Sdr Johan yg baik...
Mengukur kadar tulus, jauh lebih sederhana daripada berdana dgn tulus 100% itu sendiri...
Mengukurnya bisa dgn ilustrasi & kontemplasi demikian: seandainya Sdr Johan lagi berhenti di persimpangan lampu merah, ada anak² yg meminta sedekah. Karena kasihan, Sdr Johan kasih uang logam Rp 500,-. Anak itu terima, diperiksa nominalnya, kemudian dgn enteng uang itu dilempar kembali kepada Sdr Johan. Sambil mengumpat: "Dasar lu, pelit! Buat apa tuh gopek?!"
Nah, jawaban di dalam bathin kita masing², itulah ukuran ketulusan kita. Bisa dibayangkan yah, berat yah tulus itu? Memberi yg bener² MELEPAS...
Atau misalnya kita berikan kado utk kekasih, trus isi kado tsb kita, oleh si pacar, dipindahtangankan kpd temennya yg lebih butuh pemberian tsb? Gimana tuh? Itulah cara mengukur ketulusan kita...
Kemudian, bagaimanakah cara berdana yg tulus? Jika kita telaah lbh rinci, berdana dgn tdk tulus khan bukan karakter standar khan, meskipun dominan yah? Ada non-Buddhis yg juga biasa berdana dgn ikhlas, bener? Kita kenal lah sosok Mother Theresa yg luar biasa...
Jika demikian, berarti ada proses bentukan yg mendahului sehingga kita berdana tuh, kurang tulus... Artinya, kita terbiasa, kita terlatih utk berdana dgn kurang tulus... So, utk menjadi donatur tulus, yah, sebaliknya lagi, melatih & membiasakan diri...
Sama lah dgn perokok... Awalnya khan gak merokok, trus, dia paksa walopun batuk² & bau. Meskipun gak enak, dia paksa hingga enak (hé³… lucu juga jika diingat²). Utk tdk merokok lagi, yah, dia harus lakukan reverse-version yah. Melatih/belajar seperti proses dr bukan perokok menjadi perokok...
Tapi... ini adalah isu: berdana tulus 100%, wah, bener² gak sesederhana berhenti merokok...
Jika kita perhatikan isi essensil dr Dhammacakkapavattana Sutta, khotbah perdana Sang Buddha yg membahas ttg 4 Kebenaran Hakiki...
Maka 4 poin tsb memiliki 3 tahapan & 12 segi (pandang). Artinya: masing² poin memiliki 3 tahapan, sehingga totalnya ada 12 sisi... Contoh saja kebenaran ttg adanya dukkha, ada 3 tahap:
1) Diketahui sbg kebenaran hakiki...
2) Harus/patut dipahami dgn mendalam...
3) Telah dipahami...
Proses panjang mendahului rangkuman 3 tahap di atas & masing² poin kebenaran, selalu melalui 3 proses. Sang Buddha "memaklumatkan" bahwa dgn melalui pemahaman & realisasi hakiki 3 tahap & 12 segi dr 4 Kebenaran Hakiki tsb lah, Beliau adalah seorang Sammasambuddha...
Apa kaitannya berdana tulus 100% dgn tulisan di atas? Artinya, berdana tulus mmg perlu melalui tahapan² juga, baik pengertian hakiki maupun pratikalnya...
Kita tahu secara bahasan bahwa berdana adalah: melepas kemelekatan akan materi, melatih metta-karuna, dsb... Namun di dalam pembahasan Abhidhamma, dana adalah: sikap bathin yg: alobha & adosa... Ini kaitannya dgn kondisi/kualitas bathin, tdk melulu berdana materi. Jadi, jika Sdr Johan menenangkan bathin tanpa adanya: kemelekatan maupun keterpikatan akan obyek, saat itu, sikap bathin telah berdana...
Jadi, jika tangan memberi gopek, sembari bergumam dalam bathin: "Nih bocah, pemales, dasar lu..." Secara hakiki menurut Abhidhamma, itu tidak berdana. Tapi apakah proses memberi uang itu berakibat, tentu saja. Sama juga dgn sikap bathin saat itu, berbuah juga. Setidaknya, itulah bentuk latihan utk senantiasa menjadi: donatur tanpa ketulusan... Watak terbentuk sesuai kualitas saat berdana...
Di dalam pembahasan Abhidhamma, kualitas perbuatan baik (apalagi yg buruk) dipetakan dgn jelas, sehingga kita bisa tahu (mengerti), ternyata, perbuatan baik (apalagi yg buruk) yg tdk 'sempurna' dieksekusi... Juga akan berdampak tdk 'sempurna' hasilnya. Cukup menantang jika kita dalami, artinya kualitas perbuatan baik kita dituntut 'pure' alias tulus 100% itu...
Dengan pengetahuan & pengertian rinci itulah, kita akan tahu lebih persis proses kausa-efeknya. Sehingga awareness kala praktikal di lapangan akan lebih sharp. Jika meleset/gagal: ngambek saat dilemparin balik uang koin. Akan ada saat setelah itu, terenung kembali: oh, tadi itu ngambek, belum tulus yah... Terusss... Latih terus... Kira², jika konsisten & persisten, bisa tulus gak? Peluang menjadi lebih besar lah, setidaknya...
Mari, kita sama² belajar & berlatih...
trus gimana cara mengukur kadar dari TULUSnya?
Atau bagaimana cara berdana dgn tulus 100%???