Akhir dari Nafsu Keinginan Sutta :
Bagi orang yang tidak mempunyai akar dan tanah, Tidak ada daun, jadi bagaimana menjalar?
Siapa yang dapat menyalahkan petapa pahlawan itu
Yang bebas dari setiap bentuk kemelekatan?
Bahklan para dewa pun memuji orang seperti itu,
Oleh Brahma dia juga dipuji.
Akhir dari Konseptualisasi :
Yang tidak punya konsep-konsep, tidak punya suduh pandang-sudut pandang,
Yang sudah menanggulangi ikatan dan jeruji.
Dunia dengan para dewanya tidak akan memandang rendah
Tingkah kaku petapa yang bebas dari nafsu keinginan.
Kaccana :
Dia yang selalu mempunyai kesadaran
Yang terus menerus mantap di dalam tubuh demikian:
“Seandainya saja tidak mengada, tidak akan ada aku sekarang;
Tidak akan ada sekarang, dan tidak akan ada lagi aku kelak,
Jika dia selalu tinggal disitu,
Pada waktunya dia harus lewat melampaui keterikatan.
Parinibbana Sutta (1) :
O, bhikkhu, ada keadaan di mana tidk ada tanah, tidak ada air, tidak ada api, dan tidak ada udara; tidak ada dasar yang terdiri dari ketidak-terbatasan kesadaran, tidak ada dasar dari kekosongan, tidak ada dasar yang terdiri dari bukan presepsi dan tidak bukan presepsi; tidak ada dunia ini atau dunia lain ataupun dua dunia itu; tidak ada matahari atau rembulan. Di sini, O, bhikkhu, saya katakan tidak ada kedatangan, tidak ada kepergian, tidak ada yang tinggal, tidak ada kematian, tidak ada kemunculan. Tidak terpancang, tidak dapat digerakkan, tidak mempunyai penyangga. Inilah akhir dari penderitaan.
Parinibbana Sutta (2) :
Yang tidak terpengaruh sulit untuk diketahui,
Kebenaran tidak mudah dilihat;
Nafsu keinginan akan ditembus oleh orang yang tahu,
Tidak ada penghalang bagi orang yang melihat.
Parnibbana Sutta (3) :
O. bhikkhu, ada sesuatu yang tidak dilahirkan, tidak menjelma, tidak tercipta, yang mutlak. Jika seandainya saja, O, bhikkhu, tidak ada sesuatu yang tidak dilahirkan, tidak-menjelma, tidak tercipta, yang mutlak; maka tiak akan ada jalan keluar kebebasan kelahiran, penjelmaan, pembentukan, oemunculan dari sebab yang lalu. Tetapi karena ada sesuatu yang tidak dilahirkan, tidak-menjelam, tidak ercipta, yang mutlak; maka ada jalan keluar kebebasan kelahiran, penjelmaan, pembentukan, pemunculan dari sebab yang lalu.
Parinibbana Sutta (4) :
Bagi yang ditopang, ada ketidak-stabilan, bagi yang tidak ditopang, tidak ada ketidak-stabilan, bila tidak ada ketidakstabilan ada ketenangan; bila ada ketenangan tidak ada sikap takluk; bila tidak ada sikap takluk tidak ada datang-dan-pergi; dan bila tidak ada atang-dan-pergi tidak ada kematian dan kemunculan; bila tidak ada kematian-dan-kemeunculan, tidak ada “di sini” atau “diluar sana” ataupun “di antara keduanya”. Inilah akhir dari penderitaan.
Cunda Sutta :
Jasa timbul dari orang yang memberi;
Tidak ada rasa permusuhan yang terbentuk bagi seseorang yang terkendali;
Seseorang yang cakap meninggalkan perbuatan jahat;
Dengan berakhirnya keserakahan, kebencian dan ketidak-tahuan,
Seseorang mencapai pembebasan, Nibbana Akhir.