Tak ada sedikit keraguan apa yg ditulis pada Tipitaka. Saya hanya ingin mencoba mengulas semua hal berkaitan dengan kontroversi Luangta secara proposional dan menyeluruh daripada sepotong-sepotong saja.
1. Selama kita tidak mengetahui batin beliau saat menangis maka apapun penilaian kita adalah spekulatif sifatnya. Kecuali ada yang berani menyatakan dengan pasti tau batin Luangta saat itu dan melihatnya langsung dengan abinna. Diantara arahat dengan arahat saja bisa tidak tau.
2. Luangta telah menjelaskan reaksi pancakhanda hingga airmata keluar karena meningat pengalaman nibbana. artinya penyabnya adalah kusala citta. Tapi bila kita menggunakan alasan tidak upekha dan sebagainya. contoh : Jika di abhidhamma bisa menjelaskan citta yang muncul saat orang berbicara kasar ataupun kasus bunuh diri tetapi nampaknya tidak berlaku dan tidak ada penjelasan detil tentang itu yg ada hanyalah kiriya. Dan penjelasan itu pun adalah dari SB yg ada pada sutta . Dari penjelasan Sb maka dapat disimpulkan bahwa penjelasan abhidhamma tentang bicara kasar dan bunuh diri tidak lagi relevan pada kasus tertentu pada seorang arahat.
3. Pasti ada suatu alasan pembenaran atas Pilinda Vacca , YM bhikkhu Channa, ataupun YM Ananda. Karena ada tertulis dalam Tipitaka. Dan ada juga argumen bahwa tidak ada tertulis arahat menangis. Katakan ada tertulis arahat tidak mungkin menangis maka mengapa saat itu tidak ditanyakan bagaimana jika menangis karena kebahagiaan dan adanya reaksi panckhanda dsb. Sama halnya ketika Ananda tidak bertanya mana vinaya yang harus dihilangkan dan tidak dihilangkan(saya tidak menyalahkan Ananda, cuma contoh saja) .Tentu argumen lainnya muncul , lho keluarnya airmata kan artinya ngak upekha tidak bisa mengendalikan emosi-->inikan penjelasan pada putthujana, tapi ada perlakuan khusus pada dengan berbagai alasan yg tidak bisa dibantah karena arahat Pilinda vacca dan YM Ananda, keterangannya dari SB/Tipitaka. Maka pertanyaanya , kalau begitu mengapa para skeptik Luangta tidak bertanya pada Buddha saja atau bertanya pada Tipitaka supaya muncul jawaban "ya" atau "Tidak" daripada berkomentar sendiri dengan suatu kepastian yg tidak dapat dipertanggungjawabkan.
Maka kembali lagi ke Pilinda Vacca akan muncul pertanyaan, apa bedanya memberi tahu Pilinda Vacca untuk mengubah kebiasaannya berbicara kasar dengan memanggil orang lain dengan kata 'kasta rendah/orang malang' bukankah seorang arahat memiliki pengendalian dan upekha yg tinggi? Ini mengenai Pilinda.
Mengenai Bhikkhu Channa. apakah pada saat sebelum Bhikkhu channa menggorok lehernya apakah dia sudah mencapai minimal sotapana? jika ya apakah ada tertulis, jika tidak apakah ada tertulis? jika sudah sotapana , maka seorang sotapana sudah menghancurkan michadithi, tetapi koq masih bisa berpikir bunuh diri?
Mengenai Bhikkhu Ananda membakar diri, lagi2 ada pembenaran dan toleransi hanya karena tertulis dia arahat di Tipitaka. Padahal pembuatan penulisan itukan tinggal ditambahkan saja tulisan itu mau belakangan ataupun tidak sama saja asal isinya benar. Sehingga koq patokannya karena ada tertulis atau tidak tertulis sehingga dijadikan justifikasi pencapaian seseorang tanpa memperhatikan aspek2 kebenaran dari semua kondisi batin yg sebenarnya?
Arahat hanyalah manusia biasa yg kilesanya tidak ada.
Kembali kepada menangis. Bahwa semua kasus yang tercantum pada tipitaka bhikkhu yg menangis adalah karena kesedihan. Tapi memang belum ada kasus menangis dan baru terjadi sekarang. Kembali jika saat jaman Sang Buddha belum ada kasus arahat bunuh diri atau kasus bicara kasar dan kasus itu muncul maka baru ada penjelasan. Nah kasus Luangta kebetulan muncul sekarang, lalu kenapa yg dijadikan patokan hanya waktu sepanjang hidup Sang Buddha saja.atau terakhir kitab komentar dimasukan. Padahal sepanjang waktu kehidupan adalah sangat panjang mengapa itu tidak tertulis pada tipitaka, artinya sesuatu diluar tipitaka adalah salah? sehingga dasar pencapaian harus melalui teks sutta?
Dan kebenaran hanya dinilai dari sepanjang sejarah yg terjadi pada masa Buddha hidup?
4. Dasar mereka yg patok mati Tipitaka biasanya adalah dari parinibbana sutta, bahwa sutta dan vinaya maka hal itu dicocokan. Tapi disatu sisi kalama Sutta mengatakan, bukan karena KITAB SUCI sesuatu itu benar. Sehingga ketika ada argumen suatu hal yang kontroversi dalam lingkungan buddhist maka buru2 dikeluarkan Tipitaka sebagai dasar, tetapi ketika agama lain berpatokan pada kitab suci maka yang dijadikan patokan adalah kalama sutta yang sebenarnya juga bagian dari kitab suci. Yang sebenarnya dan sebaiknya melihat relevansi kebenaran secara holistik. Yang lucunya, yang menggunakan Tipitaka saja masih bisa salah apalagi menggunakan pemikiran sendiri.
5. Sesungguhnya semua tulisan saya diatas bukan merupakan keraguan terhadap Tipitaka, Buddha, Dhamma dan Sangha. Hanya ingin dan mengajak teman2 disini untuk merenungkan tanpa harus menyetujuinya bahwa kebenaran atau kebenaran terhadap pencapaian seseorang itu khususnya Bhikkhu Sangha dan orang lain pada umumnya bukan sebatas apa yg tertulis tetapi makna yang tertulis dan keseluruhan aspek kebenaran termasuk mengetahui kondisi batin seseorang secara pasti.
6.Selama kita masih putthujana tidak ada yang dapat menilai dengan pasti apakah orang itu arahat atau tidak pada masa setelah Buddha parinibbana. yang ada hanya spekulasi termasuk saya yang meyakini/saddha terhadap Luangta adalah arahat tetapi jika ada yg berani mengatakan dengan pasti bahwa dia belum arahat atau dia adalah orang yg berpandangan eternalis maka 100% hanya sebuah pendapat tanpa argumen yg pasti dan lebih meragukan kecuali dia adalah arahat. Inilah hal yang pasti.
7. Demikian rangkuman saya untuk menjawab segala kontroversi terhadap Luangta, dan saya mohon maaf bila ada pihak2 yang merasa tersinggung. Dan argumen2 diatas beserta argumen balik lainnya adalah merupakan hal2 yg sering saya dengar seputar pertanyaan tentang Luangta.Sekali lagi yang saya tulis diatas bukan keraguan saya terhadap Buddha , Dhamma dan Sangha termasuk Tipitaka tetapi hanya sebuah bualan yg untuk diteliti itupun kalau mau diteliti.
Harap ditanggapi dengan santai ...silakan diskusi diteruskan.....