//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Kisah Segenggam Biji Lada  (Read 1449 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline Pitu Kecil

  • Sebelumnya Lotharguard
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 7.344
  • Reputasi: 217
  • Gender: Male
Kisah Segenggam Biji Lada
« on: 21 September 2008, 08:02:12 PM »
Disebuah pegunungan yang berhawa sejuk dimana tumbuh pohon-pohonan yang besar dan rindang, bersemayam Sang Guru seorang yang maha bijaksana, maha suci dan maha pengasih dan penyayang.

Sang Guru sedang duduk bersamadhi. Tiba-tiba seorang wanita dengan langkah gontai, berjalan terhuyung-huyung datang mendekati Ananda. Sesampai di samping Apanda, ia duduk bersimpuh sambil memandang Sang Guru. Wanita itu bernama Khissa Gotami, wanita yang sedang dirundung malang. la datang dengan menggendong anaknya yang masih kecil, yang wajahnya kelihatan kehijau-hijauan. Anak itu nampaknya tidur dengan tenang. Khissa Gotami hendak menghadap Sang Guru, dicegah oleh Ananda. ( Ananda adalah assisten dari Sang Guru)

Ananda : Siapa kau? Mengapa engkau hendak menghadap Sang Guru?

Khissa Gotami : Tolonglah saya perempuan yang malang ini. Namaku Khissa Gotami. Aku datang kemari memohon pertolongan Sang Guru, yang maha pengasih dan penyayang, yang dipuja dan dipuji oleh umat manusia dan para dewa.

Ananada : Apakah anakmu sakit Khissa?

Khissa Gotami : Benar. Anakku sakit. Pagi-pagi dua hari yang lalu anakku sedang bermain-main di halaman rumah dengan teman-temannya. la menyanyi dan menari. Kelihatannya anakku begitu gembira begitu bahagia. Tetapt tiba-tiba terdengar jeritan anakku, keras sekaii… ya keras sekali. Aku berlari mendekati anakku. Oh, Dewata… seekor ular hitam kecil… ya kecil sekai telah menggigit urat nadi tangan anakku. Kulihat anakku menggeletak di tanah tidak sadarkan diri. Sudah dua hari ia diam membisu. Aku datang kemari untuk memohon kepada Sang Guru, agar sudi menyembuhkan anakku ini.

Ananda : Menyembuhkan anakmu? Tidak mungkin Khissa, Sang Guru menyembuhkan anakmu, karena kalau Sang Guru sakit, ia juga pergi ke seorang tabib untuk berobat?

Khissa Gotami: Apa katamu, Sang Guru yang maha bijaksana, yang maha suci dan maha pengasih dan penyayang tidak mau menolong menyembuhkan anakku ini? Tidak mungkin aku tidak percaya.

Ananda: Sang Guru tidak bisa menyembuhkan orang yang sakit, tetapi Sang Guru akan dapat menyembuhkan seorang yang menderita karena batinnya re-sah, tidak seimbang.

Khissa gotami : Tidak, Sang Guru harus dapat menolong anakku yang malang ini.

Khissa Gotami memandang sejenak kepada Sang Guru, dan kemudian berjalan perlahan menghadap Sang Guru. Sang Guru perlahan-lahan membuka matanya dan mengakhiri samadhinya. Dengan pancaran hati yang pengasih dan penyayang Sang Guru memandang Khissa Gotami, yang berjalan terhuyung-huyung mendekatinya. Sesampai di hadapan Sang Guru Khissa Gotami menjatuhkan dirinya dan duduk bersimpuh memandang Sang Guru.

Khissa Gotami : Oh Sang Guru, tolonglah hamba wanita yang sangat malang dan menderita ini. Anakku telah dua hari tidak sadarkan diri. Telah berulang kali hamba memanggil-manggil namanya,namun ia diam membisu. Telah berkali-kali hamba menggoncang-goncangkan tubuhnya, ia juga diam dan tidak mau membuka matanya. Tetangga-tetanggaku mengatakan bahwa, anakku telah mati. Tidak, tidak, aku tidak percaya Sang Guru, bahwa anakku telah mati. Masa hanya seekor ular kecil, kecil sekali Sang Guru, dapat membunuh anakku yang segar bugar ini.

Sang Guru : Lalu, apa yang dapat kutolong Khissa?

Khissa Gotami : Hidupkan kembali anakku yang telah mati ini. Hamba yakin bahwa Sang Guru yang maha pengasih dan penyayang pasti akan dapat menghidupkan anakku yang malang ini.

Sang Guru : Menghidupkan kembali anak-mu? Tidak ada di dunia ini orang yang telah mati, akan dapat dihidupkan kembali, Khissa.

Khissa Gotami : Apa? Tidak ada yang dapat menghidupkan orang yang telah mati. Tidak… tidak. Hamba tidak percaya. . Sang Guru yang maha bijaksana pasti akan dapat menghidupkan anakku ini.

Sang Guru : Tidak mungkin Khissa. Aku tidak dapat menghidupkan, anakmu Khissa.

Khissa Gotami : Apa Sang Guru tidak dapat menghidupkan anakku ini? Oh, Sang Guru yang maha pengasih dan penyayang tolonglah hidupkan anakku yang malang ini.

Sang Guru memandang Khissa Gotami dengan penuh rasa kasih sayang. Perempuan yang malang, yang sedang jatuh kedalam lautan penderitaan yang sangat dalam sekali.

Khissa Gotami memandang anaknya, ia terus memandang anaknya sambil menangis terisak-isak.

Kemudian ia memandang Sang Guru dengan tangisnya meledak tidak terkendalikan lagi. Teta'pi kemudian ia berkata kepada anaknya, dengan pikiran yang kosong. la terus berkata dengan anaknya yang sudah tidak bernyawa itu.

Khissa Gotami tangisnya meledak, ketika Sang Guru tidak sanggup menghidupkan anaknya kembali. Khissa Gotami menangis, hatinya sedih, kecewa ketika mendengar bahwa Sang Guru tidak dapat menghidupkan anaknya yang telah mati. Khissa Gotami bangun, berjalan perlahan meninggalkan Sang Guru. Hatinya sudah hancur dan kecewa karena Sang Guru tidak dapat menghidupkan kembali anaknya yang sangat dicintainya. Tiba-tiba, Sang Guru memanggilnya.

Sang Guru : Khissa Gotami kembalilah kemari. Aku dapat menghidupkan kembali anakmu. Khissa Gotami nampak wajah-nya cerah ketika mendengar sabda Sang Guru, bahwa ia dapat menghidupkan kembali anaknya.

Khissa Gotami: Sang Guru dapat menghi-dupkan kembali anakku? Oh, adakah kebahagiaan yang lebih tinggi dari kebahagiaan yang hamba rasakan, Oh, Sang Guru yang maha pengasih dan penyayang.

Sang Guru : Aku akan dapat menghidupkan kembali anakmu Khissa, kalau kau dapat mencari segenggam biji lada dari keluarga yang belum pernah ada kematian sanak keluarganya.

Khissa Gotami : Hanya segenggam? Hanya segenggam Sang Guru? Biar sepuluh karung Sang Guru, hamba sanggup mencarinya.

Sang Guru : Hanya segenggam, Khissa, yang kuperlukan untuk dapat menghidupkan kembali anakmu. Tetapi segenggam biji lada itu, hendaknya kau peroleh dari suatu keluarga yang belum pernah ada kematian sanak keluarganya.

Khissa Gotami bersujud kepada , Sang Guru untuk menyatakan terimakasih dan kebahagiaan serta kegembiraan hatinya.

Khissa Gotami : Biar sampai keujung langit, akan hamba cari segenggam biji lada itu, demi untuk kepentingan anakku yang tercinta. Hamba mohon diri. Tetapi, hamba mohon titip anak hamba, disini, sampai hamba kembali membawa segenggam biji lada itu, Sangi Guru.

Sang Guru : Pergilah Khissa. Tinggalkanlah anakmu disini.

Khissa Gotami dengan harapan yang penuh, pergi mencari segenggam biji lada, untuk menghi-dupkan kembali anaknya yang telah mati. Sesampai di hadapan Ananda, Khissa Gotami lalu menegur Ananda dengan kata-kata yang ketus.

Khissa Gotami : Kau tadi mengatakan bahwa Sang Guru tidak mungkin menghidupkan anakku. Tetapi kenyataannya sekarang?

Ananda diam membisu tidak menanggapi ucapannya Khissa Gotami.

Hari sudah rembang petang. Khissa Gotami belum juga pulang: Sang Guru dengan para siswanya sedang menunggunya.

Ananda : Kasihan Khissa Gotami, kepergiannya untuk mencari segenggam biji lada adalah upaya yang sangat sia-sia. Mengapa Sang Guru menyuruh Khissa Gotami mencari segenggam biji lada dari suatu keluarga yang tidak pernah kematian sanak keluarganya. Bukankah di dunia ini tidak ada orang yang belum pernah kematian sanak keluarganya?

Sang Guru : Ananda, Khissa Gotami sedang mengalami penderitaan yang sangat berat, akibat dari kematian anaknya yang sangat dicintainya. Batinnya menjadi sangat gelap, sehingga ia tidak dapat berpikir yang wajar. Bilamana seorang dalam keadaan gelap batin, ia harus dihadapkan kepada suatu kenyataan. Aku suruh ia mencari segenggam biji lada dari suatu keluarga yang tidak pernah kematian sanak keluarganya, agar ia melihat kenyataan bahwa semua orang pernah kematian anak-anaknya yang sangat dicintainya, kematian sanak keluarganya. Dengan menyadari akan adanya kenyataan ini, ku-harap Khissa Gotami menyadari hakekat dari hidup ini.

Ananda : Kalau demikian maksud Sang Guru, saya mengerti.

Sang Guru : Lihat itu Khissa Gotami telah datang. la nampaknya sangat lelah. Maitri, jemputlah dan tolonglah bantu Khissa Gotami.

Maitri bangun lalu bersujud kepada Sang Guru dan setelah itu ia bergegas pergi menjemput Khissa Gotami. Khissa Gotami berjalan terhuyung-huyung. la nampaknya benar-benar sudah sangat letih sekali. Maitri lalu memapahnya, membawanya menghadap Sang Guru.
Khissa Gotami telah berjalan jauh untuk mendapatkan segenggam biji lada dari suatu keluarga yang belum pernah kematian sanak keluarganya. la telah mendatangi semua rumah, bertemu dengan penghuni rumah itu untuk mendapatkan segenggam biji lada. Semua keluarga yang didatanginya dengan suka rela memberikan segenggam biji lada itu. Tetapi ketika Khissa Gotami menanyakan, apakah mereka pernah kematian sanak keluarganya, mereka semua menyatakan pernah kematian sanak keluarganya. Ada yang mengatakan bahwa anaknya baru seminggu meninggal dunia. Ayahnya atau suaminya baru meninggal sebulan yang lalu.
Jawaban itu sungguh sangat mengecewakan hati Khissa Gotami Sekarang ia telah sampai di Aramanya Sang Guru, la berjalan dengan gontai, dituntun oleh Maitri.

Tiba-tiba sinar terang bersinar menyinari batin-nya yang didekap oleh kegelapan. Tiba-tiba Khissa Gotami dapat merasakan, bahwa semua orang pernah kematian sanak keluarganya. Semua orang pernah kematian anaknya. Jadi bukan dirinya saja yang mengalami nasib malang, tetapi semua orang akan mengalami semua penderitaan, karena ditinggalkan oleh orang yang sangat dicintainya.

Kalau demikian, ini adalah merupakan hakekat yang nyata dari kehidupan ini, bahwa semua yang dilahirkan dan diciptakan di alam semesta ini, tidak ada yang kekal.

Akhirnya Khissa Gotami sampai di hadapan Sang Guru, la kelihatan masih bersedih. la termenung, pikirannya terasa kosong. la tidak mengerti apa yang harus diperbuatnya. Tiba-tiba ia tersentak dari lamunannya, ketika Sang Guru menegurnya.

Sang Guru : Khissa, bagaimana? Apakah kau telah mendapatkan segenggam biji lada itu?

Khissa Gotami tersentak dari lamunannya. Kemudian dengan suara terputus-putus ia berkata:

Khissa Gotami : Sang Guru, junjungan hamba. Hamba tidak berhasil mendapatkan segenggam biji lada itu. Hamba telah pergi kemana-mana. Setiap rumah telah hamba masuki. Kuminta segenggam biji lada kepada setiap keluarga yang hamba datangi. Mereka semua baik kepada hamba. Mereka memberikan segenggam biji lada itu.Tetapi ketika hamba tanya, apakah pernah kematian salah seorang sanak keluarganya? Semua mereka menjawab bahwa mereka baru saja kematian anaknya, suaminya, istrinya, neneknya dan lain-lainnya. Mereka semua pernah kematian orang yang sangat dicin-tainya. Mereka juga pernah bersedih seperti hamba, karena ditinggalkan mati oleh anaknya yang sangat dicintainya. Hamba sekarang telah mengerti hakekat dari hidup dan kehidupan ini.

Sang Guru : Khissa, kini kau telah menyadari hakekat dari kehidupan ini. Ditinggalkan oleh orang yang dicintai adalah menderita. Ini merupakan tantangan yang sangat berat. Tantangan ini harus dilawan, dengan tabah. Jangan bersedih, jangan menangis, pandanglah hidup ini dengan keberanian. Tabahkanlah hati-mu Khissa.

Khissa Gotami : Benar, Sang Guru. Ditinggalkan oleh orang yang dicintai adalah menderita. Ini merupakan kenyataan yang telah hamba alami sendiri. Semua orang telah mencucurkan air matanya karena ditinggalkan oleh orang yang sangat dicintainya. Ini merupakan tantangan bagi hamba yang harus hamba hadapi dengan kepala tegak dan dengan hati yang tabah.

Sang Guru : Betapa banyak sudah Khissa air mata penderitaan yang telah mengalir dari mereka yang ditinggalkan oleh orang yang dicintainya. Kalau air mata penderitaan itu dikumpulkan, maka air mata itu akan sama banyaknya dengan air samudra. Banyak orang yang tidak menyadari kenyataan hidup ini, yang tidak menyadari bahwa semua yang dilahirkan itu tidak kekal adanya. Mereka yang menyadari hal ini, akan dapat menghadapi semua penderitaan ini dengan hati yang tabah serta dapat melawan penderitaan ini. Sekarang bagaimana keadaanmu Khissa Gotami?

Khissa Gotami : Dimanakah anak hamba Sang Guru?

Sang Guru : Anakmu telah dikebumikan tadi siang Khissa. Apakah Khissa masih bersedih dengan kematian anakmu?

Khissa Gotami : Walaupun hamba telah menyadari hakekat dari hidup ini yang tidak kekal yang telah menimbulkan penderitaan ini, namun secercah derita masih terasa di dalam hati hamba. Hanya hati hamba bertanya, apakah hamba dapat berbahagia tanpa ' anak, Sang Guru?

Sang budha: Khissa, lihatlah disekelilingmu, begitu banyak kau dapat bertemu dengan orang yang telah tua. Pandanglah orang tua itu sebagai orang tuamu sendiri. Kau bertemu dengan orang yang umurnya lebih tua darimu, pandanglah ia sebagai kakakmu. Yang lebih muda kau anggap sebagai adikmu. Kasihilah mereka itu sebagaimana kau mengasihi orang tuamu, saudara-saudaramu. Pandanglah mereka semua sebagai sahabat-sahabatmu yang baik, yang juga mengasihi Khissa. Dengan mengasihi sesama, maka kau akan berbahagia Khissa.

Khissa gotami: Tetapi hamba masih merindu-kan kehadiran seorang anak Sang Guru. Betapa bahagianya hati hamba, kalau hamba mempunyai seorang anak, sebagai tumpahan kasihku.

Sang Guru: Khissa di sekelilingmu banyak anak-anak yang menderita karena ditinggalkan mati oleh ibunya atau oleh ayah dan ibunya, sehingga mereka menjadi yatim piatu. Anak-anak itu hidup menderita karena kehilangan kasih ibunya. Karena itu Khissa, datanglah kepada mereka ambillah salah seorang dari mereka untuk menjadi anakmu. Cintai dan kasihilah anak angkatmu itu, sebagaimana kau menyintai anak tunggal-mu Khissa. Cinta kasih adalah merupakan sumber kebahagiaan, karena itu barang siapa yang hidup dengan cinta kasih, maka ia akan selalu hidup berbahagia. Semua kesedihan, penderitaan, karena membenci, marah akan musnah, dengan cinta kasih. Tidak pernah kebencian akan berakhir kalau dibalas dengan kebencian, tetapi kebencian itu akan berakhir kalau dibalas dengan cinta kasih.

Khissa Gotami merenung sejenak. Kemudian dengan suara terbata-bata ia berkata:

Khissa Gotami : Tetapi, kalau anak yang hamba ambil, kemudian juga meninggal, bukankah hamba akan kembali menderita?

Sang Guru : Lahir, berkembang, menjadi tua dan mati, adalah merupakan suatu kenyataan dimana setiap orang tidak akan dapat menghindarinya. Semaa yang dilahirkan pasti akan mengalami kematian. Ini merupakan hukum kesunyataan. Hanya ada satu jalan yang dapat membebaskan dirimu dari penderitaan yakni dengan melepaskan dirimu dari segala ikatan kesenangan hidup ini, misalnya tidak lagi terikat dengan anak.

Khissa gotami : Hanya dengan membebaskan diri dari segala bentuk keterikatan, kebahagiaan hakiki akan dapat diwujudkan. Oh, Sang Guru, setitik cahaya terang menyinari hatiku Sangi Guru. Sekarang hamba benar-benar merasa bahagia. Walaupun anakku misalnya sekarang dapat dihidupkan kembali, rasanya tidak akan dapat menyamai kebahagiaan yang hamba rasakan, kebahagiaan yang timbul dari kesadaran, kebahagiaan yang timbul dari kebebasan terhadap semua ikatan.

Sang Guru : Lalu, sekarang apa rencanamu Khissa?

Khissa Gotami : Sekiranya Sangi Guru mengijinkan, hamba ingin menjadi siswi Sang Guru.

Sang Guru : Sebelum aku menerimamu sebagai siswiku, jawablah pertanyaanku: Jika pada suatu malam, lampu-lampu rumah tetanggamu mati, yang masih hidup hanya lampu yang ada di rumahmu saja. Apakah yang hendak kaulakukan Khissa?

Khissa Gotami : Hamba akan nyalakan sebuah obor. Hamba akan datangi tiap rumah dan hamba akan nyalakan semua lampu-lampu yang ada di rumah-rumah tetangga hamba, agar mereka mendapatkan sinar terang.

Sang Guru : Bagus, Khissa, kau kuterima sebagai siswiku.

Disusun oleh Drs. Oka Diputhera

Kiriman Email dari Juank Ek Halim _/\_ :lotus: :)
Smile Forever :)

 

anything