Dua khotbah Buddha yang penting ( D. 25 ; M. 22 ) dengan jelas
mengungkapkan kepada kita mengapa Buddha mengajarkan Dharma, ajaran itu.
Marilah kita menyimaknya :
Buddha telah
mencapai Penerangan Sempurna. Beliau mengajarkan Dharma agar orang lain
mencapai penerangan. Beliau mengendalikan
diri sendiri. Beliau mengajarkan Dharma agar orang lain mengendalikan
diri. Beliau tenang.
Beliau mengajarkan Dharma agar orang lain mencapai ketenangan. Setelah
menyeberang ( ogha, gelombang noda ), Beliau mengajarkan Dharma
agar orang lain menyeberang. Setelah
mencapai Nirwana ( dengan memadamkan api kotoran batin, parinibbuto
), Beliau mengajarkan Dharma agar orang lain mencapai Nirwana.
Dharma, ajaran Buddha, bukanlah semata - mata pengetahuan atau pun
semata - mata dimiliki seperti layaknya harta benda. Buddha dengan jelas telah
menunjukkan bahwa Dharma merupakan sarana untuk menyeberangi lautan
penderitaan, lautan samsara atau kelahiran yang berulang - ulang, dan untuk
mencapai pantai tanpa kematian, Nirwana, dengan aman dan selamat. Dharma
bagaikan sebuah rakit untuk menyeberangi lautan.
Hanya ketika pikiran tidak dibiarkan untuk menyepakkan jejak dan
dijaga pada jalur yang benar untuk mencapai kemajuan bertahap, ia akan berguna
bagi pemiliknya dan bagi masyarakat. Pikiran yang kacau merupakan beban bagi
pemiliknya maupun bagi orang lain. Semua malapetaka di dunia ditimbulkan oleh
orang - orang yang belum mempelajari cara - cara menguasai pikiran serta
keseimbangan dan ketenangan jasmani. Oleh karena itulah, Buddha berkata :
" Luka apa pun dapat diperbuat oleh orang
yang saling bermusuhan dan membenci,
Pikiran yang diarahkan secara salah akan
Jauh lebih berat melukai diri sendiri. " Dhp. 42
Kedudukan, kasta, warna kulit, kekayaan dan kekuasaan tidak dapat
membuat seorang manusia menjadi orang yang berharga bagi dunia. Hanya karakter
manusia yang membuat manusia menjadi besar dan patut dihormati. " Karakter
adalah apa yang keluar ketika kehidupan dijalani di bawah tekanan kegiatan, dengan
maksud dan keahlian tertentu. Bagaikan intan yang merupakan karbon yang telah
menjadi sasaran tekanan yang berat, demikian pula kehidupan yang dijalani di
bawah semangat dan usaha spiritual yang terus menerus menghasilkan batu
permata, karakter. " karakterlah yang menerangi kebijaksanaan ( apadana sobhini
panna ).
Manusia hari ini merupakan hasil dari jutaan pengulangan pikiran
dan perbuatan. Ia tidak langsung jadi ; ia terbentuk dan masih membentuk.
Karakternya ditetapkan terlebih dahulu oleh pilihannya sendiri. Pikiran,
perbuatan yang dipilihnya, menjadi kebiasaan yang membentuknya.
" Pada saat kelahiran pikiran bersinar - sinar, dan dicemari oleh
kotoran - kotoran secara tidak disengaja ( pabhassaramidam bhikkhave citam,
tam ca kho agantukehi upakkilesehi upakkilittham ), " kata Buddha. Begitu
pula orang - orang, mendasari pemikiran mereka pada sabda Buddha, mengatakan
hal yang sama dengan kalimat lain : " Pada dasarnya makhluk hidup itu baik,
tetapi secara tidak disengaja kotoran menodainya. "
Dengan perhatian dan pikiran yang sistematis menyangkut hal - hal
yang ditemui seseorang dalam kehidupannya setiap hari, dengan menguasai
keinginan jahatnya dan dengan mengekang dorongan hati, ia dapat menjaga pikiran
dari kotoran. Adalah sulit untuk melepaskan apa yang memikat kita dan menahan
kita dalam perbudakan ; sulit pula mengusir roh jahat yang menghantui hati
manusia dalam bentuk pikiran - pikiran yang tidak baik. Kejahatan - kejahatan
tersebut merupakan penjelmaan dari ketamakan, kebencian dan kebodohan batin :
lobha, dosa dan moha, tiga jenis pasukan kematian ( mara ). Sampai
seseorang mencapai puncak kesucian dengan latihan pikiran tanpa henti, ia tidak
dapat mengalahkan pasukan itu secara menyeluruh. Hanya dengan melepaskan hal -
hal eksternal, berpuasa dan lain - lain, tidak dimaksudkan untuk menyucikan
manusia, hal - hal ini tidak membuat manusia menjadi suci dan aman. Menyiksa
diri sendiri merupakan suatu perbuatan ekstrem yang keliru yang dalam
pembabaran Dharma yang pertama kali oleh Buddha ditolak. Juga Beliau menolak
kenikmatan hawa nafsu, dengan menyebutnya sebagai perbuatan tercela. Dengan
menghindari dua jalan ekstrem, Buddha mengungkapkan pada dunia Jalan Tengah - Majjhima
Patipada - yang membawa seseorang pada kedamaian, penerangan dan Nirwana (
upasamaya, sambodhaya nibbanaya ).
Spinoza menulis : " hal - hal yang biasa terjadi dalam kehidupan,
dan dihargai di antara manusia sebagai kebaikan tertinggi, dapat dikurangi oleh
ketiga hal ini, kekayaan, ketenaran dan hawa nafsu, karena ketiga hal ini
pikiran menjadi kacau sehingga pikiran hampir tidak dapat memikirkan kebaikan
lain. "
Nafsu manusia adalah godaan. Nafsu makhluk hidup yang buta telah
menimbulkan kebencian dan segala bentuk penderitaan. Musuh seluruh dunia adalah
hawa nafsu yang melaluinyalah seluruh kejahatan datang pada makhluk hidup. Hawa
nafsu ini ketika dihalangi oleh beberapa sebab, berubah menjadi kemarahan. Dan
manusia jatuh ke dalam jaring yang dibuatnya sendiri dengan nafsu akan
kenikmatan, bagaikan seekor laba - laba yang jatuh ke dalam jaringnya sendiri.
Namun dengan melatih perbuatan baik, mengembangkan ketenangan, dan mendapatkan
cahaya kebenaran, orang - orang bijaksana berjalan terus melepaskan ikatan.
Mereka yang bijaksana dianggap sebagai orang yang telah menaklukkan dirinya
sendiri dengan mencabut akar dari nafsu lebih hebat daripada orang yang telah
memenangkan ribuan pertempuran.
Orang - orang bijaksana melatih pikiran mereka dengan menghindari
minuman keras dan memelihara kesadaran, membuat dirinya sabar dan suci. Sikap
yang tenang sepanjang waktu menunjukkan seorang manusia beradab. Bukanlah tugas
yang berat bagi seseorang untuk menjadi tenang jika semua hal yang menyertainya
mendukung. Akan tetapi sulit untuk memusatkan pikiran ditengah - tengah keadaan
yang tidak menguntungkan, dan hal yang sulit inilah yang patut dilakukan.
Dengan pengendalian seperti itu orang akan dapat memperkuat karakternya.
Mengendalikan diri sendiri adalah kunci menuju kebahagiaan. Itulah
yang terbaik di antara segala perbuatan yang baik. Itulah kekuatan di belakang
semua pencapaian sejati. Gerakan seseorang tanpa adanya pengendalian tidak ada
gunanya dan mengganggu ketenangan. Orang yang memperturutkan hawa nafsu itu
bagaikan seekor burung pelatuk rakus yang terkena penyakit parah karena pisang
- raja hutan yang mentah.
Seorang bijaksana pada zaman dahulu mengatakan :
" Jika orang merenungkan objek indrawi,
maka timbul daya tarik ; dari daya tarik timbul keinginan
Keinginan membakar hawa nafsu yang dahsyat ;
Nafsu menghasilkan kenekatan ; Lalu semua ingatan berkhianat ;
Membiarkan tujuan mulia lewat, melemahkan pikiran ;
Sampai tujuan, pikiran dan manusia semuanya runtuh. "
Karena kurangnya pengendalian maka dalam pikiran kita timbul
berbagai macam pertentangan. Jika pertentangan ingin dimusnahkan, kita harus
melakukan sedikit kendali pada keinginan dan dorongan hati serta berusaha keras
untuk menjalani kehidupan yang dikendalikannya sendiri dan suci.
" Sering kali kita semua sangat diperbudak oleh hawa nafsu, oleh
hal - hal yang materialis, kita hidup semata - mata dalam dunia lahiriah,
sehingga kita gagal berhubungan dengan kekuatan di dalamnya. Akan tetapi, kita
harus belajar menangkap realitas di dalamnya. Dengan menyendiri dalam
kesunyian, kita dapat belajar untuk mengatasi kelemahan dan keterbatasan dari
pengalaman biasa. Tanpa melakukan hal ini, hidup tidak memiliki arti, tujuan,
dorongan dan inspirasi.
Tidak banyak pemikiran dan argumen tentang menyempurnakan
kehidupan yang menuntun kita mencapai tujuan yang kita inginkan. Tak banyak
pertimbangan yang membawa kita lebih dekat kepada tujuan kita. Akan tetapi
setiap perbuatan karena penolakan murni dan melepaskan diri dari sasaran yang
dipengaruhi oleh nafsu - yang membuat kita semakin menuju gelapnya kebodohan
dan memperbudak kita dengan daya tariknya - membawa kita ke tujuan, kebahagiaan
dan kedamaian.
Tidak ada yang tak jelas dalam ajaran Buddha. Dengan mengetahui
kejahatan sebagai kejahatan dan kebaikan sebagai kebaikan, mengapa orang masih
saja ragu - ragu untuk menghindari jalan yang buruk dan menempuh jalan
kebenaran ? Dalam pandangan Buddhis orang tidak dapat melakukan hal yang lain
selain melatih perbuatan baik dan menghindari perbuatan jahat. Bagi umat Buddha
melakukan perbuatan baik adalah keharusan, jika ia telah memahami ajaran Guru
mereka :
Sabba papassa akaranam
Kusalassa umpasampada
Sacitta pariyodapanam
Etam Buddhanasasanam
" Tidak melakukan segala bentuk kejahatan,
Senantiasa mengembangkan kebaikan,
Dan membersihkan batin
Inilah ajaran para Buddha. " ( Dhp. 183 )
Setiap orang, walau bagaimanapun, dapat meraih kemenangan, jika ia
mau. Kita semua tidak dapat menjadi negarawan besar, seniman atau ahli
filsafat, tetapi apa yang lebih penting, bagaimanapun juga bagi kita, kita
semua dapat, jika kita mau, menjadi manusia yang baik.
Sering kali usaha - usaha kita untuk meraih kesempurnaan tidak
berhasil. Namun kegagalan tidaklah penting selama kita jujur dalam usaha -
usaha kita, dengan motif yang suci, dan selalu berusaha berulang - ulang tanpa
henti. Tidak ada yang mencapai puncak bukit secara seketika. Seseorang naik
sedikit demi sedikit. Bagaikan seorang tukang yang ahli membersihkan kotoran
dari emas sedikit demi sedikit, manusia harus mencoba untuk membersihkan
hidupnya dari kotoran - kotoran ( Dhp. 239 ). Seorang anak belajar berdiri dan
berjalan secara bertahap dan dengan susah payah. Demikian pula semua orang
besar, dalam mencapai kesempurnaan, bergerak setahap demi setahap, melalui
kegagalan yang berulang - ulang menuju keberhasilan akhir.
Jalan yang ditunjukkan oleh Buddha untuk tumbuh dan berkembang
dari dalam adalah jalan meditasi. Jalan yang dengan hati - hati mengembangkan
pikiran sehingga dari kehancuran hidup, menghasilkan buah pilihan berupa
kebahagiaan murni dan ketenangan tertinggi. Itulah jalan yang memiliki
kesadaran tanpa henti dalam semua perbuatan kita. Kewaspadaan dan kesadaran
penuh ini membawa meditasi mencapai keberhasilan. Barang siapa sadar dan tahu
akan dirinya sendiri, di setiap waktu sudah berada di gerbang Tanpa Kematian -
Nirwana.
Sumber :
http://www.samaggi- phala.or. id/naskahdamma_ dtl.php?id= 1130&multi= T&hal=0
SPEKTRUM AJARAN BUDDHA
Kumpulan Tulisan Mahathera Piyadassi
Penerbit : YAYASAN PENDIDIKAN BUDDHIS TRI RATNA