Kalau menurut Asanga, dalam Viniscaya Samgrahani, ada 5
1. basis (objek makhluk hidup yg dibunuh)
2. identifikasi (mengenali si makhluk, dan tidak salah bunuh)
3. Keadaan pikiran (motivasi membunuh dan niat)
4. klesha (salah satu dari Lobha Dosa Moha yang mewarnai pikiran)
5. penyelesaian (tindakan membunuh dan akibatnya makhluk mati)
Menurut Tsongkhapa, dia mengubah list diatas dalam LAMRIM, jadi 4
1. basis (objek makhluk hidup yg dibunuh)
2. pikiran (identifikasi + niat motivasi + klesha)
3. tindakan (tindakan membunuh sebenarnya)
4. penyelesaian (akibatnya, makhluk mati)
Dalam lamrim pembagiannya ada 2, jalan karma yang lengkap dan jalan karma yang tidak lengkap
jalan karma yang lengkap adalah memenuhi semua 4 faktor yang disebut. Ini akan menghasilkan akibat karma paling berat.
Jalan karma yang tidak lengkap adalah memenuhi hanya 1,2, atau 3 faktor.
Misalnya niat membunuh, melakukan, tapi korban tidak mati. Atau si pembunuh mati lebih dulu daripada si korban.
Atau misalnya niat membunuh devadatta tetapi yang dibunuh yajnadatta karena kesalahan
atau misalnya bunuh diri, karena si pelaku tidak ada lagi ketika korban mati
atau misalnya membunuh, tetapi sebelum korban mati tiba2 timbul penyesalan dan tidak ingin dia mati
Mengenai membunuh dengan sadar atau tidak sadar, sepertinya itu dikelompokkan ke karma membunuh lengkap dan tidak lengkap.
Kalau di tradisi mahayana ada cerita..... Nagarjuna mati karena kepalanya dipenggal dengan rumput kusa.
Itu karena di masa lampau, ia pernah dengan tidak sengaja membunuh serangga (belalang mungkin) sewaktu sedang memotong rumput kusa. Ini sering dijadikan contoh cerita bahwa biarpun kita melakukan tindakan tanpa sengaja dan tanpa niat, tetap ada karma kecil yang dihasilkan.