dimaksud Pak Hud adalah 'tiadanya rasa suka / tidak suka' atau minimal 'tidak memberikan reaksi atas suka/tidak suka tsb' (dapat dilihat di rantai paticcasamuppada).
Namun dengan adanya postingan terbaru Pak Hud yg sy copas dan bold diatas, maka pengertian yg sy pahami selama ini mengenai 'pikiran berhenti' yg dimaksud Pak Hud, menjadi mentah kembali.
Disitu Pak Hud menjelaskan seakan2 pikiran (anggaplah ego/aku) bisa dihentikan sesuai kemauan kita dan kemudian mengetikkan 'masuk tong sampah' pada semua postingan dengan kondisi 'tanpa pikiran'. Satu lagi, bukankah tindakan 'tanpa pikiran' seyogyanya adalah dengan tidak membalas postingan2 tsb dan membiarkannya berlalu saja ketimbang membalas dengan 'masuk tong sampah'?)
Kedua, hal yg teraneh:
saya hadapi dengan menghentikan pikiran, lalu
jawabannya muncul dengan spontan.
Disini terlihat Pak Hud menyampaikan bahwa 'menghentikan pikiran' bukanlah batin yg mendarah daging (atau: otomatis telah menjadi trend batin), namun bisa disetel sesuai keinginan.
Padahal, apa yg saya tau selama ini adalah, jika kita intents berlatih mengikis kotoran batin (vipassana) maka kemajuan yg kita dapatkan akan menjadi 'sifat kita yg baru'. Segala tindakan kita setelah mendapatkan kemajuan akan otomatis tertuang dalam keseharian.
Kita adalah kita yg baru, tidak bisa di 'on' atau 'off' kan, ini yg saya tau.
Mohon masukkan teman2...
::
Bro William yang baik, perhatikan yang saya italic warna biru diatas, pak Hud ini mungkin memang "kosong" atau ia berusaha membohongi orang yang tak mengenal meditasi, atau memang dia tak sadar. Menurut saya ia hanya tahu meditasi berdasarkan sedikit praktek, selebihnya hanya teori, persepsi dan konsep belaka
Ia mengatakan pikiran berhenti lalu muncul jawaban secara spontan, ini tak mungkin terjadi. Bila memang pikiran berhenti maka segala hal yang berkaitan dengan objek yang diperbincangkan menjadi lenyap (pikiran hanya berhenti bila kemelekatan lenyap), karena link (kemelekatan) dengan objek pikiran menjadi lenyap maka, batin tak akan me-respon persoalan yang ada sebelumnya, karena itu persoalan otomatis menjadi lenyap karena tak muncul di pikiran, sehingga tak mungkin muncul jawaban terhadap masalah sebelumnya.
Bila mendadak muncul jawaban secara spontan, hal itu hanya bisa terjadi karena ia sebenarnya memikirkan hal itu dengan tidak sadar (persepsinya seolah-olah pikiran berhenti, padahal pikirannya terus bekerja mencari jawaban tanpa disadari). Bila masih ada link dengan persoalan sebelumnya, bagaimana pikiran bisa berhenti?
Seharusnya bila memang benar pikirannya berhenti maka fungsi berpikir menjadi lenyap. Jadi tak mungkin muncul jawaban.
Kemungkinan lainnya (saya harap bukan demikian) dia berbohong.
Mengenai badan tidak tidur 24 jam dan tetap merasa segar, ini mirip dengan orang stress berat yang tidak tidur selama berhari-hari tetapi tetap segar (coba tanyakan kepada psikater).
Pernahkah anda terlibat dengan persoalan berat atau debat sengit yang menyebabkan anda tak bisa tidur karena perasaan galau? Seseorang yang batinnya terlatih akan dengan mudah melupakan semua persoalan berat maupun debat sengit yang baru dilakukan, sehingga yang terasa hanya kelelahan tubuh dan tentu saja menjadi mengantuk dan dengan mudah tertidur. Tetapi bagi mereka yang batinnya tak terlatih, persoalan berat atau debat sengit yang dilakukan selalu melekat di pikirannya dan kalau kemelekatan terhadap persoalan berat atau debat sengit itu sangat kuat maka sebagai akibatnya ia bisa tak tidur berhari-hari. Inilah yang disebut stress.
Batin seseorang yang sedang mengalami stress juga ingin terbebas, ia ingin melepaskan semua ingatan mengenai persoalan berat atau debat sengit itu, tetapi tak mampu, sehingga menyebabkan ketegangan batin yang mengakibatkan ia tak bisa tidur, mirip dengan orang sakit jiwa yang sedang kumat penyakitnya, pasien sakit jiwa yang sedang kumat hanya tertidur bila diberi obat tidur, karena batin pasien sakit jiwa yang sedang kumat sangat overaktif...tidak tenang.... (mengenai hal ini boleh ditanyakan kepada psikiater)....
Batin seorang meditator yang terlatih akan mampu beristirahat dengan damai, dalam keadaan seberat apapun.
Semoga menjadi jelas.