//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Bolehkah umat non Buddhis memasuki vihara? - Mohon bantuan tanggapannya  (Read 42555 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline Tan

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 510
  • Reputasi: 31
Salam,

Ini ada pertanyaaan "Bolehkah umat non Buddhis memasuki vihara?" Bagaimana pendapat teman2 sekalian?
Memasuki vihara di sini dalam artian bukan untuk berpuja bakti, melainkan sekedar melihat2.
Persyaratan2 apakah yang harus dipatuhinya?
Haruskah ia turut melepas alas kaki jika memasuki vihara?

Mohon rujukannya berdasarkan Tipitaka/ Tripitaka. Mohon maaf tanggapannya jangan pendapat pribadi. Sudilah kiranya berdasarkan Tipitaka/ Tripitaka karena argumen nanti yang saya berikan harus kuat.

Salam hormat selalu, Namaste,

Tan

Offline Tan

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 510
  • Reputasi: 31
Tambahan pertanyaan lagi: Mengenakan topi dalam vihara.
« Reply #1 on: 18 July 2010, 04:33:37 PM »
Salam,

Serombongan turis sedang memasuki sebuah vihara di Taiwan. Mereka tidak melakukan puja bakti dan hanya sekedar potrat potret saja. Tindakan ini bisa dibenarkan tidak?
Ternyata ada salah seorang atau beberapa orang mengenakan topi saat masuk vihara. Apakah ini dibenarkan atau tidak?

Mohon rujukan dan jawabannya berdasarkan Tripitaka/ Tipitaka. Sebelumnya saya ucapkan banyak terima kasih.

Mohon jangan berikan jawaban yang berupa tanggapan pribadi.

Salam hormat,

Tan

Offline hendrako

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.244
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
Kalau berdasarkan Tipitaka........tidak ada istilah umat Buddhist dan umat non-Buddhist.
yaa... gitu deh

Offline Tan

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 510
  • Reputasi: 31
 [at]  Hendrako: Sebenarnya secara ga langsung terdapat acuan pada umat2 non Buddhis. Umpamanya dalam Upali Sutta. Disitu disebut mengenai pengikut Nigantha Nataputta. Nah pengikut Nigantha bukan pengikut Sang Buddha bukan? Karena itu pengikut Nigantha boleh dianggap sebagai umat non-Buddhis.

Offline Mr. pao

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 792
  • Reputasi: 29
  • KeperibadianMuYanGakuSuka
Gak masalah bro.

Jaman Sang Buddha, jangankan mengunjungi  vihara, yang mengunjungi Sang  Buddha semuanya bukan umat Buddha, malah semuanya orang kotor2 lagi (kekotoran bhatin maksudnya  ;D ).

Jika ada yang menampar pipi kananku aku akan segera memberikan pipi kirinya telapak kananku, karena dengan demikian hutang karma kita akan segera selesai ditempat. ;D

Offline Mr. pao

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 792
  • Reputasi: 29
  • KeperibadianMuYanGakuSuka
Re: Tambahan pertanyaan lagi: Mengenakan topi dalam vihara.
« Reply #5 on: 18 July 2010, 05:08:15 PM »
Gak masalah bro,

      Pakai topi bukan sesuatu yang di larang, boleh2 aja, tergantung kebijakan setempat -  tempat terbuka untuk umum, pakai topi tidak dipermasalahkan, karena vihara bukan tempat mistik seperti pantai selatan (dilarang pakai baju warna tertentu). Ada baiknya kita bersikap tetap hormat pada Sang Buddha jika masuk ke baktisala kita melepaskan topi, jacket, dan  sandal.

       kita sendiri juga harus menjaga etika juga (jangan masuk vihara pakai pakaian "u can see" atau bikini  or segi tiga ;D karena divihara tempat untuk mencari ketenangan, kalo udah pakai sexi-sexi, lawan jenis yang melihat gimana bisa tenang lagi  =P~

Intinya yang wajar dan sederhana saja lah.
Jika ada yang menampar pipi kananku aku akan segera memberikan pipi kirinya telapak kananku, karena dengan demikian hutang karma kita akan segera selesai ditempat. ;D

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Dalam Vinaya disebutkan bahwa seorang bhikkhu tidak akan membabarkan Dhamma kepada orang yang mengenakan alas kaki/topi/payung/dll. dengan asumsi bahwa seseorang masuk ke vihara untuk bertemu bhikkhu tentu saja sebaiknya melepas alas kaki, dll. tetapi kalau sekedar mau foto-foto saya kira no problemo.

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male

Offline johan3000

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 11.552
  • Reputasi: 219
  • Gender: Male
  • Crispy Lotus Root
Nahh yg paling penting SIGN utk melepas alas kaki harus jelas. Buatlah sign yg cukup besar dan mudah dimengerti. Tamu itu juga harus diservices dgn baik. Jangan cuma soal alas kaki aja tamu menjadi tersinggung. Kalau hal ini tidak dilakukan dgn baik... ya ajaran yg luar biasapun tidak mengena....

kalau bukan umat Buddha mau foto. Ya itu silahkan aja dehh biar dia puas....

sebelum pulang jangan lupa beri buku kecil utk baca2...

Non Buddhist udah jelas sangat sangat dipersilahkan boleh masuk wihara...
   walaupun tidak sembayang dan cuma lihat2. Sekalian beri makanan/minuman gratis gitu lho!
   tunjukanlah keramah tamahan.  ;D ;D
« Last Edit: 18 July 2010, 06:34:36 PM by johan3000 »
Nagasena : salah satu dari delapan penyebab matangnya kebijaksanaan dgn seringnya bertanya

Offline nyanadhana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.903
  • Reputasi: 77
  • Gender: Male
  • Kebenaran melampaui batas persepsi agama...
Salam,

Ini ada pertanyaaan "Bolehkah umat non Buddhis memasuki vihara?" Bagaimana pendapat teman2 sekalian?
Memasuki vihara di sini dalam artian bukan untuk berpuja bakti, melainkan sekedar melihat2.
Persyaratan2 apakah yang harus dipatuhinya?
Haruskah ia turut melepas alas kaki jika memasuki vihara?

Mohon rujukannya berdasarkan Tipitaka/ Tripitaka. Mohon maaf tanggapannya jangan pendapat pribadi. Sudilah kiranya berdasarkan Tipitaka/ Tripitaka karena argumen nanti yang saya berikan harus kuat.

Salam hormat selalu, Namaste,

Tan

saya pounya murid Yoga umat Muslim yang senang ikut saya pergi ke Cetiya Dhammamanggala Sunter dan sekarang menjadi vegetarian.menurut anda yang membatasi seseorang ke vihara itu imannya atau apa?
Sadhana is nothing but where a disciplined one, the love, talks to one’s own soul. It is nothing but where one cleans his own mind.

Offline nyanadhana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.903
  • Reputasi: 77
  • Gender: Male
  • Kebenaran melampaui batas persepsi agama...
Re: Tambahan pertanyaan lagi: Mengenakan topi dalam vihara.
« Reply #10 on: 18 July 2010, 06:41:30 PM »
Salam,

Serombongan turis sedang memasuki sebuah vihara di Taiwan. Mereka tidak melakukan puja bakti dan hanya sekedar potrat potret saja. Tindakan ini bisa dibenarkan tidak?
Ternyata ada salah seorang atau beberapa orang mengenakan topi saat masuk vihara. Apakah ini dibenarkan atau tidak?

Mohon rujukan dan jawabannya berdasarkan Tripitaka/ Tipitaka. Sebelumnya saya ucapkan banyak terima kasih.

Mohon jangan berikan jawaban yang berupa tanggapan pribadi.

Salam hormat,

Tan

sekelompok umat Buddha memasuki Candi Borobudur dan menggunakan payung,celana seksi dan tank top karena kepanasan.menurut anda pantas tak pantas?
Sadhana is nothing but where a disciplined one, the love, talks to one’s own soul. It is nothing but where one cleans his own mind.

Offline johan3000

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 11.552
  • Reputasi: 219
  • Gender: Male
  • Crispy Lotus Root
Re: Tambahan pertanyaan lagi: Mengenakan topi dalam vihara.
« Reply #11 on: 18 July 2010, 06:55:07 PM »
Salam,

Serombongan turis sedang memasuki sebuah vihara di Taiwan. Mereka tidak melakukan puja bakti dan hanya sekedar potrat potret saja. Tindakan ini bisa dibenarkan tidak?
Ternyata ada salah seorang atau beberapa orang mengenakan topi saat masuk vihara. Apakah ini dibenarkan atau tidak?

Mohon rujukan dan jawabannya berdasarkan Tripitaka/ Tipitaka. Sebelumnya saya ucapkan banyak terima kasih.

Mohon jangan berikan jawaban yang berupa tanggapan pribadi.

Salam hormat,

Tan

sekelompok umat Buddha memasuki Candi Borobudur dan menggunakan payung,celana seksi dan tank top karena kepanasan.menurut anda pantas tak pantas?
Alamak.. ini turis yg banyak bawa dollar..... kalau gak ada payung kan kepanasan... dan
dan kalau dinegaranya udah biasa pakai tank top... trus sampai di candi gak boleh masuk gimana ?

pikir juga kemudahan utk tamu kita dehhhh
Nagasena : salah satu dari delapan penyebab matangnya kebijaksanaan dgn seringnya bertanya

Offline nyanadhana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.903
  • Reputasi: 77
  • Gender: Male
  • Kebenaran melampaui batas persepsi agama...
Re: Tambahan pertanyaan lagi: Mengenakan topi dalam vihara.
« Reply #12 on: 18 July 2010, 07:00:17 PM »
Salam,

Serombongan turis sedang memasuki sebuah vihara di Taiwan. Mereka tidak melakukan puja bakti dan hanya sekedar potrat potret saja. Tindakan ini bisa dibenarkan tidak?
Ternyata ada salah seorang atau beberapa orang mengenakan topi saat masuk vihara. Apakah ini dibenarkan atau tidak?

Mohon rujukan dan jawabannya berdasarkan Tripitaka/ Tipitaka. Sebelumnya saya ucapkan banyak terima kasih.

Mohon jangan berikan jawaban yang berupa tanggapan pribadi.

Salam hormat,

Tan

sekelompok umat Buddha memasuki Candi Borobudur dan menggunakan payung,celana seksi dan tank top karena kepanasan.menurut anda pantas tak pantas?
Alamak.. ini turis yg banyak bawa dollar..... kalau gak ada payung kan kepanasan... dan
dan kalau dinegaranya udah biasa pakai tank top... trus sampai di candi gak boleh masuk gimana ?

pikir juga kemudahan utk tamu kita dehhhh

pikir juga deh untuk kemudahan tamu kita dari taiwan.
Sadhana is nothing but where a disciplined one, the love, talks to one’s own soul. It is nothing but where one cleans his own mind.

Offline johan3000

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 11.552
  • Reputasi: 219
  • Gender: Male
  • Crispy Lotus Root
Re: Tambahan pertanyaan lagi: Mengenakan topi dalam vihara.
« Reply #13 on: 18 July 2010, 07:15:58 PM »
bro nyanadhana,

apa tamu2 dari Taiwan maupun biksu2nya kurang mendptkan services yg baik di Candi Borobudur ?

mohon masukannya.
Nagasena : salah satu dari delapan penyebab matangnya kebijaksanaan dgn seringnya bertanya

Offline Tan

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 510
  • Reputasi: 31
TErima kasih atas tanggapannya. Saya akan kasih tanggapan satu persatu,

 [at] Mr Pao:

Memang benar, banyak non Buddhis mengunjungi Sang Buddha. Mungkin lebih baik lagi kalau Anda bisa memberikan contoh-contohnya plus ada di Sutta/ Sutra apa. Sebagai contoh:

Ambattha di Ambattha Sutta. Ambattha adalah pemuda Brahmana yang mencela Buddha Sakyamuni dan lalu berdebat masalah keturunan mana yang lebih mulia.
Upali di Upali Sutta. Upali adalah murid Nigantha Nataputta yang juga terlibat debat dengan Sang Buddha.

Dengan menimbang hal-hal di atas, apakah kita boleh menyimpulkan bahwa menurut Tripitaka/ Tipitaka sah-sah saja orang non Buddhis memasuki vihara? Ingat yang saya tanyakan adalah memasuki vihara (dalam konteks sekarang), bukan menjumpai Buddha (konteks masa lalu). Namun, Mr. Pao nampaknya setuju bahwa orang non Buddhis boleh masuk vihara dengan asumsi bahwa dahulu banyak orang2 non Buddhis yang menjumpai Sang Buddha. Nah, saya timbul pertanyaan lagi, apakah karena dahulu banyak orang non Buddhis diperkenankan datang menjumpai Sakyamuni Buddha, maka pada zaman sekarang orang non Buddhis boleh masuk ke vihara. Apakah konklusi seperti ini sah dan valid? Mohon pandangannya.

 [at] Indra:

Dalam Vinaya disebutkan bahwa seorang bhikkhu tidak akan membabarkan Dhamma kepada orang yang mengenakan alas kaki/topi/payung/dll. dengan asumsi bahwa seseorang masuk ke vihara untuk bertemu bhikkhu tentu saja sebaiknya melepas alas kaki, dll. tetapi kalau sekedar mau foto-foto saya kira no problemo.

Mohon maaf, pertanyaan saya adalah apakah orang non Buddhis diperkenankan masuk ke vihara? Jawaban Anda di atas belum menjawab pertanyaan saya. Kemudian seperti yang saya katakan adakah rujukannya dalam Tipitaka/ Tripitaka. Mohon tidak memberikan pendapat pribadi. Mungkin bagi Anda no problemo, tetapi yang saya perlukan adalah kutipan2 dari Tipitaka/ Tripitaka sehingga argumen saya lebih kuat.

 [at] Johan3000:

Nahh yg paling penting SIGN utk melepas alas kaki harus jelas. Buatlah sign yg cukup besar dan mudah dimengerti. Tamu itu juga harus diservices dgn baik. Jangan cuma soal alas kaki aja tamu menjadi tersinggung. Kalau hal ini tidak dilakukan dgn baik... ya ajaran yg luar biasapun tidak mengena....

kalau bukan umat Buddha mau foto. Ya itu silahkan aja dehh biar dia puas....

sebelum pulang jangan lupa beri buku kecil utk baca2...

Non Buddhist udah jelas sangat sangat dipersilahkan boleh masuk wihara...
   walaupun tidak sembayang dan cuma lihat2. Sekalian beri makanan/minuman gratis gitu lho!
   tunjukanlah keramah tamahan.   

Mohon maaf, Jawaban Anda juga belum mencantumkan kutipan dari Tipitaka/ Tripitaka. Minimal mohon sebutkan dari Sutra/ Sutta apa. Menurut saya begini. Ini bukan masalah menunjukkan keramah-tamahan atau apa. Kalau seandainya memang di Sutra atau Sutta memang disebutkan tidak boleh ya tidak boleh. Jangan karena kita ingin menunjukkan keramahan lalu melanggar ajaran Sang Buddha. Kalau memang diperbolehkan ya bagus. Namun kalau tidak, dengan berbuat semacam itu kita telah melanggar ajaran Buddha.

 [at] Nyanadhana:

saya pounya murid Yoga umat Muslim yang senang ikut saya pergi ke Cetiya Dhammamanggala Sunter dan sekarang menjadi vegetarian.menurut anda yang membatasi seseorang ke vihara itu imannya atau apa?

Bukan masalah iman yang membatasi atau bukan. Pertanyaan saya adalah apa yang dikatakan sendiri oleh Sang Buddha, yakni sebagaimana yang termaktub dalam Tipitaka/ Tripitaka. Jadi bukan menurut saya, si A, atau si B.

Demikian sedikit tanggapan saya. Mohon maaf kalau ada yang kurang berkenan.

Kesimpulan sementara:

Mungkin jawaban sementara yang paling mengena adalah jawaban Mr. Pao. Karena walaupun belum mencantumkan sumber2 Tipitaka/ Tripitaka, tetapi telah mengacu pada kebiasaan pada zaman Sang Buddha. Hanya saja jawaban Mr. Pao masih perlu dielaborasi dan didiskusikan lebih jauh.

Salam hormat,

Tan

Offline Tan

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 510
  • Reputasi: 31
Re: Tambahan pertanyaan lagi: Mengenakan topi dalam vihara.
« Reply #15 on: 18 July 2010, 08:46:40 PM »
Salam,

Saya juga belum menemukan kutipan atau acuan pada Tipitaka di sini. Jadi saya anggap masih pendapat pribadi. Kedua, sebenarnya bukan masalah kemudahan. Kalah memang dalam Tipitaka/ Tripitaka ga boleh ya ga boleh. Jangan karena alasan ingin memberi kemudahan, kita mengizinkan orang-orang Buddhis/ non Buddhis berlaku tidak hormat di vihara.
Mohon maaf kalau ada kata-kata yang tidak berkenan.

Offline johan3000

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 11.552
  • Reputasi: 219
  • Gender: Male
  • Crispy Lotus Root
Quote
Mohon maaf, Jawaban Anda juga belum mencantumkan kutipan dari Tipitaka/ Tripitaka. Minimal mohon sebutkan dari Sutra/ Sutta apa. Menurut saya begini. Ini bukan masalah menunjukkan keramah-tamahan atau apa. Kalau seandainya memang di Sutra atau Sutta memang disebutkan tidak boleh ya tidak boleh. Jangan karena kita ingin menunjukkan keramahan lalu melanggar ajaran Sang Buddha. Kalau memang diperbolehkan ya bagus. Namun kalau tidak, dengan berbuat semacam itu kita telah melanggar ajaran Buddha.

kalama sutta dpt mewakilin koq...

gimana tamu datang ke wihara gak lepas sepatu... trus kita tegor bilang...ehhh menurut kita Buddhist gak boleh memakai sepatu diwihara............ hahahahaaa...

Zaman Buddha aja sering mengikutin kebudayaan setempat. begitu juga beraneka ragam Buddhism itu juga pengaruh dari kebudayaan setempat. Jadi diatur aja deh gimana supaya tamu merasakan diterima dgn baik (hanget) begitu....

Rasanya lebih masuk akal mengatakan utk mempermudah perawatan marmer, maka sepatu dilepas. Karna sepatu membawa pasir yg mudah menggores lantai...

kira2 begitu dehhh (kalau ketemu president dgn kaki ayam itu berarti tidak sopan lho)
Nagasena : salah satu dari delapan penyebab matangnya kebijaksanaan dgn seringnya bertanya

Offline nyanadhana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.903
  • Reputasi: 77
  • Gender: Male
  • Kebenaran melampaui batas persepsi agama...
[at] Nyanadhana:

saya pounya murid Yoga umat Muslim yang senang ikut saya pergi ke Cetiya Dhammamanggala Sunter dan sekarang menjadi vegetarian.menurut anda yang membatasi seseorang ke vihara itu imannya atau apa?

Bukan masalah iman yang membatasi atau bukan. Pertanyaan saya adalah apa yang dikatakan sendiri oleh Sang Buddha, yakni sebagaimana yang termaktub dalam Tipitaka/ Tripitaka. Jadi bukan menurut saya, si A, atau si B.

Demikian sedikit tanggapan saya. Mohon maaf kalau ada yang kurang berkenan.


di zaman sang Buddha,bahkan sampai kasta buangan pun diterima dengan baik bahkan seorang pembawa kotoran manusia ,sang Buddha menyambut dia dengan tangan Beliau.beberapa kisah mengenai aliran lain datang dan duduk berdiskusi.apalagi jaman sekarang agama lain.inilah keindahan agama Buddha.kita tidak mengkotak2an individu.
Sadhana is nothing but where a disciplined one, the love, talks to one’s own soul. It is nothing but where one cleans his own mind.

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
[at] Indra:

Dalam Vinaya disebutkan bahwa seorang bhikkhu tidak akan membabarkan Dhamma kepada orang yang mengenakan alas kaki/topi/payung/dll. dengan asumsi bahwa seseorang masuk ke vihara untuk bertemu bhikkhu tentu saja sebaiknya melepas alas kaki, dll. tetapi kalau sekedar mau foto-foto saya kira no problemo.

Mohon maaf, pertanyaan saya adalah apakah orang non Buddhis diperkenankan masuk ke vihara? Jawaban Anda di atas belum menjawab pertanyaan saya. Kemudian seperti yang saya katakan adakah rujukannya dalam Tipitaka/ Tripitaka. Mohon tidak memberikan pendapat pribadi. Mungkin bagi Anda no problemo, tetapi yang saya perlukan adalah kutipan2 dari Tipitaka/ Tripitaka sehingga argumen saya lebih kuat.


mengenai alas kaki, topi,, dll saya sudah menyebutkan sumbernya dari Vinaya, Vinaya buku apa dan hal brp itu tergantung dari Vinaya versi apa yang anda gunakan sebagai rujukan.

mengenai Non-Buddhist. ada banyak sekali petapa dan brahmana Non-Buddhist yang mendatangi Sang Buddha di Vihara Jetavana untuk berdebat atau mendengarkan khotbah, misalnya CulaSaccakka Sutta, Culasaropama Sutta, dll

Offline nyanadhana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.903
  • Reputasi: 77
  • Gender: Male
  • Kebenaran melampaui batas persepsi agama...
Dalam Vinaya disebutkan bahwa seorang bhikkhu tidak akan membabarkan Dhamma kepada orang yang mengenakan alas kaki/topi/payung/dll. dengan asumsi bahwa seseorang masuk ke vihara untuk bertemu bhikkhu tentu saja sebaiknya melepas alas kaki, dll. tetapi kalau sekedar mau foto-foto saya kira no problemo.


yang ini masuk di bagian pertanyaan yang satu lagi mengenai turis Taiwan.
Sadhana is nothing but where a disciplined one, the love, talks to one’s own soul. It is nothing but where one cleans his own mind.

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Dalam Vinaya disebutkan bahwa seorang bhikkhu tidak akan membabarkan Dhamma kepada orang yang mengenakan alas kaki/topi/payung/dll. dengan asumsi bahwa seseorang masuk ke vihara untuk bertemu bhikkhu tentu saja sebaiknya melepas alas kaki, dll. tetapi kalau sekedar mau foto-foto saya kira no problemo.


yang ini masuk di bagian pertanyaan yang satu lagi mengenai turis Taiwan.

weleh ... pantesan gak nyambung, jadi malu ... :-[

Offline 4DMYN

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 428
  • Reputasi: -4
 [at] all
tanya dong,
kalo umat Maitreya/ Thien Tao  dan lain-lain masuk ke vihara lalu mengajak umat-umat  disana untuk dateng ke vihara mereka kira-kira bagaimana y. tanggapan rekan-rekan ? 

Offline Tan

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 510
  • Reputasi: 31
Salam,

Jadi sementara ini kita anggap boleh2 saja umat non Buddhis memasuki vihara Buddhis, sampai adanya argumen kuat yang membuktikan sebaliknya. Terima kasih atas segenap partisipan.

Namo Buddhaya,

Tan

Offline Tan

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 510
  • Reputasi: 31
 [at] 4DMYN:

Mungkin ada baiknya diposting sebagai suatu postingan terpisah. Pendapat saya pribadi karena namanya ajakan ya kita terima dengan baik. Saya tidak akan mengiakan atau mengatakan tidak. Tetapi saya memang hanya melaksanakan puja di vihara aliran saya sendiri. Sesekali bila ada waktu, tidak ada salahnya mengunjungi vihara lainnya demi persahabatan (termasuk ke vihara Tiantao dll.). Selama mereka tidak mengecam kita, maka mereka bukanlah musuh kita.

Salam hormat,

Tan

Offline nyanadhana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.903
  • Reputasi: 77
  • Gender: Male
  • Kebenaran melampaui batas persepsi agama...
[at] all
tanya dong,
kalo umat Maitreya/ Thien Tao  dan lain-lain masuk ke vihara lalu mengajak umat-umat  disana untuk dateng ke vihara mereka kira-kira bagaimana y. tanggapan rekan-rekan ? 

kisah klasik :)
sama seperti para evangelis pernah melakukan ke vihara.kembali lagi ke iman umat buddha apakah goyah oleh ajakan seperti itu.buat saya itu hak azasi manusia.
Sadhana is nothing but where a disciplined one, the love, talks to one’s own soul. It is nothing but where one cleans his own mind.

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
[at] all
tanya dong,
kalo umat Maitreya/ Thien Tao  dan lain-lain masuk ke vihara lalu mengajak umat-umat  disana untuk dateng ke vihara mereka kira-kira bagaimana y. tanggapan rekan-rekan ? 

OOT

Offline Adhitthana

  • Sebelumnya: Virya
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.508
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
Salam,

Jadi sementara ini kita anggap boleh2 saja umat non Buddhis memasuki vihara Buddhis, sampai adanya argumen kuat yang membuktikan sebaliknya. Terima kasih atas segenap partisipan.

Namo Buddhaya,

Tan
Bro Tan .....
bukan untuk sementara .... anggapan non Buddhis bole memasuki Vihara
tapi selamanya dipersilakan / tidak ada larangan  ;D

maaf ... bro Tan
mungkin anda sedikit terpengaruh agama tetangga yg tidak memperbolekan memasuki tmp ibadah yg tidak seiman a.k.a  kafir

Bahkan di tmpt2 retreat meditasi Buddhis .... yang ada Buddha Rupang dan Sayadaw (guru Meditasi)
kalangan non Buddhis dipersilakan ikut retreat (bole daftar)
dan kalangan non Buddhis juga tidak diharuskan utk ber-namaskara kpd Buddha dan guru pembimbing (Sayadaw) ......
ITu pengalaman saya ketika ikut retreat dan bertemu dgn non Buddhis .....
  Aku akan mengalami Usia tua, aku akan menderita penyakit, aku akan mengalami kematian. Segala yang ku Cintai, ku miliki, dan ku senangi akan Berubah dan terpisah dariku ....

Offline 4DMYN

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 428
  • Reputasi: -4
rata-rata jawaban rekan-rekan disini secara teori sangat bagus, tapi  pada prakteknya koq sedikit beda.

Saya mau share pengalaman saya saja. Dulu saya sering dateng ke vihara-vihara Tantrayana non-TBSN, hanya sekedar untuk mendengarkan ceramah dharma ataupun berdiskusi. tapi begitu umat-umat disana tau bahwa saya adalah pengikut TBSN, mereka mulai mengejek saya. lama-kelamaan saya jadi jengkel juga, apa salahnya sih penganut TBSN dateng ke vihara-vihara tantrayana non-TBSN?
Sekarang saya sudah malas sekali untuk datang ke vihara-vihara tersebut, orang-orangnya berpikiran sempit dan merasa diri sendiri paling suci di dunia. Mentang-mentang kalau silsilahnya mentereng, guru-nya terkenal, bisa sembarangan aja mengejek.

mereka mengejek saya, seolah-olah mengatakan umat TBSN dilarang masuk ke dalam vihara kami.


Offline Sunkmanitu Tanka Ob'waci

  • Sebelumnya: Karuna, Wolverine, gachapin
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.806
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
  • 会いたい。
yang sedikit menarik adalah batas sima.
di thailand jaman dulu, hukum gak berpengaruh di sima. jadi kalo urusan negara mau masuk ke sima, harus ijin ke kepala vihara dulu.

setau saya acara-acara resmi sangha juga off limit buat orang biasa.
 
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

Offline Sunkmanitu Tanka Ob'waci

  • Sebelumnya: Karuna, Wolverine, gachapin
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.806
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
  • 会いたい。
rata-rata jawaban rekan-rekan disini secara teori sangat bagus, tapi  pada prakteknya koq sedikit beda.

Saya mau share pengalaman saya saja. Dulu saya sering dateng ke vihara-vihara Tantrayana non-TBSN, hanya sekedar untuk mendengarkan ceramah dharma ataupun berdiskusi. tapi begitu umat-umat disana tau bahwa saya adalah pengikut TBSN, mereka mulai mengejek saya. lama-kelamaan saya jadi jengkel juga, apa salahnya sih penganut TBSN dateng ke vihara-vihara tantrayana non-TBSN?
Sekarang saya sudah malas sekali untuk datang ke vihara-vihara tersebut, orang-orangnya berpikiran sempit dan merasa diri sendiri paling suci di dunia. Mentang-mentang kalau silsilahnya mentereng, guru-nya terkenal, bisa sembarangan aja mengejek.

mereka mengejek saya, seolah-olah mengatakan umat TBSN dilarang masuk ke dalam vihara kami.



OOT
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

Offline hendrako

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.244
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
Kalau dari pengalaman pribadi, sekitar 3 tahun yang lalu, saya ikut sesi meditasi di Vihara sebagai non-Buddhist dan saya tidak melakukan Namakkara pada Rupang Buddha. Jadi pada saat peserta dan pembimbing melakukan Namakkara saya hanya duduk diam saja. Ini saya lakukan dalam banyak kesempatan, tidak ada yang protes .... Sebelum saya mengikuti latihan meditasi di Vihara, saya bertanya pada teman saya yang Buddhist, apakah orang yang bukan beragama Buddha boleh ikut latihan meditasi? jawab=Boleh. Apakah saya boleh tidak ikut menyembah pada patung? Jawab=Boleh. Sesudah itu saya ikut latihan... ;D
yaa... gitu deh

Offline hendrako

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.244
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
yang sedikit menarik adalah batas sima.
di thailand jaman dulu, hukum gak berpengaruh di sima. jadi kalo urusan negara mau masuk ke sima, harus ijin ke kepala vihara dulu.

setau saya acara-acara resmi sangha juga off limit buat orang biasa.
 

Sima itu apaan yah?
yaa... gitu deh

Offline 4DMYN

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 428
  • Reputasi: -4
rata-rata jawaban rekan-rekan disini secara teori sangat bagus, tapi  pada prakteknya koq sedikit beda.

Saya mau share pengalaman saya saja. Dulu saya sering dateng ke vihara-vihara Tantrayana non-TBSN, hanya sekedar untuk mendengarkan ceramah dharma ataupun berdiskusi. tapi begitu umat-umat disana tau bahwa saya adalah pengikut TBSN, mereka mulai mengejek saya. lama-kelamaan saya jadi jengkel juga, apa salahnya sih penganut TBSN dateng ke vihara-vihara tantrayana non-TBSN?
Sekarang saya sudah malas sekali untuk datang ke vihara-vihara tersebut, orang-orangnya berpikiran sempit dan merasa diri sendiri paling suci di dunia. Mentang-mentang kalau silsilahnya mentereng, guru-nya terkenal, bisa sembarangan aja mengejek.

mereka mengejek saya, seolah-olah mengatakan umat TBSN dilarang masuk ke dalam vihara kami.



OOT
koq bisa OOT, dasarnya apa?  menurut anda TBSN itu masuk Buddhist ato non-buddhist? saya kira penggolongan di forum ini sudah jelas bahwa TBSN digolongkan ke dalam non-Buddhist karena semua yang berhubungan dengan TBSN dimasukkan ke dalam "Buddhisme dengan Agama, Kepercayaan, Tradisi dan Filsafat Lain".
pengalaman saya: apabila umat TBSN masuk ke dalam vihara Budhisme Tantrayana non TBSN.  secara teori ehipashiko, tetapi secara praktek mengejek dan memandang rendah.

Offline Sunkmanitu Tanka Ob'waci

  • Sebelumnya: Karuna, Wolverine, gachapin
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.806
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
  • 会いたい。
udah jelas kan? non buddhist.
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

Offline Tan

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 510
  • Reputasi: 31
 [at] Virya:
Bukan terpengaruh agama lain, tetapi berusaha mencari rujukannya dalam Tipitaka atau Tripitaka. Bila memang dalam Tripitaka atau Tipitaka diperbolehkan ya tidak apa-apa. Sebagai umat Buddha sudah sewajarnya kita mengacu para Tripitaka atau Tipitaka.

Salam hormat,

Tan

Offline nyanadhana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.903
  • Reputasi: 77
  • Gender: Male
  • Kebenaran melampaui batas persepsi agama...
[at] Virya:
Bukan terpengaruh agama lain, tetapi berusaha mencari rujukannya dalam Tipitaka atau Tripitaka. Bila memang dalam Tripitaka atau Tipitaka diperbolehkan ya tidak apa-apa. Sebagai umat Buddha sudah sewajarnya kita mengacu para Tripitaka atau Tipitaka.

Salam hormat,

Tan

kadang dibutuhkan kebijaksanaan tidak hanya sekedar bergantung pada Tipitaka :) krn kalo mau mencari referensi yang cuman segelintir doank lebih baik mencari informasi yang mebawa anda pada pencerahan batin.
Sadhana is nothing but where a disciplined one, the love, talks to one’s own soul. It is nothing but where one cleans his own mind.

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
rata-rata jawaban rekan-rekan disini secara teori sangat bagus, tapi  pada prakteknya koq sedikit beda.

boleh tau anda sudah bertemu dengan member DC siapa saja dan dimana?

Offline Sunkmanitu Tanka Ob'waci

  • Sebelumnya: Karuna, Wolverine, gachapin
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.806
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
  • 会いたい。
kadang dibutuhkan kebijaksanaan tidak hanya sekedar bergantung pada Tipitaka :) krn kalo mau mencari referensi yang cuman segelintir doank lebih baik mencari informasi yang mebawa anda pada pencerahan batin.

saya yakin bro tan ada alasan khusus bertanya spesifik seperti ini :)
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

Offline Adhitthana

  • Sebelumnya: Virya
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.508
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
[at] Virya:
Bukan terpengaruh agama lain, tetapi berusaha mencari rujukannya dalam Tipitaka atau Tripitaka. Bila memang dalam Tripitaka atau Tipitaka diperbolehkan ya tidak apa-apa. Sebagai umat Buddha sudah sewajarnya kita mengacu para Tripitaka atau Tipitaka.

Salam hormat,

Tan
maksudnya pemikiran kita .... sedikit-banyak terpengaruh agama tetangga  ;D
karna kita hidup ditengah-tengah mayoritas yg punya ideologi yg demikian .....
mungkin .... kita tak akan bisa menemukan ada larangan ato anjuran dalam Tipitaka
Pancasila Buddhis saja .... bukanlah larangan ato anjuran, tapi berlatih diri yg manfaatnya utk diri sendiri
 _/\_
« Last Edit: 18 July 2010, 10:35:08 PM by Virya »
  Aku akan mengalami Usia tua, aku akan menderita penyakit, aku akan mengalami kematian. Segala yang ku Cintai, ku miliki, dan ku senangi akan Berubah dan terpisah dariku ....

Offline Tan

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 510
  • Reputasi: 31
 [at] 4DMYN & all:

Berdasarkan pengalaman saudara 4DMYN di atas bila benar (taruh TBSN adalah non Buddhis), maka penjelasan rekan2 di sini adalah kontradiksi dengan kenyataan yang ada. Yakni bahwa umat non Buddhis tidak diterima dengan baik di vihara Buddhis. Jika memang benar bahwa umat non Buddhis (dalam hal ini TBSN) diterima dengan tidak baik di vihara Buddhis dan ternyata Sang Buddha menerima dengan baik umat non Buddhis, maka mereka dalam artian orang-orang yang mengaku dirinya Buddhis telah berlaku tidak sesuai dengan ajaran gurunya sendiri. Namun bila ternyata memang umat-umat non Buddhis tidak harus diterima dengan baik di vihara, maka penjelasan rekan2 di sini tentunya salah.

Itulah sebabnya, tadi saya katakan "sementara penjelasannya saya terima sampai ditemukan argumen kuat yang membuktikan sebaliknya."

Nah bagaimana menyelesaikan masalah ini? Nampaknya semakin membingungkan dan bukan semakin jelas.

Namo Buddhaya,

Tan

Offline Sunkmanitu Tanka Ob'waci

  • Sebelumnya: Karuna, Wolverine, gachapin
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.806
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
  • 会いたい。
[at] 4DMYN & all:

Berdasarkan pengalaman saudara 4DMYN di atas bila benar (taruh TBSN adalah non Buddhis), maka penjelasan rekan2 di sini adalah kontradiksi dengan kenyataan yang ada. Yakni bahwa umat non Buddhis tidak diterima dengan baik di vihara Buddhis. Jika memang benar bahwa umat non Buddhis (dalam hal ini TBSN) diterima dengan tidak baik di vihara Buddhis dan ternyata Sang Buddha menerima dengan baik umat non Buddhis, maka mereka dalam artian orang-orang yang mengaku dirinya Buddhis telah berlaku tidak sesuai dengan ajaran gurunya sendiri. Namun bila ternyata memang umat-umat non Buddhis tidak harus diterima dengan baik di vihara, maka penjelasan rekan2 di sini tentunya salah.

Itulah sebabnya, tadi saya katakan "sementara penjelasannya saya terima sampai ditemukan argumen kuat yang membuktikan sebaliknya."

Nah bagaimana menyelesaikan masalah ini? Nampaknya semakin membingungkan dan bukan semakin jelas.

Namo Buddhaya,

Tan

kalau lihat dari postingannya 4DMYN akan kelihatan penyebabnya deh.
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
rata-rata jawaban rekan-rekan disini secara teori sangat bagus, tapi  pada prakteknya koq sedikit beda.

Saya mau share pengalaman saya saja. Dulu saya sering dateng ke vihara-vihara Tantrayana non-TBSN, hanya sekedar untuk mendengarkan ceramah dharma ataupun berdiskusi. tapi begitu umat-umat disana tau bahwa saya adalah pengikut TBSN, mereka mulai mengejek saya. lama-kelamaan saya jadi jengkel juga, apa salahnya sih penganut TBSN dateng ke vihara-vihara tantrayana non-TBSN?
Sekarang saya sudah malas sekali untuk datang ke vihara-vihara tersebut, orang-orangnya berpikiran sempit dan merasa diri sendiri paling suci di dunia. Mentang-mentang kalau silsilahnya mentereng, guru-nya terkenal, bisa sembarangan aja mengejek.

mereka mengejek saya, seolah-olah mengatakan umat TBSN dilarang masuk ke dalam vihara kami.



OOT
koq bisa OOT, dasarnya apa?  menurut anda TBSN itu masuk Buddhist ato non-buddhist? saya kira penggolongan di forum ini sudah jelas bahwa TBSN digolongkan ke dalam non-Buddhist karena semua yang berhubungan dengan TBSN dimasukkan ke dalam "Buddhisme dengan Agama, Kepercayaan, Tradisi dan Filsafat Lain".
pengalaman saya: apabila umat TBSN masuk ke dalam vihara Budhisme Tantrayana non TBSN.  secara teori ehipashiko, tetapi secara praktek mengejek dan memandang rendah.

anda mengerti OOT? Out Of Topic, artinya komentar anda tidak sesuai dengan topik yang dibawa oleh TS. TS sedang mendiskusikan mengenai Non-Buddhist yg masuk ke vihara. menurut anda TBSN termasuk Buddhism atau tidak? dan apakah TS menyinggung soal rekrutmen di sini?

Offline Tan

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 510
  • Reputasi: 31
 [at] Nyanadhana:

kadang dibutuhkan kebijaksanaan tidak hanya sekedar bergantung pada Tipitaka  krn kalo mau mencari referensi yang cuman segelintir doank lebih baik mencari informasi yang mebawa anda pada pencerahan batin.

TAN:

Ini bahaya. Kalau kebijaksanaan Anda sudah melebihi Sang Buddha saya mafhum dengan tanggapan Anda di atas. Namun bila belum, bagaimana mungkin Anda yakin "kebijaksanaan" Anda benar-benar "bijaksana"? Apakah dengan demikian menurut Anda Tipitaka dan Tripitaka tidak diperlukan lagi? Kalau Anda menganggap bahwa Tripitaka dan Tipitaka tidak diperlukan lagi berarti pandangan kita beda.

SAlam hormat,

Tan

Offline Adhitthana

  • Sebelumnya: Virya
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.508
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
[at] 4DMYN

coba buka topik baru .... biar di bahas disana  ;D
  Aku akan mengalami Usia tua, aku akan menderita penyakit, aku akan mengalami kematian. Segala yang ku Cintai, ku miliki, dan ku senangi akan Berubah dan terpisah dariku ....

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
[at] 4DMYN & all:

Berdasarkan pengalaman saudara 4DMYN di atas bila benar (taruh TBSN adalah non Buddhis), maka penjelasan rekan2 di sini adalah kontradiksi dengan kenyataan yang ada. Yakni bahwa umat non Buddhis tidak diterima dengan baik di vihara Buddhis. Jika memang benar bahwa umat non Buddhis (dalam hal ini TBSN) diterima dengan tidak baik di vihara Buddhis dan ternyata Sang Buddha menerima dengan baik umat non Buddhis, maka mereka dalam artian orang-orang yang mengaku dirinya Buddhis telah berlaku tidak sesuai dengan ajaran gurunya sendiri. Namun bila ternyata memang umat-umat non Buddhis tidak harus diterima dengan baik di vihara, maka penjelasan rekan2 di sini tentunya salah.

Itulah sebabnya, tadi saya katakan "sementara penjelasannya saya terima sampai ditemukan argumen kuat yang membuktikan sebaliknya."

Nah bagaimana menyelesaikan masalah ini? Nampaknya semakin membingungkan dan bukan semakin jelas.

Namo Buddhaya,

Tan

DC adalah forum Buddhis, beberapa member malah menganggap DC sbg vihara, dan rekan 4DMYN sering keluar masuk DC dan tetap diterima, kalau sebaliknya tentu 4DMYN sudah di ban dari DC

Offline nyanadhana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.903
  • Reputasi: 77
  • Gender: Male
  • Kebenaran melampaui batas persepsi agama...
rata-rata jawaban rekan-rekan disini secara teori sangat bagus, tapi  pada prakteknya koq sedikit beda.

Saya mau share pengalaman saya saja. Dulu saya sering dateng ke vihara-vihara Tantrayana non-TBSN, hanya sekedar untuk mendengarkan ceramah dharma ataupun berdiskusi. tapi begitu umat-umat disana tau bahwa saya adalah pengikut TBSN, mereka mulai mengejek saya. lama-kelamaan saya jadi jengkel juga, apa salahnya sih penganut TBSN dateng ke vihara-vihara tantrayana non-TBSN?
Sekarang saya sudah malas sekali untuk datang ke vihara-vihara tersebut, orang-orangnya berpikiran sempit dan merasa diri sendiri paling suci di dunia. Mentang-mentang kalau silsilahnya mentereng, guru-nya terkenal, bisa sembarangan aja mengejek.

mereka mengejek saya, seolah-olah mengatakan umat TBSN dilarang masuk ke dalam vihara kami.



OOT
koq bisa OOT, dasarnya apa?  menurut anda TBSN itu masuk Buddhist ato non-buddhist? saya kira penggolongan di forum ini sudah jelas bahwa TBSN digolongkan ke dalam non-Buddhist karena semua yang berhubungan dengan TBSN dimasukkan ke dalam "Buddhisme dengan Agama, Kepercayaan, Tradisi dan Filsafat Lain".
pengalaman saya: apabila umat TBSN masuk ke dalam vihara Budhisme Tantrayana non TBSN.  secara teori ehipashiko, tetapi secara praktek mengejek dan memandang rendah.

apa kesamaan J Krishnamurti,Lu sheng Yen,Sai Baba dan manusia2 yang mengklaim dirinya super power?ada satu kesamaan yaitu tidak bisa menghindari sex

kenapa tbsn tidka masuk dalam tantrayana karena root gurunya tidak jelas,lu sheng yen mngklaim dirinya sebagai root guru langsung.sedangkan vajrayana bisa ditrace.tantrayana lu sheng yen lebih bersifat mistikal bandingkan dengan seluruh aliran vajrayana yang masih mengikuti vinaya,dharma,sastra,abhidharma.semua tersimpan rapi.apakah referensi lsy?
Sadhana is nothing but where a disciplined one, the love, talks to one’s own soul. It is nothing but where one cleans his own mind.

Offline Tan

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 510
  • Reputasi: 31
 [at] Virya:

maksudnya pemikiran kita .... sedikit-banyak terpengaruh agama tetangga 
karna kita hidup ditengah-tengah mayoritas yg punya ideologi yg demikian .....
mungkin .... kita tak akan bisa menemukan ada larangan ato anjuran dalam Tipitaka
Pancasila Buddhis saja .... bukanlah larangan ato anjuran, tapi berlatih diri yg manfaatnya utk diri sendiri

TAN:

Saya kurang setuju. Bagi saya diskusi2 seperti ini penting. Kalau memang benar hanya berlatih untuk diri sendiri yang ada manfaatnya. Apakah posting di DC juga termasuk melatih untuk diri sendiri? Jika tidak, Anda telah melakukan sesuatu yang tidak bermanfaat. Jika ya, pertanyaan saya sangat bermanfaat untuk didiskusikan.

Salam hormat,

Tan

Offline nyanadhana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.903
  • Reputasi: 77
  • Gender: Male
  • Kebenaran melampaui batas persepsi agama...
[at] Nyanadhana:

kadang dibutuhkan kebijaksanaan tidak hanya sekedar bergantung pada Tipitaka  krn kalo mau mencari referensi yang cuman segelintir doank lebih baik mencari informasi yang mebawa anda pada pencerahan batin.

TAN:

Ini bahaya. Kalau kebijaksanaan Anda sudah melebihi Sang Buddha saya mafhum dengan tanggapan Anda di atas. Namun bila belum, bagaimana mungkin Anda yakin "kebijaksanaan" Anda benar-benar "bijaksana"? Apakah dengan demikian menurut Anda Tipitaka dan Tripitaka tidak diperlukan lagi? Kalau Anda menganggap bahwa Tripitaka dan Tipitaka tidak diperlukan lagi berarti pandangan kita beda.

SAlam hormat,

Tan

maksud saya...kadang daripada anda mengubek2 tipitaka yang sedemikian besar dan luasnya hanya demi satu referensi kecil yang sebenarnya disolve lewat masalah etika.bukankah lebih baik anda mencari referensi bagaimana Buddha mengajarkan orang menuju pencerahan?itulah kebijaksanaan dalam menimbang tipitaka.saya lihat anda memang suka mencari referensi tipitaka.kenapa anda tidak mendownload tipitaka online di www.accesstoinsight.org mungkin anda bisa mencari sendiri.
Sadhana is nothing but where a disciplined one, the love, talks to one’s own soul. It is nothing but where one cleans his own mind.

Offline Tan

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 510
  • Reputasi: 31
Kembali ke topik.

Apakah Anda masukan lagi untuk pertanyaan saya di atas? Jika tidak saya akan coba buat summarynya. Jawabannya ditunggu oleh rekan saya dari forum kerukunan umat beragama. Terima kasih.

Salam hormat,

Ivan Taniputera

Offline Tan

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 510
  • Reputasi: 31
 [at] Nyanadhana:

maksud saya...kadang daripada anda mengubek2 tipitaka yang sedemikian besar dan luasnya hanya demi satu referensi kecil yang sebenarnya disolve lewat masalah etika.bukankah lebih baik anda mencari referensi bagaimana Buddha mengajarkan orang menuju pencerahan?itulah kebijaksanaan dalam menimbang tipitaka.saya lihat anda memang suka mencari referensi tipitaka.kenapa anda tidak mendownload tipitaka online di www.accesstoinsight.org mungkin anda bisa mencari sendiri.

TAN:

Tidak perlu mendownload. Saya punya teksnya. Hanya saja sangat sulit mencari dari sekian banyak sutta seperti itu. Kalau rekan-rekan di sini ada yang tahu, apakah salahnya bertanya?

1)Apakah menolong orang lain itu tidak dibenarkan dalam agama Buddha?
2)Malu bertanya sesat di jalan.

Oleh karenanya, kalau Anda tidak mau membantu (dan meminta saya mencari sendiri dalam sutta) ya tidak apa-apa. Tetapi barangkali masih ada rekan lain yang mau membantu.

Demikian kira-kira yang dapat saya sampaikan.

Salam hormat,

Tan

Offline nyanadhana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.903
  • Reputasi: 77
  • Gender: Male
  • Kebenaran melampaui batas persepsi agama...
[at] Nyanadhana:

kadang dibutuhkan kebijaksanaan tidak hanya sekedar bergantung pada Tipitaka  krn kalo mau mencari referensi yang cuman segelintir doank lebih baik mencari informasi yang mebawa anda pada pencerahan batin.

TAN:

Ini bahaya. Kalau kebijaksanaan Anda sudah melebihi Sang Buddha saya mafhum dengan tanggapan Anda di atas. Namun bila belum, bagaimana mungkin Anda yakin "kebijaksanaan" Anda benar-benar "bijaksana"? Apakah dengan demikian menurut Anda Tipitaka dan Tripitaka tidak diperlukan lagi? Kalau Anda menganggap bahwa Tripitaka dan Tipitaka tidak diperlukan lagi berarti pandangan kita beda.

SAlam hormat,

Tan

satu hal lagi.saya tidak mencari persamaan pandangan dengan anda.saya menyampaikan opini saya terhadap pertanyaan anda,yang sebetulnya saya katakan sangat lucu ditanyakan,selama ini saya bergaul dengan umat agama manapun tidka pernah bertanya kalo mereka masuk vihara diperbolehkan apa ngga dan apa referensi nya,hal ini ditanyakan malah oleh seorang buddhist :).mungkin anda mendapat pertanyaan ini namun pendapat saya adalah anda perdalam seluruh Sutta yang ada,seluruh sejarah dimana murid berguru pada Sang Buddha.
Sadhana is nothing but where a disciplined one, the love, talks to one’s own soul. It is nothing but where one cleans his own mind.

Offline Mr. pao

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 792
  • Reputasi: 29
  • KeperibadianMuYanGakuSuka
TErima kasih atas tanggapannya. Saya akan kasih tanggapan satu persatu,

 [at] Mr Pao:

Memang benar, banyak non Buddhis mengunjungi Sang Buddha. Mungkin lebih baik lagi kalau Anda bisa memberikan contoh-contohnya plus ada di Sutta/ Sutra apa. Sebagai contoh:

Ambattha di Ambattha Sutta. Ambattha adalah pemuda Brahmana yang mencela Buddha Sakyamuni dan lalu berdebat masalah keturunan mana yang lebih mulia.
Upali di Upali Sutta. Upali adalah murid Nigantha Nataputta yang juga terlibat debat dengan Sang Buddha.

Dengan menimbang hal-hal di atas, apakah kita boleh menyimpulkan bahwa menurut Tripitaka/ Tipitaka sah-sah saja orang non Buddhis memasuki vihara? Ingat yang saya tanyakan adalah memasuki vihara (dalam konteks sekarang), bukan menjumpai Buddha (konteks masa lalu). Namun, Mr. Pao nampaknya setuju bahwa orang non Buddhis boleh masuk vihara dengan asumsi bahwa dahulu banyak orang2 non Buddhis yang menjumpai Sang Buddha. Nah, saya timbul pertanyaan lagi, apakah karena dahulu banyak orang non Buddhis diperkenankan datang menjumpai Sakyamuni Buddha, maka pada zaman sekarang orang non Buddhis boleh masuk ke vihara. Apakah konklusi seperti ini sah dan valid? Mohon pandangannya.


Kalo sutts2 sih kagak hapal tapi banyak sutta yang mengkisahkan umat dari kepercayaan lain datang ke vihara untuk berdiskusi dengan Sang Buddha. Jaman Buddha kan banyak umat yang belum beragama Buddha datang ke vihara untuk mendengarkan ceramah dan kemudian setelah cocok baru masuk menjadi umat Buddha. Zaman sekarang juga koq. Umat yang dari ajaran lain mau berdiskusi dengan Bhante silakan aja. Awal masuknya agama Buddha ke indonesia juga begitu, karena adanya umat kepercayaan lain yang udah berdiskusi dengan Bhante di vihara atau di luar vihara, stelah merasa ajaran ini cocok maka ikut menjadi umat Buddha. Seperti ko virya sebutkan, sampai kapanpun, ajaran Buddha terbuka untuk manusia buktikan, Ehipasiko. Kan banyak agama yang tidak mau orang menanyakan sesuatu yang dirahasiakan oleh tuhan sementara agama Buddha terbuka untuk siapa saja untuk membuktikan ajarannya. Silakan siapa saja boleh masuk vihara tuk diskusi.
Jika ada yang menampar pipi kananku aku akan segera memberikan pipi kirinya telapak kananku, karena dengan demikian hutang karma kita akan segera selesai ditempat. ;D

Offline nyanadhana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.903
  • Reputasi: 77
  • Gender: Male
  • Kebenaran melampaui batas persepsi agama...
[at] Nyanadhana:

maksud saya...kadang daripada anda mengubek2 tipitaka yang sedemikian besar dan luasnya hanya demi satu referensi kecil yang sebenarnya disolve lewat masalah etika.bukankah lebih baik anda mencari referensi bagaimana Buddha mengajarkan orang menuju pencerahan?itulah kebijaksanaan dalam menimbang tipitaka.saya lihat anda memang suka mencari referensi tipitaka.kenapa anda tidak mendownload tipitaka online di www.accesstoinsight.org mungkin anda bisa mencari sendiri.

TAN:

Tidak perlu mendownload. Saya punya teksnya. Hanya saja sangat sulit mencari dari sekian banyak sutta seperti itu. Kalau rekan-rekan di sini ada yang tahu, apakah salahnya bertanya?

1)Apakah menolong orang lain itu tidak dibenarkan dalam agama Buddha?
2)Malu bertanya sesat di jalan.

Oleh karenanya, kalau Anda tidak mau membantu (dan meminta saya mencari sendiri dalam sutta) ya tidak apa-apa. Tetapi barangkali masih ada rekan lain yang mau membantu.

Demikian kira-kira yang dapat saya sampaikan.

Salam hormat,

Tan

saya tidak perlu lagi mengomentari dan menjustifikasi anda.karena anda sudah punya sumbernya.
Sadhana is nothing but where a disciplined one, the love, talks to one’s own soul. It is nothing but where one cleans his own mind.

Offline Adhitthana

  • Sebelumnya: Virya
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.508
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
[at] Virya:

maksudnya pemikiran kita .... sedikit-banyak terpengaruh agama tetangga 
karna kita hidup ditengah-tengah mayoritas yg punya ideologi yg demikian .....
mungkin .... kita tak akan bisa menemukan ada larangan ato anjuran dalam Tipitaka
Pancasila Buddhis saja .... bukanlah larangan ato anjuran, tapi berlatih diri yg manfaatnya utk diri sendiri

TAN:

Saya kurang setuju. Bagi saya diskusi2 seperti ini penting. Kalau memang benar hanya berlatih untuk diri sendiri yang ada manfaatnya. Apakah posting di DC juga termasuk melatih untuk diri sendiri? Jika tidak, Anda telah melakukan sesuatu yang tidak bermanfaat. Jika ya, pertanyaan saya sangat bermanfaat untuk didiskusikan.

Salam hormat,

Tan

lhoo  ???
darimana bro Tan punya kesan .... tulisan yg mengatakan saya tidak setuju berdiskusi??

Pancasila Buddhis utk berlatih diri sendiri khan?? .... bukan utk orang lain
benar gak bro??
  Aku akan mengalami Usia tua, aku akan menderita penyakit, aku akan mengalami kematian. Segala yang ku Cintai, ku miliki, dan ku senangi akan Berubah dan terpisah dariku ....

Offline Sunkmanitu Tanka Ob'waci

  • Sebelumnya: Karuna, Wolverine, gachapin
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.806
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
  • 会いたい。
Re: Tambahan pertanyaan lagi: Mengenakan topi dalam vihara.
« Reply #54 on: 18 July 2010, 10:59:13 PM »
Salam,

Saya juga belum menemukan kutipan atau acuan pada Tipitaka di sini. Jadi saya anggap masih pendapat pribadi. Kedua, sebenarnya bukan masalah kemudahan. Kalah memang dalam Tipitaka/ Tripitaka ga boleh ya ga boleh. Jangan karena alasan ingin memberi kemudahan, kita mengizinkan orang-orang Buddhis/ non Buddhis berlaku tidak hormat di vihara.
Mohon maaf kalau ada kata-kata yang tidak berkenan.

setahu saya di vihara-vihara tertentu ada larangan memakai rok mini, tank top dan lain-lain sebagainya. walaupun sudah ada spanduk besar-besar yang melarang, biasanya tamu tetap masuk. kalau terhadap yang demikian saya tidak ragu mengatakan "buta huruf"
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

Offline Tan

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 510
  • Reputasi: 31
 [at] Virya:

Maaf kalau begitu mungkin saya salah menafsirkan pendapat Anda. Baik mari kita kembali ke topik.

Salam hormat,

Tan

Offline Mr. pao

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 792
  • Reputasi: 29
  • KeperibadianMuYanGakuSuka
[at] 4DMYN & all:

Berdasarkan pengalaman saudara 4DMYN di atas bila benar (taruh TBSN adalah non Buddhis), maka penjelasan rekan2 di sini adalah kontradiksi dengan kenyataan yang ada. Yakni bahwa umat non Buddhis tidak diterima dengan baik di vihara Buddhis. Jika memang benar bahwa umat non Buddhis (dalam hal ini TBSN) diterima dengan tidak baik di vihara Buddhis dan ternyata Sang Buddha menerima dengan baik umat non Buddhis, maka mereka dalam artian orang-orang yang mengaku dirinya Buddhis telah berlaku tidak sesuai dengan ajaran gurunya sendiri. Namun bila ternyata memang umat-umat non Buddhis tidak harus diterima dengan baik di vihara, maka penjelasan rekan2 di sini tentunya salah.

Itulah sebabnya, tadi saya katakan "sementara penjelasannya saya terima sampai ditemukan argumen kuat yang membuktikan sebaliknya."

Nah bagaimana menyelesaikan masalah ini? Nampaknya semakin membingungkan dan bukan semakin jelas.

Namo Buddhaya,

Tan

Selain ramah tamah didalam vihara, satu hal yang perlu diingatkan juga saya rasa tidak kalah pentingnya, niat ke vihara itu apa? jika niat itu baik2 untuk berdiskusi dengan baik2, saya rasa semua orang bisa terima juga koq.
Kalo niatnya bukan untuk diskusi dan bermaksud lain, apakah kepala vihara harus bersikap baik dan mengajak umat lainnya rame2 masuk TBSN. Nanti kalo ada agama islam datang ke vihara TBSN dan mengajak masuk islam lalu ramai2 umat TBSN dan LSY sama-sama masuk islam itu mah repot.
Udah lah bro 4DMIN murtad aja rame2 masuk islam. Dijamin masuk surga lho.
Jika ada yang menampar pipi kananku aku akan segera memberikan pipi kirinya telapak kananku, karena dengan demikian hutang karma kita akan segera selesai ditempat. ;D

Offline 4DMYN

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 428
  • Reputasi: -4
rata-rata jawaban rekan-rekan disini secara teori sangat bagus, tapi  pada prakteknya koq sedikit beda.

Saya mau share pengalaman saya saja. Dulu saya sering dateng ke vihara-vihara Tantrayana non-TBSN, hanya sekedar untuk mendengarkan ceramah dharma ataupun berdiskusi. tapi begitu umat-umat disana tau bahwa saya adalah pengikut TBSN, mereka mulai mengejek saya. lama-kelamaan saya jadi jengkel juga, apa salahnya sih penganut TBSN dateng ke vihara-vihara tantrayana non-TBSN?
Sekarang saya sudah malas sekali untuk datang ke vihara-vihara tersebut, orang-orangnya berpikiran sempit dan merasa diri sendiri paling suci di dunia. Mentang-mentang kalau silsilahnya mentereng, guru-nya terkenal, bisa sembarangan aja mengejek.

mereka mengejek saya, seolah-olah mengatakan umat TBSN dilarang masuk ke dalam vihara kami.



OOT
koq bisa OOT, dasarnya apa?  menurut anda TBSN itu masuk Buddhist ato non-buddhist? saya kira penggolongan di forum ini sudah jelas bahwa TBSN digolongkan ke dalam non-Buddhist karena semua yang berhubungan dengan TBSN dimasukkan ke dalam "Buddhisme dengan Agama, Kepercayaan, Tradisi dan Filsafat Lain".
pengalaman saya: apabila umat TBSN masuk ke dalam vihara Budhisme Tantrayana non TBSN.  secara teori ehipashiko, tetapi secara praktek mengejek dan memandang rendah.

anda mengerti OOT? Out Of Topic, artinya komentar anda tidak sesuai dengan topik yang dibawa oleh TS. TS sedang mendiskusikan mengenai Non-Buddhist yg masuk ke vihara. menurut anda TBSN termasuk Buddhism atau tidak? dan apakah TS menyinggung soal rekrutmen di sini?

Menurut forum DC, TBSN adalah non-Budhist. jadi saya ini termasuk anggota non-Buddhist yang sedang berdiskusi di DC. Anggaplah DC ini adalah wihara di dunia maya... bagaimana kalau saya melakukan rekrutmen di forum DC ?  apakah anda yakin mau menerima saya (non-Buddhist - TBSN) untuk menyebarkan dan merekrut anggota DC agar mendukung TBSN?
NB: saya tidak pernah melakukan rekrutmen di vihara tantrayana non TBSN dan di forum manapun, tapi toh mereka tetap saja mengejek saya.
« Last Edit: 18 July 2010, 11:03:52 PM by 4DMYN »

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
rata-rata jawaban rekan-rekan disini secara teori sangat bagus, tapi  pada prakteknya koq sedikit beda.

Saya mau share pengalaman saya saja. Dulu saya sering dateng ke vihara-vihara Tantrayana non-TBSN, hanya sekedar untuk mendengarkan ceramah dharma ataupun berdiskusi. tapi begitu umat-umat disana tau bahwa saya adalah pengikut TBSN, mereka mulai mengejek saya. lama-kelamaan saya jadi jengkel juga, apa salahnya sih penganut TBSN dateng ke vihara-vihara tantrayana non-TBSN?
Sekarang saya sudah malas sekali untuk datang ke vihara-vihara tersebut, orang-orangnya berpikiran sempit dan merasa diri sendiri paling suci di dunia. Mentang-mentang kalau silsilahnya mentereng, guru-nya terkenal, bisa sembarangan aja mengejek.

mereka mengejek saya, seolah-olah mengatakan umat TBSN dilarang masuk ke dalam vihara kami.



OOT
koq bisa OOT, dasarnya apa?  menurut anda TBSN itu masuk Buddhist ato non-buddhist? saya kira penggolongan di forum ini sudah jelas bahwa TBSN digolongkan ke dalam non-Buddhist karena semua yang berhubungan dengan TBSN dimasukkan ke dalam "Buddhisme dengan Agama, Kepercayaan, Tradisi dan Filsafat Lain".
pengalaman saya: apabila umat TBSN masuk ke dalam vihara Budhisme Tantrayana non TBSN.  secara teori ehipashiko, tetapi secara praktek mengejek dan memandang rendah.

anda mengerti OOT? Out Of Topic, artinya komentar anda tidak sesuai dengan topik yang dibawa oleh TS. TS sedang mendiskusikan mengenai Non-Buddhist yg masuk ke vihara. menurut anda TBSN termasuk Buddhism atau tidak? dan apakah TS menyinggung soal rekrutmen di sini?

Menurut forum DC, TBSN adalah non-Budhist. jadi saya ini termasuk anggota non-Buddhist yang sedang berdiskusi di DC. Anggaplah DC ini adalah wihara di dunia maya... bagaimana kalau saya melakukan rekrutmen di forum DC ?  apakah anda yakin mau menerima saya (non-Buddhist - TBSN) untuk menyebarkan dan merekrut anggota DC agar mendukung TBSN?


bukankah anda sudah mencoba, dan bagaimana hasilnya menurut anda? apakah definisi "menerima" menurut anda adalah mengikuti keinginan anda?

Quote
NB: saya tidak pernah melakukan rekrutmen di vihara tantrayana non TBSN dan di forum manapun, tapi toh mereka tetap saja mengejek saya.
sejauh yg saya amati, kami di DC tidak bermasalah dengan anda. idola andalah yang menjadi subyek diskusi kami dan sayangnya anda tidak bisa menerima itu, dan itu bukan berarti anda tidak diterima atau diejek oleh kami
« Last Edit: 18 July 2010, 11:06:04 PM by Indra »

Offline 4DMYN

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 428
  • Reputasi: -4
 [at] indra
saya tidak pernah melakukan rekrutmen, coba liat saja semua topik yang saya ikuti..
coba saja liat hasilnya, anda disini menerima atau mengejek saya?

Offline Sunkmanitu Tanka Ob'waci

  • Sebelumnya: Karuna, Wolverine, gachapin
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.806
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
  • 会いたい。
perlu diingat juga, walaupun diterima, biasanya tetap ada tata cara dan aturan yang berlaku sesuai kebiasaan.
misalnya posisi duduk raja, posisi duduk sang buddha ketika diundang para brahmana. tapi kadang tata cara gak berlaku bila ada kejadian khusus. misalnya waktu ada wanita stres yang datang bugil tetap diterima koq.
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
[at] indra
saya tidak pernah melakukan rekrutmen, coba liat saja semua topik yang saya ikuti..
coba saja liat hasilnya, anda disini menerima atau mengejek saya?

dalam disuksi, ini dapat anda lihat di banyak thread, ada member yg memenangkan perdebatan dan ada yg kalah, tapi tidak ada yg tidak diterima atau diejek. kalau anda tidak diterima tentu anda tidak bisa login lagi, bukan?

saat registrasi, forum bahkan tidak menanyakan agama anda.

Offline 4DMYN

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 428
  • Reputasi: -4
rata-rata jawaban rekan-rekan disini secara teori sangat bagus, tapi  pada prakteknya koq sedikit beda.

Saya mau share pengalaman saya saja. Dulu saya sering dateng ke vihara-vihara Tantrayana non-TBSN, hanya sekedar untuk mendengarkan ceramah dharma ataupun berdiskusi. tapi begitu umat-umat disana tau bahwa saya adalah pengikut TBSN, mereka mulai mengejek saya. lama-kelamaan saya jadi jengkel juga, apa salahnya sih penganut TBSN dateng ke vihara-vihara tantrayana non-TBSN?
Sekarang saya sudah malas sekali untuk datang ke vihara-vihara tersebut, orang-orangnya berpikiran sempit dan merasa diri sendiri paling suci di dunia. Mentang-mentang kalau silsilahnya mentereng, guru-nya terkenal, bisa sembarangan aja mengejek.

mereka mengejek saya, seolah-olah mengatakan umat TBSN dilarang masuk ke dalam vihara kami.



OOT
koq bisa OOT, dasarnya apa?  menurut anda TBSN itu masuk Buddhist ato non-buddhist? saya kira penggolongan di forum ini sudah jelas bahwa TBSN digolongkan ke dalam non-Buddhist karena semua yang berhubungan dengan TBSN dimasukkan ke dalam "Buddhisme dengan Agama, Kepercayaan, Tradisi dan Filsafat Lain".
pengalaman saya: apabila umat TBSN masuk ke dalam vihara Budhisme Tantrayana non TBSN.  secara teori ehipashiko, tetapi secara praktek mengejek dan memandang rendah.

apa kesamaan J Krishnamurti,Lu sheng Yen,Sai Baba dan manusia2 yang mengklaim dirinya super power?ada satu kesamaan yaitu tidak bisa menghindari sex
tidak sama, Master Lu Sheng Yen terbukti tidak  bersalah dan kasusnya sudah pernah disidangkan. atau anda juga merasa lebih pintar dari pengadilan amerika?
Quote
kenapa tbsn tidka masuk dalam tantrayana karena root gurunya tidak jelas,lu sheng yen mngklaim dirinya sebagai root guru langsung.sedangkan vajrayana bisa ditrace.tantrayana lu sheng yen lebih bersifat mistikal bandingkan dengan seluruh aliran vajrayana yang masih mengikuti vinaya,dharma,sastra,abhidharma.semua tersimpan rapi.apakah referensi lsy?
root guru Lu Sheng Yen sangat jelas,  yaitu Bhiksu Liao Ming,  seorang Bhiksu yang tinggal di pedesaan Taiwan. Thubten Dargye, bhiksu (tidak terkenal) yang tinggal di Hongkong , Sakya Shengkong (tidak terkenal) , Karmapa 16 (cukup terkenal). kalau mau ditrace, silahkan buka topik terpisah, saya ada sumber lengkapnya
mengenai ajaran LSY ada sebagian yang bersifat mistis, namun banyak sekali ajaran tentang kebijaksanaan, tentunya semua sesuai dengan Tripitaka, Master Lu banyak sekali mengulas tentang Tripitaka. silahkan berehipashiko dengan membeli buku-buku beliau. :)

« Last Edit: 18 July 2010, 11:21:06 PM by 4DMYN »

Offline Tan

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 510
  • Reputasi: 31
 [at]  all:

Saya kira sudah cukup diskusinya. Saya hanya tanya rujukan dalam Tipitaka/ Tripitaka, tetapi diskusinya jadi berkepanjangan. Semoga masing2 pihak dapat menahan diri. Tunjukkan bahwa agama Buddha itu memang baik pada awal, baik pada tengah, dan baik pada akhirnya.
Tunjukan bahwa agama Buddha itu memang indah.

Salam hormat,

Tan

Offline 4DMYN

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 428
  • Reputasi: -4
[at] indra
saya tidak pernah melakukan rekrutmen, coba liat saja semua topik yang saya ikuti..
coba saja liat hasilnya, anda disini menerima atau mengejek saya?

dalam disuksi, ini dapat anda lihat di banyak thread, ada member yg memenangkan perdebatan dan ada yg kalah, tapi tidak ada yg tidak diterima atau diejek. kalau anda tidak diterima tentu anda tidak bisa login lagi, bukan?

saat registrasi, forum bahkan tidak menanyakan agama anda.

setuju sekali.. semoga semua makhluk disini bisa berehipasiko secara praktek nyata :)

Offline Mr. pao

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 792
  • Reputasi: 29
  • KeperibadianMuYanGakuSuka

Menurut forum DC, TBSN adalah non-Budhist. jadi saya ini termasuk anggota non-Buddhist yang sedang berdiskusi di DC. Anggaplah DC ini adalah wihara di dunia maya... bagaimana kalau saya melakukan rekrutmen di forum DC ?  apakah anda yakin mau menerima saya (non-Buddhist - TBSN) untuk menyebarkan dan merekrut anggota DC agar mendukung TBSN?
NB: saya tidak pernah melakukan rekrutmen di vihara tantrayana non TBSN dan di forum manapun, tapi toh mereka tetap saja mengejek saya.

Salah satu maksud umat Buddha membuka vihara adalah agar  ada satu tempat bagi umat untuk mempelajari Buddhadharma dan mencari ketenangan, kalo fungsi di vihara mau di diubah sesuai dengan pemikiran 4DMYN, lalu menurut 4DMYN bagaimana seharusnya umat Buddha harus bersikap?

Hy masukan aja bro. Kalo saya masuk ke rumah orang saya selalu bersikap menghormat tamu2 kepala keluarga juga. Kalo saya marah2 orang bagaimana tamu menanggapinya?
Jika ada yang menampar pipi kananku aku akan segera memberikan pipi kirinya telapak kananku, karena dengan demikian hutang karma kita akan segera selesai ditempat. ;D

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
RAUNGAN SINGA SARIPUTTA
    16. Ketika Sariputta menghadap Sang Bhagava, dengan hormat Beliau lalu duduk di hadapan Sang Bhagava dan kemudian Beliau berkata kepada Sang Bhagava : "Keyakinan kami terhadap Sang Bhagava, sungguh tak ada bandingannya. Belum pernah kami menjumpai baik dulu maupun sekarang ini ada seorang brahmana atau orang lain yang lebih terpercaya dalam Penerangan Sempurna dibandingkan dengan Bhagava sendiri."

    "Sungguh mulia dan terpuji ucapanmu itu, Sariputta. Ucapanmu yang demikian lantang itu bagaikan raungan singa. Tetapi bagaimanakah hubungan ini, Sariputta? Apakah kamu mempunyai pengetahuan yang langsung tentang para Bhagava dan para Arahat di masa yang lampau, mengenai bagaimana moral (sila), dhamma, kebijaksanaan (panna) mereka, dan bagaimana membebaskan diri?"

    "Hal itu kami tidak ketahui, Bhante."

    "Sariputta, dalam hubungan ini, apakah kamu mempunyai pengetahuan langsung tentang semua Bhagava dan para Arahat, di masa yang akan datang mengenai bagaimana moral (sila), dhamma dan kebijaksanaan (panna) mereka, bagaimana mereka membebaskan diri?"

    "Hal itu kami tidak ketahui, Bhante."

    "Sariputta, bagaimanakah tentang diriku sendiri yang sekarang adalah seorang Arahat Samma Sambuddha, apakah kamu mempunyai pengetahuan langsung mengenai bagaimana aku melangsungkan hidupku, bagaimana aku membebaskan diriku?"

    "Hal itu tidak kami ketahui, Bhante."

    "Sariputta, maka jelaslah bahwa sesungguhnya kamu tidak memiliki pengetahuan langsung mengenai para Arahat Samma Sambuddha baik di waktu lampau, yang akan datang maupun di waktu sekarang ini. Lalu bagaimana kamu berani mengutarakan ucapan yang sedemikian mulia dan terpuji seperti ucapanmu yang demikian lantang bagaikan suara raungan singa mengatakan : "Keyakinan kami terhadap Sang Bhagava adalah tidak ada bandingannya, tak pernah kami menjumpai baik dahulu maupun sekarang ini, ada seorang brahmana atau orang lain yang lebih terpuji dalam kesempurnaan dibandingkan dengan yang mulia sendiri."

    17. "Bhante, kami sebenarnya tidak mempunyai pengetahuan langsung seperti itu, mengenai para Arahat Samma Sambuddha baik dari waktu yang lampau, yang akan datang maupun di masa sekarang. Akan tetapi meskipun demikian, kami sekarang menyadari akan sifat Dhamma yang penuh sifat keadilan itu. Sebagai suatu perumpamaan, ada sebuah benteng perbatasan di sebuah kerajaan yang dijaga dengan ketat sekali. Kubu-kubu dengan menaranya yang menjulang tinggi yang mempunyai hanya sebuah pintu gerbang saja. Di sana ada seorang penjaga pintu yang cerdas berpengalaman, bersifat sangat hati-hati dan waspada. Ia akan mengusir orang-orang asing, tetapi mengijinkan orang baik-baik yang dikenalnya untuk masuk. Pada suatu hari ketika ia memeriksa jalan yang mengelilingi seluruh perbentengan itu, ia tidak melihat adanya sebuah lubang atau celah-celah di dinding perbentengan, yang cukup dilalui oleh seekor kucing. Sehubungan dengan ini maka tiba-tiba ia berkesimpulan : "Mahluk hidup yang besar maupun kecil bentuknya akan masuk dan akan meninggalkan kota ini, mau tak mau harus berjalan melalui pintu ini."
Demikian saya telah menyatakan sesuai dengan dhamma.

    "Oleh karena, para Arahat Samma Sambuddha dari waktu yang lampau, semua Bhagava telah meninggalkan kelima rintangan kekotoran batin dan memperoleh kesadaran. Mereka menunjukkan perhatian pada keempat Dasar Kesadaran dan mengembangkan ketujuh faktor Penerangan Sejati dengan seksama sehingga mencapai kesempurnaan sepenuhnya, dalam penerangan sejati yang tak ada bandingannya.

    "Demikian pula para Arahat Samma Sambuddha pada waktu yang akan datang, akan meninggalkan kelima rintangan kekotoran batin yang memperlemah pandangan terangnya, akan menunjukkan perhatian mereka pada keempat dasar Kesadaran dan akan mengembangkan ketujuh faktor penerangan sejati dengan seksama, dan dengan sepenuhnya akan menjadi sempurna dalam penerangan sejati yang tiada bandingannya.

    "Bhante sendiri, yang menjadi Arahat Samma Sambuddha, yang telah meninggalkan kelima rintangan kekotoran batin yang dapat memperlemah pandangan terang, yang telah mahir dalam keempat dasar kesadaran dan yang melaksanakan ketujuh faktor penerangan sejati dengan seksama dan menjadi sempurna sepenuhnya, dalam penerangan sejati yang tiada bandingnya."

    18. Begitu pula ketika Sang Bhagava berada di Pavarikambavana, Nalanda, Beliau sering memberi nasehat kepada para bhikkhu : "Ini adalah kebajikan (moral), ini adalah meditasi (samadhi), dan ini adalah kebijaksanaan (panna). Besar sekali pahala dan kemajuan bila meditasi dikembangkan berdasarkan pada sila yang baik. Besar sekali pahala dan kemajuan bila kebijaksanaan (panna) dikembangkan berdasarkan pada meditasi (samadhi) yang baik. Batin yang dikembangkan berdasarkan pada kebijaksanaan yang baik akan bebas dari kotoran batin seperti nafsu indria (kamasava), nafsu untuk "menjadi" (bhavasava) dan pandangan salah (ditthasava)."

    19. Setelah Sang Bhagava tinggal di Nalanda, Beliau lalu bersabda kepada Ananda : "Ananda, marilah kita ke Pataligama."

    "Baiklah, Bhante," jawab Ananda. Demikianlah Sang Bhagava tinggal di Pataligama bersama sejumlah besar bhikkhu.

    20. Kemudian para umat beragama Pataligama berkunjung menghadap Sang Buddha : "Kami telah mendengar bahwa Bhante telah tiba di Pataligama."
Kemudian mereka mendekati Sang Bhagava sambil bersujud kepada Beliau dengan hikmad. Kemudian duduk pada salah satu sisi. Lalu mereka berkata kepada Sang Bhagava : "Bhante, dapatkah Bhante mengunjungi kami di ruangan dhammasala?" Sang Bhagava bersikap diam. Dengan sikap diam ini berarti Sang Bhagava menyetujui.

    21. Mengetahui bahwa Sang Bhagava telah setuju, para utusan dari Pataligama bangkit dari tempat mereka, memberi hormat dengan penuh hikmad dan mereka mengundurkan diri. Mereka mempersiapkan segala sesuatu di ruangan Dhammasala, menutupi seluruh lantainya, menyediakan tempat duduk, dan menempatkan sebuah lampu. Sesudah semuanya selesai dipersiapkan, mereka kembali menghadap Sang Bhagava, memberi hormat dengan penuh hikmad dan duduk pada salah satu sisi sambil berkata : "Bhante, ruangan dhammasala dengan lantainya telah ditutupi, dan tempat-tempat duduk telah disiapkan demikian pula sebuah lampu minyak telah disiapkan. Sekarang kami persilakan Bhante untuk menentukan waktu sebagaimana mestinya."

    22. Sang Bhagava lalu mempersiapkan diri, sambil membawa patta dan jubah menuju ke ruangan sidang bersama-sama dengan para bhikkhu. Sesudah mencuci kakinya Sang Bhagava masuk ke ruang Dhammasala dan duduk dekat tiang di tengah-tengah menghadap ke timur. Para bhikkhu sesudah mencuci kaki, juga memasuki ruangan Dhammasala dan duduk dekat dinding sebelah barat, menghadap ke timur, sehingga dengan demikian Sang Bhagava berada di depan mereka. Dan utusan dari Pataligama sesudah mencuci kaki, mereka memasuki ruang Dhammasala lalu duduk dekat dinding sebelah timur menghadap ke barat, sehingga Sang Bhagava berhadapan dengan mereka.
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline 4DMYN

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 428
  • Reputasi: -4
sejauh yg saya amati, kami di DC tidak bermasalah dengan anda. idola andalah yang menjadi subyek diskusi kami dan sayangnya anda tidak bisa menerima itu, dan itu bukan berarti anda tidak diterima atau diejek oleh kami
hahah.. gak bermasalah, tapi reputasi saya minus 2, iya saya maklum sih :) banyak orang memang suka menipu diri sendiri..  lucu...

Offline 4DMYN

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 428
  • Reputasi: -4

Menurut forum DC, TBSN adalah non-Budhist. jadi saya ini termasuk anggota non-Buddhist yang sedang berdiskusi di DC. Anggaplah DC ini adalah wihara di dunia maya... bagaimana kalau saya melakukan rekrutmen di forum DC ?  apakah anda yakin mau menerima saya (non-Buddhist - TBSN) untuk menyebarkan dan merekrut anggota DC agar mendukung TBSN?
NB: saya tidak pernah melakukan rekrutmen di vihara tantrayana non TBSN dan di forum manapun, tapi toh mereka tetap saja mengejek saya.

Salah satu maksud umat Buddha membuka vihara adalah agar  ada satu tempat bagi umat untuk mempelajari Buddhadharma dan mencari ketenangan, kalo fungsi di vihara mau di diubah sesuai dengan pemikiran 4DMYN, lalu menurut 4DMYN bagaimana seharusnya umat Buddha harus bersikap?
setuju sekali, kalau vihara adalah tempat untuk mempelajari Buddhadharma dan mencari ketenangan. misalnya karena keterbatasan tempat dan waktu, kita bertemu melalui forum DC untuk membahas agama Buddha, maka forum DC sudah menjadi vihara bagi kita. walaupun tidak sesempurna vihara di dunia nyata

Quote


Hy masukan aja bro. Kalo saya masuk ke rumah orang saya selalu bersikap menghormat tamu2 kepala keluarga juga. Kalo saya marah2 orang bagaimana tamu menanggapinya?
saya tidak pernah marah-marah di forum DC. saya bersikap sopan dan hormat :)

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
sejauh yg saya amati, kami di DC tidak bermasalah dengan anda. idola andalah yang menjadi subyek diskusi kami dan sayangnya anda tidak bisa menerima itu, dan itu bukan berarti anda tidak diterima atau diejek oleh kami
hahah.. gak bermasalah, tapi reputasi saya minus 2, iya saya maklum sih :) banyak orang memang suka menipu diri sendiri..  lucu...


itulah gunanya pada Reputasi tersedia 2 button, [BAIK] dan [BURUK], memberi dipersilahkan untuk meng-klik button mana yg ia sukai, dan Reputasi sama sekali tidak mengindikasikan apa2, indikator diterima atau tidak diterima di DC adalah berdasarkan bisa login atau tidak bisa login.

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
 [at]  Tan,
jika sudah sampai pada konklusi dan tidak ingin melanjutkan diskusi, sebaiknya thread di-LOCK saja supaya tidak disalah-gunakan

Offline Tan

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 510
  • Reputasi: 31
 [at] Indra: kalo gitu tolong beritahu bagaimana caranya lock... Saya tidak tahu caranya. Saya bukan moderator. Thanks.

Offline 4DMYN

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 428
  • Reputasi: -4
[at] 4DMYN & all:

Berdasarkan pengalaman saudara 4DMYN di atas bila benar (taruh TBSN adalah non Buddhis), maka penjelasan rekan2 di sini adalah kontradiksi dengan kenyataan yang ada. Yakni bahwa umat non Buddhis tidak diterima dengan baik di vihara Buddhis. Jika memang benar bahwa umat non Buddhis (dalam hal ini TBSN) diterima dengan tidak baik di vihara Buddhis dan ternyata Sang Buddha menerima dengan baik umat non Buddhis, maka mereka dalam artian orang-orang yang mengaku dirinya Buddhis telah berlaku tidak sesuai dengan ajaran gurunya sendiri. Namun bila ternyata memang umat-umat non Buddhis tidak harus diterima dengan baik di vihara, maka penjelasan rekan2 di sini tentunya salah.

Itulah sebabnya, tadi saya katakan "sementara penjelasannya saya terima sampai ditemukan argumen kuat yang membuktikan sebaliknya."

Nah bagaimana menyelesaikan masalah ini? Nampaknya semakin membingungkan dan bukan semakin jelas.

Namo Buddhaya,

Tan

memang demikian adanya rekan Tan, banyak orang-orang didunia ini pandai secara teori tapi prakteknya nol. saya sendiri cukup geli melihat orang-orang seperti demikian. :)

Offline Peacemind

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 970
  • Reputasi: 74
Salam,

Ini ada pertanyaaan "Bolehkah umat non Buddhis memasuki vihara?" Bagaimana pendapat teman2 sekalian?
Memasuki vihara di sini dalam artian bukan untuk berpuja bakti, melainkan sekedar melihat2.
Persyaratan2 apakah yang harus dipatuhinya?
Haruskah ia turut melepas alas kaki jika memasuki vihara?

Mohon rujukannya berdasarkan Tipitaka/ Tripitaka. Mohon maaf tanggapannya jangan pendapat pribadi. Sudilah kiranya berdasarkan Tipitaka/ Tripitaka karena argumen nanti yang saya berikan harus kuat.

Salam hormat selalu, Namaste,

Tan

Jawabannya simple aja lah. Tentu boleh dong. Ngga dilarang penganut ajaran lain berkunjung ke vihara. Banyak referensi bisa dijadikan acuan. Beberapa sutta yang mendukung diperbolehkannya umat lain untuk berkunjung di vihara sudah dikatakan di atas. Ada cerita2 di mana penganut2 ajaran lain datang ke vihara untuk bertemu Sang Buddha dan Sang Buddha sendiri juga tidak menolaknya. Contoh sutta2 tersebut adalah:
1. Aggivacchagotta, Majjhimanikāya = pengembara Aggivaccha bertemu Sang BUddha di vihara Jetavana.
2. Mahāvacchasutta, Majjhimanikāya = pengembara Vacchagotta bertemu Sang Buddha di vihara Veluvana.
3. Dīghanakhasutta, Majjhimanikāya = pengembara Dighanakha bertemu Sang Buddha di vihara Gijjhakuta.
4. Samanamundikasutta, Majjhimanikāya = pengembara Uggahāmano bertemu Sang Buddha di vihara Jetavana.
5. Assalāyanasutta, Majjhimanikāya = para brahmana dikepalai oleh Assalāyana menemui Sang BUddhd di vihara Jetavana.

Dan masih banyak contoh lain. Bukan hanya para penganut ajaran lain menemui Sang Buddha, tidak jarang pula Sang Buddha menemui pertapaan para pertapa lain. Contoh, dalam Mahāsakuludayisutta, Sang Buddha diceritakan menemui para pengembara yang dipimpin Sakuludayi di pertapaannya. Udumbarikasutta, Dighānikāya juga menceritakan bagaimana Sang Buddha pergi ke pertapaan lain. Dlam sutta ini, sang BUddha menemui para pertapa dipimpin Nigrodha di pertapaanya. Jika Sang Buddha juga berkunjung ke tempat2 kediaman para pertapa lain, tentu tidak akan layak jika Sang Buddha melarang para penganut lain untuk berkunjung ke vihara.

Ketika penganut lain datang ke vihara, tentu akan lebih baik jika mereka juga harus bersikap sesuai dengan peraturan vihara. Ini adalah etika.

Mettacittena.

Offline 4DMYN

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 428
  • Reputasi: -4
sejauh yg saya amati, kami di DC tidak bermasalah dengan anda. idola andalah yang menjadi subyek diskusi kami dan sayangnya anda tidak bisa menerima itu, dan itu bukan berarti anda tidak diterima atau diejek oleh kami
hahah.. gak bermasalah, tapi reputasi saya minus 2, iya saya maklum sih :) banyak orang memang suka menipu diri sendiri..  lucu...


itulah gunanya pada Reputasi tersedia 2 button, [BAIK] dan [BURUK], memberi dipersilahkan untuk meng-klik button mana yg ia sukai, dan Reputasi sama sekali tidak mengindikasikan apa2, indikator diterima atau tidak diterima di DC adalah berdasarkan bisa login atau tidak bisa login.
jadi  memang benar reputasi itu indikator apakah saya , umat TBSN diterima dengan baik atau tidak di DC, kalau reputasi nya minus 2, berarti apakah umat TBSN diterima dengan baik disini?

Offline 4DMYN

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 428
  • Reputasi: -4
saya baru saja jalan-jalan di thread DC . salah satu topiknya mengejek seorang tokoh meditasi dengan sebutan gay / homo.. inikah yang disebut sebagai penerimaan terhadap non-Buddhist untuk datang dan berdiskusi di vihara Buddhist (dalam hal ini DC , sebagai vihara di dunia maya)?
..lucu.. .menggelikan sekali..  :)

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
sejauh yg saya amati, kami di DC tidak bermasalah dengan anda. idola andalah yang menjadi subyek diskusi kami dan sayangnya anda tidak bisa menerima itu, dan itu bukan berarti anda tidak diterima atau diejek oleh kami
hahah.. gak bermasalah, tapi reputasi saya minus 2, iya saya maklum sih :) banyak orang memang suka menipu diri sendiri..  lucu...


itulah gunanya pada Reputasi tersedia 2 button, [BAIK] dan [BURUK], memberi dipersilahkan untuk meng-klik button mana yg ia sukai, dan Reputasi sama sekali tidak mengindikasikan apa2, indikator diterima atau tidak diterima di DC adalah berdasarkan bisa login atau tidak bisa login.
jadi  memang benar reputasi itu indikator apakah saya , umat TBSN diterima dengan baik atau tidak di DC, kalau reputasi nya minus 2, berarti apakah umat TBSN diterima dengan baik disini?

astaga... adakah rekan2 di sini yg bisa lebih memahami tulisan saya daripada si bapak ini? mohon kesediannya untuk menjelaskan. sebagai petunjuk, saya bold bagian penting di atas.

reputasi -2 anda menurut saya lebih disebabkan oleh cara diskusi anda, mungkin ada baiknya anda introspeksi, sayang kita tidak bisa mengetahui siapa yg meng-klik [BURUK] jadi kita tidak bisa menanyakan alasannya

Offline tania

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 163
  • Reputasi: 6
  • Gender: Female
  • sabbe satta bhavanthu sukhittata ..
Re: Tambahan pertanyaan lagi: Mengenakan topi dalam vihara.
« Reply #77 on: 18 July 2010, 11:43:43 PM »
sekelompok umat Buddha memasuki Candi Borobudur dan menggunakan payung,celana seksi dan tank top karena kepanasan.menurut anda pantas tak pantas?

menurut saya, berhubung di candi borobudur sejak beberapa bulan lalu melarang penggunaan celana seksi, tank top dll berarti tidak pantas jika di langgar .. apalagi mereka sudah menyediakan kain untuk digunakan jika turis menggunakan hot pants dll selama di area candi ..
do the best is not for make people amazed with us, but do the best because it's the only way to enjoy the process .. - Ajahn Brahmvamso

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
saya baru saja jalan-jalan di thread DC . salah satu topiknya mengejek seorang tokoh meditasi dengan sebutan gay / homo.. inikah yang disebut sebagai penerimaan terhadap non-Buddhist untuk datang dan berdiskusi di vihara Buddhist (dalam hal ini DC , sebagai vihara di dunia maya)?
..lucu.. .menggelikan sekali..  :)

thread yg anda maksudkan adalah copasan dari milis lain, bukan berasal dari DC, anda tentu pura2 tidak tahu hal ini. dan diskusi selanjutnya adalah sesuai dengan keputusan DC 2 tahun lalu bahwa subyek yang anda maksudkan bukanlah tokoh meditasi buddhis seperti pengakuan anda, kalau ada postingan yang tidak berkenan bagi anda, silahkan anda posting di thread itu. mengotori thread member lain dengan postingan OOT juga salah satu faktor penyabab reputasi -2 anda.

Offline Tan

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 510
  • Reputasi: 31
 [at] All:
Bagaimana cara melock thread ini? Saya sudah cari2 tidak ketemu. Ma kasih.

Offline 4DMYN

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 428
  • Reputasi: -4
sejauh yg saya amati, kami di DC tidak bermasalah dengan anda. idola andalah yang menjadi subyek diskusi kami dan sayangnya anda tidak bisa menerima itu, dan itu bukan berarti anda tidak diterima atau diejek oleh kami
hahah.. gak bermasalah, tapi reputasi saya minus 2, iya saya maklum sih :) banyak orang memang suka menipu diri sendiri..  lucu...


itulah gunanya pada Reputasi tersedia 2 button, [BAIK] dan [BURUK], memberi dipersilahkan untuk meng-klik button mana yg ia sukai, dan Reputasi sama sekali tidak mengindikasikan apa2, indikator diterima atau tidak diterima di DC adalah berdasarkan bisa login atau tidak bisa login.
jadi  memang benar reputasi itu indikator apakah saya , umat TBSN diterima dengan baik atau tidak di DC, kalau reputasi nya minus 2, berarti apakah umat TBSN diterima dengan baik disini?

astaga... adakah rekan2 di sini yg bisa lebih memahami tulisan saya daripada si bapak ini? mohon kesediannya untuk menjelaskan. sebagai petunjuk, saya bold bagian penting di atas.

reputasi -2 anda menurut saya lebih disebabkan oleh cara diskusi anda, mungkin ada baiknya anda introspeksi, sayang kita tidak bisa mengetahui siapa yg meng-klik [BURUK] jadi kita tidak bisa menanyakan alasannya

mudah sekali alasannnya, sebelum saya menyatakan bahwa saya pengikut TBSN dan membela Master Lu di thread sebelah, tidak ada yang memberikan saya reputasi [BURUK]. saya juga lihat ada seorang rekan disini mempostingkan foto Master Lu yang sedang memperagakan mudra, tapi dia menertawakan dan mengejek foto tersebut.. :) apakah ini juga termasuk penerimaan dengan tulus bagi umat TBSN untuk berdiskusi di DC?
atau penerimaan tapi dengan hati membara ?

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
[at] All:
Bagaimana cara melock thread ini? Saya sudah cari2 tidak ketemu. Ma kasih.

di bagian bawah ada tab [LOCK THREAD] silahkan di click, karena tidak ada moderator jadi TS harus melakukan sendiri

Offline 4DMYN

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 428
  • Reputasi: -4
saya baru saja jalan-jalan di thread DC . salah satu topiknya mengejek seorang tokoh meditasi dengan sebutan gay / homo.. inikah yang disebut sebagai penerimaan terhadap non-Buddhist untuk datang dan berdiskusi di vihara Buddhist (dalam hal ini DC , sebagai vihara di dunia maya)?
..lucu.. .menggelikan sekali..  :)

thread yg anda maksudkan adalah copasan dari milis lain, bukan berasal dari DC, anda tentu pura2 tidak tahu hal ini. dan diskusi selanjutnya adalah sesuai dengan keputusan DC 2 tahun lalu bahwa subyek yang anda maksudkan bukanlah tokoh meditasi buddhis seperti pengakuan anda, kalau ada postingan yang tidak berkenan bagi anda, silahkan anda posting di thread itu. mengotori thread member lain dengan postingan OOT juga salah satu faktor penyabab reputasi -2 anda.
saya gak OOT lho, ini masih sesuai dengan topik, bagaimana umat Buddhist menerima umat non-Buddhist untuk berdiskusi dengan baik :),
saya juga baru join disini,  soal sejarah beliau saya kurang begitu tau. cuma saya merasa tidak seharusnya beliau diperlakukan seperti ini.

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
sejauh yg saya amati, kami di DC tidak bermasalah dengan anda. idola andalah yang menjadi subyek diskusi kami dan sayangnya anda tidak bisa menerima itu, dan itu bukan berarti anda tidak diterima atau diejek oleh kami
hahah.. gak bermasalah, tapi reputasi saya minus 2, iya saya maklum sih :) banyak orang memang suka menipu diri sendiri..  lucu...


itulah gunanya pada Reputasi tersedia 2 button, [BAIK] dan [BURUK], memberi dipersilahkan untuk meng-klik button mana yg ia sukai, dan Reputasi sama sekali tidak mengindikasikan apa2, indikator diterima atau tidak diterima di DC adalah berdasarkan bisa login atau tidak bisa login.
jadi  memang benar reputasi itu indikator apakah saya , umat TBSN diterima dengan baik atau tidak di DC, kalau reputasi nya minus 2, berarti apakah umat TBSN diterima dengan baik disini?

astaga... adakah rekan2 di sini yg bisa lebih memahami tulisan saya daripada si bapak ini? mohon kesediannya untuk menjelaskan. sebagai petunjuk, saya bold bagian penting di atas.

reputasi -2 anda menurut saya lebih disebabkan oleh cara diskusi anda, mungkin ada baiknya anda introspeksi, sayang kita tidak bisa mengetahui siapa yg meng-klik [BURUK] jadi kita tidak bisa menanyakan alasannya

mudah sekali alasannnya, sebelum saya menyatakan bahwa saya pengikut TBSN dan membela Master Lu di thread sebelah, tidak ada yang memberikan saya reputasi [BURUK]. saya juga lihat ada seorang rekan disini mempostingkan foto Master Lu yang sedang memperagakan mudra, tapi dia menertawakan dan mengejek foto tersebut.. :) apakah ini juga termasuk penerimaan dengan tulus bagi umat TBSN untuk berdiskusi di DC?
atau penerimaan tapi dengan hati membara ?


barusan saya memberikan [BAIK] kepada anda, semoga bisa menghibur anda

Offline Mr. pao

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 792
  • Reputasi: 29
  • KeperibadianMuYanGakuSuka

hahah.. gak bermasalah, tapi reputasi saya minus 2, iya saya maklum sih :) banyak orang memang suka menipu diri sendiri..  lucu...


Reputasi disini digunakan untuk menunjukkan sifat seseorang, 1 orang hanya bisa memberikan reputasi 1 x dalam 720jam, pernahkah terlintas di pikiran anda koq ada yang reputasi bisa lebih dari 200 dan yang 4DMiN  bisa -2. Apakah ini salah semua orang atau salah kita sendiri?

Jika jawaban 4DMIN ini karena salah semua orang DC, gw gak bisa bilang apa2 lagi. Jika jawabannya adalah salah kita sendiri pernahkah terlintas dipikiran 4DmIN bagaimana seharusnya jangan sampai reputasinya jadi minus.


Menurut forum DC, TBSN adalah non-Budhist. jadi saya ini termasuk anggota non-Buddhist yang sedang berdiskusi di DC. Anggaplah DC ini adalah wihara di dunia maya... bagaimana kalau saya melakukan rekrutmen di forum DC ?  apakah anda yakin mau menerima saya (non-Buddhist - TBSN) untuk menyebarkan dan merekrut anggota DC agar mendukung TBSN?
NB: saya tidak pernah melakukan rekrutmen di vihara tantrayana non TBSN dan di forum manapun, tapi toh mereka tetap saja mengejek saya.

Salah satu maksud umat Buddha membuka vihara adalah agar  ada satu tempat bagi umat untuk mempelajari Buddhadharma dan mencari ketenangan, kalo fungsi di vihara mau di diubah sesuai dengan pemikiran 4DMYN, lalu menurut 4DMYN bagaimana seharusnya umat Buddha harus bersikap?
setuju sekali, kalau vihara adalah tempat untuk mempelajari Buddhadharma dan mencari ketenangan. misalnya karena keterbatasan tempat dan waktu, kita bertemu melalui forum DC untuk membahas agama Buddha, maka forum DC sudah menjadi vihara bagi kita. walaupun tidak sesempurna vihara di dunia nyata

Quote


Hy masukan aja bro. Kalo saya masuk ke rumah orang saya selalu bersikap menghormat tamu2 kepala keluarga juga. Kalo saya marah2 orang bagaimana tamu menanggapinya?
saya tidak pernah marah-marah di forum DC. saya bersikap sopan dan hormat :)


YAp benar sekali gw rasa dari komentar tadi sampai sekarang, semua orang dikit banyak udah bisa menanggapinya sifat 4DMIN yang mempraktikkan ajaran TBSN.

Sebenarnya saya sangat muak lho melihat orang yang selalu marah2 di DC dan bersikap tidak sopan terhadap tamu2 rumah orang dan mengatakan dirinya sopan dan bersifat hormat pada tamu. banyak orang kayak gini mengatakan dirinya jujur dan baik sedangkan yang lainnya jahat semua.

Yang lebih parah tuh orang yang ginian suka mempengaruhi orang (terutama yang tidak kenal padanya) agar mengikuti pikiran dirinya bahwa orang2 lain itu jahat.

Dunia ini mana ada orang tuh jahat sepenuhnya dan baik sepenuhnya. Yang ada tuh orang yang selalu berniat jahat dan orang yang selalu berniat baik.

 
Jika ada yang menampar pipi kananku aku akan segera memberikan pipi kirinya telapak kananku, karena dengan demikian hutang karma kita akan segera selesai ditempat. ;D

Offline 4DMYN

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 428
  • Reputasi: -4
barusan saya memberikan [BAIK] kepada anda, semoga bisa menghibur anda

tidak perlu memberi [BAIK] kepada saya,  kalau kamu memang ingin memberikan [BURUK],  juga gak masalah. hanyalah sebuah angka tidak akan berarti apapun bagi saya. :)





Offline Mr. pao

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 792
  • Reputasi: 29
  • KeperibadianMuYanGakuSuka
GRP sent Bro Indra.
Jika ada yang menampar pipi kananku aku akan segera memberikan pipi kirinya telapak kananku, karena dengan demikian hutang karma kita akan segera selesai ditempat. ;D

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
barusan saya memberikan [BAIK] kepada anda, semoga bisa menghibur anda

tidak perlu memberi [BAIK] kepada saya,  kalau kamu memang ingin memberikan [BURUK],  juga gak masalah. hanyalah sebuah angka tidak akan berarti apapun bagi saya. :)






nah, berarti anda sudah paham makna reputasi

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
GRP sent Bro Indra.
menurut catatan, engkau masih utang 1

Offline Mr. pao

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 792
  • Reputasi: 29
  • KeperibadianMuYanGakuSuka
Jika ada yang menampar pipi kananku aku akan segera memberikan pipi kirinya telapak kananku, karena dengan demikian hutang karma kita akan segera selesai ditempat. ;D

Offline 4DMYN

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 428
  • Reputasi: -4

hahah.. gak bermasalah, tapi reputasi saya minus 2, iya saya maklum sih :) banyak orang memang suka menipu diri sendiri..  lucu...


Reputasi disini digunakan untuk menunjukkan sifat seseorang, 1 orang hanya bisa memberikan reputasi 1 x dalam 720jam, pernahkah terlintas di pikiran anda koq ada yang reputasi bisa lebih dari 200 dan yang 4DMiN  bisa -2. Apakah ini salah semua orang atau salah kita sendiri?

Jika jawaban 4DMIN ini karena salah semua orang DC, gw gak bisa bilang apa2 lagi. Jika jawabannya adalah salah kita sendiri pernahkah terlintas dipikiran 4DmIN bagaimana seharusnya jangan sampai reputasinya jadi minus.
mengapa demikian ini terjadi? gampang sekali, bila seseorang setuju dengan  anda, maka orang tersebut akan memberikan reputasi [BAIK] kalau tidak setuju [BURUK] adalah ganjarannya. Indikator tersebut cukup untuk menentukan apakah seseorang diterima dengan baik atau tidak di suatu komunitas.
Quote

Menurut forum DC, TBSN adalah non-Budhist. jadi saya ini termasuk anggota non-Buddhist yang sedang berdiskusi di DC. Anggaplah DC ini adalah wihara di dunia maya... bagaimana kalau saya melakukan rekrutmen di forum DC ?  apakah anda yakin mau menerima saya (non-Buddhist - TBSN) untuk menyebarkan dan merekrut anggota DC agar mendukung TBSN?
NB: saya tidak pernah melakukan rekrutmen di vihara tantrayana non TBSN dan di forum manapun, tapi toh mereka tetap saja mengejek saya.

Salah satu maksud umat Buddha membuka vihara adalah agar  ada satu tempat bagi umat untuk mempelajari Buddhadharma dan mencari ketenangan, kalo fungsi di vihara mau di diubah sesuai dengan pemikiran 4DMYN, lalu menurut 4DMYN bagaimana seharusnya umat Buddha harus bersikap?
setuju sekali, kalau vihara adalah tempat untuk mempelajari Buddhadharma dan mencari ketenangan. misalnya karena keterbatasan tempat dan waktu, kita bertemu melalui forum DC untuk membahas agama Buddha, maka forum DC sudah menjadi vihara bagi kita. walaupun tidak sesempurna vihara di dunia nyata

Quote


Hy masukan aja bro. Kalo saya masuk ke rumah orang saya selalu bersikap menghormat tamu2 kepala keluarga juga. Kalo saya marah2 orang bagaimana tamu menanggapinya?
saya tidak pernah marah-marah di forum DC. saya bersikap sopan dan hormat :)


YAp benar sekali gw rasa dari komentar tadi sampai sekarang, semua orang dikit banyak udah bisa menanggapinya sifat 4DMIN yang mempraktikkan ajaran TBSN.
terimakasih, semoga anda juga tertarik untuk berehipashiko terhadap ajaran TBSN.

Quote
Sebenarnya saya sangat muak lho melihat orang yang selalu marah2 di DC dan bersikap tidak sopan terhadap tamu2 rumah orang dan mengatakan dirinya sopan dan bersifat hormat pada tamu. banyak orang kayak gini mengatakan dirinya jujur dan baik sedangkan yang lainnya jahat semua.

Yang lebih parah tuh orang yang ginian suka mempengaruhi orang (terutama yang tidak kenal padanya) agar mengikuti pikiran dirinya bahwa orang2 lain itu jahat.

Dunia ini mana ada orang tuh jahat sepenuhnya dan baik sepenuhnya. Yang ada tuh orang yang selalu berniat jahat dan orang yang selalu berniat baik.
itu adalah fenomena sok suci, banyak orang di dunia ini merasa dirinya lebih suci, lebih pandai, lebih hebat, tetapi sesungguhnya kosong melompong. Santideva mengajarkan untuk selalu bertukar diri dengan orang lain. ajaran sederhana, namun sulit dipraktekkan.

Offline Mr. pao

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 792
  • Reputasi: 29
  • KeperibadianMuYanGakuSuka

mengapa demikian ini terjadi? gampang sekali, bila seseorang setuju dengan  anda, maka orang tersebut akan memberikan reputasi [BAIK] kalau tidak setuju [BURUK] adalah ganjarannya. Indikator tersebut cukup untuk menentukan apakah seseorang diterima dengan baik atau tidak di suatu komunitas.

Ini berarti anda sangat terikat dengan reputasi.


terimakasih, semoga anda juga tertarik untuk berehipashiko terhadap ajaran TBSN.

Terima kasih sarannya. kalo ada teman  islam ajak LSY murtad gmn ya?


itu adalah fenomena sok suci, banyak orang di dunia ini merasa dirinya lebih suci, lebih pandai, lebih hebat, tetapi sesungguhnya kosong melompong. Santideva mengajarkan untuk selalu bertukar diri dengan orang lain. ajaran sederhana, namun sulit dipraktekkan.

Zaman sekarang gak ada umat Buddha mengaku suci lho, Bahkan Bhikkhu yang mau ngaku dirinya mencapai arahat itupun setelah kematiannya ditinggalkan kaset tuk umat, bahwa dia telah mencapai tingkat kesucian.

Pernahkah bro 4DMIN mendengar, zaman sekarang ada orang yang mengaku dirinya suci?
apakah orang yang mengaku suci itu, sok suci, merasa dirinya lebih pandai, lebih hebat, tetapi sesungguhnya kosong melompong?


Jika ada yang menampar pipi kananku aku akan segera memberikan pipi kirinya telapak kananku, karena dengan demikian hutang karma kita akan segera selesai ditempat. ;D

Offline Mr. pao

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 792
  • Reputasi: 29
  • KeperibadianMuYanGakuSuka
reputasi bro meningkat lho.

aye tambah juga ah
grp sent +1 to 4DMIN.

sering sering diskusi ya.
  :D
Jika ada yang menampar pipi kananku aku akan segera memberikan pipi kirinya telapak kananku, karena dengan demikian hutang karma kita akan segera selesai ditempat. ;D

Offline Tan

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 510
  • Reputasi: 31
Salam,

Terima kasih sudah berdiskusi. Sudah saya lock. Semoga lain kali bisa berdiskusi yang bersahabat sesuai dengan prinsip2 yang diajarkan Sang Buddha.

Sadhu3x,

Tan

Offline Tan

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 510
  • Reputasi: 31
Re: Tambahan pertanyaan lagi: Mengenakan topi dalam vihara.
« Reply #94 on: 19 July 2010, 01:07:08 AM »
Kesimpulannya: di dalam Vinaya memang ada larangan bagi seorang bhikkhu mengajar mereka yang memakai tutup kepala (topi), membawa senjata, yang berada di atas kereta, dll.
Namun, kalau seorang turis datang ke vihara (yang dibuka bagi turis tentunya) tentunya ia bukan hendak mendengarkan Dharma, jadi kalau hendak mengenakan tutup kepala tentunya tidak masalah bukan?
Mengenakan pakaian yang pantas sepengetahuan saya tidak diatur dalam Sutta. Hanya saja dalam Vinaya memang ada aturan khusus jubah bagi bhikkhu (civara). Jadi sebenarnya tidak ada aturan berpakaian bagi umat awam (terutama bagi yang non Buddhis).

Dengan demikian, sesungguhnya sah-sah saja bagi seorang turis mengenakan pakaian yang agak terbuka memasuki vihara - dalam artian ini tidak bertentangan dengan Dharma.


Jika ada aturan2 tertentu itu bukanlah berasal dari Sutta/ Sutra melainkan demi alasan kepantasan dan kesopanan belaka.

Apakah rekan2 di sini setuju? Bila sudah setuju akan saya lock.

Salam hormat,

Tan

Offline johan3000

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 11.552
  • Reputasi: 219
  • Gender: Male
  • Crispy Lotus Root
Re: Tambahan pertanyaan lagi: Mengenakan topi dalam vihara.
« Reply #95 on: 19 July 2010, 06:14:45 AM »


apakah yg diatas juga termasuk topi (orang india) ? cuma bentuknya beda tapi fungsi
topi adalah menutupin kepala. apakah orang India ini diminta utk melepas "topi" nya ?

rasanya kurang adil kalau org barat yg pakai topi tidak boleh. Kan itu juga kebudayaan dia.
Nagasena : salah satu dari delapan penyebab matangnya kebijaksanaan dgn seringnya bertanya

Offline Sukma Kemenyan

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.840
  • Reputasi: 109
Bolehkah umat non Buddhis memasuki vihara? - Mohon bantuan tanggapannya
Tambahan pertanyaan lagi: Mengenakan topi dalam vihara.

Maaf, kedua topic diatas saya gabung,
Sekira'nya perlu dilock kembali,
Saya persilahkan

[gmod]Thread Combined[/gmod]

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Kesimpulannya: di dalam Vinaya memang ada larangan bagi seorang bhikkhu mengajar mereka yang memakai tutup kepala (topi), membawa senjata, yang berada di atas kereta, dll.
Namun, kalau seorang turis datang ke vihara (yang dibuka bagi turis tentunya) tentunya ia bukan hendak mendengarkan Dharma, jadi kalau hendak mengenakan tutup kepala tentunya tidak masalah bukan?
Mengenakan pakaian yang pantas sepengetahuan saya tidak diatur dalam Sutta. Hanya saja dalam Vinaya memang ada aturan khusus jubah bagi bhikkhu (civara). Jadi sebenarnya tidak ada aturan berpakaian bagi umat awam (terutama bagi yang non Buddhis).

Dengan demikian, sesungguhnya sah-sah saja bagi seorang turis mengenakan pakaian yang agak terbuka memasuki vihara - dalam artian ini tidak bertentangan dengan Dharma.


Jika ada aturan2 tertentu itu bukanlah berasal dari Sutta/ Sutra melainkan demi alasan kepantasan dan kesopanan belaka.

Apakah rekan2 di sini setuju? Bila sudah setuju akan saya lock.

Salam hormat,

Tan
sepertinya intinya adalah :
Quote
  20. Kemudian para umat beragama Pataligama berkunjung menghadap Sang Buddha : "Kami telah mendengar bahwa Bhante telah tiba di Pataligama."
Kemudian mereka mendekati Sang Bhagava sambil bersujud kepada Beliau dengan hikmad. Kemudian duduk pada salah satu sisi. Lalu mereka berkata kepada Sang Bhagava : "Bhante, dapatkah Bhante mengunjungi kami di ruangan dhammasala?" Sang Bhagava bersikap diam. Dengan sikap diam ini berarti Sang Bhagava menyetujui.

    21. Mengetahui bahwa Sang Bhagava telah setuju, para utusan dari Pataligama bangkit dari tempat mereka, memberi hormat dengan penuh hikmad dan mereka mengundurkan diri. Mereka mempersiapkan segala sesuatu di ruangan Dhammasala, menutupi seluruh lantainya, menyediakan tempat duduk, dan menempatkan sebuah lampu. Sesudah semuanya selesai dipersiapkan, mereka kembali menghadap Sang Bhagava, memberi hormat dengan penuh hikmad dan duduk pada salah satu sisi sambil berkata : "Bhante, ruangan dhammasala dengan lantainya telah ditutupi, dan tempat-tempat duduk telah disiapkan demikian pula sebuah lampu minyak telah disiapkan. Sekarang kami persilakan Bhante untuk menentukan waktu sebagaimana mestinya."

    22. Sang Bhagava lalu mempersiapkan diri, sambil membawa patta dan jubah menuju ke ruangan sidang bersama-sama dengan para bhikkhu. Sesudah mencuci kakinya Sang Bhagava masuk ke ruang Dhammasala dan duduk dekat tiang di tengah-tengah menghadap ke timur. Para bhikkhu sesudah mencuci kaki, juga memasuki ruangan Dhammasala dan duduk dekat dinding sebelah barat, menghadap ke timur, sehingga dengan demikian Sang Bhagava berada di depan mereka. Dan utusan dari Pataligama sesudah mencuci kaki, mereka memasuki ruang Dhammasala lalu duduk dekat dinding sebelah timur menghadap ke barat, sehingga Sang Bhagava berhadapan dengan mereka.
sebisa mungkin orang yang ingin masuk ke vihara menghormati aturan2 vihara tersebut, mau umat agama lain atau umat agama itu sendiri, sama seperti Buddha yang ketika masuk dharmasala beliau mencuci kaki dahulu khan. :D
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male

apakah yg diatas juga termasuk topi (orang india) ? cuma bentuknya beda tapi fungsi
topi adalah menutupin kepala. apakah orang India ini diminta utk melepas "topi" nya ?

rasanya kurang adil kalau org barat yg pakai topi tidak boleh. Kan itu juga kebudayaan dia.

yg tertulis dalam vinaya sptnya bukan "topi" melainkan "penutup kepala", menurut Johan apakah gambar itu adalah "penutup kepala"?

Offline Mahadeva

  • Sebelumnya: raynoism
  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 602
  • Reputasi: 10
  • Gender: Male
Salam,

Ini ada pertanyaaan "Bolehkah umat non Buddhis memasuki vihara?" Bagaimana pendapat teman2 sekalian?
Memasuki vihara di sini dalam artian bukan untuk berpuja bakti, melainkan sekedar melihat2.
Persyaratan2 apakah yang harus dipatuhinya?
Haruskah ia turut melepas alas kaki jika memasuki vihara?

Mohon rujukannya berdasarkan Tipitaka/ Tripitaka. Mohon maaf tanggapannya jangan pendapat pribadi. Sudilah kiranya berdasarkan Tipitaka/ Tripitaka karena argumen nanti yang saya berikan harus kuat.

Salam hormat selalu, Namaste,

Tan

boleh kok, mengenal ajaran buddha itu banyak jalannya, bisa dengan jalan jadi turis dulu.
kalau non buddhis tidak boleh masuk vihara malah aneh, ada tulisan, "Selain buddhis dilarang masuk" ha4

biasanya turis kalau disuruh lepas sepatu atau cuci kaki dulu, mereka juga mau kok, jarang yang protes. saya rasa di agama lain apapun apakah ada larangan lepas sepatu dan cuci kaki?


Offline 4DMYN

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 428
  • Reputasi: -4

mengapa demikian ini terjadi? gampang sekali, bila seseorang setuju dengan  anda, maka orang tersebut akan memberikan reputasi [BAIK] kalau tidak setuju [BURUK] adalah ganjarannya. Indikator tersebut cukup untuk menentukan apakah seseorang diterima dengan baik atau tidak di suatu komunitas.

Ini berarti anda sangat terikat dengan reputasi.
gue sangat tidak peduli dengan reputasi, kalau mau kasih [BURUK] 100x juga saya gak bakal peduli.

Quote

terimakasih, semoga anda juga tertarik untuk berehipashiko terhadap ajaran TBSN.

Terima kasih sarannya. kalo ada teman  islam ajak LSY murtad gmn ya?
saya persilahkan teman islam itu untuk berehipashiko, btw kalau LSY pindah agama jadi islam, saya akan cari guru agama Buddha yang lain.

Quote


itu adalah fenomena sok suci, banyak orang di dunia ini merasa dirinya lebih suci, lebih pandai, lebih hebat, tetapi sesungguhnya kosong melompong. Santideva mengajarkan untuk selalu bertukar diri dengan orang lain. ajaran sederhana, namun sulit dipraktekkan.

Zaman sekarang gak ada umat Buddha mengaku suci lho, Bahkan Bhikkhu yang mau ngaku dirinya mencapai arahat itupun setelah kematiannya ditinggalkan kaset tuk umat, bahwa dia telah mencapai tingkat kesucian.
pernah dengar nama Maha Boowa? beliau tuh mengaku mencapai arahat ketika dia masih hidup. bagaimana pendapat anda mengenai beliau?

Quote
Pernahkah bro 4DMIN mendengar, zaman sekarang ada orang yang mengaku dirinya suci?
apakah orang yang mengaku suci itu, sok suci, merasa dirinya lebih pandai, lebih hebat, tetapi sesungguhnya kosong melompong?
secara tersirat, saya merasa ada orang disini yang lebih suci, lebih pandai, dan lebih hebat karena memiliki guru lebih terkenal yang silsilahnya mentereng :)

Offline Peacemind

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 970
  • Reputasi: 74
Kesimpulannya: di dalam Vinaya memang ada larangan bagi seorang bhikkhu mengajar mereka yang memakai tutup kepala (topi), membawa senjata, yang berada di atas kereta, dll.
Namun, kalau seorang turis datang ke vihara (yang dibuka bagi turis tentunya) tentunya ia bukan hendak mendengarkan Dharma, jadi kalau hendak mengenakan tutup kepala tentunya tidak masalah bukan?
Mengenakan pakaian yang pantas sepengetahuan saya tidak diatur dalam Sutta. Hanya saja dalam Vinaya memang ada aturan khusus jubah bagi bhikkhu (civara). Jadi sebenarnya tidak ada aturan berpakaian bagi umat awam (terutama bagi yang non Buddhis).

Dengan demikian, sesungguhnya sah-sah saja bagi seorang turis mengenakan pakaian yang agak terbuka memasuki vihara - dalam artian ini tidak bertentangan dengan Dharma.


Jika ada aturan2 tertentu itu bukanlah berasal dari Sutta/ Sutra melainkan demi alasan kepantasan dan kesopanan belaka.

Apakah rekan2 di sini setuju? Bila sudah setuju akan saya lock.

Salam hormat,

Tan
sepertinya intinya adalah :
Quote
  20. Kemudian para umat beragama Pataligama berkunjung menghadap Sang Buddha : "Kami telah mendengar bahwa Bhante telah tiba di Pataligama."
Kemudian mereka mendekati Sang Bhagava sambil bersujud kepada Beliau dengan hikmad. Kemudian duduk pada salah satu sisi. Lalu mereka berkata kepada Sang Bhagava : "Bhante, dapatkah Bhante mengunjungi kami di ruangan dhammasala?" Sang Bhagava bersikap diam. Dengan sikap diam ini berarti Sang Bhagava menyetujui.

    21. Mengetahui bahwa Sang Bhagava telah setuju, para utusan dari Pataligama bangkit dari tempat mereka, memberi hormat dengan penuh hikmad dan mereka mengundurkan diri. Mereka mempersiapkan segala sesuatu di ruangan Dhammasala, menutupi seluruh lantainya, menyediakan tempat duduk, dan menempatkan sebuah lampu. Sesudah semuanya selesai dipersiapkan, mereka kembali menghadap Sang Bhagava, memberi hormat dengan penuh hikmad dan duduk pada salah satu sisi sambil berkata : "Bhante, ruangan dhammasala dengan lantainya telah ditutupi, dan tempat-tempat duduk telah disiapkan demikian pula sebuah lampu minyak telah disiapkan. Sekarang kami persilakan Bhante untuk menentukan waktu sebagaimana mestinya."

    22. Sang Bhagava lalu mempersiapkan diri, sambil membawa patta dan jubah menuju ke ruangan sidang bersama-sama dengan para bhikkhu. Sesudah mencuci kakinya Sang Bhagava masuk ke ruang Dhammasala dan duduk dekat tiang di tengah-tengah menghadap ke timur. Para bhikkhu sesudah mencuci kaki, juga memasuki ruangan Dhammasala dan duduk dekat dinding sebelah barat, menghadap ke timur, sehingga dengan demikian Sang Bhagava berada di depan mereka. Dan utusan dari Pataligama sesudah mencuci kaki, mereka memasuki ruang Dhammasala lalu duduk dekat dinding sebelah timur menghadap ke barat, sehingga Sang Bhagava berhadapan dengan mereka.
sebisa mungkin orang yang ingin masuk ke vihara menghormati aturan2 vihara tersebut, mau umat agama lain atau umat agama itu sendiri, sama seperti Buddha yang ketika masuk dharmasala beliau mencuci kaki dahulu khan. :D

Setuju dengan saudara Ryu. Dalam Nāgitasutta, Samyuttanikāya, juga ada cerita yang menunjukkan pentingnya menghormati peraturan2 vihara. Diceritakan ada sekelompok brahmana datang menemui Sang Buddha. Sesampainya di tempat di mana Sang Buddha bertempat tinggal, mereka membuat suara2 gaduh. Sang Buddha mengkritik mereka seperti para penjual ikan yang sedang menawarkan ikan2nya. Vihara adalah tempat yang seharusnya mengutamakan kesunyian. Mereka yang datang ke vihara baik turis maupun buddhis seharusnya menghormati peraturan2 vihara. Disetiap vihara biasanya ada penjaganya. Mereka yang datang ke vihara hendaknya bertanya kepada penjaga tersebut peraturan2 yang harus dilakukan selama memasuki vihara, dan tentu tugas penjaga untuk menerangkan peraturan2 tersebut Dalam Culagosingasutta, karena ketidak-tahuannya siapa yang datang, penjaga hutan di mana bhikkhu Anurudha dan dua bhikkhu lainnya bermeditasi melarang Sang BUddha untuk memasuki hutan tersebut karena bisa menganggu ketenangan para bhikkhu di hutan tersebut.

Satu cerita dalam Ambaṭṭhasutta juga kurang lebih menunjukkan pentingnya menaati peraturan dalam vihara. Dikatakan ketika brahmana muda Ambaṭṭha menemui Sang Buddha, sementara Sang Buddha duduk, ia hanya berjalan mondar-mondir sambil bicara. Sang Buddha kemudian bertanya, 'Ambaṭṭha, apakah anda bertingkah seperti ini ketika berbicara dengan brahmana pandai, guru dari para guru, seperti apa yang anda lakukan terhadap saya?' Kemudian Ambaṭṭha memberikan alasan mengapa ia bertingkah seperti itu di depan Sang Buddha. Ia bertingkah demikian karena menurut pengalamannya ketika ia datang di antara para sakya, mereka hanya berbicara di antara mereka  dan tampak tidak menghormati brahmana yang datang sesuai dengan apa yang harus diberikan kepada seorang brahmana. Sang Buddha kemudian berkata, "Ambaṭṭha,, burung puyuh sekalipun bisa berbicara sesuka hatinya di sarangnya. Kapilavatthu adalah rumah para sakya. Mereka tidak seharusnya mendapatkan celaan hanya karena hal kecil itu. Cerita ini menunjukkan bahwa ketika kita berada di rumah atau tempat orang lain, hendaknya kita menghormati peraturan2 mereka. Ini juga berlaku kepada penganut agama lain yang memasuki vihara.

Mettacittena.

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Kisah Teman-teman Visakha
 
 
 DHAMMAPADA XI, 1
 

        Terdapat 500 orang pria dari Savatthi, mereka mengharapkan istri-istrinya menjadi orang yang murah hati, baik hati dan bersusila seperti Visakha. Kelima-ratus pria tersebut mengirim para istrinya kepada Visakha agar menjadi teman dekat Visakha. Pada pesta Bacchanalian yang berlangsung salama 7 hari, istri-istri tersebut mengambil semua minuman keras yang ditinggalkan suami mereka dan kemudian meminumnya tanpa diketahui oleh Visakha. Karena perbuatan yang tidak baik itu, mereka dipukuli oleh suami mereka. Pada keajadian lainnya, dikatakan bahwa mereka hendak mendengarkan khotbah Sang Buddha, mereka memohon agar Visakha membawa mereka kepada Sang Buddha, tetapi secara diam-diam mereka masing-masing membawa sebotol kecil minuman keras yang disembunyikan dalam bajunya.

        Pada saat tiba di vihara, mereka meminum semua minuman keras yang mereka bawa dan membuang botol-botol tersebut. Visakha memohon kepada Sang Buddha untuk mengajarkan Dhamma kepada mereka. Pada saat itu, para wanita menjadi mabuk, bernyanyi, menari, bertepuk tangan, melompat-lompat di dalam vihara. Sang Buddha melihat Mara yang membuat tingkah laku yang memalukan wanita-wanita tersebut.

        Sang Buddha berkata pada diri sendiri, "Mara tidak boleh diberi kesempatan".

        Oleh karena itu, tubuh Sang Buddha memancarkan sinar biru gelap yang menyebabkan wanita-wanita tersebut ketakutan dan mulai sadar. Kemudian Sang Buddha menghilang dari tempat duduknya dan berdiri diatas Gunung Meru, dari tempat itu Beliau memancarkan sinar putih yang menerangi langit bagaikan diterangi seribu bulan.

        Setelah itu Sang Buddha berkata kepada kelima ratus wanita tersebut, "Sebagai wanita, kalian tidak seharusnya datang ke vihara dalam keadaan batin tidak sadar. Karena kalian telah lalai, Mara mendapat kesempatan membuat kalian berkelakuan yang memalukan, tertawa, menyanyi keras-keras dalam vihara. Sekarang berusahalah untuk memadamkan api hawa nafsu yang terdapat dalam diri kalian".

        Kemudian Sang Buddha membabarkan syair 146 berikut:

Mengapa tertawa, mengapa bergembira kalau dunia ini selalu terbakar? Dalam kegelapan, tidakkah engkau ingin mencari terang?

        Lima ratus wanita itu mencapai tingkat kesucian sotapatti setelah khotbah Dhamma berakhir.
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline Mr. pao

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 792
  • Reputasi: 29
  • KeperibadianMuYanGakuSuka

gue sangat tidak peduli dengan reputasi, kalau mau kasih [BURUK] 100x juga saya gak bakal peduli.


Semoga 4DMIN tidak menderita atas reputasinya.


saya persilahkan teman islam itu untuk berehipashiko, btw kalau LSY pindah agama jadi islam, saya akan cari guru agama Buddha yang lain.


Jika ada aliran sesat mengajak2 teman TBSN untuk masuk ke alirannya, bagaimana 4DMIN harus bersikap?


pernah dengar nama Maha Boowa? beliau tuh mengaku mencapai arahat ketika dia masih hidup. bagaimana pendapat anda mengenai beliau?


Ada referensinyakah ?


secara tersirat, saya merasa ada orang disini yang lebih suci, lebih pandai, dan lebih hebat karena memiliki guru lebih terkenal yang silsilahnya mentereng :)


Saya tidak merasa sini ada orang suci koq, jika 4DMIN merasakannya, itu hanya rasa kekaguman berlebihan 4DMIN pada orang tersebut dan itu juga dari efek kebesaran ajaran Sang Buddha, sehingga kebijakan umat Buddha melebihi kebijakan ajaran lainnya.
Jika ada yang menampar pipi kananku aku akan segera memberikan pipi kirinya telapak kananku, karena dengan demikian hutang karma kita akan segera selesai ditempat. ;D

Offline Tan

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 510
  • Reputasi: 31
Terima kasih banyak,

Locknya dibuka lagi. Ternyata hari ini ada masukan baru. Saya send thank you untuk Sdr. Ryu karena telah memberikan kutipan Sutta.

 [at] Ryu:
Saya baca bahwa para hadirin mencuci kaki sebelum memasuki Dhammasala. Mungkin ini dapat dianggap sebagai aturan dalam memasuki vihara. Dalam artian memang ada aturan2 tertentu yang perlu dijalankan sebelum memasuki Dhammasala. Namun timbul pertanyaan lagi pada saya, apakah ini sebenarnya merupakan tradisi di zaman itu. Yakni apabila kita memasuki sesuatu tempat yang dianggap suci, maka kita wajib mencuci kaki. Mengingat jalan itu banyak jalan yang belum diaspal, sehingga debu mudah sekali menempel pada kaki saat kita berjalan. Sebagai tambahan, dalam tradisi Jawa juga ada kebiasaan melepas alas kaki saat memasuki rumah orang lain. Oleh karena itu, apakah kebiasaan ini adalah sekedar tradisi dan tidak masuk dalam Dhamma dan Vinaya?

Dalam kutipan Dhammapadaatthakata di atas, memang nampak jelas Buddha tidak setuju dengan tingkah pada wanita yang hendak mabuk-mabukan di atas. Oleh karenanya, saya memandang bahwa kutipan dari Dhammapadaatthaka di atas lebih jelas dan tegas dalam hal memperlihatkan bahwa Buddha memang tidak setuju dengan perlakukan yang kurang layak di vihara.
Beliau bahkan menyatakan bahwa Mara tidak sepantasnya masuk vihara. Oleh karenan itu, saya menyimpulkan baik orang Buddhis maupun non Buddhis yang hendak mengacau memang tidak sepantasnya diperbolehkan masuk vihara.
Bagaimana tanggapan rekan-rekan sekalian?

Salam hormat,

Ivan T.


Offline Tan

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 510
  • Reputasi: 31
 [at] Johan3000:

Johan memasang gambar penganut agama Sikh. Dalam agama Sikh topi atau penutup kepala adalah bagian dari agamanya. Melepaskan topi bagi para penganut Sikh adalah suatu penghinaan. Setahu saya dalam agama Sikh ada kewajiban mengenakan topi, gelang, dan pedang kecil. Ini adalah bagian integral dari agama Sikh. Apabila ada orang Sikh yang ingin datang ke vihara DAN mendengarkan Dhamma apakah kita harus menyuruhnya melepaskan topi?

Salam hormat,

Tan

Offline Mr. pao

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 792
  • Reputasi: 29
  • KeperibadianMuYanGakuSuka
Ada baiknya saudara 4DMIN buka halaman baru khusus membahas materi yang ingin dibahas. coz pembahasan kita  udah OOT. Kasian ma TS tuh. Semoga 4DMIN berkenan.
Jika ada yang menampar pipi kananku aku akan segera memberikan pipi kirinya telapak kananku, karena dengan demikian hutang karma kita akan segera selesai ditempat. ;D

Offline 4DMYN

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 428
  • Reputasi: -4

gue sangat tidak peduli dengan reputasi, kalau mau kasih [BURUK] 100x juga saya gak bakal peduli.


Semoga 4DMIN tidak menderita atas reputasinya.


saya persilahkan teman islam itu untuk berehipashiko, btw kalau LSY pindah agama jadi islam, saya akan cari guru agama Buddha yang lain.


Jika ada aliran sesat mengajak2 teman TBSN untuk masuk ke alirannya, bagaimana 4DMIN harus bersikap?
saya akan buka pintu lebar-lebar untuk berdiskusi dengannya :) ehipashiko

Quote



pernah dengar nama Maha Boowa? beliau tuh mengaku mencapai arahat ketika dia masih hidup. bagaimana pendapat anda mengenai beliau?


Ada referensinyakah ?
ada referensi disini :
http://dhammacitta.org/perpustakaan/arahattamagga-arahattaphala/

Dhammadesana dari Than Acharn Maha Boowa kali ini sangat langka dan spesial.
Than Acharn Maha Boowa berkata bahwa beliau sudah menjadi arahat selama lebih dari 50 tahun ( 55 tahun) . Meskipun demikian beliau tidak pernah menyatakan secara terbuka di depan publik, hanya baru baru ini, sekitar 7 tahun yang lalu, beliau kemukakan didepan masyarakat Thai, bahwa dia telah lama mencapai tingkatan Arahat. Dalam kurun waktu 3 tahun, dalam pelbagai dhammadesana beliau menjelaskan lebih jauh tentang proses pencerahan beliau.

Quote



secara tersirat, saya merasa ada orang disini yang lebih suci, lebih pandai, dan lebih hebat karena memiliki guru lebih terkenal yang silsilahnya mentereng :)


Saya tidak merasa sini ada orang suci koq, jika 4DMIN merasakannya, itu hanya rasa kekaguman berlebihan 4DMIN pada orang tersebut dan itu juga dari efek kebesaran ajaran Sang Buddha, sehingga kebijakan umat Buddha melebihi kebijakan ajaran lainnya.
nocomment

Offline Mr. pao

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 792
  • Reputasi: 29
  • KeperibadianMuYanGakuSuka
to 4DMYN

Thanks tanggapannya. Pembahasan kita di thread ini cukup sampai disini.
Jika 4DMIN mau bahas lebih lanjut, silakan buka thread baru.

to : Tan
Silakan TS untuk lanjut membahas pembahasannya. Maaf udah banyak OOT.
Jika ada yang menampar pipi kananku aku akan segera memberikan pipi kirinya telapak kananku, karena dengan demikian hutang karma kita akan segera selesai ditempat. ;D

Offline Sunkmanitu Tanka Ob'waci

  • Sebelumnya: Karuna, Wolverine, gachapin
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.806
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
  • 会いたい。
Quote
[at] Ryu:
Saya baca bahwa para hadirin mencuci kaki sebelum memasuki Dhammasala. Mungkin ini dapat dianggap sebagai aturan dalam memasuki vihara. Dalam artian memang ada aturan2 tertentu yang perlu dijalankan sebelum memasuki Dhammasala. Namun timbul pertanyaan lagi pada saya, apakah ini sebenarnya merupakan tradisi di zaman itu. Yakni apabila kita memasuki sesuatu tempat yang dianggap suci, maka kita wajib mencuci kaki. Mengingat jalan itu banyak jalan yang belum diaspal, sehingga debu mudah sekali menempel pada kaki saat kita berjalan. Sebagai tambahan, dalam tradisi Jawa juga ada kebiasaan melepas alas kaki saat memasuki rumah orang lain. Oleh karena itu, apakah kebiasaan ini adalah sekedar tradisi dan tidak masuk dalam Dhamma dan Vinaya?

seingat saya hal ini sedikit disinggung dalam vinaya dan atau komentar vinaya Theravada, bagian alas kaki.
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

Offline purnama

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.309
  • Reputasi: 73
  • Gender: Male
RAUNGAN SINGA SARIPUTTA
    16. Ketika Sariputta menghadap Sang Bhagava, dengan hormat Beliau lalu duduk di hadapan Sang Bhagava dan kemudian Beliau berkata kepada Sang Bhagava : "Keyakinan kami terhadap Sang Bhagava, sungguh tak ada bandingannya. Belum pernah kami menjumpai baik dulu maupun sekarang ini ada seorang brahmana atau orang lain yang lebih terpercaya dalam Penerangan Sempurna dibandingkan dengan Bhagava sendiri."

    "Sungguh mulia dan terpuji ucapanmu itu, Sariputta. Ucapanmu yang demikian lantang itu bagaikan raungan singa. Tetapi bagaimanakah hubungan ini, Sariputta? Apakah kamu mempunyai pengetahuan yang langsung tentang para Bhagava dan para Arahat di masa yang lampau, mengenai bagaimana moral (sila), dhamma, kebijaksanaan (panna) mereka, dan bagaimana membebaskan diri?"

    "Hal itu kami tidak ketahui, Bhante."

    "Sariputta, dalam hubungan ini, apakah kamu mempunyai pengetahuan langsung tentang semua Bhagava dan para Arahat, di masa yang akan datang mengenai bagaimana moral (sila), dhamma dan kebijaksanaan (panna) mereka, bagaimana mereka membebaskan diri?"

    "Hal itu kami tidak ketahui, Bhante."

    "Sariputta, bagaimanakah tentang diriku sendiri yang sekarang adalah seorang Arahat Samma Sambuddha, apakah kamu mempunyai pengetahuan langsung mengenai bagaimana aku melangsungkan hidupku, bagaimana aku membebaskan diriku?"

    "Hal itu tidak kami ketahui, Bhante."

    "Sariputta, maka jelaslah bahwa sesungguhnya kamu tidak memiliki pengetahuan langsung mengenai para Arahat Samma Sambuddha baik di waktu lampau, yang akan datang maupun di waktu sekarang ini. Lalu bagaimana kamu berani mengutarakan ucapan yang sedemikian mulia dan terpuji seperti ucapanmu yang demikian lantang bagaikan suara raungan singa mengatakan : "Keyakinan kami terhadap Sang Bhagava adalah tidak ada bandingannya, tak pernah kami menjumpai baik dahulu maupun sekarang ini, ada seorang brahmana atau orang lain yang lebih terpuji dalam kesempurnaan dibandingkan dengan yang mulia sendiri."

    17. "Bhante, kami sebenarnya tidak mempunyai pengetahuan langsung seperti itu, mengenai para Arahat Samma Sambuddha baik dari waktu yang lampau, yang akan datang maupun di masa sekarang. Akan tetapi meskipun demikian, kami sekarang menyadari akan sifat Dhamma yang penuh sifat keadilan itu. Sebagai suatu perumpamaan, ada sebuah benteng perbatasan di sebuah kerajaan yang dijaga dengan ketat sekali. Kubu-kubu dengan menaranya yang menjulang tinggi yang mempunyai hanya sebuah pintu gerbang saja. Di sana ada seorang penjaga pintu yang cerdas berpengalaman, bersifat sangat hati-hati dan waspada. Ia akan mengusir orang-orang asing, tetapi mengijinkan orang baik-baik yang dikenalnya untuk masuk. Pada suatu hari ketika ia memeriksa jalan yang mengelilingi seluruh perbentengan itu, ia tidak melihat adanya sebuah lubang atau celah-celah di dinding perbentengan, yang cukup dilalui oleh seekor kucing. Sehubungan dengan ini maka tiba-tiba ia berkesimpulan : "Mahluk hidup yang besar maupun kecil bentuknya akan masuk dan akan meninggalkan kota ini, mau tak mau harus berjalan melalui pintu ini."
Demikian saya telah menyatakan sesuai dengan dhamma.

    "Oleh karena, para Arahat Samma Sambuddha dari waktu yang lampau, semua Bhagava telah meninggalkan kelima rintangan kekotoran batin dan memperoleh kesadaran. Mereka menunjukkan perhatian pada keempat Dasar Kesadaran dan mengembangkan ketujuh faktor Penerangan Sejati dengan seksama sehingga mencapai kesempurnaan sepenuhnya, dalam penerangan sejati yang tak ada bandingannya.

    "Demikian pula para Arahat Samma Sambuddha pada waktu yang akan datang, akan meninggalkan kelima rintangan kekotoran batin yang memperlemah pandangan terangnya, akan menunjukkan perhatian mereka pada keempat dasar Kesadaran dan akan mengembangkan ketujuh faktor penerangan sejati dengan seksama, dan dengan sepenuhnya akan menjadi sempurna dalam penerangan sejati yang tiada bandingannya.

    "Bhante sendiri, yang menjadi Arahat Samma Sambuddha, yang telah meninggalkan kelima rintangan kekotoran batin yang dapat memperlemah pandangan terang, yang telah mahir dalam keempat dasar kesadaran dan yang melaksanakan ketujuh faktor penerangan sejati dengan seksama dan menjadi sempurna sepenuhnya, dalam penerangan sejati yang tiada bandingnya."

    18. Begitu pula ketika Sang Bhagava berada di Pavarikambavana, Nalanda, Beliau sering memberi nasehat kepada para bhikkhu : "Ini adalah kebajikan (moral), ini adalah meditasi (samadhi), dan ini adalah kebijaksanaan (panna). Besar sekali pahala dan kemajuan bila meditasi dikembangkan berdasarkan pada sila yang baik. Besar sekali pahala dan kemajuan bila kebijaksanaan (panna) dikembangkan berdasarkan pada meditasi (samadhi) yang baik. Batin yang dikembangkan berdasarkan pada kebijaksanaan yang baik akan bebas dari kotoran batin seperti nafsu indria (kamasava), nafsu untuk "menjadi" (bhavasava) dan pandangan salah (ditthasava)."

    19. Setelah Sang Bhagava tinggal di Nalanda, Beliau lalu bersabda kepada Ananda : "Ananda, marilah kita ke Pataligama."

    "Baiklah, Bhante," jawab Ananda. Demikianlah Sang Bhagava tinggal di Pataligama bersama sejumlah besar bhikkhu.

    20. Kemudian para umat beragama Pataligama berkunjung menghadap Sang Buddha : "Kami telah mendengar bahwa Bhante telah tiba di Pataligama."
Kemudian mereka mendekati Sang Bhagava sambil bersujud kepada Beliau dengan hikmad. Kemudian duduk pada salah satu sisi. Lalu mereka berkata kepada Sang Bhagava : "Bhante, dapatkah Bhante mengunjungi kami di ruangan dhammasala?" Sang Bhagava bersikap diam. Dengan sikap diam ini berarti Sang Bhagava menyetujui.

    21. Mengetahui bahwa Sang Bhagava telah setuju, para utusan dari Pataligama bangkit dari tempat mereka, memberi hormat dengan penuh hikmad dan mereka mengundurkan diri. Mereka mempersiapkan segala sesuatu di ruangan Dhammasala, menutupi seluruh lantainya, menyediakan tempat duduk, dan menempatkan sebuah lampu. Sesudah semuanya selesai dipersiapkan, mereka kembali menghadap Sang Bhagava, memberi hormat dengan penuh hikmad dan duduk pada salah satu sisi sambil berkata : "Bhante, ruangan dhammasala dengan lantainya telah ditutupi, dan tempat-tempat duduk telah disiapkan demikian pula sebuah lampu minyak telah disiapkan. Sekarang kami persilakan Bhante untuk menentukan waktu sebagaimana mestinya."

    22. Sang Bhagava lalu mempersiapkan diri, sambil membawa patta dan jubah menuju ke ruangan sidang bersama-sama dengan para bhikkhu. Sesudah mencuci kakinya Sang Bhagava masuk ke ruang Dhammasala dan duduk dekat tiang di tengah-tengah menghadap ke timur. Para bhikkhu sesudah mencuci kaki, juga memasuki ruangan Dhammasala dan duduk dekat dinding sebelah barat, menghadap ke timur, sehingga dengan demikian Sang Bhagava berada di depan mereka. Dan utusan dari Pataligama sesudah mencuci kaki, mereka memasuki ruang Dhammasala lalu duduk dekat dinding sebelah timur menghadap ke barat, sehingga Sang Bhagava berhadapan dengan mereka.
Salam,

Ini ada pertanyaaan "Bolehkah umat non Buddhis memasuki vihara?" Bagaimana pendapat teman2 sekalian?
Memasuki vihara di sini dalam artian bukan untuk berpuja bakti, melainkan sekedar melihat2.
Persyaratan2 apakah yang harus dipatuhinya?
Haruskah ia turut melepas alas kaki jika memasuki vihara?

Mohon rujukannya berdasarkan Tipitaka/ Tripitaka. Mohon maaf tanggapannya jangan pendapat pribadi. Sudilah kiranya berdasarkan Tipitaka/ Tripitaka karena argumen nanti yang saya berikan harus kuat.

Salam hormat selalu, Namaste,

Tan

Jawabannya simple aja lah. Tentu boleh dong. Ngga dilarang penganut ajaran lain berkunjung ke vihara. Banyak referensi bisa dijadikan acuan. Beberapa sutta yang mendukung diperbolehkannya umat lain untuk berkunjung di vihara sudah dikatakan di atas. Ada cerita2 di mana penganut2 ajaran lain datang ke vihara untuk bertemu Sang Buddha dan Sang Buddha sendiri juga tidak menolaknya. Contoh sutta2 tersebut adalah:
1. Aggivacchagotta, Majjhimanikāya = pengembara Aggivaccha bertemu Sang BUddha di vihara Jetavana.
2. Mahāvacchasutta, Majjhimanikāya = pengembara Vacchagotta bertemu Sang Buddha di vihara Veluvana.
3. Dīghanakhasutta, Majjhimanikāya = pengembara Dighanakha bertemu Sang Buddha di vihara Gijjhakuta.
4. Samanamundikasutta, Majjhimanikāya = pengembara Uggahāmano bertemu Sang Buddha di vihara Jetavana.
5. Assalāyanasutta, Majjhimanikāya = para brahmana dikepalai oleh Assalāyana menemui Sang BUddhd di vihara Jetavana.

Dan masih banyak contoh lain. Bukan hanya para penganut ajaran lain menemui Sang Buddha, tidak jarang pula Sang Buddha menemui pertapaan para pertapa lain. Contoh, dalam Mahāsakuludayisutta, Sang Buddha diceritakan menemui para pengembara yang dipimpin Sakuludayi di pertapaannya. Udumbarikasutta, Dighānikāya juga menceritakan bagaimana Sang Buddha pergi ke pertapaan lain. Dlam sutta ini, sang BUddha menemui para pertapa dipimpin Nigrodha di pertapaanya. Jika Sang Buddha juga berkunjung ke tempat2 kediaman para pertapa lain, tentu tidak akan layak jika Sang Buddha melarang para penganut lain untuk berkunjung ke vihara.

Ketika penganut lain datang ke vihara, tentu akan lebih baik jika mereka juga harus bersikap sesuai dengan peraturan vihara. Ini adalah etika.

Mettacittena.

Saya rasa pembahasan dua sutta ini mesti kita tekankan, dari kesimpulan saya baca ini adalah jawaban yang sesuai dengan thread bro tan, kalo bisa kita bahas dari pembararan sutta yang ada sekarang , kita bahas dalam kehidupan sekarang atau saat ini, saya rasa untuk thread bahasan lain oot ngak sesuai topik yang didiskusikan, mari kita bahas dari
1. Aggivacchagotta, Majjhimanikāya = pengembara Aggivaccha bertemu Sang BUddha di vihara Jetavana.
2. Mahāvacchasutta, Majjhimanikāya = pengembara Vacchagotta bertemu Sang Buddha di vihara Veluvana.
3. Dīghanakhasutta, Majjhimanikāya = pengembara Dighanakha bertemu Sang Buddha di vihara Gijjhakuta.
4. Samanamundikasutta, Majjhimanikāya = pengembara Uggahāmano bertemu Sang Buddha di vihara Jetavana.
5. Assalāyanasutta, Majjhimanikāya = para brahmana dikepalai oleh Assalāyana menemui Sang BUddhd di vihara Jetavana.
dari saudara peacemind, apaka sutta ini bisa dipakai untuk kehidupan sekarang ini. Sebagai kita.

Umat Buddha seharusnya kita harus mengenal batasan yang baik dan tidak sesuai dengan ajaran guru kita.
Kita sekarang bahas adalah relevansinya sutta dengan kehidupan kita sekarang, bagaaimana orang yang non buddhis bisa memahami batasan batasan jika mereka ke tempat ibadah kita.

Mari ditekankan dari sutta pitaka dan sutra pitaka, dan relevansinya dikehidupan sekarang dalan toleransi kita terhadap umat beragama lain ketika datang ke vihara, atau forum seperti dc, atau lainnya.


Offline purnama

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.309
  • Reputasi: 73
  • Gender: Male
saya lihat cuman Bro Ryu dan bro peace mind yang sesesuai bahasnya sisanya masih melenceng atau tidak paham maksudnya. Acungan jempol untuk bro ryu sama peace mind. :jempol:

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
RAUNGAN SINGA SARIPUTTA
    16. Ketika Sariputta menghadap Sang Bhagava, dengan hormat Beliau lalu duduk di hadapan Sang Bhagava dan kemudian Beliau berkata kepada Sang Bhagava : "Keyakinan kami terhadap Sang Bhagava, sungguh tak ada bandingannya. Belum pernah kami menjumpai baik dulu maupun sekarang ini ada seorang brahmana atau orang lain yang lebih terpercaya dalam Penerangan Sempurna dibandingkan dengan Bhagava sendiri."

    "Sungguh mulia dan terpuji ucapanmu itu, Sariputta. Ucapanmu yang demikian lantang itu bagaikan raungan singa. Tetapi bagaimanakah hubungan ini, Sariputta? Apakah kamu mempunyai pengetahuan yang langsung tentang para Bhagava dan para Arahat di masa yang lampau, mengenai bagaimana moral (sila), dhamma, kebijaksanaan (panna) mereka, dan bagaimana membebaskan diri?"

    "Hal itu kami tidak ketahui, Bhante."

    "Sariputta, dalam hubungan ini, apakah kamu mempunyai pengetahuan langsung tentang semua Bhagava dan para Arahat, di masa yang akan datang mengenai bagaimana moral (sila), dhamma dan kebijaksanaan (panna) mereka, bagaimana mereka membebaskan diri?"

    "Hal itu kami tidak ketahui, Bhante."

    "Sariputta, bagaimanakah tentang diriku sendiri yang sekarang adalah seorang Arahat Samma Sambuddha, apakah kamu mempunyai pengetahuan langsung mengenai bagaimana aku melangsungkan hidupku, bagaimana aku membebaskan diriku?"

    "Hal itu tidak kami ketahui, Bhante."

    "Sariputta, maka jelaslah bahwa sesungguhnya kamu tidak memiliki pengetahuan langsung mengenai para Arahat Samma Sambuddha baik di waktu lampau, yang akan datang maupun di waktu sekarang ini. Lalu bagaimana kamu berani mengutarakan ucapan yang sedemikian mulia dan terpuji seperti ucapanmu yang demikian lantang bagaikan suara raungan singa mengatakan : "Keyakinan kami terhadap Sang Bhagava adalah tidak ada bandingannya, tak pernah kami menjumpai baik dahulu maupun sekarang ini, ada seorang brahmana atau orang lain yang lebih terpuji dalam kesempurnaan dibandingkan dengan yang mulia sendiri."

    17. "Bhante, kami sebenarnya tidak mempunyai pengetahuan langsung seperti itu, mengenai para Arahat Samma Sambuddha baik dari waktu yang lampau, yang akan datang maupun di masa sekarang. Akan tetapi meskipun demikian, kami sekarang menyadari akan sifat Dhamma yang penuh sifat keadilan itu. Sebagai suatu perumpamaan, ada sebuah benteng perbatasan di sebuah kerajaan yang dijaga dengan ketat sekali. Kubu-kubu dengan menaranya yang menjulang tinggi yang mempunyai hanya sebuah pintu gerbang saja. Di sana ada seorang penjaga pintu yang cerdas berpengalaman, bersifat sangat hati-hati dan waspada. Ia akan mengusir orang-orang asing, tetapi mengijinkan orang baik-baik yang dikenalnya untuk masuk. Pada suatu hari ketika ia memeriksa jalan yang mengelilingi seluruh perbentengan itu, ia tidak melihat adanya sebuah lubang atau celah-celah di dinding perbentengan, yang cukup dilalui oleh seekor kucing. Sehubungan dengan ini maka tiba-tiba ia berkesimpulan : "Mahluk hidup yang besar maupun kecil bentuknya akan masuk dan akan meninggalkan kota ini, mau tak mau harus berjalan melalui pintu ini."
Demikian saya telah menyatakan sesuai dengan dhamma.

    "Oleh karena, para Arahat Samma Sambuddha dari waktu yang lampau, semua Bhagava telah meninggalkan kelima rintangan kekotoran batin dan memperoleh kesadaran. Mereka menunjukkan perhatian pada keempat Dasar Kesadaran dan mengembangkan ketujuh faktor Penerangan Sejati dengan seksama sehingga mencapai kesempurnaan sepenuhnya, dalam penerangan sejati yang tak ada bandingannya.

    "Demikian pula para Arahat Samma Sambuddha pada waktu yang akan datang, akan meninggalkan kelima rintangan kekotoran batin yang memperlemah pandangan terangnya, akan menunjukkan perhatian mereka pada keempat dasar Kesadaran dan akan mengembangkan ketujuh faktor penerangan sejati dengan seksama, dan dengan sepenuhnya akan menjadi sempurna dalam penerangan sejati yang tiada bandingannya.

    "Bhante sendiri, yang menjadi Arahat Samma Sambuddha, yang telah meninggalkan kelima rintangan kekotoran batin yang dapat memperlemah pandangan terang, yang telah mahir dalam keempat dasar kesadaran dan yang melaksanakan ketujuh faktor penerangan sejati dengan seksama dan menjadi sempurna sepenuhnya, dalam penerangan sejati yang tiada bandingnya."

    18. Begitu pula ketika Sang Bhagava berada di Pavarikambavana, Nalanda, Beliau sering memberi nasehat kepada para bhikkhu : "Ini adalah kebajikan (moral), ini adalah meditasi (samadhi), dan ini adalah kebijaksanaan (panna). Besar sekali pahala dan kemajuan bila meditasi dikembangkan berdasarkan pada sila yang baik. Besar sekali pahala dan kemajuan bila kebijaksanaan (panna) dikembangkan berdasarkan pada meditasi (samadhi) yang baik. Batin yang dikembangkan berdasarkan pada kebijaksanaan yang baik akan bebas dari kotoran batin seperti nafsu indria (kamasava), nafsu untuk "menjadi" (bhavasava) dan pandangan salah (ditthasava)."

    19. Setelah Sang Bhagava tinggal di Nalanda, Beliau lalu bersabda kepada Ananda : "Ananda, marilah kita ke Pataligama."

    "Baiklah, Bhante," jawab Ananda. Demikianlah Sang Bhagava tinggal di Pataligama bersama sejumlah besar bhikkhu.

    20. Kemudian para umat beragama Pataligama berkunjung menghadap Sang Buddha : "Kami telah mendengar bahwa Bhante telah tiba di Pataligama."
Kemudian mereka mendekati Sang Bhagava sambil bersujud kepada Beliau dengan hikmad. Kemudian duduk pada salah satu sisi. Lalu mereka berkata kepada Sang Bhagava : "Bhante, dapatkah Bhante mengunjungi kami di ruangan dhammasala?" Sang Bhagava bersikap diam. Dengan sikap diam ini berarti Sang Bhagava menyetujui.

    21. Mengetahui bahwa Sang Bhagava telah setuju, para utusan dari Pataligama bangkit dari tempat mereka, memberi hormat dengan penuh hikmad dan mereka mengundurkan diri. Mereka mempersiapkan segala sesuatu di ruangan Dhammasala, menutupi seluruh lantainya, menyediakan tempat duduk, dan menempatkan sebuah lampu. Sesudah semuanya selesai dipersiapkan, mereka kembali menghadap Sang Bhagava, memberi hormat dengan penuh hikmad dan duduk pada salah satu sisi sambil berkata : "Bhante, ruangan dhammasala dengan lantainya telah ditutupi, dan tempat-tempat duduk telah disiapkan demikian pula sebuah lampu minyak telah disiapkan. Sekarang kami persilakan Bhante untuk menentukan waktu sebagaimana mestinya."

    22. Sang Bhagava lalu mempersiapkan diri, sambil membawa patta dan jubah menuju ke ruangan sidang bersama-sama dengan para bhikkhu. Sesudah mencuci kakinya Sang Bhagava masuk ke ruang Dhammasala dan duduk dekat tiang di tengah-tengah menghadap ke timur. Para bhikkhu sesudah mencuci kaki, juga memasuki ruangan Dhammasala dan duduk dekat dinding sebelah barat, menghadap ke timur, sehingga dengan demikian Sang Bhagava berada di depan mereka. Dan utusan dari Pataligama sesudah mencuci kaki, mereka memasuki ruang Dhammasala lalu duduk dekat dinding sebelah timur menghadap ke barat, sehingga Sang Bhagava berhadapan dengan mereka.
Salam,

Ini ada pertanyaaan "Bolehkah umat non Buddhis memasuki vihara?" Bagaimana pendapat teman2 sekalian?
Memasuki vihara di sini dalam artian bukan untuk berpuja bakti, melainkan sekedar melihat2.
Persyaratan2 apakah yang harus dipatuhinya?
Haruskah ia turut melepas alas kaki jika memasuki vihara?

Mohon rujukannya berdasarkan Tipitaka/ Tripitaka. Mohon maaf tanggapannya jangan pendapat pribadi. Sudilah kiranya berdasarkan Tipitaka/ Tripitaka karena argumen nanti yang saya berikan harus kuat.

Salam hormat selalu, Namaste,

Tan

Jawabannya simple aja lah. Tentu boleh dong. Ngga dilarang penganut ajaran lain berkunjung ke vihara. Banyak referensi bisa dijadikan acuan. Beberapa sutta yang mendukung diperbolehkannya umat lain untuk berkunjung di vihara sudah dikatakan di atas. Ada cerita2 di mana penganut2 ajaran lain datang ke vihara untuk bertemu Sang Buddha dan Sang Buddha sendiri juga tidak menolaknya. Contoh sutta2 tersebut adalah:
1. Aggivacchagotta, Majjhimanikāya = pengembara Aggivaccha bertemu Sang BUddha di vihara Jetavana.
2. Mahāvacchasutta, Majjhimanikāya = pengembara Vacchagotta bertemu Sang Buddha di vihara Veluvana.
3. Dīghanakhasutta, Majjhimanikāya = pengembara Dighanakha bertemu Sang Buddha di vihara Gijjhakuta.
4. Samanamundikasutta, Majjhimanikāya = pengembara Uggahāmano bertemu Sang Buddha di vihara Jetavana.
5. Assalāyanasutta, Majjhimanikāya = para brahmana dikepalai oleh Assalāyana menemui Sang BUddhd di vihara Jetavana.

Dan masih banyak contoh lain. Bukan hanya para penganut ajaran lain menemui Sang Buddha, tidak jarang pula Sang Buddha menemui pertapaan para pertapa lain. Contoh, dalam Mahāsakuludayisutta, Sang Buddha diceritakan menemui para pengembara yang dipimpin Sakuludayi di pertapaannya. Udumbarikasutta, Dighānikāya juga menceritakan bagaimana Sang Buddha pergi ke pertapaan lain. Dlam sutta ini, sang BUddha menemui para pertapa dipimpin Nigrodha di pertapaanya. Jika Sang Buddha juga berkunjung ke tempat2 kediaman para pertapa lain, tentu tidak akan layak jika Sang Buddha melarang para penganut lain untuk berkunjung ke vihara.

Ketika penganut lain datang ke vihara, tentu akan lebih baik jika mereka juga harus bersikap sesuai dengan peraturan vihara. Ini adalah etika.

Mettacittena.

Saya rasa pembahasan dua sutta ini mesti kita tekankan, dari kesimpulan saya baca ini adalah jawaban yang sesuai dengan thread bro tan, kalo bisa kita bahas dari pembararan sutta yang ada sekarang , kita bahas dalam kehidupan sekarang atau saat ini, saya rasa untuk thread bahasan lain oot ngak sesuai topik yang didiskusikan, mari kita bahas dari
1. Aggivacchagotta, Majjhimanikāya = pengembara Aggivaccha bertemu Sang BUddha di vihara Jetavana.
2. Mahāvacchasutta, Majjhimanikāya = pengembara Vacchagotta bertemu Sang Buddha di vihara Veluvana.
3. Dīghanakhasutta, Majjhimanikāya = pengembara Dighanakha bertemu Sang Buddha di vihara Gijjhakuta.
4. Samanamundikasutta, Majjhimanikāya = pengembara Uggahāmano bertemu Sang Buddha di vihara Jetavana.
5. Assalāyanasutta, Majjhimanikāya = para brahmana dikepalai oleh Assalāyana menemui Sang BUddhd di vihara Jetavana.
dari saudara peacemind, apaka sutta ini bisa dipakai untuk kehidupan sekarang ini. Sebagai kita.

Umat Buddha seharusnya kita harus mengenal batasan yang baik dan tidak sesuai dengan ajaran guru kita.
Kita sekarang bahas adalah relevansinya sutta dengan kehidupan kita sekarang, bagaaimana orang yang non buddhis bisa memahami batasan batasan jika mereka ke tempat ibadah kita.

Mari ditekankan dari sutta pitaka dan sutra pitaka, dan relevansinya dikehidupan sekarang dalan toleransi kita terhadap umat beragama lain ketika datang ke vihara, atau forum seperti dc, atau lainnya.


untuk relevansinya adalah, sebaiknya seorang tamu menghormati aturan2 yang diberikan oleh tuan rumah, untuk toleransi seperti pihak tamu seharusnya tahu juga untuk menghormati aturan tuan rumah, seperti aturan baru untuk masuk ke candi borobudur, sekarang kalau tidak salah di haruskan memakai sarung.
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline Gwi Cool

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 170
  • Reputasi: -2
  • Terpujilah Sang Buddha
Re: Bolehkah umat non Buddhis memasuki vihara? - Mohon bantuan tanggapannya
« Reply #113 on: 18 November 2017, 02:15:53 PM »
Boleh, tetapi hargai tuan rumah, patuhi apa yang ada. Jaga kesopanan dan jangan buat suara bising. Mau ikut dengar khotbah juga boleh (kalau mau), tetapi duduknya kalau bisa di belakang (ingat jangan mengganggu atau diusir), kursi depan untuk Buddhisme.

Bahkan mereka yang berkeyakinan pada Buddha (sebelumnya non-Buddhis), mereka (mantan ajaran lain) mau duduk di tempat suci mereka, masih bisa, suka mereka (mis: Masjid, Gereja, Kuil, dll.) Jadi, bagaimana mungkin non-Buddhis, tidak boleh masuk Vihara, memangnya ada rahasia apa? Tidak ada. Oleh karena itu, silakan saja. Ingat! Patuhi peraturan yang ada karena Anda tamu.
Yang mau debat, saya diam, dan mengaku kalah karena saya hanyalah makhluk lemah, debat sama yang lain saja.
Mari berbicara Dhamma yang indah di awal, indah di pertengahan, dan indah di akhir. Indah dengan pikiran penuh cinta kasih. Hobiku menggubah syair.