//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan  (Read 586829 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #720 on: 09 August 2011, 08:55:09 AM »
[at]  Bro Kainyn (teman-teman yang lain juga boleh jawab)

Barusan saya baca kaliamat ini:

"You have the freedom to choose a life that matters for you. The first step is to know what matters for you and to make your choices accordingly."

Diterjemahkan bebas, kira-kira begini:

"Anda memiliki kebebasan untuk memilih hidup yang anda inginkan. Pertama-tama anda harus tahu apa yang benar-benar anda inginkan, lalu kemudian membuat pilihan berdasarkan hal itu."

Nah, bagaimana caranya menemukan apa yang benar-benar kita inginkan?? :'(
"What matters to us" itu tergantung pada "HOW we live our lives" (bagaimana kita menjalani hidup). "How we live our live" tergantung pada "How we see what life is" (bagaimana kita memandang apa itu hidup). Itulah sebabnya dalam Ajaran Buddha, Jalan Mulia Berunsur Delapan dimulai dengan "Pandangan benar".

Berdasarkan pengalaman kita sendiri dalam hidup, cobalah merenungkan dengan objektif hal-hal apakah yang bermanfaat, apakah sekarang ataupun di masa depan. Sering-sering belajar (dari diri sendiri/guru) dan bertukar pengalaman dengan orang lain tentang kehidupan. Dari situ kita bisa memahami hal-hal apa saja yang berdasarkan keterkondisian kita sekarang, adalah bermanfaat.

Mengetahui hal-hal apa yang bermanfaat dalam hidup, kita bisa mengetahui bagaimanakah seharusnya kita menjalani kehidupan, dan berikutnya, kita juga mengetahui hal-hal apa saja yang penting (merupakan prioritas) dalam kehidupan kita.


Offline rooney

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.750
  • Reputasi: 47
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia...
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #721 on: 09 August 2011, 09:17:46 AM »
Kenapa ya begitu muncul kesadaran akan sesuatu, lalu muncul persepsi, kemudian muncul ilusi diri seakan-akan ada yang sesosok entitas disitu, setelah itu pikiran pun terserat arus (bahagia, sedih, kecewa, dll) ?  :|

Apakah hal ini disebabkan karena kurangnya perhatian ?

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #722 on: 09 August 2011, 09:28:25 AM »
Kenapa ya begitu muncul kesadaran akan sesuatu, lalu muncul persepsi, kemudian muncul ilusi diri seakan-akan ada yang sesosok entitas disitu, setelah itu pikiran pun terserat arus (bahagia, sedih, kecewa, dll) ?  :|

Apakah hal ini disebabkan karena kurangnya perhatian ?
Iya, sepertinya begitu. Walaupun kita tahu secara teori bahwa 'tidak ada diri', namun sebetulnya kita belum lepas dari kemelekatan entitas tersebut. Tanpa disadari, selalu 'diri' terbentuk yang akhirnya memunculkan ilusi-ilusi lainnya yang menyebabkan penderitaan.


Offline rooney

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.750
  • Reputasi: 47
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia...
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #723 on: 09 August 2011, 09:32:00 AM »
Iya, sepertinya begitu. Walaupun kita tahu secara teori bahwa 'tidak ada diri', namun sebetulnya kita belum lepas dari kemelekatan entitas tersebut. Tanpa disadari, selalu 'diri' terbentuk yang akhirnya memunculkan ilusi-ilusi lainnya yang menyebabkan penderitaan.

Apakah mungkin hidup tanpa persepsi ?  :-?

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #724 on: 09 August 2011, 09:43:30 AM »
Apakah mungkin hidup tanpa persepsi ?  :-?

ada salah satu alam brahma yg konon tanpa persepsi, bisa dicapai melalui pencapaian arupa jhana. silakan dicoba

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #725 on: 09 August 2011, 10:25:58 AM »
Apakah mungkin hidup tanpa persepsi ?  :-?
Bisa, di Asannasatta.


ada salah satu alam brahma yg konon tanpa persepsi, bisa dicapai melalui pencapaian arupa jhana. silakan dicoba
Setahu saya, Asannasatta bukan di Arupa, tapi dicapai dari Arupa Jhana Kekosongan. Ada info tentang hal ini?


Offline thres

  • Teman
  • **
  • Posts: 62
  • Reputasi: 4
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #726 on: 09 August 2011, 10:59:43 AM »
Alasan saya mengajukan pertanyaan sebelumnya adalah karena saya pernah membaca tentang beberapa alasan yang membuat orang menyesal saat menjelang ajal. Artikel ini ditulis oleh seseorang yang pekerjaannya adalah mendampingi orang-orang yang sedang mendekati ajal mereka. Pada umumnya orang menyesal karena mereka tidak melakukan apa yang benar-benar mereka inginkan. Mereka selama ini hidup "demi orang lain", sesuai harapan orang lain, dan bukan sesuai keinginan mereka sendiri. Alasan penyesalan yang lain adalah mereka terlalu keras bekerja sehingga hanya sedikit waktu untuk keluarga, dst.

"What matters to us" itu tergantung pada "HOW we live our lives" (bagaimana kita menjalani hidup). "How we live our live" tergantung pada "How we see what life is" (bagaimana kita memandang apa itu hidup). Itulah sebabnya dalam Ajaran Buddha, Jalan Mulia Berunsur Delapan dimulai dengan "Pandangan benar".

 :yes:

Quote
Berdasarkan pengalaman kita sendiri dalam hidup, cobalah merenungkan dengan objektif hal-hal apakah yang bermanfaat, apakah sekarang ataupun di masa depan. Sering-sering belajar (dari diri sendiri/guru) dan bertukar pengalaman dengan orang lain tentang kehidupan. Dari situ kita bisa memahami hal-hal apa saja yang berdasarkan keterkondisian kita sekarang, adalah bermanfaat.

Mengetahui hal-hal apa yang bermanfaat dalam hidup, kita bisa mengetahui bagaimanakah seharusnya kita menjalani kehidupan, dan berikutnya, kita juga mengetahui hal-hal apa saja yang penting (merupakan prioritas) dalam kehidupan kita.

saya sulit berpikir objektif bro... ;D Kadang pandangan orang lain tentang hidup mereka atau hidup saya, atau pemikiran saya sendiri, bisa membuat saya ragu lagi.

Bolehkah saya mengambil patokan dari "kebahagiaan"? Maksud saya, selama saya bahagia melakukannya dan hal itu bermanfaat, berarti itulah hal yang benar-benar saya inginkan dalam hidup ini? Apa perbedaan antara 'mengejar kebahagiaan' dengan 'lari dari penderitaan'?

Offline thres

  • Teman
  • **
  • Posts: 62
  • Reputasi: 4
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #727 on: 09 August 2011, 11:05:24 AM »
Iya, sepertinya begitu. Walaupun kita tahu secara teori bahwa 'tidak ada diri', namun sebetulnya kita belum lepas dari kemelekatan entitas tersebut. Tanpa disadari, selalu 'diri' terbentuk yang akhirnya memunculkan ilusi-ilusi lainnya yang menyebabkan penderitaan.

Apakah mungkin hidup tanpa persepsi ?  :-?

Kalau dari pertanyaan rooney atas pernyataan kainyn sebelumnya, sepertinya rooney berpikir bahwa persepsi adalah penyebab penderitaan, dan untuk bebas dari penderitaan maka kita harus melenyapkan persepsi?

Sepengetahuan saya dari teori, tolong dikoreksi kalau salah, kita tidak perlu bebas dari persepsi untuk memadamkan dukkha (pernyataan saya ini terkait Vipassana Bhavana, bukan Samatha Bhavana).

Offline rooney

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.750
  • Reputasi: 47
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia...
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #728 on: 09 August 2011, 11:14:13 AM »


Kalau dari pertanyaan rooney atas pernyataan kainyn sebelumnya, sepertinya rooney berpikir bahwa persepsi adalah penyebab penderitaan, dan untuk bebas dari penderitaan maka kita harus melenyapkan persepsi?

Sepengetahuan saya dari teori, tolong dikoreksi kalau salah, kita tidak perlu bebas dari persepsi untuk memadamkan dukkha (pernyataan saya ini terkait Vipassana Bhavana, bukan Samatha Bhavana).

Sebenarnya saya juga tidak sepenuhnya berpikir bahwa persepsi adalah penyebab penderitaan, hanya saja karena banyaknya masalah psikologi yang berasal dari persepsi, maka saya mencoba untuk menanyakan kemungkinannya... ;D

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #729 on: 09 August 2011, 11:34:02 AM »
Alasan saya mengajukan pertanyaan sebelumnya adalah karena saya pernah membaca tentang beberapa alasan yang membuat orang menyesal saat menjelang ajal. Artikel ini ditulis oleh seseorang yang pekerjaannya adalah mendampingi orang-orang yang sedang mendekati ajal mereka. Pada umumnya orang menyesal karena mereka tidak melakukan apa yang benar-benar mereka inginkan. Mereka selama ini hidup "demi orang lain", sesuai harapan orang lain, dan bukan sesuai keinginan mereka sendiri. Alasan penyesalan yang lain adalah mereka terlalu keras bekerja sehingga hanya sedikit waktu untuk keluarga, dst.
Memang kurang beruntung kalau seseorang harus menjalani hidup sesuai dengan harapan orang lain. Tapi kadang sesuai harapan sendiri juga belum tentu baik. Terlebih lagi, diri yang sekarang, dulu, dan masa depan juga bisa memiliki pandangan berbeda. Jadi bagaimanapun juga seharusnya seseorang hidup berorientasi pada masa kini tanpa mengabaikan masa lalu dan masa depan, jalani saja tanpa penyesalan.


Quote
saya sulit berpikir objektif bro... ;D Kadang pandangan orang lain tentang hidup mereka atau hidup saya, atau pemikiran saya sendiri, bisa membuat saya ragu lagi.
Memang pandangan kita terhadap hidup selalu berubah, berkembang, kadang membaik, kadang juga merosot. Karena itulah kita harus selalu belajar dan waspada, apalagi mengingat kita adalah puthujjana yang masih 'berpandangan salah'. Setiap ada keraguan, selidiki dan pelajari.


Quote
Bolehkah saya mengambil patokan dari "kebahagiaan"? Maksud saya, selama saya bahagia melakukannya dan hal itu bermanfaat, berarti itulah hal yang benar-benar saya inginkan dalam hidup ini? Apa perbedaan antara 'mengejar kebahagiaan' dengan 'lari dari penderitaan'?
Ya, memang pada dasarnya kita semua hanya mengejar kebahagiaan dan menjauhi penderitaan. Sama saja, karena kebahagiaan (duniawi) adalah sebuah sisi lain dari penderitaan. Semua kebahagiaan adalah kebahagiaan bila tetap demikian, namun adalah penderitaan ketika berakhir. Penderitaan juga adalah penderitaan ketika tetap demikian, namun adalah kebahagiaan ketika berubah. Karena hal itulah dikatakan akhir dari penderitaan (nibbana) itulah yang adalah kebahagiaan.

Sementara itu, dari sudut pandang orang biasa, yang masih berputar di samsara, ada 4 hal:
1. Menyenangkan dilakukan sekarang, berakibat kebahagiaan di masa depan
2. Menyenangkan dilakukan sekarang, berakibat penderitaan di masa depan
3. Menyakitkan dilakukan sekarang, berakibat kebahagiaan di masa depan
4. Menyakitkan dilakukan sekarang, berakibat penderitaan di masa depan

Hal yang memberikan kebahagiaan di masa depan, walaupun menyakitkan untuk dilakukan sekarang, perlu dijalani, apalagi yang membahagiakan untuk dilakukan sekarang.
Sebaliknya hal yang menyebabkan penderitaan di masa depan, walaupun menyenangkan untuk dilakukan sekarang, harus dihindari, apalagi yang juga menyakitkan dilakukan sekarang.

Bagaimana kita belajar objektif adalah salah satunya dengan Satipatthana karena kita mengembangkan kesadaran, mereduksi pengaruh keterkondisian pikiran, bentuk pikiran, dan perasaan, untuk melihat kenyataan apa adanya. Pengetahuan dari satipatthana yang timbul itu yang menurut saya adalah kebijaksanaan untuk melihat secara objektif. 


Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #730 on: 09 August 2011, 11:44:18 AM »
Sebenarnya saya juga tidak sepenuhnya berpikir bahwa persepsi adalah penyebab penderitaan, hanya saja karena banyaknya masalah psikologi yang berasal dari persepsi, maka saya mencoba untuk menanyakan kemungkinannya... ;D
Panca khanda yang masih dilekati pandangan, itulah yang menimbulkan penderitaan. Ketika persepsi yang masih didasari kemelekatan muncul, maka di situlah dukkha timbul. Beberapa pandangan salah berpikir bahwa persepsinya yang adalah penyebab penderitaan maka berusaha mencoba menghentikan persepsi dengan kekuatan jhana. Karena itulah ia terlahir di Asannasatta, namun tetap saja itu bukanlah kebebasan sejati dan tetap akan terlahir kembali. 


Offline thres

  • Teman
  • **
  • Posts: 62
  • Reputasi: 4
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #731 on: 09 August 2011, 11:45:24 AM »
Thanks a lot, bro Kainyn :)

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #732 on: 09 August 2011, 11:50:32 AM »
Kalau dari pertanyaan rooney atas pernyataan kainyn sebelumnya, sepertinya rooney berpikir bahwa persepsi adalah penyebab penderitaan, dan untuk bebas dari penderitaan maka kita harus melenyapkan persepsi?

Sepengetahuan saya dari teori, tolong dikoreksi kalau salah, kita tidak perlu bebas dari persepsi untuk memadamkan dukkha (pernyataan saya ini terkait Vipassana Bhavana, bukan Samatha Bhavana).
Betul, kita tidak 'menghindari' persepsi untuk mengakhiri dukkha. Namun ketika kita terbebas dari dukkha, maka dengan sendirinya tidak ada lagi penjelmaan baru di masa depan, yang berarti tidak ada lagi persepsi, juga kesadaran, bentuk pikiran, perasaan, dan jasmani.


Thanks a lot, bro Kainyn :)
Sama-sama, bro thres!
:)

Offline thres

  • Teman
  • **
  • Posts: 62
  • Reputasi: 4
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #733 on: 09 August 2011, 12:03:54 PM »
Saya ingin bahas sedikit tentang Lima khanda (jasmani, perasaan, persepsi, kesadaran, dan bentukan-bentukan kehendak).

Pertama, tentang persepsi. Ada yang menerjemahkan Sanna sebagai ingatan (bukan persepsi). Saya berpikir bahwa - dalam kasus tertentu - persepsi dan ingatan adalah dua hal yang berbeda (ingatan adalah bagian dari persepsi).

Contoh Persepsi sama dengan Ingatan:
Saya menilai (mempersepsikan) Tono sebagai orang yang jahat. Ini karena saya mengingat kejahatan Tono pada saya.

Contoh Ingatan sebagai bagian dari Persepsi:
Saya menilai (mempersepsikan) Tono sebagai orang yang jahat karena saya dengar dari teman saya tentang kejahatan Tono. Lalu saya membayangkan kejahatan Tono yang sebetulnya belum pernah saya lihat sebelumnya. Ada "bumbu pemikiran dan khayalan" yang saya tambahkan, dan bukan sekadar Ingatan akan Gosip dari teman saya. Ataukah pemikiran saya, akhirnya menjadi ingatan-ingatan baru (ingatan akan khayalan yang saya anggap nyata)? Jadi, menjadi semacam persepsi yang lebih kompleks?
« Last Edit: 09 August 2011, 12:09:52 PM by thres »

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #734 on: 09 August 2011, 02:07:50 PM »
Saya ingin bahas sedikit tentang Lima khanda (jasmani, perasaan, persepsi, kesadaran, dan bentukan-bentukan kehendak).

Pertama, tentang persepsi. Ada yang menerjemahkan Sanna sebagai ingatan (bukan persepsi). Saya berpikir bahwa - dalam kasus tertentu - persepsi dan ingatan adalah dua hal yang berbeda (ingatan adalah bagian dari persepsi).
Ya, ini memang rumit dan menarik. Setahu saya persepsi adalah sanna, kalau bentukan pikiran (sankhara) memang suka disebut sebagai 'ingatan'.


Quote
Contoh Persepsi sama dengan Ingatan:
Saya menilai (mempersepsikan) Tono sebagai orang yang jahat. Ini karena saya mengingat kejahatan Tono pada saya.

Contoh Ingatan sebagai bagian dari Persepsi:
Saya menilai (mempersepsikan) Tono sebagai orang yang jahat karena saya dengar dari teman saya tentang kejahatan Tono. Lalu saya membayangkan kejahatan Tono yang sebetulnya belum pernah saya lihat sebelumnya. Ada "bumbu pemikiran dan khayalan" yang saya tambahkan, dan bukan sekadar Ingatan akan Gosip dari teman saya. Ataukah pemikiran saya, akhirnya menjadi ingatan-ingatan baru (ingatan akan khayalan yang saya anggap nyata)? Jadi, menjadi semacam persepsi yang lebih kompleks?

Setahu saya persepsi/sanna agak berbeda dengan istilah persepi sehari-hari yang berarti penilaian/sudut pandang.
Ketika semua objek indriah bersentuhan/kontak dengan indriah, maka timbullah kesan/persepsi. Contoh yang sederhana adalah ketika melihat "seseorang melakukan sesuatu terhadap objek", maka 'pemandangan' itu kontak dengan mata, dan jadilah persepsi. Kemudian persepsi mata itu dipersepsi lagi oleh pikiran, berdasarkan kecenderungan dan pengalaman masing-masing orang. Jika kenal dengan orang tersebut, mengetahui perilaku, dan mengenal objek, jadilah sebuah bentuk pikiran "Tono mengambil uang", misalnya. Apakah Tono melanggar sila, jahat, atau hanya sekadar mengambil uang yang memang miliknya, itu adalah interaksi yang sangat banyak antara persepsi dan bentuk pikiran yang terus menerus terjadi dan berproses.

Jadi yang dimaksud bentuk pikiran itu bukan selalu harus dialami sendiri kontak indriahnya, namun semua objek pikiran yang bersentuhan dengan pikiran. Apakah melihat Tono melakukan kejahatan atau membayangkan seseorang bernama Tono melakukan kejahatan, keduanya adalah persepsi pikiran terhadap bentukan pikiran. Bedanya, yang satu disertai persepsi mata dengan "visual Tono yang melakukan kejahatan", yang satu lagi tanpa persepsi mata dengan objek.



 

anything