//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan  (Read 584375 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #915 on: 18 October 2011, 10:29:37 AM »
Sepakat. memilih2 dalam hal makan, tidak terkait dengan cintakasih ataupun pencapaian kesucian. Alih2 malah menjadikan semakin dosa/lobha...

sy paparkan sedikit analisa sy:

Ambil contoh kantong plastik dan daging.

Jika kita giat mengurangi pemakaian kantong plastik, maka produksi kantong plastik akan dikurangi sehingga sampah kantong plastik akan berkurang, bandingkan seperti selama ini, kantong plastik sangatlah murah sehingga pemakaian kantong plastik besar2an dan menjadi masalah sampah serius bagi lingkungan.

IMO, ini persis halnya jika sbgn masyarakat tidak makan daging. Maka produksi daging akan dikurangkan, otomatis pembantaian makhluk tertentu akan dikurangi. Ambil contoh kita kurang suka makan anjing, maka tidak banyak anjing yg dibantai. Di China banyak anjing2 yg dibantai setiap hari untuk dimakan. Krn memang ada pasar/konsumen disitu. Bandingkan dengan disini, dimana anjing2 berkeliaran bebas *)

Juga, sejak meningkatnya permintaan akan kulit trenggiling, di daerah sy banyak yg ikut jadi pemburu trenggiling. Dulu tidak ada yg mengacuhkan trenggiling, namun akhir2 ini hampir tiap hari ada trenggiling yg ditangkap, dibunuh dan dipreteli kulitnya.

Saya bayangkan jika sy sudah mulai menyukai daging anjing, maka sy akan datang ke resto anjing (resto batak; yg tidak banyak di daerah sy). Jika bbrp atau puluhan orang bertindak seperti sy, maka pasti akan menambah jumlah anjing2 yg akan dibantai.

Permintaan mempengaruhi pasar. Ini hukum ekonomi.
Mulainya transaksi bisa diawali dengan penyediaan barang lalu ditawarkan, atau bisa juga ada permulaan permintaan barang baru dicari.
Jika kasusnya adalah pengenalan menu baru (anjing), baru ada pelanggan (yang coba-coba dan ternyata suka), maka itu adalah kasus pertama.
Jika kasusnya adalah memang ada permintaan, misalnya perbincangan tentang minat masyarakat setempat akan menu baru (anjing), maka itu adalah kasus ke dua.

Setelah pasar terjadi, maka barulah keduanya (permintaan & persediaan) saling interaksi mempengaruhi dalam cara yang rumit. Misal permintaan naik, maka bisa jadi persediaan ditambah (pembantaian ditambah) atau persediaan sama, namun harganya yang naik (karena keterbatasan penyediaan). Dengan demikian, apakah jika permintaan turun, PASTI penyediaan turun? Tentu tidak. Sebaliknya, bisa juga harganya turun, namun barang tersedia sama. Hal ini juga yang nyata di mana sebelumnya saya sampaikan di UK, banyaknya makanan terbuang (termasuk daging), mencapai >30% dari total produksi. Jelas di sini memang jumlah penyediaan tidak berbanding lurus dengan permintaan.

Bagaimanakah terhentinya pasar ini? Jika persediaan atau permintaan mencapai titik nol, maka bisa terhenti. Permintaan mencapai titik nol, ini seperti kalau semua orang stop makan daging, total. Persediaan mencapai titik nol adalah jika penyedia sudah kehilangan kemampuan mengadakan barang, misalnya bangkrut.

Jika dalam satu sistem, jumlah konsumen yang berhenti adalah signifikan dan cukup untuk 'menggoyang' pasar, maka memang benar, terhentinya konsumsi akan berpengaruh pada penyediaan daging. Misalnya di contoh Bro Willi tadi. Nah, kalau jumlah konsumen yang berhenti tidak signifikan dan tidak berarti bagi berlangsungnya pasar, katakanlah di Jakarta ini 1000 orang menjadi vegetarian, apakah misalnya KFC akan mengurangi pasokan ayamnya?

Yang hendak saya katakan di sini, jumlah konsumen selalu naik turun dan produsen sudah mengantisipasinya. Kelebihan produksi (yang tidak laku) juga telah diperhitungkan. Oleh karena itu, ada kalanya dalam satu kondisi, keputusan kita untuk makan atau tidak makan adalah berpengaruh pada jumlah penyediaan; ada kalanya juga dalam kondisi lainnya, keputusan kita untuk makan atau tidak makan adalah tidak berpengaruh pada jumlah penyediaan.

Nah, sekarang saya setuju bahwa mungkin di tempat bro Willi di mana konsumennya terbatas, distribusi terbatas, jika saya seorang yang tadinya makan daging anjing atau minta kulit trenggiling, berhenti mencarinya, maka itu akan berpengaruh. Tapi apakah jika saya berhenti makan KFC, misalnya, menurut Bro Willi akan berpengaruh pada penurunan pembantaian ayamnya?


Quote
---

*) belakangan di kota sy populasi anjing berkeliaran bebas sudah mulai berkurang sejak mulai maraknya resto batak yg menyediakan daging anjing. Bahkan anjing sy sendiri, yg jinak dan jika sesekali lari keluar, selalu pulang ke rumah kembali dlm bbrp jam, terakhir, tidak pernah kembali lagi. Semua orang mengatakan ia telah ditangkap dan dijual ke resto batak.
 
::
Turut berkaruna-citta terhadap anjingnya Bro Willi. Semoga ia selamat, dan kalaupun memang dibuat saksang, semoga terlahir di alam yang lebih baik.

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #916 on: 18 October 2011, 10:47:08 AM »
Ya, betul juga, berarti ada hubungan timbal-balik. Penjual daging menarik minat pembeli, dan di sisi lain, meningkatnya pembeli maka meningkatkan penjualan daging. Jadi intinya ada di pengendalian nafsu?
Iya, menurut saya adalah pandangan benar dan pengendalian nafsu. Vegetarian atau tidak, hanyalah 'ritual' saja.


Quote
Untuk nomor 1, jawabannya pasti bervariasi. Kalau dia percaya diri bahwa dagangannya itu spesial, maka dia akan tetap berjualan daging tapi pindah ke tempat lain. Tapi kalau dia tidak PD (atau nomor 2), dia akan menuruti selera konsumen.
Barusan saya tanya penjual siomay di depan kantor. ;D
Bahkan untuk nomor 1, ia bilang 'impossible', tapi kalau memang orang daerah ini tidak makan siomay lagi, dia akan sekadar lewat daerah sini saja dan berjualan di tempat lain. (Persis dugaan saya.)
Untuk nomor 2 (yang tentu lebih impossible), baru dikatakan akan coba banting stir ke profesi lain yang pernah dijalaninya. (Persis juga seperti dugaan saya.)

Jadi saya katakan kalau si penyedia memiliki lingkup terbatas, hanya bergantung pada sejumlah konsumen tertentu, maka berkurangnya jumlah konsumen di satu lingkup tersebut BISA mempengaruhi jumlah penyediaan. Tapi kalau si penyedia memiliki lingkup yang lebih luas, memiliki alternatif, maka berkurangnya jumlah konsumen di satu lingkup tersebut belum tentu berpengaruh pada jumlah penyediaan.


Quote
Kayaknya gak mungkin permintaan adopsi anak meningkat hingga menjadi demikian (mungkin saja, tapi kemungkinannya kecil). Tapi ya, perumpamaan memang tidak selalu mewakili kebenaran (apa yang ingin disampaikan) :D
Bisa, jika ada wabah atau bencana di satu tempat yang menyebabkan kemandulan atau risiko cacad pada anak tinggi, misalnya kontaminasi radiasi nuklir.



Offline M14ka

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.821
  • Reputasi: 94
  • Gender: Female
  • Live your best life!! ^^
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #917 on: 18 October 2011, 11:52:20 AM »
Aku pernah nonton video ktny hewan yg mati dibantai itu mengeluarkan racun2 krn ketakutan, kira2 itu benar gak yah? Nutrisi daging ama sayur bagusan mana kk? Trus kl ad yg tanya kok tega makan daging bekas pembantaian, kk jawab apa? Thx....  ;D

Offline dhammadinna

  • Sebelumnya: Mayvise
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.627
  • Reputasi: 149
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #918 on: 18 October 2011, 01:38:47 PM »
 [at]  Kainyn: oke, sudah sepaham. Btw, keren juga tukang siomay-nya, bisa bilang "impossible". Bahkan kemarin saya liat kopaja, tulisannya "Obsessy" (maksud dia 'obsesi'). Benar-benar masyarakat global..

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #919 on: 18 October 2011, 02:47:57 PM »
Aku pernah nonton video ktny hewan yg mati dibantai itu mengeluarkan racun2 krn ketakutan, kira2 itu benar gak yah? Nutrisi daging ama sayur bagusan mana kk? Trus kl ad yg tanya kok tega makan daging bekas pembantaian, kk jawab apa? Thx....  ;D
Kalau mengeluarkan racun, sepertinya ini bukan istilah yang tepat. Dalam keadaan takut atau tertekan, memang manusia dan hewan tertentu memproduksi hormon kortisol lebih dan kemudian diserap dalam tubuh. Banyak pengaruh yang disebabkan oleh penyerapan kortisol ini seperti perubahan keasaman, kecepatan pembusukan, singkat kata, kualitas daging menjadi menurun.

Saya belum baca juga apakah ada pengaruh racun (toksik) langsung bagi orang yang makan daging tersebut dalam jangka pendek maupun panjang, tapi kalau menurut saya memang sepertinya agak kurang baik hasilnya memakan daging demikian.

Nutrisi daging dan sayur bukan bagus mana, tapi memang berbeda. Tubuh memerlukan nutrisi esensial yang rata-rata bisa didapat di sayuran, juga di daging. Namun ada beberapa yang hanya terdapat di daging, dan beberapa hanya ada di sayuran. Saya belum pernah mencari tahu secara khusus, jadi tidak tahu apa saja. Yang jelas jika nutrisi kita seimbang & tercukupi, tidak masalah dengan hidup vegetarian saja.

Kalau saya ditanya 'kok tega makan daging hasil pembantaian?', kemungkinan besar saya akan diam saja, tapi jika menjawab, mungkin saya akan bertanya balik, 'kok tega sih, menyia-nyiakan hasil pengorbanan hewan yang dibantai? Sudah dibantai, bangkainya dianggap sampah pula.'

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #920 on: 18 October 2011, 02:50:07 PM »
[at]  Kainyn: oke, sudah sepaham. Btw, keren juga tukang siomay-nya, bisa bilang "impossible". Bahkan kemarin saya liat kopaja, tulisannya "Obsessy" (maksud dia 'obsesi'). Benar-benar masyarakat global..
Iya, Mang Siomay ini memang sepertinya lebih 'canggih' dari penjual siomay kebanyakan. ;D



Offline dhammadinna

  • Sebelumnya: Mayvise
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.627
  • Reputasi: 149
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #921 on: 18 October 2011, 04:09:09 PM »
^ persis dugaan saya.

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #922 on: 18 October 2011, 04:19:18 PM »
^ persis dugaan saya.
Copyright Violation Detected!

BTW, namanya barunya bagus. Nama visudhikah?

Offline dhammadinna

  • Sebelumnya: Mayvise
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.627
  • Reputasi: 149
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #923 on: 18 October 2011, 04:37:12 PM »
^ ^ ^ bukan. Hari minggu kemarin saya baca RAPB yang jilid 2. Saya tertarik dengan kisah Uttara Theri dan Dhammadinna Theri. Tapi Dhammadinna lebih berkesan. Apalagi dikatakan bahwa beliau adalah yang terbaik dalam menjelaskan Dhamma. Waww...

Saya menemukan kesamaan di antara kisah-kisah umat awam atau bhikkhu/ni di buku tsb. Intinya, mereka pernah bertekad di hadapan Sammasambuddha di kehidupan lampau.

Atau seperti kisah Ambapali, dulu Ia menjadi bhikkhuni waktu jaman sammasambuddha juga di masa lalu.

Sepertinya, orang-orang beruntung itu (mungkin ditambah dengan tekad?), maka kemungkinan besar bertemu lagi dengan sammasambuddha di kehidupan yang akan datang. Bagaimana dengan kita? Tapi ya, berusaha saja kali ya, tidak perlu menunggu datangnya sammasambuddha (belum tentu juga ketemu) :D
« Last Edit: 18 October 2011, 04:42:25 PM by dhammadinna »

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #924 on: 18 October 2011, 05:15:47 PM »
^ ^ ^ bukan. Hari minggu kemarin saya baca RAPB yang jilid 2. Saya tertarik dengan kisah Uttara Theri dan Dhammadinna Theri. Tapi Dhammadinna lebih berkesan. Apalagi dikatakan bahwa beliau adalah yang terbaik dalam menjelaskan Dhamma. Waww...

Saya menemukan kesamaan di antara kisah-kisah umat awam atau bhikkhu/ni di buku tsb. Intinya, mereka pernah bertekad di hadapan Sammasambuddha di kehidupan lampau.

Atau seperti kisah Ambapali, dulu Ia menjadi bhikkhuni waktu jaman sammasambuddha juga di masa lalu.

Sepertinya, orang-orang beruntung itu (mungkin ditambah dengan tekad?), maka kemungkinan besar bertemu lagi dengan sammasambuddha di kehidupan yang akan datang. Bagaimana dengan kita? Tapi ya, berusaha saja kali ya, tidak perlu menunggu datangnya sammasambuddha (belum tentu juga ketemu) :D
Memang dikatakan bahwa semua Arahat pernah bertekad untuk pencapaian yang sama di hadapan seorang Buddha. Setelah itu, berbeda-beda waktunya dalam mengumpulkan parami, tergantung jenis tekadnya.
Kalo Samma Sambuddha kita tahu adalah: 16/8/4 Asankhyeyya + 100.000 kappa.
Pacceka Buddha: 2 Asankhyeyya + 100.000 kappa.
Agga-Savaka: 1 Asankhyeyya + 100.000 kappa
Mahasavaka & semua savika terkemuka: 100.000 kappa

Itu sebabnya semua siswa-siswi unggul Buddha Gotama dikisahkan bertekad di hadapan Buddha Padumuttara, sedangkan untuk Sariputta & Mahamoggallana bertekad di hadapan Buddha Anomadassi.

Saya pikir kalau kita mau bertekad, bertekadlah dari sekarang, lupakan berapa waktu yang telah/masih harus ditempuh, dan berusaha berlatih sehingga mendukung kondisi untuk bertemu para Buddha di masa depan. Siapa tahu saja suatu saat memang Sis Dhammadinna-DC ini akan menjadi Mahasavika terunggul dalam pembabaran dhamma (Dhammakathikāna) di masa salah satu Samma Sambuddha berikutnya.


Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #925 on: 18 October 2011, 08:39:25 PM »
Memang dikatakan bahwa semua Arahat pernah bertekad untuk pencapaian yang sama di hadapan seorang Buddha. Setelah itu, berbeda-beda waktunya dalam mengumpulkan parami, tergantung jenis tekadnya.
Kalo Samma Sambuddha kita tahu adalah: 16/8/4 Asankhyeyya + 100.000 kappa.
Pacceka Buddha: 2 Asankhyeyya + 100.000 kappa.
Agga-Savaka: 1 Asankhyeyya + 100.000 kappa
Mahasavaka & semua savika terkemuka: 100.000 kappa

Itu sebabnya semua siswa-siswi unggul Buddha Gotama dikisahkan bertekad di hadapan Buddha Padumuttara, sedangkan untuk Sariputta & Mahamoggallana bertekad di hadapan Buddha Anomadassi.

Saya pikir kalau kita mau bertekad, bertekadlah dari sekarang, lupakan berapa waktu yang telah/masih harus ditempuh, dan berusaha berlatih sehingga mendukung kondisi untuk bertemu para Buddha di masa depan. Siapa tahu saja suatu saat memang Sis Dhammadinna-DC ini akan menjadi Mahasavika terunggul dalam pembabaran dhamma (Dhammakathikāna) di masa salah satu Samma Sambuddha berikutnya.



percuma mulai dari sekarang, argo dihitung mulai saat mengucapkan tekad di hadapan samma sambuddha.

Offline hemayanti

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.477
  • Reputasi: 186
  • Gender: Female
  • Appamadena Sampadetha
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #926 on: 18 October 2011, 09:20:40 PM »
percuma mulai dari sekarang, argo dihitung mulai saat mengucapkan tekad di hadapan samma sambuddha.
kenapa percuma om?
apa argonya belum jalan atau supirnya kabur, atau bagaimana om indra?
"Sekarang, para bhikkhu, Aku mengatakan ini sebagai nasihat terakhir-Ku: kehancuran adalah sifat dari segala sesuatu yang terbentuk. Oleh karena itu, berjuanglah dengan penuh kesadaran."

Offline dhammadinna

  • Sebelumnya: Mayvise
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.627
  • Reputasi: 149
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #927 on: 19 October 2011, 07:11:44 AM »
^ ^ ^ bukan. Hari minggu kemarin saya baca RAPB yang jilid 2. Saya tertarik dengan kisah Uttara Theri dan Dhammadinna Theri. Tapi Dhammadinna lebih berkesan.
[...]

Ralat: Uttara bukan bhikkhuni (theri), melainkan siswi awam.

[...]
Saya pikir kalau kita mau bertekad, bertekadlah dari sekarang, lupakan berapa waktu yang telah/masih harus ditempuh, dan berusaha berlatih sehingga mendukung kondisi untuk bertemu para Buddha di masa depan. Siapa tahu saja suatu saat memang Sis Dhammadinna-DC ini akan menjadi Mahasavika terunggul dalam pembabaran dhamma (Dhammakathikāna) di masa salah satu Samma Sambuddha berikutnya.

Sadhu  _/\_

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #928 on: 19 October 2011, 08:52:14 AM »
percuma mulai dari sekarang, argo dihitung mulai saat mengucapkan tekad di hadapan samma sambuddha.
Tapi untuk bisa memulai argo, harus tekad dulu. Seperti Bodhisatta Gotama aja sudah tekad 7 + 9 Asankhyeyya sebelum akhirnya dapat memulai argo di hadapan Buddha Dipankhara.

Lagipula, tidak menutup kemungkinan juga kalau memang sebelumnya Sis Dhammadinna ini pernah bertekad di hadapan Samma Sambuddha lampau. Jadi tanpa perlu buru-buru, tanpa perlu kecil hati, ditekadkan saja tidak ada ruginya. Buddhis 'kan maennya jangka panjang + proses perjuangan, bukan instant.


Offline M14ka

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.821
  • Reputasi: 94
  • Gender: Female
  • Live your best life!! ^^
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #929 on: 19 October 2011, 03:38:08 PM »
Thx jawaban kk sebelumnya cukup dipahami....
Maap tanya lagi yah.... ;D Menurut kk aliran sesat itu yg seperti apa yah? Apakah lebih baik kita melawannya atau membiarkannya? Thx.....