Kalau Pak Hudoyo, pandangannya, pribadinya, dan pencapaiannya, saya tidak tahu, dan tidak mau tahu. Dalam beberapa hal, saya bisa maklum kalau pandangan Pak Hudoyo mendapat respon negatif dari umat Buddha.
Tetapi mengenai metode MMD-nya, saya tidak mungkin mengatakan "bukan ajaran Buddha" karena memang menurut saya, itu bagian dari ajaran Buddha. Yang menjadi masalah mungkin hanyalah "istilah" dan cara penjelasan Pak Hudoyo yang mungkin berbeda.
Minggu kemarin, pada perayaan Asadha, Bhante Pannavaro bercerita tentang meditasi, dan apa yang disampaikan bhante sangat mirip (kalau bukan persis) yang diajarkan di MMD, yaitu tentang "tidak usah berusaha", "hanya mengamati".
Saya setuju sekali dan sependapat dengan Bro Kai.
Tidak ada yg salah dengan MMD yg diajarkan Pak Hudoyo. Mo vipassana atau samatha, terserah disebut.. Pengamatan secara pasif (ada yg menyebut 'tanpa uasaha' ada juga yg berpendapat ini adalah 'usaha jua'; tidak masalah, hanya sekedar 'label') bisa juga disebut 'penyerahan diri total' (yg didengung2kan dicapai oleh BR, suster ka****k), juga dalam meditasi Reiki -hampir mirip-... dan kesemua teknik ini akan bisa mengantar kita pada kondisi 'tertentu'...
Masalahnya adalah 'pemikiran2' Pak Hud yg dilontarkan:
~ JMB-8 diragukan dari mulut SB (yg bisa diartikan: menurut Pak Hud JMB-8 sesungguhnya tidak bisa mengantar ke pencerahan)
~ Meragukan bait2 Tipitaka, kecuali Malunkya cs...
~ Bersikap dualisme: di depan umat Buddhist melontarkan bahwa MMD adalah metode SB, tapi di umat lain tidak disinggung2 dari SB... harusnya bersikap konsisten. Dengan bersikap begini jadi terbaca bahwa MMD jadi sekedar barang komersial yg pondasinya lemah, bisa diubah2 sesuai pasar dengan tujuan marketing semata. Bukan vipassana murni yg pondasinya kokoh dan konsisten.
Juga
ditambah sikap Pak Hudoyo sendiri yg masih tidak stabil... yg akan melahirkan pemikiran bahwa:
~ sikap belum stabil, gampang emosi, berarti belum mengikis kekotoran batin sd titik tertentu, kok berani2nya meragukan JMB-8?
~ sikap yg belum stabil ini, artinya belum mencapai 'tahapan tertentu', artinya belum bisa membuktikan MMD sebagai 'Vipassana alternatif yg telah ter-uji coba'...
~ beberap statement dan sikap pak hud yg menunjukkan bahwa: Pak Hud hanya bermeditasi ketika duduk, mencapai keheningan batin ketika duduk... sikap yg ditunjukkan dan statement ini bertolak belakang dengan inti Vipassana sendiri, yakni: lebih mementingkan kesadaran dalam keseharian, meditasi duduk hanyalah sarana latihan. Hasil sesungguhnya terlihat dalam keseharian.
----
Karena MMD sendiri, dengan tekniknya bisa mengantarkan kita pada kondisi mental tertentu, maka MMD sendiri sebenarnya cukup bermanfaat. Hanya disayangkan sikap Pak Hud dan statement2 nya yg masih belum matang. Disatu sisi,
bagi yg mengerti, tidak apa2, akan mengambil manfaat MMD saja dan tidak akan pusing dengan tingkah laku Pak Hud, namun disisi lain,
bagi murid yg pengertiannya masih dangkal, akan menelan bulat2 pernyataan2 Pak Hud dan mencontoh sikap2 Beliau. Contohnya rekan kita R*** dulu (maaf R***, saya katakan 'dulu' krn sekarang mungkin telah berbeda).
Inilah yg menurut sy mungkin dimaksud oleh Bhante Panna:
Karena -menurut saya- tidak mungkin oleh Bhante Panna mengatakan blak2an seperti yg saya maksud diatas, maka tersirat oleh saya:
~
MMD bisa bermanfaat, namun pelajari dan latih MMD-nya saja, lupakan sosok pengajarnya, jangan contoh bulat2 dan jangan ambil aksi.Kalau ketemu Buddha, bunuh Buddha....
::