//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Seputar master LU (LSY) & Living Buddha & True Buddha School.  (Read 1821208 times)

0 Members and 27 Guests are viewing this topic.

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Seputar master LU (LSY) & Living Buddha & True Buddha School.
« Reply #1875 on: 07 August 2010, 12:15:41 PM »
Quote from: 4DMYN
tentang ramal meramal dan ilmu-ilmu gaib memang mahaguru secara terbuka mengatakan bahwa hal itu dilakukan hanya sebagai pancingan (baca: Marketing tools). dan memang bukan ajaran Buddha.

Anda berani mengaku secara terbuka bahwa ramal-meramal dan "ilmu-ilmu gaib" yang dilakukan LSY hanyalah marketing tools. Terimakasih atas sikap kooperatif Anda dalam berdiskusi. Seperti yang sudah saya nyatakan sebelumnya, Sang Buddha tidak pernah menyetujui dan mendukung untuk melakukan hal-hal tersebut. Artinya, jika sekarang ada aliran atau orang yang mengatas-namakan Buddhisme (Agama Buddha ataupun Ajaran Sang Buddha) namun melakukan hal tersebut, itu namanya tidak sesuai dengan Buddhisme.


Quote from: 4DMYN
Dalam kesehariannya Buddha mungkin tidak memakai perhiasan di tubuhnya. tapi beliau  menerima banyak perhiasan , emas, perak, baju  donasi dari umat-umat-Nya atau dengan kata lain: Sang Buddha itu kaya raya  seumur hidupnya . Masa-masa Sang Buddha boleh dibilang tidak memiliki harta itu hanya pada saat beliau bermeditasi di bawah pohon Boddhi ! .  Salah satu penyebab Devadatta iri hati adalah donasi yang melimpah ruah kepada Buddha.  Anda mungkin tau kisah Anathapindika yang mendonasikan sebagian besar hartanya untuk keperluan sangha, sampai-sampai dia menjadi jatuh miskin, (walaupun di kemudian hari usahanya menanjak lagi, dan kembali menjadi orang kaya ).
Sedangkan kisah tentang membunuh itu ada di kisah jataka, dimana Bodhisatta membunuh 500 perampok untuk menyelamatkan orang-orang lainnya.

nb: Sehubungan dengan mahaguru Lu Sheng Yen, beliau dalam keseharian tidak memakai perhiasan, hanya dalam upacara-upacara tertentu saja. Saya sudah pernah mempostingkan artikel bahwa perhiasan itu hanya sebagai lambang saja.
 
kutipan teks:
sumber: http://www.sacred-texts.com/bud/lob/lob39.htm

"Listen well, inhabitants of Cravasti! Seven days from this day, the merchant Anathapindika, riding an elephant, will go through the streets of the city. He will ask all of you for alms, which he will then offer to the Buddha and to his disciples. Let each one of you give him whatever he can afford."

On the day announced, Anathapindika mounted his finest elephant and rode through the streets, asking every one for donations for the Master and for the community. They crowded around him: this one gave gold, that one silver; one woman took

p. 194

off her necklace, another her bracelet, a third an anklet; and even the humblest gifts were accepted. 


Now, there lived in Cravasti a young girl who was extremely poor. It had taken her three months to save enough money to buy a piece of coarse material, out of which she had just made a dress for herself. She saw Anathapindika with a great crowd around him.

"The merchant Anathapindika appears to be begging," she said to a bystander.

"Yes, he is begging," was the reply.

"But he is said to be the richest man in Cravasti. Why should he be begging?"

"Did you not hear the royal proclamation being cried through the streets, seven days ago?"

"No."

"Anathapindika is not collecting alms for himself. He wants every one to participate in the good he is doing, and he is asking for donations for the Buddha and his disciples. All those who give will be entitled to a future reward."
The young girl said to herself, "I have never done anything deserving of praise. It would be wonderful to make an offering to the Buddha. But I am poor. What have I to give?" She walked away, wistfully. She looked at her new dress. "I have only

p. 195

this dress to offer him. But I can not go through the streets naked."

She went home and took off the dress. Then she sat at the window and watched for Anathapindika, and when he passed in front of her house, she threw the dress to him. He took it and showed it to his servants.

Jika kembali merujuk pada kisah Jataka di Mahayana, memang saddhana abhicaruka itu termasuk dalam upaya kausalya. Namun setahu saya, kisah Bodhisatta yang membunuh 500 perampok itu tidak terdapat dalam Jataka di Theravada. Membandingkan sifat-sifat Buddha Gotama di Sutta Theravada dan Buddha Gotama di Sutra Mahayana seperti membandingkan 2 orang berbeda dengan nama yang sama. Saya tidak ingin meruncingkan topik yang ini dulu...

Namun jika Anda mengutip kisah Jataka itu sebagai referensi saddhana abhicaruka, saya masih kurang setuju. Di kisah Jataka itu, yang membunuh adalah Bodhisatta. Ketika Siddhattha Gotama sudah menjadi Buddha, Beliau tidak lagi membunuh dan tidak menyetujui pembunuhan. Jadi sekali lagi: jika ada ajaran yang mengajarkan membunuh (meskipun katanya untuk menolong), itu jelas bukan Ajaran Buddha Gotama.

----------------------

Dahulu, Buddha dan Sangha menerima pemberian yang bermacam-macam dari umat. Mulai dari makanan basi, jubah, bahkan hutan sebagai tempat tinggal (vihara) untuk Sangha. Namun Sang Buddha dan Sangha tidak pernah menyimpan materi-materi duniawi seperti perhiasan, uang, kendaraan (kuda atau gajah), dipan (kursi), dan sebagainya. Beberapa perbedaan antara Buddha Gotama dan LSY adalah:

  • Buddha tidak menyimpan dan memakai perhiasan ― LSY menyimpan dan memakainya
  • Buddha tidak menerima dan menggunakan gajah atau kuda sebagai kendaraan ― LSY menerima dan menggunakan Rolls Royce sebagai kendaraan
  • Buddha tidak menyimpan uang untuk membangun vihara ― LSY menerima donasi uang dan menggunakannya

Bukti historik juga membuktikan Buddha Gotama hidup dalam kesederhanaan. Buddha Gotama hidup berkelana dari satu daerah ke daerah lain; hanya memakai kain kuning sebagai jubah, dengan sebuah mangkuk, berjalan kaki tanpa menggunakan alas, tidak menyimpan uang dan perhiasan, menyebarkan Ajaran-Nya tanpa mengeluarkan uang sepeser pun, tidak mencari orang kaya dan justru lebih fokus pada orang-orang miskin. Buddha Gotama sering dicerca oleh petapa aliran lain di zaman-Nya sebagai petapa gundul, dan para bhikkhu (yang berpindapata) sering diejek sebagai pengemis.

Ini perbedaan jelas antara prinsip Buddha Gotama dan LSY. Saya tidak menyatakan bahwa prinsip LSY itu salah atau benar. Saya hanya menyajikan fakta bahwa prinsip LSY tidak sejalan dengan prinsip Buddha Gotama. Apakah Anda setuju?
Tentang ajaran membunuh pakai mantra, memang berasal dari tantrayana, yang notabene tercampur dengan ajaran-ajaran india. gue nocomment deh.

Kalo di jaman sekarang semua bhiksu disuruh berjalan kaki untuk menyebarkan dharma, kayaknya koq ketinggalan jaman ya, (evangelis agama tetangga sudah naik pesawat jet untuk menyebarkan agama). kalo mau mengundang bhiksu datang ke indonesia gak pake pesawat terbang kasihan juga bhiksunya. masa bhiksu disuruh pake kekuatan abhinna untuk menyeberangi lautan.

soal bhiksu menyimpan uang sebenarnya wajar-wajar saja sesuai dengan jaman. kalau jaman dahulu jadi bhiksu gak punya uang, banyak umat yang berebutan untuk berdana kepadanya. coba kalau jaman sekarang, apalagi tinggal di negeri orang bule, dimana masyarakat disana menganggap bhiksu itu pengangguran, gak berguna, dan gak menghasilkan duit. Mana mungkin bhiksu yang gak menyimpan uang bisa hidup di negeri orang bule?

Dalam konteks jaman sekarang di negeri orang bule, asalkan tidak melekat secara berlebihan pada uang, saya kira bhiksu itu masih wajar-wajar saja apabila menyimpan uang.

Btw, Sang Buddha tidak menggunakan uangnya untuk membangun vihara, karena sudah ada umat yang bermurah hati membuatkan vihara untuk beliau dan murid-muridnya. Coba pada waktu itu gak ada donatur yang murah hati, mungkin beliau sudah menggunakan uangnya sendiri  untuk membangun vihara juga.


menurut Bro 4DMYN ada sebagian ajaran Buddha Gotama yg sudah out-of-date dan perlu di amandemen untuk menyesuaikan dengan perkembangan jaman? begitukah?

apakah Bro 4DMYN setuju dengan ajaran Buddha Gotama bahwa "Dhamma telah sempurna dibabarkan ...dst"
ajaran Buddha tidak pernah Out Of Date, karena bukan seperti ajaran sains yang berkembang seiring dengan penemuan baru, sesuai dengan konsep ada penemuan baru maka ada yang out of date. karena itu Dharma tidak bertambah maupun tidak berkurang, tidak pernah usang maupun Out Of Date.
cuma jika membandingkan kondisi di Jaman Sang Buddha dengan kondisi jaman sekarang, saya rasa koq gak mungkin kalau semua bhiksu-bhiksu disuruh kembali ke tradisi jaman Sang Buddha, berjalan kaki berpindapata dan membabarkan dharma. Bhiksu-bhiksu jaman sekarang butuh kendaraan dan pesawat terbang.



kata2 anda saling kontradiksi, kalau tidak out-of-date kenapa sekarang para bhikkhu tidak bisa berjalan kaki berpindapatta dan membabarkan Dhamma? ini tentunya mengarah pada "sesuai perkembangan jaman, maka bhikshu sekarang boleh mengendarai Rolls Royce."

Offline padmakumara

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.317
  • Reputasi: 0
  • Gender: Female
  • mara devaputra
Re: Seputar master LU (LSY) & Living Buddha & True Buddha School.
« Reply #1876 on: 07 August 2010, 12:23:03 PM »
saya pernah baca buku yg judulnya 60 orang terbesar sepanjang sejarah

salah satunya sai baba

tertulis sai baba sangat sakti

dan hanya bebrapa orang yg memiliki kemampuan demikian selain sai baba

antara lain

maha acarya lu sheng yen ( tidak perlu dikomentarin)

master li hongzhi (ada yg tahu kesaktian macam apa ya?_

mahavatar babaji (katanya manusia berusia ribuan tahun, sakti lagi, siapa ya dia?)
"Godaan sex merupakan bahaya terbesar dan merupakan penyebab banyak bencana.
Banyak hati yang hancur karena nafsu birahi."

Offline 4DMYN

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 428
  • Reputasi: -4
Re: Seputar master LU (LSY) & Living Buddha & True Buddha School.
« Reply #1877 on: 07 August 2010, 12:23:25 PM »
Quote from: 4DMYN
tentang ramal meramal dan ilmu-ilmu gaib memang mahaguru secara terbuka mengatakan bahwa hal itu dilakukan hanya sebagai pancingan (baca: Marketing tools). dan memang bukan ajaran Buddha.

Anda berani mengaku secara terbuka bahwa ramal-meramal dan "ilmu-ilmu gaib" yang dilakukan LSY hanyalah marketing tools. Terimakasih atas sikap kooperatif Anda dalam berdiskusi. Seperti yang sudah saya nyatakan sebelumnya, Sang Buddha tidak pernah menyetujui dan mendukung untuk melakukan hal-hal tersebut. Artinya, jika sekarang ada aliran atau orang yang mengatas-namakan Buddhisme (Agama Buddha ataupun Ajaran Sang Buddha) namun melakukan hal tersebut, itu namanya tidak sesuai dengan Buddhisme.


Quote from: 4DMYN
Dalam kesehariannya Buddha mungkin tidak memakai perhiasan di tubuhnya. tapi beliau  menerima banyak perhiasan , emas, perak, baju  donasi dari umat-umat-Nya atau dengan kata lain: Sang Buddha itu kaya raya  seumur hidupnya . Masa-masa Sang Buddha boleh dibilang tidak memiliki harta itu hanya pada saat beliau bermeditasi di bawah pohon Boddhi ! .  Salah satu penyebab Devadatta iri hati adalah donasi yang melimpah ruah kepada Buddha.  Anda mungkin tau kisah Anathapindika yang mendonasikan sebagian besar hartanya untuk keperluan sangha, sampai-sampai dia menjadi jatuh miskin, (walaupun di kemudian hari usahanya menanjak lagi, dan kembali menjadi orang kaya ).
Sedangkan kisah tentang membunuh itu ada di kisah jataka, dimana Bodhisatta membunuh 500 perampok untuk menyelamatkan orang-orang lainnya.

nb: Sehubungan dengan mahaguru Lu Sheng Yen, beliau dalam keseharian tidak memakai perhiasan, hanya dalam upacara-upacara tertentu saja. Saya sudah pernah mempostingkan artikel bahwa perhiasan itu hanya sebagai lambang saja.
 
kutipan teks:
sumber: http://www.sacred-texts.com/bud/lob/lob39.htm

"Listen well, inhabitants of Cravasti! Seven days from this day, the merchant Anathapindika, riding an elephant, will go through the streets of the city. He will ask all of you for alms, which he will then offer to the Buddha and to his disciples. Let each one of you give him whatever he can afford."

On the day announced, Anathapindika mounted his finest elephant and rode through the streets, asking every one for donations for the Master and for the community. They crowded around him: this one gave gold, that one silver; one woman took

p. 194

off her necklace, another her bracelet, a third an anklet; and even the humblest gifts were accepted. 


Now, there lived in Cravasti a young girl who was extremely poor. It had taken her three months to save enough money to buy a piece of coarse material, out of which she had just made a dress for herself. She saw Anathapindika with a great crowd around him.

"The merchant Anathapindika appears to be begging," she said to a bystander.

"Yes, he is begging," was the reply.

"But he is said to be the richest man in Cravasti. Why should he be begging?"

"Did you not hear the royal proclamation being cried through the streets, seven days ago?"

"No."

"Anathapindika is not collecting alms for himself. He wants every one to participate in the good he is doing, and he is asking for donations for the Buddha and his disciples. All those who give will be entitled to a future reward."
The young girl said to herself, "I have never done anything deserving of praise. It would be wonderful to make an offering to the Buddha. But I am poor. What have I to give?" She walked away, wistfully. She looked at her new dress. "I have only

p. 195

this dress to offer him. But I can not go through the streets naked."

She went home and took off the dress. Then she sat at the window and watched for Anathapindika, and when he passed in front of her house, she threw the dress to him. He took it and showed it to his servants.

Jika kembali merujuk pada kisah Jataka di Mahayana, memang saddhana abhicaruka itu termasuk dalam upaya kausalya. Namun setahu saya, kisah Bodhisatta yang membunuh 500 perampok itu tidak terdapat dalam Jataka di Theravada. Membandingkan sifat-sifat Buddha Gotama di Sutta Theravada dan Buddha Gotama di Sutra Mahayana seperti membandingkan 2 orang berbeda dengan nama yang sama. Saya tidak ingin meruncingkan topik yang ini dulu...

Namun jika Anda mengutip kisah Jataka itu sebagai referensi saddhana abhicaruka, saya masih kurang setuju. Di kisah Jataka itu, yang membunuh adalah Bodhisatta. Ketika Siddhattha Gotama sudah menjadi Buddha, Beliau tidak lagi membunuh dan tidak menyetujui pembunuhan. Jadi sekali lagi: jika ada ajaran yang mengajarkan membunuh (meskipun katanya untuk menolong), itu jelas bukan Ajaran Buddha Gotama.

----------------------

Dahulu, Buddha dan Sangha menerima pemberian yang bermacam-macam dari umat. Mulai dari makanan basi, jubah, bahkan hutan sebagai tempat tinggal (vihara) untuk Sangha. Namun Sang Buddha dan Sangha tidak pernah menyimpan materi-materi duniawi seperti perhiasan, uang, kendaraan (kuda atau gajah), dipan (kursi), dan sebagainya. Beberapa perbedaan antara Buddha Gotama dan LSY adalah:

  • Buddha tidak menyimpan dan memakai perhiasan ― LSY menyimpan dan memakainya
  • Buddha tidak menerima dan menggunakan gajah atau kuda sebagai kendaraan ― LSY menerima dan menggunakan Rolls Royce sebagai kendaraan
  • Buddha tidak menyimpan uang untuk membangun vihara ― LSY menerima donasi uang dan menggunakannya

Bukti historik juga membuktikan Buddha Gotama hidup dalam kesederhanaan. Buddha Gotama hidup berkelana dari satu daerah ke daerah lain; hanya memakai kain kuning sebagai jubah, dengan sebuah mangkuk, berjalan kaki tanpa menggunakan alas, tidak menyimpan uang dan perhiasan, menyebarkan Ajaran-Nya tanpa mengeluarkan uang sepeser pun, tidak mencari orang kaya dan justru lebih fokus pada orang-orang miskin. Buddha Gotama sering dicerca oleh petapa aliran lain di zaman-Nya sebagai petapa gundul, dan para bhikkhu (yang berpindapata) sering diejek sebagai pengemis.

Ini perbedaan jelas antara prinsip Buddha Gotama dan LSY. Saya tidak menyatakan bahwa prinsip LSY itu salah atau benar. Saya hanya menyajikan fakta bahwa prinsip LSY tidak sejalan dengan prinsip Buddha Gotama. Apakah Anda setuju?
Tentang ajaran membunuh pakai mantra, memang berasal dari tantrayana, yang notabene tercampur dengan ajaran-ajaran india. gue nocomment deh.

Kalo di jaman sekarang semua bhiksu disuruh berjalan kaki untuk menyebarkan dharma, kayaknya koq ketinggalan jaman ya, (evangelis agama tetangga sudah naik pesawat jet untuk menyebarkan agama). kalo mau mengundang bhiksu datang ke indonesia gak pake pesawat terbang kasihan juga bhiksunya. masa bhiksu disuruh pake kekuatan abhinna untuk menyeberangi lautan.

soal bhiksu menyimpan uang sebenarnya wajar-wajar saja sesuai dengan jaman. kalau jaman dahulu jadi bhiksu gak punya uang, banyak umat yang berebutan untuk berdana kepadanya. coba kalau jaman sekarang, apalagi tinggal di negeri orang bule, dimana masyarakat disana menganggap bhiksu itu pengangguran, gak berguna, dan gak menghasilkan duit. Mana mungkin bhiksu yang gak menyimpan uang bisa hidup di negeri orang bule?

Dalam konteks jaman sekarang di negeri orang bule, asalkan tidak melekat secara berlebihan pada uang, saya kira bhiksu itu masih wajar-wajar saja apabila menyimpan uang.

Btw, Sang Buddha tidak menggunakan uangnya untuk membangun vihara, karena sudah ada umat yang bermurah hati membuatkan vihara untuk beliau dan murid-muridnya. Coba pada waktu itu gak ada donatur yang murah hati, mungkin beliau sudah menggunakan uangnya sendiri  untuk membangun vihara juga.


menurut Bro 4DMYN ada sebagian ajaran Buddha Gotama yg sudah out-of-date dan perlu di amandemen untuk menyesuaikan dengan perkembangan jaman? begitukah?

apakah Bro 4DMYN setuju dengan ajaran Buddha Gotama bahwa "Dhamma telah sempurna dibabarkan ...dst"
ajaran Buddha tidak pernah Out Of Date, karena bukan seperti ajaran sains yang berkembang seiring dengan penemuan baru, sesuai dengan konsep ada penemuan baru maka ada yang out of date. karena itu Dharma tidak bertambah maupun tidak berkurang, tidak pernah usang maupun Out Of Date.
cuma jika membandingkan kondisi di Jaman Sang Buddha dengan kondisi jaman sekarang, saya rasa koq gak mungkin kalau semua bhiksu-bhiksu disuruh kembali ke tradisi jaman Sang Buddha, berjalan kaki berpindapata dan membabarkan dharma. Bhiksu-bhiksu jaman sekarang butuh kendaraan dan pesawat terbang.



kata2 anda saling kontradiksi, kalau tidak out-of-date kenapa sekarang para bhikkhu tidak bisa berjalan kaki berpindapatta dan membabarkan Dhamma? ini tentunya mengarah pada "sesuai perkembangan jaman, maka bhikshu sekarang boleh mengendarai Rolls Royce."
benar, mengendarai mobil kan tidak bertentangan dengan ajaran Buddha? mana ada sila dan vinaya yang mengatur hal ini?
(coba bandingkan dengan evangelis yang menyebarkan agama pakai pesawat jet)

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Seputar master LU (LSY) & Living Buddha & True Buddha School.
« Reply #1878 on: 07 August 2010, 12:26:09 PM »
saya pernah baca buku yg judulnya 60 orang terbesar sepanjang sejarah

salah satunya sai baba

tertulis sai baba sangat sakti

dan hanya bebrapa orang yg memiliki kemampuan demikian selain sai baba

antara lain

maha acarya lu sheng yen ( tidak perlu dikomentarin)

master li hongzhi (ada yg tahu kesaktian macam apa ya?_

mahavatar babaji (katanya manusia berusia ribuan tahun, sakti lagi, siapa ya dia?)


yah sekali lagi ajaran Buddha Gotama terbukti benar, orang-orang sejenis akan berkumpul dalam satu kelompok. orang2 yg anda sebutkan semuanya adalah pendiri CULT

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Seputar master LU (LSY) & Living Buddha & True Buddha School.
« Reply #1879 on: 07 August 2010, 12:29:28 PM »
Quote from: 4DMYN
tentang ramal meramal dan ilmu-ilmu gaib memang mahaguru secara terbuka mengatakan bahwa hal itu dilakukan hanya sebagai pancingan (baca: Marketing tools). dan memang bukan ajaran Buddha.

Anda berani mengaku secara terbuka bahwa ramal-meramal dan "ilmu-ilmu gaib" yang dilakukan LSY hanyalah marketing tools. Terimakasih atas sikap kooperatif Anda dalam berdiskusi. Seperti yang sudah saya nyatakan sebelumnya, Sang Buddha tidak pernah menyetujui dan mendukung untuk melakukan hal-hal tersebut. Artinya, jika sekarang ada aliran atau orang yang mengatas-namakan Buddhisme (Agama Buddha ataupun Ajaran Sang Buddha) namun melakukan hal tersebut, itu namanya tidak sesuai dengan Buddhisme.


Quote from: 4DMYN
Dalam kesehariannya Buddha mungkin tidak memakai perhiasan di tubuhnya. tapi beliau  menerima banyak perhiasan , emas, perak, baju  donasi dari umat-umat-Nya atau dengan kata lain: Sang Buddha itu kaya raya  seumur hidupnya . Masa-masa Sang Buddha boleh dibilang tidak memiliki harta itu hanya pada saat beliau bermeditasi di bawah pohon Boddhi ! .  Salah satu penyebab Devadatta iri hati adalah donasi yang melimpah ruah kepada Buddha.  Anda mungkin tau kisah Anathapindika yang mendonasikan sebagian besar hartanya untuk keperluan sangha, sampai-sampai dia menjadi jatuh miskin, (walaupun di kemudian hari usahanya menanjak lagi, dan kembali menjadi orang kaya ).
Sedangkan kisah tentang membunuh itu ada di kisah jataka, dimana Bodhisatta membunuh 500 perampok untuk menyelamatkan orang-orang lainnya.

nb: Sehubungan dengan mahaguru Lu Sheng Yen, beliau dalam keseharian tidak memakai perhiasan, hanya dalam upacara-upacara tertentu saja. Saya sudah pernah mempostingkan artikel bahwa perhiasan itu hanya sebagai lambang saja.
 
kutipan teks:
sumber: http://www.sacred-texts.com/bud/lob/lob39.htm

"Listen well, inhabitants of Cravasti! Seven days from this day, the merchant Anathapindika, riding an elephant, will go through the streets of the city. He will ask all of you for alms, which he will then offer to the Buddha and to his disciples. Let each one of you give him whatever he can afford."

On the day announced, Anathapindika mounted his finest elephant and rode through the streets, asking every one for donations for the Master and for the community. They crowded around him: this one gave gold, that one silver; one woman took

p. 194

off her necklace, another her bracelet, a third an anklet; and even the humblest gifts were accepted. 


Now, there lived in Cravasti a young girl who was extremely poor. It had taken her three months to save enough money to buy a piece of coarse material, out of which she had just made a dress for herself. She saw Anathapindika with a great crowd around him.

"The merchant Anathapindika appears to be begging," she said to a bystander.

"Yes, he is begging," was the reply.

"But he is said to be the richest man in Cravasti. Why should he be begging?"

"Did you not hear the royal proclamation being cried through the streets, seven days ago?"

"No."

"Anathapindika is not collecting alms for himself. He wants every one to participate in the good he is doing, and he is asking for donations for the Buddha and his disciples. All those who give will be entitled to a future reward."
The young girl said to herself, "I have never done anything deserving of praise. It would be wonderful to make an offering to the Buddha. But I am poor. What have I to give?" She walked away, wistfully. She looked at her new dress. "I have only

p. 195

this dress to offer him. But I can not go through the streets naked."

She went home and took off the dress. Then she sat at the window and watched for Anathapindika, and when he passed in front of her house, she threw the dress to him. He took it and showed it to his servants.

Jika kembali merujuk pada kisah Jataka di Mahayana, memang saddhana abhicaruka itu termasuk dalam upaya kausalya. Namun setahu saya, kisah Bodhisatta yang membunuh 500 perampok itu tidak terdapat dalam Jataka di Theravada. Membandingkan sifat-sifat Buddha Gotama di Sutta Theravada dan Buddha Gotama di Sutra Mahayana seperti membandingkan 2 orang berbeda dengan nama yang sama. Saya tidak ingin meruncingkan topik yang ini dulu...

Namun jika Anda mengutip kisah Jataka itu sebagai referensi saddhana abhicaruka, saya masih kurang setuju. Di kisah Jataka itu, yang membunuh adalah Bodhisatta. Ketika Siddhattha Gotama sudah menjadi Buddha, Beliau tidak lagi membunuh dan tidak menyetujui pembunuhan. Jadi sekali lagi: jika ada ajaran yang mengajarkan membunuh (meskipun katanya untuk menolong), itu jelas bukan Ajaran Buddha Gotama.

----------------------

Dahulu, Buddha dan Sangha menerima pemberian yang bermacam-macam dari umat. Mulai dari makanan basi, jubah, bahkan hutan sebagai tempat tinggal (vihara) untuk Sangha. Namun Sang Buddha dan Sangha tidak pernah menyimpan materi-materi duniawi seperti perhiasan, uang, kendaraan (kuda atau gajah), dipan (kursi), dan sebagainya. Beberapa perbedaan antara Buddha Gotama dan LSY adalah:

  • Buddha tidak menyimpan dan memakai perhiasan ― LSY menyimpan dan memakainya
  • Buddha tidak menerima dan menggunakan gajah atau kuda sebagai kendaraan ― LSY menerima dan menggunakan Rolls Royce sebagai kendaraan
  • Buddha tidak menyimpan uang untuk membangun vihara ― LSY menerima donasi uang dan menggunakannya

Bukti historik juga membuktikan Buddha Gotama hidup dalam kesederhanaan. Buddha Gotama hidup berkelana dari satu daerah ke daerah lain; hanya memakai kain kuning sebagai jubah, dengan sebuah mangkuk, berjalan kaki tanpa menggunakan alas, tidak menyimpan uang dan perhiasan, menyebarkan Ajaran-Nya tanpa mengeluarkan uang sepeser pun, tidak mencari orang kaya dan justru lebih fokus pada orang-orang miskin. Buddha Gotama sering dicerca oleh petapa aliran lain di zaman-Nya sebagai petapa gundul, dan para bhikkhu (yang berpindapata) sering diejek sebagai pengemis.

Ini perbedaan jelas antara prinsip Buddha Gotama dan LSY. Saya tidak menyatakan bahwa prinsip LSY itu salah atau benar. Saya hanya menyajikan fakta bahwa prinsip LSY tidak sejalan dengan prinsip Buddha Gotama. Apakah Anda setuju?
Tentang ajaran membunuh pakai mantra, memang berasal dari tantrayana, yang notabene tercampur dengan ajaran-ajaran india. gue nocomment deh.

Kalo di jaman sekarang semua bhiksu disuruh berjalan kaki untuk menyebarkan dharma, kayaknya koq ketinggalan jaman ya, (evangelis agama tetangga sudah naik pesawat jet untuk menyebarkan agama). kalo mau mengundang bhiksu datang ke indonesia gak pake pesawat terbang kasihan juga bhiksunya. masa bhiksu disuruh pake kekuatan abhinna untuk menyeberangi lautan.

soal bhiksu menyimpan uang sebenarnya wajar-wajar saja sesuai dengan jaman. kalau jaman dahulu jadi bhiksu gak punya uang, banyak umat yang berebutan untuk berdana kepadanya. coba kalau jaman sekarang, apalagi tinggal di negeri orang bule, dimana masyarakat disana menganggap bhiksu itu pengangguran, gak berguna, dan gak menghasilkan duit. Mana mungkin bhiksu yang gak menyimpan uang bisa hidup di negeri orang bule?

Dalam konteks jaman sekarang di negeri orang bule, asalkan tidak melekat secara berlebihan pada uang, saya kira bhiksu itu masih wajar-wajar saja apabila menyimpan uang.

Btw, Sang Buddha tidak menggunakan uangnya untuk membangun vihara, karena sudah ada umat yang bermurah hati membuatkan vihara untuk beliau dan murid-muridnya. Coba pada waktu itu gak ada donatur yang murah hati, mungkin beliau sudah menggunakan uangnya sendiri  untuk membangun vihara juga.


menurut Bro 4DMYN ada sebagian ajaran Buddha Gotama yg sudah out-of-date dan perlu di amandemen untuk menyesuaikan dengan perkembangan jaman? begitukah?

apakah Bro 4DMYN setuju dengan ajaran Buddha Gotama bahwa "Dhamma telah sempurna dibabarkan ...dst"
ajaran Buddha tidak pernah Out Of Date, karena bukan seperti ajaran sains yang berkembang seiring dengan penemuan baru, sesuai dengan konsep ada penemuan baru maka ada yang out of date. karena itu Dharma tidak bertambah maupun tidak berkurang, tidak pernah usang maupun Out Of Date.
cuma jika membandingkan kondisi di Jaman Sang Buddha dengan kondisi jaman sekarang, saya rasa koq gak mungkin kalau semua bhiksu-bhiksu disuruh kembali ke tradisi jaman Sang Buddha, berjalan kaki berpindapata dan membabarkan dharma. Bhiksu-bhiksu jaman sekarang butuh kendaraan dan pesawat terbang.



kata2 anda saling kontradiksi, kalau tidak out-of-date kenapa sekarang para bhikkhu tidak bisa berjalan kaki berpindapatta dan membabarkan Dhamma? ini tentunya mengarah pada "sesuai perkembangan jaman, maka bhikshu sekarang boleh mengendarai Rolls Royce."
benar, mengendarai mobil kan tidak bertentangan dengan ajaran Buddha? mana ada sila dan vinaya yang mengatur hal ini?
(coba bandingkan dengan evangelis yang menyebarkan agama pakai pesawat jet)

anda membaca aturan itu secara tekstual Bro, intinya adalah hidup dalam kesederhanaan bukan kemewahan. baiklah, saya tidak akan membantah bahwa mobil memang tidak dilarang, tapi apa salahnya naik misalnya, mobil pickup, atau mobil lainnya yg lebih murah, apakah harus Rolls Royce? tentu anda akan menjawab, "itu kan pemberian umat". tapi ingat Sang Buddha Gotama bahkan menolak pemberian setengah kerajaan.

subyek kita adalah LSY, dan evangelis tidak termasuk pembahasan kita, jadi saya tidak akan mengomentari atau membandingkan

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: Seputar master LU (LSY) & Living Buddha & True Buddha School.
« Reply #1880 on: 07 August 2010, 12:38:45 PM »
Quote from: 4DMYN
Tentang ajaran membunuh pakai mantra, memang berasal dari tantrayana, yang notabene tercampur dengan ajaran-ajaran india. gue nocomment deh.

Kalo di jaman sekarang semua bhiksu disuruh berjalan kaki untuk menyebarkan dharma, kayaknya koq ketinggalan jaman ya, (evangelis agama tetangga sudah naik pesawat jet untuk menyebarkan agama). kalo mau mengundang bhiksu datang ke indonesia gak pake pesawat terbang kasihan juga bhiksunya. masa bhiksu disuruh pake kekuatan abhinna untuk menyeberangi lautan.

soal bhiksu menyimpan uang sebenarnya wajar-wajar saja sesuai dengan jaman. kalau jaman dahulu jadi bhiksu gak punya uang, banyak umat yang berebutan untuk berdana kepadanya. coba kalau jaman sekarang, apalagi tinggal di negeri orang bule, dimana masyarakat disana menganggap bhiksu itu pengangguran, gak berguna, dan gak menghasilkan duit. Mana mungkin bhiksu yang gak menyimpan uang bisa hidup di negeri orang bule?

Dalam konteks jaman sekarang di negeri orang bule, asalkan tidak melekat secara berlebihan pada uang, saya kira bhiksu itu masih wajar-wajar saja apabila menyimpan uang.

Btw, Sang Buddha tidak menggunakan uangnya untuk membangun vihara, karena sudah ada umat yang bermurah hati membuatkan vihara untuk beliau dan murid-muridnya. Coba pada waktu itu gak ada donatur yang murah hati, mungkin beliau sudah menggunakan uangnya sendiri  untuk membangun vihara juga.

Mengenai sadhana abhicaruka, saya juga no comment. Yang saya mau tekankan adalah bukti historik menunjukkan bahwa Sang Buddha tidak pernah membunuh atau mengajarkan pembunuhan (meskipun untuk menolong).

Di zaman dahulu, tidak ada jalan raya. Gajah dan kuda hanya "kendaraan" yang digunakan untuk membuat seseorang lebih cepat sampai di tujuan dan agar penunggang tidak letih dalam menempuh perjalanan. Sang Buddha dan para bhikkhu tidak mengambil kenyamanan duniawi ini. Namun pada zaman sekarang, sudah penuh dengan jalan raya. Bila bhikkhu harus berjalan kaki di jalan raya, itu jelas tidak efektif. Menurut saya bhikkhu pergi ke tujuan dengan naik mobil atau pesawat terbang itu tidak apa-apa. Asalkan pikirannya jangan mendambakan kenyamanan tersebut. Namun yang saya singgung di postingan sebelumnya adalah, LSY memiliki Roll Royce sebagai hak milik pribadinya. Apakah seorang bhikkhu boleh memiliki aset? Menurut saya itu tidak boleh, sebab prinsip bhikkhu (ala Buddha Gotama) adalah melepaskan keluarga, strata, harta maupun tahta. Sampai di sini, kita bisa melihat bahwa prinsip Buddha Gotama dan LSY jelas berbeda.

Yang diperlukan seorang bhikkhu hanyalah makan untuk bertahan hidup, pakaian untuk menutupi tubuh, dan tempat tinggal untuk berteduh. Jika semua sudah terpenuhi, uang pun menjadi tidak diperlukan lagi. Buddha Gotama memang tidak pernah membebani diri-Nya dan Sangha dengan uang. Kalau ada umat mendanakan vihara, Sang Buddha bisa menerimanya. Tapi kalau ada umat mendanakan uang untuk bangun vihara, Sang Buddha tidak menerimanya. Sedangkan LSY mencari dukungan dan menerima donasi dari umat, menyimpan uangnya, lalu digunakan untuk mengembangkan TBSN. Jadi sebenarnya TBSN memang sebuah produk marketing. Sedangkan Sangha yang didirikan Sang Buddha merupakan sebuah jalan hidup yang justru didukung oleh orang-orang dan simpatisan. Ini perbedaan lainnya.

Sang Buddha tidak mengeluarkan sepeser uang pun untuk menyebarkan Ajaran-Nya, sebab Beliau sendiri tidak punya uang sepeser pun. Sikap Sang Buddha mengundang banyak simpatisan, sehingga banyak dermawan yang menyokong kebutuhan Sangha. Seumpamanya tidak ada dermawan yang menyokong Sangha, Sang Buddha juga tetap tidak akan menggunakan uang-Nya. Sebab Sang Buddha tidak punya uang sepeser pun.

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Seputar master LU (LSY) & Living Buddha & True Buddha School.
« Reply #1881 on: 07 August 2010, 01:06:42 PM »
ajaran Buddha tidak pernah Out Of Date, karena bukan seperti ajaran sains yang berkembang seiring dengan penemuan baru, sesuai dengan konsep ada penemuan baru maka ada yang out of date. karena itu Dharma tidak bertambah maupun tidak berkurang, tidak pernah usang maupun Out Of Date.
cuma jika membandingkan kondisi di Jaman Sang Buddha dengan kondisi jaman sekarang, saya rasa koq gak mungkin kalau semua bhiksu-bhiksu disuruh kembali ke tradisi jaman Sang Buddha, berjalan kaki berpindapata dan membabarkan dharma. Bhiksu-bhiksu jaman sekarang butuh kendaraan dan pesawat terbang.
Bro 4DMYN, penggunaan kendaraan apakah kuda, Roll Royce atau jet tidak pernah dipermasalahkan.
Ada kisah Buddha diundang oleh Culasubhadda, anak dari Anathapindika, yang berjarak 120 Yojana. Sakka memerintahkan para deva membuatkan kendaraan terbang bagi Buddha dan 500 bhikkhu.

Yang dipermasalahkan di sini adalah kepemilikan dari kendaraan itu. Jaman itu juga sudah digunakan kuda dan gajah sebagai kereta, tetapi tidak ada bhikkhu yang punya kereta tersebut dengan alasan kemudahan pembabaran dhamma. Bahkan kesaktian pindah tempat pun tidak digunakan dengan alasan mudah menyebarkan dhamma.

Kalau menurut saya pribadi, seharusnya umat yang mencari dan mendatangi sang guru. Reputasi tentang pengetahuan dan tindakan sang guru itu yang membuatnya masyhur dan dicari orang. Maka itu, tidak perlu Buddha Gotama yang terkenal dengan kesempurnaan pengetahuan dan tindak tanduk meminta fasilitas untuk menyebarkan ajaran seluas-luasnya.

Dalam kasus LSY, yang terjadi adalah sebaliknya. Sang "guru" yang seharusnya dicari dan dikunjungi, malah mencari-cari fasilitas untuk menyebarkan ajarannya. Bukankah terlihat perbedaannya? 
« Last Edit: 07 August 2010, 01:15:27 PM by Kainyn_Kutho »

Offline HokBen

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.525
  • Reputasi: 100
  • Gender: Male
Re: Seputar master LU (LSY) & Living Buddha & True Buddha School.
« Reply #1882 on: 07 August 2010, 03:07:02 PM »
Sebenarnya cerita nya belum selesai begitu saja dengan dia menghembuskan napas terakhir.
Ia kemudian diadili oleh 3 hakim.
Orang orang yang terlibat adalah sebagai berikut:
Wakil dari Langit: Bodhisattva King Leng Yan.
Wakil dari Bumi : Bodhisattva Ksitigarbha.
Wakil dari Alam Manusia: Lian Shen Rinpoche (Acarya Lu Sheng Yen).
Yang dihakimi: Master Hsuan Hua beserta 4 siswa nya.
Saksi: Lian Hua Shu Ying.
Lian Hua Shu Ying melihat proses pengadilan secara keseluruhan.

Boleh tahu dalam Buddhism di kitab mana dikatakan bahwa seseorang yang meninggal akan dihakimi?
Salah satu referensi yang saya dengar seputar kematian dalan sudut pandang Buddhism Tibet adalah Bardo Thodol. Apakah proses "menghakimi" ini juga ada dicantumkan dalam Bardo Thodol?

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Seputar master LU (LSY) & Living Buddha & True Buddha School.
« Reply #1883 on: 07 August 2010, 03:12:57 PM »
Sebenarnya cerita nya belum selesai begitu saja dengan dia menghembuskan napas terakhir.
Ia kemudian diadili oleh 3 hakim.
Orang orang yang terlibat adalah sebagai berikut:
Wakil dari Langit: Bodhisattva King Leng Yan.
Wakil dari Bumi : Bodhisattva Ksitigarbha.
Wakil dari Alam Manusia: Lian Shen Rinpoche (Acarya Lu Sheng Yen).
Yang dihakimi: Master Hsuan Hua beserta 4 siswa nya.
Saksi: Lian Hua Shu Ying.
Lian Hua Shu Ying melihat proses pengadilan secara keseluruhan.

Boleh tahu dalam Buddhism di kitab mana dikatakan bahwa seseorang yang meninggal akan dihakimi?
Salah satu referensi yang saya dengar seputar kematian dalan sudut pandang Buddhism Tibet adalah Bardo Thodol. Apakah proses "menghakimi" ini juga ada dicantumkan dalam Bardo Thodol?

saya lebih tertarik dengan proses persidangannya. apa pasal2 yg memberatkan dan bagaimana vonis akhirnya. bukankah ada saksi yang melihat proses persidangan secara keseluruhan? trus Undang-Undang manakah yg dipakai oleh para penegak hukumi itu?

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Seputar master LU (LSY) & Living Buddha & True Buddha School.
« Reply #1884 on: 07 August 2010, 03:34:23 PM »
saya lebih tertarik dengan proses persidangannya. apa pasal2 yg memberatkan dan bagaimana vonis akhirnya. bukankah ada saksi yang melihat proses persidangan secara keseluruhan? trus Undang-Undang manakah yg dipakai oleh para penegak hukumi itu?
Saya juga mau tahu siapa jaksa penuntut dan pembelanya. Lalu itu sidang sistem juri atau bagaimana yah?

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Seputar master LU (LSY) & Living Buddha & True Buddha School.
« Reply #1885 on: 07 August 2010, 03:57:50 PM »
Jadi semakin meyakinkan nih LSY ini =))
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Seputar master LU (LSY) & Living Buddha & True Buddha School.
« Reply #1886 on: 07 August 2010, 04:26:17 PM »
kemenyan : "padmakumara:
                     kalo elo udah ngebaca "perjalanan" gue...
                     bisa jadi elo langsung menta gw inisiasi kale ya ?heran...."

maaf mengecewakan anda, saya tidak sudi

anda jangan bermimipi di siang bolong

kalau boleh tau apa perjalanan anda

paling paling belum seujung kuku guru saya

meremehkan mbah menyan, masuk blog =)) =))
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline andrew

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 568
  • Reputasi: 22
Re: Seputar master LU (LSY) & Living Buddha & True Buddha School.
« Reply #1887 on: 07 August 2010, 04:38:21 PM »
sepertinya bahan yg kalian bahas cuma itu2 aja...
kalo master lu ngaku buddha hidup...? ya sudah biarkan saja..
ngapain diributkan...

loh ini baru masuk di forum, gimana bisa bilang yang dibahas itu itu aja ?

loe klonengan ya ?

Offline Crescent

  • Sebelumnya: Deviol
  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 227
  • Reputasi: 12
  • Gender: Male
Re: Seputar master LU (LSY) & Living Buddha & True Buddha School.
« Reply #1888 on: 07 August 2010, 04:41:00 PM »
no comment ah :hammer: :hammer: :hammer:
« Last Edit: 07 August 2010, 04:51:21 PM by Crescent »

Offline Crescent

  • Sebelumnya: Deviol
  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 227
  • Reputasi: 12
  • Gender: Male
Re: Seputar master LU (LSY) & Living Buddha & True Buddha School.
« Reply #1889 on: 07 August 2010, 04:45:47 PM »
nah itu ada satu klonegan lagi saudara crescent...

Maaf, saya bukan clonengan ID asli saya ini.....  :hammer: