OK, ini salah satu bahasan yang paling saya suka: Praktik.
Menurut bro thres, apakah bentuk dari 'praktik' dalam Ajaran Buddha? Nanti baru kita bahas yang berikutnya.
Saat mendengar kata "praktik", maka teori yang paling menonjol muncul pada pikiran saya adalah tentang usaha benar yaitu memunculkan hal-hal bermanfaat yang belum muncul, dan mempertahankan yang telah muncul. Dan sebaliknya yaitu menghindari munculnya hal-hal tidak bermanfaat yang belum muncul, dan memadamkan yang telah muncul.
Kemarin saya baca di Samyutta Nikaya, kalau tidak salah tentang gagang kapak yang aus? Maaf kalau salah, saya lupa-lupa ingat. Intinya dikatakan bahwa sehari-harinya kita tidak tahu seberapa banyak yang aus. Tapi suatu saat ketika kapak itu menjadi benar-benar aus (tidak dapat digunakan lagi), barulah kita mengetahuinya. Sama halnya seperti tali kapal yang sehari-harinya terendam air laut dan terjemur matahari. Sehari-harinya tidak terlihat ausnya, tapi suatu saat karena telah rapuh akhirnya dia terputus, maka saat itulah baru muncul pengetahuan tentang ausnya tali. Ini seperti berusaha dan tidak melihat hasil yang nyata sehari-harinya, tapi saat terlepasnya suatu noda atau mencapai suatu tahap pencerahan, barulah kita sadari?
Tentang masalah saya, mungkin kalau disingkat, jadinya begini:
Ketika menghadapi masalah, maka secara logika, saya bisa menemukan penyebabnya. Tapi untuk mengatasinya, saya merasa bergelimang kilesa. Seperti ada suatu keyakinan dalam diri saya tentang "sisi gelap" saya yang tidak bisa diubah. Saya melekat akan gambaran diri masa lalu saya. Dan ada suatu ketidakpercayaan diri untuk mengatasinya. Walaupun saya menyadari ini semua dan secara teori saya tahu tentang "hidup di masa sekarang", tapi tetap saja pikiran saya terseret ke masa lalu. Mungkin ini yang disebut Kebodohan ya?
Bagaimana caranya berada di jalur yang benar dalam praktik?
Wah, ini balik lagi ke diri saya yang saya maksudkan. Kalau saya baca tentang tulisan saya di atas mengenai usaha benar, saya tahu penyebab dari masalah saya, tapi saat saya menemukan kilesa, saya bingung
Saya bingung ketika saya menyadari bahwa pikiran saya mengembara dan terjerat begitu jauh, lalu terwujud dalam bentuk pikiran yang gelisah dan "gelap". Saya seringkali terlambat menyadarinya, dan ketika kilesa telah menjadi begitu besar, di saat itulah saya baru menyadarinya dan merasa kewalahan. Apalagi ditambah dengan kemelekatan saya akan "diri" saya di masa lalu, dan ketidakpercayaan diri saya untuk mengatasinya.