Alasan saya mengajukan pertanyaan sebelumnya adalah karena saya pernah membaca tentang beberapa alasan yang membuat orang menyesal saat menjelang ajal. Artikel ini ditulis oleh seseorang yang pekerjaannya adalah mendampingi orang-orang yang sedang mendekati ajal mereka. Pada umumnya orang menyesal karena mereka tidak melakukan apa yang benar-benar mereka inginkan. Mereka selama ini hidup "demi orang lain", sesuai harapan orang lain, dan bukan sesuai keinginan mereka sendiri. Alasan penyesalan yang lain adalah mereka terlalu keras bekerja sehingga hanya sedikit waktu untuk keluarga, dst.
Memang kurang beruntung kalau seseorang harus menjalani hidup sesuai dengan harapan orang lain. Tapi kadang sesuai harapan sendiri juga belum tentu baik. Terlebih lagi, diri yang sekarang, dulu, dan masa depan juga bisa memiliki pandangan berbeda. Jadi bagaimanapun juga seharusnya seseorang hidup berorientasi pada masa kini tanpa mengabaikan masa lalu dan masa depan, jalani saja tanpa penyesalan.
saya sulit berpikir objektif bro... Kadang pandangan orang lain tentang hidup mereka atau hidup saya, atau pemikiran saya sendiri, bisa membuat saya ragu lagi.
Memang pandangan kita terhadap hidup selalu berubah, berkembang, kadang membaik, kadang juga merosot. Karena itulah kita harus selalu belajar dan waspada, apalagi mengingat kita adalah puthujjana yang masih 'berpandangan salah'. Setiap ada keraguan, selidiki dan pelajari.
Bolehkah saya mengambil patokan dari "kebahagiaan"? Maksud saya, selama saya bahagia melakukannya dan hal itu bermanfaat, berarti itulah hal yang benar-benar saya inginkan dalam hidup ini? Apa perbedaan antara 'mengejar kebahagiaan' dengan 'lari dari penderitaan'?
Ya, memang pada dasarnya kita semua hanya mengejar kebahagiaan dan menjauhi penderitaan. Sama saja, karena kebahagiaan (duniawi) adalah sebuah sisi lain dari penderitaan. Semua kebahagiaan adalah kebahagiaan bila tetap demikian, namun adalah penderitaan ketika berakhir. Penderitaan juga adalah penderitaan ketika tetap demikian, namun adalah kebahagiaan ketika berubah. Karena hal itulah dikatakan akhir dari penderitaan (nibbana) itulah yang adalah kebahagiaan.
Sementara itu, dari sudut pandang orang biasa, yang masih berputar di samsara, ada 4 hal:
1. Menyenangkan dilakukan sekarang, berakibat kebahagiaan di masa depan
2. Menyenangkan dilakukan sekarang, berakibat penderitaan di masa depan
3. Menyakitkan dilakukan sekarang, berakibat kebahagiaan di masa depan
4. Menyakitkan dilakukan sekarang, berakibat penderitaan di masa depan
Hal yang memberikan kebahagiaan di masa depan, walaupun menyakitkan untuk dilakukan sekarang, perlu dijalani, apalagi yang membahagiakan untuk dilakukan sekarang.
Sebaliknya hal yang menyebabkan penderitaan di masa depan, walaupun menyenangkan untuk dilakukan sekarang, harus dihindari, apalagi yang juga menyakitkan dilakukan sekarang.
Bagaimana kita belajar objektif adalah salah satunya dengan Satipatthana karena kita mengembangkan kesadaran, mereduksi pengaruh keterkondisian pikiran, bentuk pikiran, dan perasaan, untuk melihat kenyataan apa adanya. Pengetahuan dari satipatthana yang timbul itu yang menurut saya adalah kebijaksanaan untuk melihat secara objektif.