Namo Buddhaya,
Dear All rekan2 se-Dhamma,
Saya rasa , jika hanyalah perdebatan yang terjadi, maka tidak akan selesai.
Untuk rekan2 se-Dhamma.
Kita hendaknya fokus pada Jalan yang ditunjukkan Sang Buddha.
Empat Kesunyataan Mulia, Jalan Ariya Beruas Delapan, itu semua bukanlah sekedar konsepsi semata.
Namun, memang bila kita menghayati dan mempunyai "visi" untuk merealisasi pembebasan dari samsara, hal2 itu akan nampak jelas batin kita.
Dan, bila ada seorang ummat Buddha yang mulai mengajarkan untuk meninggalkan inti ajaran Buddha tersebut, kita wajib mengingatkan. Tapi bila akhirnya mengalihkan perhatian dengan cara berdebat diluar hal2 prinsip2 utama yang dilanggar, saya sendiripun menjadi 'enggan' juga untuk terjebak dalam 'pengalihan-perhatian' tersebut.
Debat diluar inti permasalahan hanyalah akan menghabiskan waktu, menyita waktu, meditasi juga jadi terbengkalai.
Para guru meditasi vipassana ditingkat dunia sekalipun, para Bhante, seperti Ajahn Chah sekalipun, tidak pernah saya mendengar statement dari Beliau bahwa kita harus melepaskan ajaran Empat Kesunyataan Mulia dan Jalan Ariya Beruas Delapan. Pernahkah anda mendengar ajaran seperti itu, rekan2 se-Dhamma, selain dari bapak Hudoyo... [?]
Rekan2 se-Dhamma, agaknya saya ingin mengucapkan ulang Sabda Sang Buddha pada para pemuda suku Kalama terkait dengan konteks fenomena controversial ini ;
janganlah kita menerima ajaran hanya karena itu diucapkan oleh seorang yang dimata kita , kita hormati,
janganlah kita menerima ajaran hanya karena seakan dirangkai dalam untaian kalimat2 indah,
tapi bila setelah kita mengujinya, itu sesuai dengan Dhamma, maka barulah kita menerima.
Bila ternyata itu tidak sesuai dengan Dhamma, maka kita harus menghindarinya.
Semoga Dhamma tetap bersinar cemerlang di muka bumi ini.
Semoga apa yang Adhamma sirna tak berbekas
May All Beings Attain Enlightenment,
Sadhu,Sadhu,Sadhu... .
( oh iya, memang dalam mahaparinibbana-sutta ada khotbah "raungan-singa" ya, saya kok baru dengar dari pak hudoyo dalam komentar diatas. Setahu saya, khotbah raungan singa Sang Buddha itu terdapat dalam culasihanada sutta dan mahasihanada sutta. Tapi coba saya akan baca lagi mahaparinibbana-sutta, jangan2 saya yang keliru... )