Sebenarnya saya masih ragu (antara percaya dan tidak), karena tidak bisa melihat/membuktikan langsung proses "menikmati" oleh makhluk yang diberikan persembahan.
Dan yang menjadi pertanyaan (jika makanan tersebut benar-benar dikonsumsi oleh makhluk yang dipersembahkan tersebut) adalah apa yang membedakan makanan persembahan dengan makanan biasa (bukan untuk persembahan), dalam hal bisa tidaknya dinikmati oleh makhluk tersebut?
Maksudnya, apa persyaratannya agar makhluk tersebut dapat menikmati suatu makanan?
Apakah mereka dapat menikmatinya jika kita menggelar acara ritual, menyatakan niat, memasang dupa, dst, barulah mereka dapat menjangkau makanan tersebut?
Jika suatu makanan tidak kita persembahkan, kita masak dan taruh di meja makan seperti biasa, apakah mereka (makhluk tertentu) dapat juga menikmatinya atau tidak?
Tapi jika hal tersebut (makhluk tersebut tidak benar menikmati makanan yang kita persembahkan) adalah hanya mitos dan ritual belaka, maka pertanyaan saya adalah sudah tidak perlu dipertanyakan lagi.