PARA MISIONARI BUDDHIS PERTAMA
Setelah Sang Bhagava memberikan Pencerahan kepada kelima Petapa, Beliau bersama kelima siswa pertama-Nya itu berdiam di Taman Rusa di Isipatana untuk melewati musim hujan. Dan ketika Sang Bhagava sedang berjalan-jalan ditempat terbuka, Ia bertemu putra seorang saudagar kaya, bernama Yasa yang mengalami kegundahan batin terhadap kehidupannya dan pergi dari rumahnya. Yasa tidak lain adalah putra dari Sujata dari Senanigama, seorang wanita yang pernah mempersembahkan nasi susu kepada Bodhisatta sebelum Pencerahan-Nya.
Setelah bertemu dengan Sang Bhagava, Yasa mendengarkan Dhamma yang dibabarkan oleh Sang Bhagava dengan saksama. Dan ketika batinnya sudah siap, bisa menerima, bebas rintangan, bersemangat, dan yakin, Sang Bhagava membabarkan Empat Kebenaran Arya.
Ketika ayah Yasa mencari putranya yang telah pergi dari rumah, ia pun bertemu dengan Sang Bhagava. Kemudian Sang Bhagava juga mengajarkannya ajaran bertahap dan Empat Kebenaran Arya seperti yang telah dilakukan-Nya terhadap Yasa. Setelah pembabaran Dhamma selesai, ayah Yasa mencapai Sotapanna dan berlindung pada Tiratana (Buddha, Dhamma dan Sangha), dan Yasa pun mencapai tataran Arahat dan menjadi bhikkhu.
Selanjutnya berturut-turut, keluarga ibu Yasa dan mantan istri Yasa menembus Dhamma dan menjadi Sotapanna setelah Sang Bhagava mengajarkan Dhamma kepada mereka ketika ayah Yasa mengundang Sang Bhagava ke rumahnya.
Begitu pula kelima puluh empat teman Yasa yang empat diantaranya adalah sahabat karib Yasa yang bernama Vimala, Subahu, Punnaji, dan Gavampati, mereka juga menerima pengajaran dari Sang Bhagava, menerima penahbisan menjadi bhikkhu, dan mencapai tataran Arahat.
Demikianlah, pada saat itu terdapat enam puluh satu Arahat di dunia, yaitu, Buddha, Bhikkhu Pancavaggiya, Bhikkhu Yasa, dan kelima puluh empat sahabat Yasa.
Pada saat berakhirnya tiga bulan masa kediaman musim hujan (vassana), Sang Bhagava telah mencerahkan enam puluh tiga orang. Di antara mereka, enam puluh orang mencapai tataran Arahat dan memasuki Persamuhan Bhikkhu, sementara yang lainnya - ayah, ibu, dan mantan istri Yasa menjadi Sotapanna dan terkukuhkan sebagai siswa awam sampai akhir hayat mereka. Kemudian, Sang Bhagava bermaksud menyebarkan Dhamma kepada semua makhluk di alam semesta, tanpa memandang apakah mereka adalah dewa ataupun manusia, tanpa memandang apakah mereka berkasta tinggi, rendah, atau paria; tanpa memandang apakah mereka raja ataupun pelayan, kaya ataupun miskin, cantik ataupun buruk, sehat ataupun sakit, patuh ataupun tidak patuh pada hukum.
Kemudian Sang Bhagava berkata kepada keenam puluh bhikkhu Arahant tersebut: “Para Bhikkhu, Saya telah terbebas dan semua ikatan yang mengikat makhluk hidup, baik para dewa maupun manusia. Kalian juga telah terbebas dan semua ikatan yang mengikat makhluk hidup, baik para dewa maupun manusia. Pergilah, para Bhikkhu, demi kesejahteraan dan kebahagiaan banyak makhluk, atas dasar welas asih kepada dunia, demi kebaikan, kesejahteraan, dan kebahagiaan para dewa dan manusia (caratha, bhikkhave, carikam bahujanahitaya bahujanasukhaya lokanukampaya atthtaya hitaya sukhaya devamanussanam). Janganlah pergi berdua dalam satu jalan! Para Bhikkhu, babarkanlah Dhamma yang indah pada awalnya, indah pada pertengahannya, dan indah pada akhirnya, dalam makna maupun isinya. Serukanlah hidup suci, yang sungguh sempurna dan murni. Ada makhluk dengan sedikit debu di mata yang akan tersesat karena tidak mendengarkan Dhamma. Ada mereka yang mampu memahami Dhamma. Para Bhikkhu, Saya sendiri akan pergi ke Uruvela di Senanigama untuk membabarkan Dhamma.”
Demikianlah, Yang Terberkahi mengutus keenam puluh siswa¬Nya yang telah tercerahkan untuk mengembara dan satu tempat ke tempat lain. Ini menandakan karya misionari pertama dalam sejarah umat manusia. Mereka menyebarluaskan Dhamma yang luhur atas dasar welas asih terhadap makhluk lain dan tanpa mengharapkan pamrih apa pun. Mereka membahagiakan orang dengan mengajarkan moralitas, memberikan bimbingan meditasi, dan menunjukkan manfaat hidup suci.