//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Show Posts

This section allows you to view all posts made by this member. Note that you can only see posts made in areas you currently have access to.


Messages - Namo Rahula

Pages: 1 2 3 [4] 5 6 7 8 9 10 11 ... 17
46
Sutra Mahayana / Re: Suramgama Samadhi Suttram
« on: 27 April 2013, 09:52:02 PM »
49.Memahami bahwa semua dharma adalah bebas dari tanda (alaksana).
50.Menjadi sepenuhnya berkenalan dengan semua cara yang terampil (upaya).
51.Dengan pernyataan suara tunggal (ekavagudaharena), bisa mengungkapkan semua sifat-sifat alami dari wujud (sarvadharmasvabhava).
52.Dalam mengucapkan hanya satu kalimat (ekapada), berbicara selama asamkhyeyakalpa yang tidak terhitung banyaknya.
53.Terampil mempelajari semua bab dari penjelasan yang terperinci dari Dharma (sarvadharmamukhaprakarana).
54.Sepenuhnya mengenali kemiripan dan perbedaan, dan menjelaskan Dharma terperinci secara singkat (peyalam) atau secara panjang lebar (vistarena).
55.Terampil menarik diri meninggalkan dari semua jalan mara (sarvamaramargatikramana).
56.Memancarkan sinar dari cara-cara terampil yang besar, dari pengetahuan dan dari kebijaksanaan (mahopayajnanaprajnarasmipramocana).
57.Menyebabkan tindakan tubuh, ucapan dan pikiran didahului oleh pengetahuan (kayavanmanaskarmani jnanapurvamgamani).
58.Tanpa membuat usaha [khusus] apapun (anabhisamkaram), selalu memiliki pengetahuan super (abhijna) pada penyelesaian seseorang.
59.Menggunakan empat pengetahuan penembusan (pratisamvijjnana) sehingga semua makhluk mengalami sukacita besar (samtusti).
60.Mewujudkan perubahan bentuk (vikurvana) hingga batas elemen mendasar (dharmadhatu).
61.Menggunakan cara-cara dari kemenangan (samgrahavastu) untuk mengamankan mahluk (sattvaparigrahana).
62.Memahami semua bahasa (vyavahara) yang digunakan oleh semua makhluk di berbagai alam semesta (lokadhatu).
63.Tidak mempertanyakan bahwa dharma adalah seperti ilusi (mayopamesu dharmesu nihsamsayah).
64.Di semua tempat kelahiran, berlatih secara luas semua kekuatan tak terbatas istimewa berdaulat (sarvajatisthanesu vasitaparipurih).
65.[Memperoleh] dengan rela dan tanpa lelah semua hal yang diperlukan.
66.Menampilkan diri sebagai tuan (adhipati) di antara semua makhluk.
67.Menjadi lapangan jasa kebaikan (punyaksetra) sama-sama menguntungkan untuk yang baik dan yang buruk.
68.Memperoleh dan menembus semua rahasia (guhya) dari para Bodhisattva.
69.Selalu memancarkan sinar (rasmipramocana) atas seluruh alam semesta tanpa kecuali.
70.Memiliki pengetahuan yang mendalam dan tak terduga (duravagaha).
71.Memiliki pikiran (citta) seperti bumi (prthivi), air (ap), api (tejas) dan angin (vayu).
72.Dalam setiap pengajaran, pernyataan dan wacana, terampil menyebabkan pemutaran Roda Dharma (dharmacakrapravartana).
73.Dengan leluasa tanpa rintangan (anavaranam) [menembus] tingkatan Tathagata (tathagatabhumi).
74.Secara spontan (svarasena) memperoleh anutpattikadharmaksanti.
75.Mendapatkan pikiran sesuai dengan kebenaran dan tidak dikotori oleh noda-noda dari hawa nafsu (klesamala).
76.Memasukkan semua air ke dalam satu pori-pori tunggal (ekasmin romakupe), tapi tanpa mengganggu makhluk air (jalastha).
77.Mengumpulkan jasa pahala kebaikan (punya) yang sangat besar dan akar-akar yang baik (kusalamula).
78.Dengan jelas memahami penerapan cara-cara yang terampil (upayaparinamana).
79.Unggul dalam keajaiban (pratiharya) dan di mana-mana melakukan semua praktek (carya) Bodhisattva.
80.Menemukan keamanan (ksema) di dalam semua Buddhadharmas.
81.Setelah menemukannya, melarikan diri dari keberadaan aslinya [dikondisikan] oleh tindakan sebelumnya (purvakarman).
82.Menembus harta dharma tersembunyi dari Para Buddha (buddhanam gudhadharmakosapravesah).
83.Mewujudkan kehidupan yang bermoral sepenuhnya diserahkan kepada kesenangan.
84.Mendengar jumlah besar dari ajaran (dharma) dan mampu mengingatnya semuanya.
85.Mencari semua dharma (sarvadharmaparyesana) tanpa pernah kelelahan.
86.Menyesuaikan diri dengan kondisi duniawi (lokadharmanuvartana), tanpa tercemar karenanya.
87.Membabarkan Dharma kepada umat manusia selama kalpa besar, tetapi memberi mereka kesan bahwa pembabaran hanya berlangsung satu pagi hari (purvahna).
88.Mewujudkan semua jenis kelemahan, membuat diri sendiri lumpuh (khanja), tuli (badhira), buta (andha) dan bisu (muka) agar untuk mematangkan makhluk (sattvaparipacanartham).
89.Memiliki seratus ribu Guhyakadhipati Vajrapani-Mallas sebagai penolong tetap (nityanubaddha).
90.Melihat dan menemukan secara spontan (svarasena) semua tingkatan Buddha (buddhatva).
91.Mampu, dalam sekejap, untuk mewujudkan sebuah rentang hidup (ayuspramana) yang berkepanjangan untuk asamkhyeyakalpas yang tak terhitung.
92.Sepertinya menganut semua sikap tubuh (iryapatha) dari dua Kendaraan pertama, tapi tanpa menyangkal didalam hati praktek (carya) Bodhisattva.
93.Dengan pikiran yang sangat tenang (prasanta), [tinggal] pada kekosongan (sunyata) dan tanpa tanda apapun (animitta).
94.Bahkan saat diri sedang bermain-main dengan pemain musik perempuan, dalam hati mempertahankan konsentrasi pada ingatan para Buddha (buddhanusmrtisamadhi).
95.Apakah melihat (drste), mendengar (srute), menyentuh (sprste) atau hidup bersama (samsthite), mematangkan makhluk yang tak terhitung banyaknya (apramanasattvaparipacana).
96.Dari saat ke saat, mewujudkan pendapatan pencerahan lengkap (abhisambodhi) dan, dengan menyesuaikan diri dengan makhluk menjadi disiplin (vaineya), menyebabkan mereka mendapatkan pembebasan (vimukti).
97.Mewujudkan proses masuk ke dalam rahim (garbhavakranti) dan kelahiran (janman).
98.[Mewujudkan] penolakan dunia dan penerimaan Buddha [atau pencerahan lengkap] (abhisambodhana).
99.Mengatur perputaran roda dharma (dharmacakrapravartana).
100. Memasuki Nirvana Besar, tapi tanpa mencapai penghentian sepenuhnya.


O Drdhamati, Suramgamasamadhi sangat tak terbatas (apramana) bahwa dia menampakkan semua kekuatan yang menakjubkan dari Buddha dan mahluk yang tak terhitung jumlahnya menerima manfaat darinya.


[Kemajuan Pahlawan Yang Gagah Berani dan Dharma Yang Baik]

Drdhamati, Suramgamasamadhi ini tidak dimengerti didalam cahaya dari pernyataan tunggal (ekapada), sebuah objek tunggal (ekalambana), sebuah arti tunggal (ekartha): semua penyerapan (dhyana), pencapaian-pencapaian (samapatti), pembebasan (vimoksa), pemusatan pikiran (samadhi), pengetahuan super (abhijna), kekuatan super normal (rddhi) dan penembusan pengetahuan (pratisamvijjnana) adalah termasuk (samgrhita) didalam Suramgamasamadhi.

Sama seperti mata air, aliran arus, sungai, anak sungai, dan air bergerak dengan cepat mengalir ke lautan besar (mahasamudra), sehingga semua Bodhisattva yang menguasai dhyanas dan samapatis ditemukan didalam Suramgamasamadhi.

Sama seperti Raja Cakravartin yang maha mulia dimana-mana didampingi oleh seorang jenderal gagah pahlawan (surasenapati) dan rombongan empat tentara (caturangabala), jadi, O Drdhamati, semua samadhimukhas, samapattimukhas, pratibhanamukhas, vimoksamukhas, dharanimukhas, abhijnamukhas, vidyavimuktimukhas dan dharmamukhas adalah termasuk didalam Suramgamasamadhi, dan dimana-mana Para Bodhisattva itu menjalankan Suramgamasamadhi itu Mereka didampingi oleh semua samadhis.

Drdhamati, sama seperti Raja Cakravartin yang maha mulia, ketika sedang bepergian, diikuti oleh tujuh permatanya (saptaratna), jadi, O Drdhamati, Suramgamasamadhi selalu diikuti oleh semua penolong dharma dari pencerahan bodhi (bodhipaksikadharma). Itulah sebabnya samadhi ini bernama 'Kemajuan Pahlawan Yang Gagah Berani' (Suramgama).'


[Kemajuan Pahlawan Yang Gagah Berani dan Penyempurnaan]

1.Danaparamita

Sang Buddha berkata kepada Drdhamati : 'Bodhisattva didalam Suramgamasamadhi tidak memiliki kebutuhan untuk mencari kekayaan (bhoga) untuk di dermakan. Semua bahan berharga (ratnadravya) yang ditemukan didalam mahasahasralokadhatu, lautan besar (mahasamudra), istana-istana para dewa (devabhavana) dan dunia manusia (manusyaloka) - makanan (anna), minuman (pana), pakaian (vastra), gajah (hastin), kuda (asva), kendaraan (yana), ini Dia dengan penuh keagungan meletakkan dalam pembuangannya. Mereka datang kepada Dia dengan alasan jasa kebaikan sebelumnya (purvapunya) dan, selanjutnya, mereka secara sukarela diciptakan oleh kekuatan supernormal-Nya (rddhibala). Itulah buah khusus dari kesempurnaan pemberian (danaparamita) yang adalah ciri-ciri Bodhisattva didalam Suramgamasamadhi.


2.Silaparamita

Sang Buddha berkata kepada Drdhamati : 'Bodhisattva didalam Suramgamasamadhi tidak berjanji pada dirinya sendiri pada kesusilaan, tapi tidak menghindarinya (silam na samadadati na tu silad vicalati). Agar mendisiplinkan para mahluk (sattvavinayanartham) Dia tampaknya berjanji pada dirinya sendiri pada kesusilaan (silasamadana), sesuai dengan sikapnya tubuhnya (iyryapathaparigrahana), mengakui kekurangannya, jika Dia memiliki, dan membenci kesalahannya, tapi di dalam hati (adhyatmam) dia murni (visuddha) dan selalu sempurna tanpa cacat (anapattika). [Sebaliknya], untuk mematangkan makhluk (sattvaparipacanartham), Dia dilahirkan di dalam dunia keinginan (kamadhatu), menjadi Raja Cakravartin, mengelilingi dirinya dengan selir dan tubuh pembantu. (antahpurasevakakayaparivrta), tampaknya memiliki seorang istri (bharya) dan anak (putra) dan memberikan dirinya ke lima objek dari keinginan (pancakamagunaparicarana), tapi dalam hati dia selalu didirikan di dalam konsentrasi (samadhistha), dari kesusilaan murni (visuddhasila) dan secara sempurna menyadari akan cacat dari tiga bagian kehidupan (bhavatrayadosadarsin). Seperti itulah, O Drdhamati, buah khusus dari kesempurnaan sila (silaparamita) yang adalah ciri-ciri Bodhisattva didalam Suramgamasamadhi.'


3.Ksantiparamita

Sang Buddha berkata kepada Drdhamati : 'Bodhisattva didalam Suramgamasamadhi memupuk kesabaran (ksantim bhavayati) hingga akhir dan sepenuhnya lengkap. 'Makhluk tidak dilahirkan', dan dengan demikian Dia memupuk kesabaran. 'Dharma tidak muncul', dan dengan demikian Dia memupuk kesabaran. 'Pikiran (citta) adalah tanpa bentuk atau warna (samsthanavarna)', dan dengan demikian Dia memupuk kesabaran. 'Terdapat tiada yang lain (para) maupun diri (atman)', dan dengan demikian Dia memupuk kesabaran. 'Samsara tidak pantas perhatian (manyana), dan dengan demikian Dia memupuk kesabaran. Sifat alami dari mahluk (svabhavata) tidak merelakan kehancuran (abhedya), dan dengan demikian Dia memupuk kesabaran. Ketika Sang Bodhisattva yang demikian sedang memupuk kesabaran, tidak ada yang dia pupuk dan tidak ada yang dia tidak pupuk.

47
Sutra Mahayana / Re: Suramgama Samadhi Suttram
« on: 27 April 2013, 09:47:58 PM »
15.Mengetahui bahwa semua suara (svaraghosa) adalah sama dengan gema (pratisrutkasama).
16.Berturut-turut menembus kesadaran dan kebijaksanaan (smrtiprajnanupravesa).
17.Memuaskan makhluk dengan kata-kata yang baik (subhasitaih sattvasamtarpanam).
18.Membabarkan Dharma seperti keadaan yang dibutuhkan (yathapratyarham dharmadesana).
19.Membedakan antara waktu yang tepat sesuai dan waktu yang tidak tepat sesuai (kalakalavyavalokana).
20.Mampu mengubah jenis kelamin seseorang (indriyaparavrttijnanam).
21.Memberikan instruksi yang tidak pernah sia-sia (anirarthaka dharmadesana).
22.Menembus batas kenyataan (bhutakotyanupravesa).
23.Menjadi terampil pada kemenangan atas berbagai macam kategori mahluk (sattvajatasamgrahanakusala).
24.Memenuhi semua kesempurnaan (sarvaparamitaparipuri).
25.Memiliki sikap tubuh dan tanggungan menghalangi semua keanehan (anadbhuta iryapathavikramah).
26.Menghilangkan semua pantulan bayangan, pemisahan dan angan-angan khayalan (sarvakalpavikalpaparikalpaprahana).
27.Tidak merusak unsur elemen mendasar (dharmadhatu), tapi menguras menyelesaikannya sampai akhir (prantakoti).
28.Dalam sekejap, mewujudkan tubuh seseorang di hadapan semua Buddha.
29.Mengingat petunjuk dari semua Buddha (sarvabuddhadharmadesanadharana).
30.Dalam semua alam semesta (lokadhatu), melakukan perubahan wujud tubuh (kayavikurvana) seperti khayalan fatamorgana (maricisama).
31.Terampil menguraikan dengan terperinci semua kendaraan (yana), mengantarkan mahluk, dan selalu memastikan tanpa menggangu Tiga Permata (triratnasamuccheda).
32.Menghasilkan perhiasan besar sampai dengan batas akhir (aparantakoti) dari samsara, dan melakukannya tanpa mengalami sedikit pun perasaan kelelahan (parikheda).
33.Selalu mewujudkan diri di semua tempat kelahiran (jatisthana), dan melakukannya secara tepat sesuai dan tak putus-putusnya.
34.Mewujudkan kegiatan seseorang di semua tempat kelahiran.
35.Menjadi terampil pada pematangan semua mahluk (sarvasattvaparipacanakausala).
36.Terampil menjaga kenalan dengan semua makhluk.
37.Menjadi yang tidak terduga untuk semua [ahli pakar] dari dua Kendaraan.
38.Dengan jelas memahami pengucapan semua suara (svaranga).
39.Menyebabkan semua dharma untuk dibakar (pradipta).
40.Menyebabkan kalpa biasa menjadi kalpa yang tak terhitung (asamkhyeyakalpa).
41.Menyebabkan asamkhyeyakalpa untuk dikurangi menjadi kalpa biasa.
42.Menyebabkan tanah lapangan biasa (ksetra) bertambah luas menjadi tanah lapangan yang besar luas sekali (asamkhyeyaksetra).
43.Menyebabkan tanah lapangan yang besar luas sekali dikurangi menjadi tanah lapangan biasa.
44.Menempatkan buddhaksetras yang besar luas sekali ke dalam satu pori-pori tunggal di kulit (romakupa).
45.Menempatkan semua makhluk ke dalam satu tubuh tunggal.
46.Memahami bahwa semua buddhaksetras adalah sama sebagai ruang angkasa (akasasama).
47.Memperluas tubuh sendiri ke semua buddhaksetras tanpa kecuali
48.Menempatkan semua badan ke dalam unsur elemen mendasar (dharmadhatu) sehingga tidak ada lagi tubuh-tubuh.'

48
Sutra Mahayana / Re: Suramgama Samadhi Suttram
« on: 27 April 2013, 09:46:37 PM »
Lalu para sakra, para brahma dan para raja lokapala dari para dewa masing-masing secara tersendiri menawarkan persembahan (prajnapayanti sma) kepada Sang Tathagata sebuah simhasana yang dihiasi (alamkrta), kemurnian (visuddha), kekaguman yang terpuji (darsaniya) dan yang sangat tinggi (unnata), ditaburi dengan susunan kain berharga yang tak terhingga banyaknya (apramanaratnavastrastirna), puncaknya ditutupi dengan tirai dari terpal (vitana), spanduk (dhvaja) dan payung yang sangat bagus yang bernilai tinggi (ratnacchattra), dikelilingi oleh birai (vedika) dari semua jenis permata-permata (ratna) yang berharga, ditempatkan di sisi kanan dan kiri dengan pohon-pohon berharga (ratnavrksa) yang tak terhingga banyaknya dengan cabang-cabang dan daun-daun pada deretan jajaran mutiara (muktavali) yang diatur dengan penuh kehati-hatian, diangkat dengan spanduk panji-panji dan bendera-bendera (samucchritadhvajapataka), dihias dengan tirai-tirai dari terpal yang sangat berharga (maharatnavitanavitata), dihiasi dengan jalinan batu permata dan digantung dengan lonceng-lonceng berharga (ratnakinkini), puncaknya menyebar dengan semua jenis dari bunga-bunga yang sangat bagus (nanavidhapuspabhikirna), diberikan wangi-wangian dari dupa kemenyan angkasa (divyadhupavasita), menghiasi dengan emas (hema), perak (rupya), batu permata (ratna) dari batu-batu berharga (mani) dan mutiara-mutiara (muktika): tentu, dari  hiasan yang paling beranekaragam, tiada apapun yang lepas dari tempat duduk itu.

Tepat pada saat itu (etasmin eva ksanalavamuhurte), ada dihadapan Sang Tathagata 84000 kotinayuta dari simhasana-simhasana yang berharga, tapi tiada perasaan kegelisahaan tidak senang (avarana) yang dihasilkan dari ini bagi para perkumpulan itu.

Diambil satu persatu, para devaputra tidak melihat tempat duduk-tempat duduk dari yang lainnya dan setiap orang berkata kepada dirinya sendiri : 'Saya seorang diri telah menawarkan persembahan sebuah simhasana kepada Sang Buddha dan adalah diatas Tahta itu yang telah saya persembahkan kepada Dia bahwa Sang Buddha akan menguraikan secara terperinci Sang Suramgamasamadhi.'

Lalu para sakra, para brahma dan para raja lokapala dari para dewa, setelah menyelesaikan persembahan pada tahta-tahta itu, setiapnya berkata kepada Sang Buddha : Semoga Buddha duduk di tahta saya dan menguraikan secara terperinci Sang Suramgamasamadhi.

[Penggandaan Buddha]

Lalu Sang Bhagavat menyelenggarakan suatu perbuatan supernormal (evamrupam rdhhyabhisamskaram abhisamskaroti sma) bahwa Dia duduk dimana-mana pada waktu yang bersamaan diatas 84000 kotinayuta dari simhasanas, tapi setiap dewa hanya melihat Sang Buddha duduk diatas Tahta yang dia telah buat dan tidak melihat Tahta-Tahta lainnya. Satu Sakra Devendra berkata kepada Sakra lainnya : 'Lihat saja pada Sang Tathagata duduk diatas Tahta saya.'

Demikian pula, para sakra, para brahma dan para raja lokapala dari para dewa saling berkata satu sama lain : 'Lihat saja pada Sang Tathagata duduk diatas Tahta saya.' Dan Sakra yang lainnya menjawab : 'Sekarang Sang Tathagata duduk hanya diatas Tahta saya; Dia tidak diatas Tahta kamu.'

Lalu Sang Tathagata memandang bahwa para sakra, para brahma dan para raja lokapala dari para dewa itu memenuhi persyaratan yang diperlukan (purvapratyaya) untuk diserahkan dan, menginginkan untuk menunjukkan sedikit dari kemampuan (prabhava) dari Sang Suramgamasamadhi dan memiliki latihan-latihan (carya) dari Mahayana yang dianut, Sang Tathagata, berkata 'Saya, bertindak sehingga seluruh perkumpulan melihat Sang Tathagata hadir dimana-mana diatas 84000 kotinayuta dari simhasana-simhasana berharga.

Seluruh hadirin perkumpulan mengalami sukacita besar (pritipramodyajata) dan dipenuhi dengan keheranan (adbhutaprapta). Mereka semua bangkit dari kursi mereka dan, menggabungkan tangan-tangan mereka (pragrhitanjali), membungkuk pada Sang Buddha dan berkata kepada-Nya: Bagus sekali, bagus sekali! Besar sekali kekuatan yang mampu memuaskan keinginan dari seluruh devaputra. Seluruh devaputra yang telah menawarkan persembahan sebuah tempat duduk kepada Sang Tathagata, karena dengan demikian menyaksikan kekuatan super normal (rddhipratiharya) dari Sang Buddha membangkitkan anuttarasamyaksambodhicitta. Bersama-sama Mereka membahas Sang Buddha dan berkata kepada Dia : Bhagavat, itu adalah dalam rangka untuk memberi penghormatan (pujana) untuk Tathagata, menenangkan penderitaan semua makhluk (sarvasattvaduhkhaprasamana), melindungi Dharma Yang Baik (saddharmaparigrahana) dan tidak mengganggu silsilah para Buddha (buddhavamsanupaccheda) bahwa Kami membangkitkan anuttarasamyaksambodhicitta. Semoga Kami, didalam masa depan (anagate dhvani), menjadi Para Buddha berbakat dengan kekuatan super normal seperti itu dan mencapai keajaiban (vikurvana) seperti yang dicapai Sang Tathagata hari ini.

Lalu Sang Buddha mengucapkan selamat kepada para devaputra itu : 'Bagus sekali, bagus sekali! Hal ini persis seperti yang Anda katakan (evam etad yatha vadatha): untuk membangkitkan anuttarasamyaksambodhicitta demi kesejahteraan dan kebahagiaan dari semua mahluk (sarvasattvanam hitaya sukhaya) adalah penghormatan tertinggi (paramapuja) diberikan kepada Tathagata.'

[Ketidaknyataan dan Ciri Khas Sang Tathagata]

Sekarang, didalam perkumpulan Para Brahma, ada seorang Dewa Brahma yang bernama Samataviharin ('Bertempat tinggal dalam kesamaan'), Dia berkata kepada Sang Buddha : 'Bhagavat, yang mana yang asli (bhuta) dari Para Tathagata, Dia yang duduk di atas takhtaku atau Mereka yang berada di singgasana yang lain?'

Sang Buddha berkata kepada Samataviharin : 'Semua dharma adalah kosong (sunya), seperti khayalan ilusi (mayopama). Terlahir dari kerumitan [dari sebab dan kondisi] (samagryutpanna), mereka tidak aktif (niscesta). Semua muncul dari khayalan ilusi batin mental dan daya khayal imajinasi (vithapanaparikalpapratyupasthita) dan, tidak bebas (asvamika), mereka terlahir seperti orang berpikir tentang mereka.

Semua Tathagata ini adalah asli (bhuta). Dan mengapa Mereka asli?

Para Tathagata ini, awalnya dan secara spontan, tidak dilahirkan: oleh karena itu Mereka asli.

Para Tathagata ini tidak ada di dalam masa ini dan didalam masa depan: oleh karena itu Mereka asli.

Para Tathagata itu tidak tercipta dari empat unsur besar (mahabhuta): oleh karena itu Mereka asli.

Para Tathagata ini tidak tercipta dari kumpulan (skandha), dasar dari kesadaran (ayatana) atau unsur (dhatu): oleh karena itu Mereka asli.

Para Tathagata ini adalah sama (sama), dan tanpa perbedaan (nirvisesa) pada awal (adau), dalam pertengahan (madhye) dan pada akhir (paryavasane): oleh karena itu Mereka asli.

O Brahma, Para Tathagata ini adalah sama dan tanpa perbedaan. Dan mengapa?

Mereka adalah sama karena serupa dari bentuk itu (rupatathata), sama karena serupa dari perasaan itu (vedana), dari tanggapan (samjna), dari kemauan (samskara), dan dari kesadaran (vijnana): oleh karena itu, Mereka adalah sama.

Para Tathagata ini adalah sama karena serupa dari masa lampau (atitadhvatathata), sama karena serupa dari masa depan (anagatadhvatathata), sama karena serupa dari masa kini (pratyutpannadhvatathata).

Mereka adalah sama dalam bahwa Mereka seperti Dharma khayalan ilusi (mayadharmopama), seperti Dhrama dari khayalan belaka (maricidharmopama), tidak ada (asat), bebas dari datang (agamana) dan bebas dari pergi (nirgama). Itulah mengapa Para Tathagata ini dikatakan sama.

Semua dharma adalah sama, dan itu adalah sama rata bagi Para Tathagata ini. Semua mahluk (sattva) adalah sama, dan itu adalah sama rata bagi Para Tathagata ini. Semua Buddha dari semua alam semasta (lokadhatu) adalah sama, dan itu adalah sama rata bagi Para Tathagata ini.

Semua alam semesta adalah sama, dan itu adalah sama rata bagi Para Tathagata ini. Itulah mengapa Para Buddha dikatakan sama.

O Brahmaraja, Para Tathagata ini tidak menyimpang dari bentuk serupa dari semua Dharma (sarvadharmanam tathatam natikramanti), inilah mengapa Mereka dikatakan sama.

Pahami itu dengan baik, O Brahmaraja, Sang Tathagata mengetahui bahwa semua dharma adalah oleh karenanya sama; Itulah mengapa Para Tathagata memberikan nama sama untuk semua dharma.'

Sang Brahmaraja Samataviharin berkata kepada Sang Buddha : 'Bhagavat, itu adalah menakjubkan (adbhuta) bahwa Tathagata yang dengan demikian menembus kesamaan semua dharma (sarvadharmasamata) juga menyatakan wujud tubuh fisik-Nya (parinispanna rupakaya) kepada para mahluk.'

Sang Buddha menjawab : 'Brahmaraja, hal ini disebabkan oleh potensi kemampuan (prabhdva) dari Suramgamasamadhi seperti latihan yang dijalankan sebelumnya (purvacarita). Untuk alasan ini Sang Tathagata, bahkan setelah menembus kesamaan dari semua dharma, juga menyatakan wujud tubuh fisik-Nya yang indah untuk para makhluk.'

Setelah ini dikatakan, Sang Brahmaraja Samataviharin dan 10000 brahmadeva memperoleh kepastian awal persiapan (anulomikiksanti) tentang dharma.

Lalu Sang Bhagavat menarik kembali kekuatan super normal-Nya (rddhyabhisamskaram punar eva pratisamharati sma); Setelah itu, Para Buddha dan para Tahta menghilang, dan seluruh hadirin perkumpulan melihat tidak lebih dari seorang Buddha tunggal.

[100 segi pandangan dari Kemajuan Pahlawan Yang Gagah Berani]

Lalu Sang Buddha berkata kepada Sang Bodhisattva Drdhamati : 'Suramgamasamadhi itu bukan diperoleh Para Bodhisattva dari tingkat pertama, kedua, ketiga, keempat, kelima, keenam, ketujuh, kedelapan, dan tingkatan (bhumi) kesembilan; Itu hanya Bodhisattva yang berdiam didalam bhumi kesepuluh yang dapat memperoleh Suramgamasamadhi ini. Kalau begitu apakah Suramgamasamadhi ini?

1.Memurnikan pikiran [dan membuatnya murni] seperti angkasa (akasavaccittaparikarman).
2.Meneliti dan membawa ke permukaan pikiran semua makhluk (sarvasattvacittanam pratyaveksa sammukhikaranam).
3.Mengetahui kekuatan dan kelemahan dari batin panca indera dalam makhluk (sarvasattvanam indriyaparaparajnanam).
4.Menentukan (avadharana) dan memahami (parijnana) [proses bekerjanya] penyebab dan buah (hetuphala) dalam mahluk.
5.Mengetahui hasil dari tindakan dalam diri mahluk (sattvanam karmavipakajnanam).
6.Menembus berbagai cita-cita dari makhluk (nanadhimuktipravesa) dan, setelah menembus mereka, tidak melupakan mereka (asampramosa).
7.Mengetahui berbagai kecenderungan ganda yang diperoleh mahluk (anekananadhatusaksatkara).
8.Merasa nyaman dengan suara Brahma dan pemusatan pikiran (brahmasvarasamadhivikridana), mengajari mahluk pemusatan pikiran yang seperti berlian (vajropamasamadhisamprakasana) dan menguasai pada kehendak pencerapan (dhvana) dan pencapaian (samapatti).
9.Membedakan jalur yang mengarah pada berbagai nasib (sarvatragaminipratipadvyavalokana).
10.Mengetahui bekas kediaman tanpa menemui halangan (anavaranam purvanivasajnanam).
11.Memiliki mata surga yang tak terhalangi (apratigham divyacaksus).
12.Mendapatkan pengetahuan tentang penghancuran kekotoran batin (asravaksayajnana), tapi tanpa mencapainya dengan tidak tepat (akalam).
13.Memperoleh pengetahuan yang menembus kesamaan dari dunia yang berbentuk dan dunia yang tak berbentuk (ruparupyasamatapravesajnana).
14.Menyatakan wujud dan menjadi nyaman dengan segala bentuk (sarvarupasamdarsanavikridana).'

49
Sutra Mahayana / Suramgama Samadhi Suttram
« on: 27 April 2013, 09:46:02 PM »
Namo Bhagavate Amitabha Tathagata Arhate SamyakSamBuddha Om Ami Deva Si
Namo Bhagavate Vajrapani Bodhisattva Mahasattva Om Vajrapani Hum
SURAMGAMA SAMADHI SUTRA

Diterjemahkan oleh TRIPITA KUMARAJIVA

Dari Tanah Kucha dibawah jaman Chin


Shechen Monastery

Demikianlah telah Ku dengar, pada satu waktu, Sang Buddha berada di dalam Rajagrha, diatas Grhdrakutaparvata, bersama dengan Perkumpulan Besar Para Bhiksu, 32000 Bhiksu dan Mahasattva Bodhisttva berjumlah 72000. Saat Terakhir ini dikenal di seluruh dunia (abhijnanabhijnata); Mereka menguasai Dharanis; Mereka diberikan kelancaran kepandaian berbicara pratibhana dan kesenangan didalam menguraikan secara terperinci dengan tidak henti-hentinya; Berpendirian yang baik didalam pemusatan pikiran (samadhisupratistitha), Mereka tidak pernah menyimpang dari itu; Mereka ahli didalam pengetahuan (jnanakusala) dan dari kebijaksanaan yang tidak habis-habisnya (aksayaprajna); Mereka menguasai kepastian tentang Ajaran yang sangat mendalam (gambhiradharmaksanti); selama waktu yang banyak sekali dan yang tidak dapat dihitung (asamkhyeyakalpa) Mereka telah mengolah Dharma baik (kusaladharma) dan masih mengingat semuanya; Mereka telah mengatasi mara dan para musuh (nihatamarapratyartika); Mereka telah mengamankan sepenuhnya sempurna tanah-tanah terhias Buddha (buddhaksetra); Mereka menguasai kemauan baik (mahamaitri) dan perasaan kasih yang besar (mahakaruna), dan Tubuh Mereka terhiasi dengan semua tanda-tanda (laksana); Mereka telah mencapai tepi pantai lain dari kekuatan batin (mahaviryaparamimgata); Mereka terbiasa dengan semua bahasa (nirukti) dan kepandaian mengartikan lainnya (upaya); Latihan-latihan (carya) dan sikap-sikap tubuh (iryapatha) Mereka benar-benar sepenuhnya sempurna (sampanna); Mereka semuanya ditetapkan sebagai sang tiga pintu untuk penyelamatan pembebasan (vimoksamukha); Melalui Pengetahuan yang tanpa halangan (apratihatajnana), Mereka telah menembus tiga kali lipat dunia (traidhatukaniryata); Mereka telah membentuk keputusan (niscaya) tidak pernah meninggalkan setiap orang pun; Mereka diberikan kesadaran penuh kehati-hatian (smrti), kecerdasan (mati) dan pengertian (samkalpa) juga kesabaran (ksanti) dan pengetahuan (jnana).


Para Bodhisattva Yang diberkahi dengan kebajikan begitu adalah :
Sang Bodhisattva Avaivartikadharmacakrapravartaka ('Keadaan Perputaran Roda Dharma Yang Tidak Dapat Diubah'),
Sang Bodhisattva Utpaditacittadharmacakrapravartaka ('Keadaan Perputaran Roda Dharma Setelah Terbangunkan Pikiran Bodhi'),
Sang Bodhisattva Anavaranadharmacakrapravartaka ('Keadaan Perputaran Roda Dharma Yang Tanpa Halangan'),
Sang Bodhisattva Vimalasuddhi ('Kesucian Yang Tidak Ternoda'),
Sang Bodhisattva Sarvaparyutthanaviskambhin ('Menghapuskan Semua Tudung Kabut Racun'),
Sang Bodhisattva Visudderyapathasamdarsananandin ('Sangat Bergembira Didalam Memakai Sikap Tubuh Yang Murni'),
Sang Bodhisattva Varalaksanavyuharajamati ('Kecerdasan Raja Yang Terhiasi Dengan Tanda-Tanda Yang Mengagumkan Bagus Sekali'),
Sang Bodhisattva Sarvasattvavisamvadin ('Tidak Menyalahkan Mahluk Hidup Apapun'),
Sang Bodhisattva Anantagunasamudramati ('Kecerdasan Seperti Lautan Kebajikan Yang Tidak Terbatas'),
Sang Bodhisattva Sadasamahitaviksiptendriya ('Dari Perasaan Pemusatan Pikiran Sesungguhnya Dan Tidak Terbingungkan'),
Sang Bodhisattva Bhutasvara ('Dari Suara-Suara Penuh Kejujuran'),
Sang Bodhisattva Sarvadevastuti ('Pujian Seluruh Dewa'),
Sang Bodhisattva Dharanisvararaja ('Raja Yang Menguasai Dharani'),
Sang Bodhisattva Pratibhanalamkara ('Hiasan Kelancaran Berbicara'),
Sang Bodhisattva Manjusri kumarabhuta ('Dari Keagungan Perawakan Lemah Lembut Ramah Tamah Baik Dan Mahkota Panggeran Dharma'),
Sang Bodhisattva Maitreya ('Kemauan Baik'),
Sang Bodhisattva Sumerukutaraja ('Raja Puncak Sumeru'),
Sang Bodhisattva Gunaratnavyuhasamudramati ('Kecerdasan Seperti Lautan Yang Terhiasi Dengan Permata Kebajikan'),
Sang Bodhisattva Mahavyuha ('Dari Hiasan Agung'),
Sang Bodhisattva Mahalaksana ('Dari Tanda Agung'),
Sang Bodhisattva Prabhalaksana ('Tanda Dari Cahaya'),
Sang Bodhisattva Prabhasri ('Kekuasaan Tertinggi Dari Cahaya'),
Sang Bodhisattva Visuddhamati ('Kecerdasan Murni'),
Sang Bodhisattva Pramodyaraja ('Raja Dari Kegembiraan'),
Sang Bodhisattva Drdhasthama ('Kekuatan Teguh Keras'),
Sang Bodhisattva Drdhamati ('Kecerdasan Teguh Keras'),
Ini dan Para Mahasattva Bodhisattva lainnya yang berjumlah 72000. Dan Tambahannya, semua yang berada di dalam trisahasramahasahasralokadhatu yang adalah para Sravaka, para Brahma, Raja-Raja Lokapala dari para Dewa, para Dewa, para Naga, para Yaksa, para Gandharva, para Asura, para Garuda, para Kimnara, para Mahoraga, para Manusya, para Amanusya (para mahluk bukan manusia), dikenal seluruh dunia (abhijnanabhijnata), telah menanam akar-akar kebajikan (avaropitakusalamula) dan dengan tegas pasti bermaksud pada Ajaran Indah Yang Maha Mulia (udaradhimuktika), hadir dalam Perkumpulan itu (tasminn eva parsatsamnipate samnipatita abhuvan samnisannah).


[Pemusatan Pikiran Yang Paling Baik]

Lalu Sang Bodhisattva Drdhamati, yang hadir didalam Perkumpulan itu, memiliki pemikiran ini : 'Saya sekarang ingin bertanya kepada Sang Tathagata sebuah pertanyaan seperti melindungi (pariraksana) silsilah keturunan Buddha (buddhavamsa), silsilah keturunan Dharma (dharmavamsa) dan silslah keturunan Sangha (sanghavamsa), yang tampak tak jelas dan kemunduran gerhana (dhyamikarana) tempat tinggal mara (marabhavana) dan orang-orang jahanam pengacau (nigrahana) yang angkuh (abhimanika). Jadi, mereka yang belum menanam akar-akar kebaikan (anavaropitakusalamula) akan menanamnya segera.Mereka yang telah menanam akar-akar kebaikan akan menambahkan (vardhana) kedalamnya.Mereka yang belum membangunkan pikiran penerangan sempurna tertinggi (anutpaditanuttarasamyaksambodhicitta) akan membangunkan pikiran itu (cittotpada). Mereka yang telah membangkitkan pikiran itu akan menjadi Bodhisattva yang tanpa kemunduran (avaivartika). Para Bodhisattva tanpa kemunduran akan dengan sangat cepat mencapai anuttarasamyaksambodhi. Para mahluk yang menebak memikirkan objek-objek tujuan (salambana) dan melekat pada pandangan-pandangan salah (drstyabhinivista) akan membangkitkan pikiran untuk menghapuskannya.Para mahluk yang melekat pada ajaran-ajaran yang rendah mutunya (hinadhimuktika) akan menjadi pasti melekat ke ajaran agung yang indah (udaradhimuktika). Mereka yang pasti sungguh-sungguh tekun pada ajaran agung yang indah akan mengalami kegembiraan besar (pramudita).

Setelah memiliki pikiran ini, Bodhisattva Drdhamati bangkit dari tempat duduknya, dan setelah mengatur jubah atas pada satu bahunya, setelah meletakkan lutut kanannya ke tanah dan setelah mengulurkan tangannya yang terangkap anjali dihadapan Sang Bhagavat, Dia berkata kepada-Nya: ('atha khalu Drdhamatir Bodhisattva utthayasanad ekamsam uttarasangam krtva daksinam janumandalam prthivyam pratisthapya yena bhagavams tenanjalim pranamya bhagavantam idam avocat:')

Bhagavat, Saya ingin bertanya kepada Bhagava Arhat SamyakSamBuddha dengan maksud kecil jika Bhagavan mempersilakan Saya untuk menanyakan pertanyaan. ('prccheyam aham bhagavantam arhantam samyaksambuddham kamcid eva pradesam sa cen me bhagavan avakasam kuryat prstaprasna vyakaranaya')

Sang Bhagavan berkata kepada Bodhisattva Drdhamati bertanyalah kepada Tathagata Arhat SamyakSamBuddha dengan apapun yang Kamu inginkan, dan Saya, dalam menjawab semua pertanyaan-pertanyaan ini, akan menyenangkan pikiran Kamu. ('evam ukte bhagavan drdhamatim bodhisattvam amantrayate sma prccha tvam tathagatam arhantam samyaksambuddham yad yad evakanksasi aham te tasya tasya prasnasya vyakaranena cittam aradhayisye')

Sang Bodhisattva Drdhamati berkata kepada Sang Buddha Bhagavat, melalui Samadhi apakah yang Bodhisattva dengan sangat cepat mencapai anuttara samyaksambodhi,
tidak pernah berpisah dari keseringan oleh Para Buddha,
Menyinari dengan Cahaya miliknya sendiri (avabhasa) di seluruh sepuluh kawasan,
mendapatkan kebijaksanaan yang menakjubkan (vikurvitaprajna) sehingga untuk menghancurkan mara (maranam nigrahaya),
memperoleh penguasaan dalam pengetahuan (jnanavasita) dan memenangkan pengetahuan spontan (svayambhujnana),
memperoleh pengetahuan yang tak diceritakan (anupadistajnana) dan tidak bergantung kepada yang lainnya (aparapraneya),
menguasai kepandaian berbicara yang tidak dapat dihancurkan (anacchedyapratibhana) naik hingga ke batas akhir (aparantakoti),
memperoleh dasar kekuatan super normal (rddhipada) dan hingga memastikan dirinya sendiri pada jangka waktu kehidupan yang tidak dapat dihitung (aprameyayus),
menguraikan secara terperinci Sravakayana kepada para pengikut Sravaka (sravakadhimukta),
menguraikan secara terperinci Pratyekabuddhayana kepada para pengikut Pratyekabuddha,
menguraikan secara terperinci Mahayana kepada para pengikut Mahayana,
menembus ajaran (dhrama) dari Para Sravaka, tapi tanpa masuk kedalam takdir Para Sravaka (Sravakaniyama),
menembus ajaran dari Para Pratyekabuddha, tapi tanpa masuk kedalam Pratyekabuddhaniyama,
menembus ajaran dari Para Buddha, tapi tanpa masuk kedalam penghentian sepenuhnya (atyantanirodha),
menyatakan (samdarsayati) bentuk wujud (samsthana), warna (varna) dan sikap tubuh (iryapatha) dari Sravaka, tapi tanpa pernah menyimpang dalam batin dari pikiran penerangan sempurna (bodhicitta),
menyatakan (samdarsayati) bentuk wujud (samsthana), warna (varna) dan sikap tubuh (iryapatha) dari Pratyekabuddha, tapi tanpa pernah menyimpang dalam batin dari pikiran belas kasih besar (mahakarunacitta) dari Para Buddha,
menyatakan, melalui pemusatan pikiran khayalan (mayopamasamadhi), bentuk wujud, warna dan sikap tubuh dari Tathagata,
menyatakan, melalui kekuatan dari akar kebajikannya sendiri (kusalamula), kehadiran diantara para Dewa Tusita, anggapan dari kehidupan terakhir (antimajatyadana), pemasukan kedalam kandungan rahim (garbhavakranti), kelahiran (jati), penolakan dari dunia (abhiniskramana), dan pendudukan tempat duduk penerangan sempurna (bodhimandanisidana),
menyatakan, melalui kekuatan kebijaksanaan yang mendalam (prajna), pemutaran Roda Dharma (dharmacakrapravartana),
menyatakan, melalui kekuatan kepandaian mengartikan (upaya), pemasukan ke dalam Nirvana,
menyatakan, melalui kekuatan pemusatan pikiran (samadhi), pembagian penyaluran relik sarira (sariravibhaga),
menyatakan, melalui kekuatan cita-citanya sebelumnya (purvapranidhana), hilangnya Saddharma (saddharmavipralopa),
Lalu apakah, O Bhagavat, samadhi yang dilalui yang mana Bodhisattva menyatakan kebajikan (guna), tapi tanpa pasti memasuki Parinirvana?

Sang Buddha berkata kepada Sang Bodhisattva Drdhamati : Baik sekali, baik sekali (sadhu sadhu), O Drdhamati, Kamu bertanya kepada Sang Tathagata pada pokok persoalan ini (artha) demi kesejahteraan dan kebahagiaan banyak mahluk (bahujanahitaya bahujanasukhaya), melalui belas kasih kepada dunia (lokanukampayai), demi keuntungan, kesejahteraan dan kebahagiaan dari banyak tubuh para mahluk, para manusia dan para dewa (mahato jnanakayasyarthaya hitaya sukhaya devanam ca manusyanam ca), demi perlindungan para bodhisattva sekarang dan masa depan (pratyutpannam canagatanam ca bodhisattvanam parigrahaya).

Mengetahui ini. Kamu telah menanam akar-akar kebajikan (avaropitakusalamula),
Kamu telah menghormati dan melayani yang tidak terkira banyaknya ratusan ribu kotinayuta Para Buddha dari masa lalu;
Kamu telah menempuh seluruh jalan (marga);
Kamu telah mengatasi mara dan musuh (nihatamarapratyarthika);
Kamu telah memperoleh pengetahuan yang bebas berdiri sendiri (svatantrajnana) mengenai seluruh Buddhadharma;
Kamu telah menang total dan melindungi gerombolan para Bodhisattva;
Kamu mengetahui harta (kosa) dari semua ajaran (dharma) Buddha;
Itulah mengapa Kamu telah datang bertanya kepada Saya sebuah pertanyaan (prasnavyakarana) yang sudah ditanyakan didalam masa lampau dari Para Buddha yang jumlah-Nya seperti butiran pasir yang tak terhingga di sungai gangga (gangganadi-valukopama).

Drdhamati, didalam perkumpulan (parsad) ini, Tathagata tidak melihat seorang tunggalpun dari deva, naga, yaksa, gandharva, seorang Sravaka atau Pratyekabuddha yang akan mampu merumuskan pertanyaan ini. Hanya orang yang terkenal unggul seperti Kamu yang mampu mendekati pertanyaan seperti ini. Dengarlah dengan baik, dan ukirlah itu di pikiran Kamu (tena hi srnu sadhu ca susthu ca manasikuru). Saya akan memberitahukan kepada Kamu Samadhi itu yang mana Para Bodhisattva harus diberkati (sampanna) agar memperoleh kebajikan (guna) seperti yang Kamu katakan dan bahkan lebih besar lagi (bhavantaravisista).

Drdhamati berkata kepada Sang Buddha : 'Bagus sekali, O Bhagavat, dan Dia mulai untuk mendengar (sadhu bhagavann iti pratyasrausit).'


[Kemajuan Pahlawan Yang Gagah Berani]

Sang Buddha berkata kepada Drdhamati : 'Ada sebuah samadhi yang disebut Pemusatan Pikiran Pahlawan Yang Gagah Berani (Suramgamasamadhi). Para Bodhisattva yang telah memperoleh Samadhi ini dapat, karena Kamu bertanya tentang itu, menyatakan Parinirvana, tapi tanpa pasti mengalami penghentian. Mereka menyatakan (samdarsayanti) wujud badan (samsthana) dan warna (varna), tapi tanpa merusak bentuk yang seperti itu (rupatathata). Mereka beredar (samcaranti) melalui semua buddhaksetras tapi tidak berangan-angan membayangkan (na vikalpayanti) buddhaksetras itu.

Mereka datang mendekat (samyunjanti) kepada semua Buddha, tapi tidak melihat perbedaan (visesa) apapun dalam kesamaan dasar (samata) dan unsur yang menjadi dasar pokok (dharmadhatu).

Mereka menyelenggarakan semua latihan (carya), tapi dengan jelas memahami cara mensucikan latihan-latihan itu (caryaparisodhana).

Mereka menguasai kedaulatan raja (adhipatya) atas semua dewa dan manusia (devamanusya), tapi tidak terjatuh kedalam kebanggaan (mana), keinginan (stambha) atau kesembronoan kelalaian (pramada).

Mereka menguasai kekuasaan tertinggi (aisvarya) atas semua mara, tapi tidak berpantang dari pekerjaan-pekerjaan kejam para mara (marakarman).

Mereka beredar melalui rangkap tiga dunia (traidhatuka), tapi tidak membelok dari unsur yang menjadi dasar`pokok (dharmadhatu).

Mereka dilahirkan didalam semua takdir (gati) tapi tidak berangan-angan membayangkan (na vikalpayanti) ada bermacam-macam takdir.'

Mereka dengan penuh keahlian mengucapkan (vyakurvanti) semua ungkapan Dharma (dharmapada) dan, dalam bermacam-macam bahasa (nirukti), Mereka menjelaskan artinya (artham samprakasayanti), tapi Mereka mengetahui (adhigacchanti) suku kata (aksara) itu muncul dari kesamaan (samata) dan bahwa tiada terdapat perbedaan (visesa) antara bahasa-bahasa.

Mereka selalu mengingat kembali (samahita), tapi Mereka mematangkan (paripacayanti) para mahluk.

Mereka menguasai kepastian kehancuran semesta (ksayaksanti) dan kepastian dari yang tidak bangkit dari dharma (anutpattikadharmaksanti), tapi Mereka berbicara dharma seperti mengalami kebangkitan (utpada) dan penghentian (nirodha) seperti Tanda-Tanda (laksana) Mereka.

Mereka pergi sendirian (ekacarin) dan tanpa takut (visarada) seperti seekor singa (simha).'


[Penawaran Persembahan sebuah Tahta]

Lalu, dalam perkumpulan, para sakra, para brahma, para raja lokapala dari para dewa dan seluruh perkumpulan (sarvavati) mempunyai pikiran ini : Kami tidak pernah sebelumnya mendengar nama dari samadhi ini. Bahkan sedikit penjelasan dari arti-artinya (arthavibhanga). Hari ini, ketika Kami telah datang dan melihat Sang Buddha, adalah merupakan keberuntungan (labha nah sulabdhah) untuk mendengar nama dari Suramgamasamadhi diucapkan. Putra dari keluarga yang baik (kulaputra) atau putri dari keluarga yang baik (kuladuhita) sedang mencari kesempurnaan Buddha (samyaksambuddhatva) dan siapa, setelah mendengar penjelasan (vibhanga) dari Suramgamasamadhi, mempercayainya (adhimucyate) dan tiada ragu-ragu, Anak dari keluarga yang baik itu tidak akan pernah menyimpang dari Buddha (buddhatvan na vivartsyati). Bahkan lebih banyak lagi, jika setelah mempercayainya (adhimucya), laki-laki atau perempuan itu mengenggamnya (udgrhnati), mengingatnya (dharayati), mengulanginya (vacayati), menguraikannya secara terperinci kepada orang lain (parebhyah samprakasayati) dan, menyesuaikan diri dengan apa yang dikatakannya, memakai usaha dia itu untuk itu (bhavanayogena prayunakti).

Lalu para sakra, para brahma dan para raja lokapala dari para dewa memiliki pikiran ini : Kamu seharusnya sekarang segera hadir ke Tahta Singa (simhasana) Sang Tathagata, sebuah Tahta dari Dharma Yang Baik (saddharmasana), sebuah Tathta yang layak dari Orang Yang Terkemuka (satpurusana), sebuah Tahta dari Kemegahan Agung (mahavyuhasana), sebuah tahta untuk pemutaran Roda Dharma Besar (mahadharmacakrapravartanasana), sehingga Sang Tathagata, duduk diatas Tahta ini dari Kami, akan menguraikan secara terperinci Suramgamasamadhi.

Diantara diri mereka sendiri, setiap orang berkata kepada dirinya sendiri : Itu adalah saya seorang diri yang mempersembahkan simhasana kepada Sang Buddha, tiada orang lainpun yang dapat melakukan hal yang sama.

50
Sutra Mahayana / Sukhavati Vyuha Amitabha Mahayana Suttram
« on: 23 December 2011, 04:05:34 PM »
Namo Bhagavate Dharmakaya Lokesvararaja Tathagata Arhantah SamyakSamBuddha
Namo Bhagavate Dharmakaya Amitabha Tathagata Arhantah SamyakSamBuddha
Namo Bhagavate Dharmakaya Maha Vairocana Tathagata Arhantah SamyakSamBuddha
Namo Bhagavate Dharmakaya Amoghasiddhi Tathagata Arhantah SamyakSamBuddha
Namo Bhagavate Dharmakaya Aksobhya Tathagata Arhantah SamyakSamBuddha
Namo Bhagavate Dharmakaya Ratna Sambhava Tathagata Arhantah SamyakSamBuddha
Namo Bhagavate Dasa Bhumaya Mega Dharma Mahastamaprapta Bodhisattvaya Mahasattvaya
Namo Bhagavate Dasa Bhumaya Mega Dharma Avalokitesvara Bodhisattvaya Mahasattvaya
Namo Bhagavate Dasa Bhumaya Mega Dharma Vajrapani Bodhisattvaya Mahasattvaya
Namo Bhagavate Dasa Bhumaya Mega Dharma Samantabhadra Bodhisattvaya Mahasattvaya

Om Amideva Shi
Terpujilah para Buddha dan Bodhisattva dalam persamuan agung kolam terata[3x]

Sabda Sang Buddha tentang AMITABHA SUTTA. Demikianlah telah kudengar : Pada suatu ketika Sang Buddha berdiam di Sravasti pertapaan Jeta Taman Anthapindaka bersama serombongan Bhiksu yang berjumlah 1.250 semuanya Arahat yang namanya telah dikenal semua orang seperti : Arahato Sariputra, Arahato Mahamaudgalyayana, Arahato Mahakasyapa, Arahato Mahakatyayana, Arahato Mahakausthila, Arahato Revata, ArahatoSuddhipanthaka, Arahato Nanda, Arahato Ananda, Arahato Rahula, Arahato Gavampati, Arahato Pindolabharadvaja, Arahato Kalodayin, Arahato Mahakaphina, Arahato Vakula, Arahato Aniruddha dan beserta Siswa-siswa terkemuka lainnya ; dan para
Bodhisattva Mahasattva, Sang Pangeran Dharma Manjusri Bodhisattva Mahasattva, Ajita Bodhisattva Mahasattva, Gandhastin Bodhisattva Mahasattva, Nityodyukta Bodhisattva Mahasattva,dengan para Bodhisattva Mahasattva lainnya ; dan hadir pula Sakra Devanam Indra atau raja para dewata yang tak terhingga jumlahnya. Pada saat itu,Sang Buddha bersabda kepada sesepuh Sariputra. Sebelah Barat dari sini melewati ratusan ribu koti negeri Buddha, terdapat sebuah alam yang bernama Sukhavati. Ada seorang Tathagata yang bernama Amitabha. Kini beliau sedang mengajarkan Dharma. Sariputra,apakah sebabnya alam itu disebut Sukhavati? Dan lagi,oh,Sariputra! Di surga Sukhavati terdapat tujuh tingkat Veranda dengan tujuh tirai rajutan, tujuh baris jajaran pohon semua terbentuk dari empat macam mustika, karenanya negeri itu disebut kebahagiaan sempurna. Lagi pula Sariputra,di alam Sukhavati terdapat tujuh kolam permata berisi air yang memiliki delapan sifat kebaikan, dasar kolam penuh dengan hamparan pasir emas, keempat sisinya terdapat tangga yang terbuat dari : emas, perak, batu lazuardi dan batu kristal, diatas terdapat pagoda-pagoda yang terhias emas, perak, beryl, kristal, Musaragarbha batu-batu akik ,indung mutiara. Dikolam-kolam terdapat bunga teratai sebesar roda pedati, berwarna hijau dengan kemilau hijaunya, berwarna kuning dengan kemilau kuningnya, berwarna merah dengan kemilau merahnya dan berwarna putih dengan kemilau putihnya, lembut, menakjubkan, indah dan murni.
O Sariputra, demikianlah negeri Buddha itu dihiasi dengan pahala dan kebajikan yang indah, megah dan agung, lagi pula Sariputra,di negeri Buddha ini senantiasa terdengar musik surga dan tanahnya kuning emas. Dalam enam periode sehari semalam, turun hujan bunga-bunga Mandarawa. Tiap mahluk di negeri ini sepanjang pagi yang cerah dengan jubahnya mengumpulkan bunga dan mempersembahkannya kepada beratus ribu koti Buddha dari penjuru lain.
Pada waktu makan, mereka kembali ke negerinya masing-masing dan selesai makan, mereka istirahat. O Sariputra,di negeri kebahagiaan sempurna dengan pahala dan kebajikan terhias indah,megah dan agung. Lagi pula Sariputra, di negeri ini selalu ada burung-burung beraneka warna nan indah dan langka. Burung seriap putih, merak, kakatua, bangau putih kecil, kalavinka dan burung berkepala dua. Kumpulan burung ini bernyanyi dalam enam periode sehari semalam dengan suara merdu dan harmonis. Suara mereka yang jernih dan riang membabarkan lima akar kebajikan, tujuh bagian Bodhi, delapan jalan suci dan Dharma-Dharma lain. Bila mahluk di negeri itu mendengar suara-suara ini,mereka bersama-sama ingat akan Buddha, ingat akan Dharma dan ingat akan Sangha.
O Sariputra, jangan mengira bahwa burung-burung ini lahir akibat pelanggaran karma mereka, karena alasan apakah? Di negeri ini tidak ada tiga jenis kelahiran sesat. O Sariputra, di negeri Buddha ini bahkan nama-nama tiga jenis kelahiran sesat tidak ada. Bagaimana sebenarnya? Kumpulan burung ini semuanya diciptakan melalui penjelmaan oleh Amitabha Buddha agar suara Dharma tersiar luas. O Sariputra,di negeri Buddha itu, ketika semilir angin berhembus,barisan pohon-pohon permata dan tirai-tirai permata menimbulkan suara-suara lembut dan indah laksana seratus ribu jenis musik dialunkan pada saat yang sama. Mereka yang mendengar suara ini dengan sendirinya ingat akan Buddha, ingat akan Dharma,ingat akan Sangha. O Sariputra, negeri Buddha itu dihiasi dengan pahala dan kebajikan terhias indah, megah dan agung. O Sariputra,apa yang kau pikirkan? Mengapa Buddha ini disebut Amitabha? O Sariputra, kemilau cahaya Buddha ini tak terhingga menerangi sepuluh penjuru dunia,tanpa halangan. Oleh karenanya disebut Amitabha. Lagipula O Sariputra, kehidupan Buddha ini dan rakyatnya mencapai kalpa Asankhyeya tiada terbatas tiada terhingga. Oleh karenanya disebut Amitabha.
O Sariputra, sejak Amitabha mencapai tingkat kebuddhaan, sepuluh kalpa telah berlalu. Lagipula Sariputra, di negeri kebahagiaan sempurna mahluk hidup yang lahir semuanya Avaivartika. Diantara mereka banyak yang dalam kehidupan ini mencapai tingkat kebuddhaan. Jumlah mereka sangat banyak, tidak dapat dihitung dan hanya dapat disebut dalam kalpa Asankhyeya yang tiada terbatas, tiada terhingga. O Sariputra, mahluk hidup yang mendengar ini seyogyanya berikrar agar dilahirkan di negeri itu, mengapa demikian? Agar mereka yang berhasil adalah orang suci dan baik semua berkumpul bersama-sama di satu tempat. O Sariputra,seorang tidak boleh kurang dalam perbuatan-perbuatan baik, berkah, kebajikan dan hubungan penyebab untuk mencapai kelahiran di negeri itu. Sariputra, kalau ada seorang lelaki berbudi dan wanita berbudi mendengar nama Amita Buddha dan memanjatkan nama itu baik selama satu hari, dua hari, tiga hari, empat hari, lima hari, enam hari, tujuh hari, dengan sepenuh hati dan tanpa ganguan,bila orang itu mendekati akhir hayatnya,Amita Buddha beserta para orang suci akan muncul dihadapannya. Ketika akhir hayatnya tiba,hatinya tidak goyah. Ia akan terlahir di negeri kebahagiaan sempurna Amitabha Buddha.Sariputra, karena aku melihat manfaatnya, maka Ku-ucapkan kata-kata ini. Jika mahluk hidup mendengar ucapan ini,mereka seharusnya berikrar untuk lahir di negeri itu.
O Sariputra, sebagaimana aku sekarang memuji manfaat yang tak terkira dari jasa dan kebajikan Amita Buddha, demikian juga di Timur ada Aksobhya Buddha, Merudhvaja Buddha, Mahameru Buddha, Meruprabhasa Buddha, Sughosa Buddha dan Buddha-Buddha lainnya yang tak terhingga seperti butiran pasir di sungai Gangga di negeriNya masing-masing mengemukakan penampilan lidah Maha luas dan panjang menutupi Trisuhasra Mahasahasra loka datu. Dengan kata-kata tulus dan nyata,semua mahluk hidup patut percaya,memuji dan mengingat dengan teguh akan jasa dan kebajikan tak terkira dari sutta yang dikaruniai dan dilindungi oleh semua Buddha ini.
O Sariputra, di dunia sebelah Selatan ada Candrasuryapradipa Buddha, Yasahprabha Buddha, Maharciskamdha Buddha, Merupradipa Buddha, Arantavirya Buddha dan Buddha-Buddha lainnya yang tak terhingga seperti butiran pasir di sungai Gangga di negerinya masing-masing mengemukakan penampilan lidah Maha luas dan panjang menutupi Trisuhasra Mahasahasra loka datu. Dengan kata-kata tulus dan nyata,semua mahluk hidup patut percaya,memuji dan mengingat dengan teguh akan jasa dan kebajikan tak terkira dari sutta yang dikaruniai dan dilindungi oleh semua Buddha ini. O Sariputra,di dunia sebelah Barat ada Amitayus Buddha, Amitaskamdha Buddha, Amitadhavaja Buddha, Mahaprabha Buddha, Maharasmiprabha Buddha, Maharatnaketu Buddha, Suddharasmi Buddha dan Buddha-Buddha lainnya yang tak terhingga seperti butiran pasir di sungai Gangga di negerinya masing-masing mengemukakan penampilan lidah Maha luas dan panjang menutupi Trisuhasra Mahasahasra loka datu. Dengan kata-kata tulus dan nyata,semua mahluk hidup patut percaya,memuji dan mengingat dengan teguh akan jasa dan kebajikan tak terkira dari sutta yang dikaruniai dan dilindungi oleh semua Buddha ini. O Sariputra,di dunia sebelah Utara ada Maharciskamdha Buddha, Dumdubhisvaranirghosa Buddha, Duspradharsa Buddha, Adityasambhava Buddha, Jalemiprabha Buddha dan Buddha-Buddha lainnya yang tak terhingga seperti butiran pasir di sungai Gangga di negerinya masing-masing mengemukakan penampilan lidah Maha luas dan panjang menutupi Trisuhasra Mahasahasra loka datu.
Dengan kata-kata tulus dan nyata, semua mahluk hidup patut percaya, memuji dan mengingat dengan teguh akan jasa dan kebajikan yang tak terkira dari sutta yang dikaruniai dan dilindungi oleh semua Buddha ini. Sariputra,di dunia sebelah Bawah ada Simha Buddha, Yasas Buddha, Yasahprabha Buddha, Dharma Buddha, Dharmadhvaja Buddha, Dharmadhara Buddha dan Buddha-Buddha lainnya yang tak terhingga seperti butiran pasir di sungai Gangga di negerinya masing-masing mengemukakan penampilan lidah Maha luas dan panjang menutupi Trisuhasra Mahasahasra loka datu.
Dengan kata-kata tulus dan nyata, semua mahluk hidup patut percaya, memuji dan mengingat dengan teguh akan jasa dan kebajikan yang tak terkira dari sutta yang dikaruniai dan dilindungi oleh semua Buddha ini.
O Sariputra, di dunia sebelah Atas ada Brahmaghosa Buddha, Naksatraraja Buddha, Gamdhottama Buddha, Gamdhaprabhasa Buddha, Maharciskamdha Buddha, Ratnakusumasampuspitagatra Buddha, Salendraraja Buddha, Ratnotpalasri Buddha, Sarvarthadarsa Buddha, Sumerukalpa Buddha dan Buddha-Buddha lainnya Yang tak terhingga seperti butiran pasir di sungai Gangga di negerinya masing-masing mengemukakan penampilan lidah Maha luas dan panjang menutupi Trisuhasra Mahasahasra loka datu. Dengan kata-kata tulus dan nyata, semua mahluk hidup patut percaya, memuji dan mengingat dengan teguh akan jasa dan kebajikan yang tak terkira dari sutta yang dikaruniai dan dilindungi oleh semua Buddha ini. O Sariputra, apa yang kau pikirkan? Mengapa sutta ini disebut sutta yang dikaruniai dan dilindungi oleh semua Buddha?
O Sariputra, kalau seorang lelaki berbudi dan wanita berbudi mendengar sutta ini dan mengucapkan nama-nama semua Buddha ini, lelaki berbudi atau wanita berbudi ini akan menjadi orang yang ingat akan Buddha dan dilindungi oleh semua Buddha dan tidak akan gagal mencapai Anuttara Samyak Sambodhi. Sebab itu Sariputra, kalian semua patut percaya dan menerima kata-kataKu dan ucapan semua Buddha.Sariputra, kalau ada orang yang telah berikrar yang sedang berikrar atau yang akan berikrar, ”aku berhasrat lahir di negeri Amitabha.” Orang-orang ini semua tidak akan gagal mencapai Anuttara Samyak Sambodhi apakah dia lahir pada masa lampau, sekarang atau pada masa mendatang. Sebab itu Sariputra, semua laki-laki berbudi dan wanita berbudi jika mereka orang-orang yang memiliki keyakinan, seyogyanya berikrar untuk lahir di negeri ini.
O Sariputra, sebagaimana sekarang Aku memuji jasa dan kebajikan semua Buddha,semua Buddha juga memuji jasa dan kebajikanKu yang tak terkirakan, dengan mengucapkan kata-kata : “Sakyamuni Buddha dapat melaksanakan secara luar biasa perbuatan-perbuatan yang sulit di dunia Saha, dikurun kejahatan dari lima kekeruhan, diantara kekeruhan kalpa, kekeruhan pandangan,kekeruhan penderitaan, kekeruhan mahluk hidup dan kekeruhan kehidupan. ”Ia dapat mencapai Anuttara Samyak Sambodhi demi mahluk hidup, membabarkan Dharma ini yang diseluruh dunia sulit dipercaya.” Sariputra,kamu seharusnya mengerti bahwa Aku,dikurun kejahatan dari lima kekeruhan, mempraktekkan perbuatan yang sulit ini. Mencapai Anuttara Samyak Sambodhi.Demi semua mahluk Ku-ucapkan Dharma yang sulit dipercaya ini, benar-benar sulit dipercaya. Setelah Sang Buddha mengucapkan sutta ini, Sariputra dan semua Bhiksu, semua dewa dan manusia dan para asura dan yang lain-lain dari dunia, mendengar apa yang telah Sang Buddha sabdakan,menyambut dengan suka cita, menyembah dengan sujud dan mohon diri.
Sabda Sang Buddha tentang Amitabha Sutta. Dharani untuk menghapus semua karma buruk penghalang-penghalang untuk lahir di tanah suci Surga Sukhavati.

NAMO SUKHAVATI VYUHA DHARANI

NAMO RATNA TRAYAYA, NAMAH ARYA AMITABHAYA TATHAGATAYA ARHATE SAMYAKSAMBUDDHAYA! TADYATHA : OM AMRTA AMRTOD BHAVE, AMRTA SAMBHAVE, AMRTA GARBHE, AMRTA SIDDHE, AMRTA TEJE , AMRTA VIKRANTE , AMRTA VIKRANTA GAMINI , AMRTA GAGANA KIRTI KARE ,
AMRTA DUNDUBHI SVARE, SARVATHA SADHANE. SARVA KARMA KLESA KSAYAM KARE SVAHA !

(Hrdaya Mantra /Mantra Hati Amitabha Tathagata)
om amrta teje hara hum


TERPUJILAH DHARANI PENGHIASAN TANAH KEBAHAGIAAN TERBAIK

TERPUJILAH SANG TIGA PERMATA, TERPUJILAH SANG CAHAYA TANPA BATAS, YANG TELAH DATANG, SANG ARAHAT, YANG TELAH MENCAPAI PENERANGAN SEMPURNA, YAKNI :O! NEKTAR, TERCIPTALAH NEKTAR, MENINGKATLAH NEKTAR, TERSIMPANLAH NEKTAR DIDALAM KANDUNGAN, TERSEMPURNALAH DENGAN NEKTAR, SANG NEKTAR YANG CEMERLANG, SANG NEKTAR YANG AJAIB, YANG MELAKUKAN KEAJAIBAN DENGAN NEKTAR, YANG MEMBUAT NEKTAR BERJAYA DI LANGIT, SANG RAJA NEKTAR YANG SANGAT BAGUS, DIDALAM MENDAPATKAN KEUNTUNGAN UNTUK SEMUA, YANG MELAKUKAN PEMUSNAHAN SEMUA KARMA DAN PENDERITAAN, SERUKANLAH!

PA I CHIEH YEH CHANG KEN PEN TE SHEN CING TU TO LO NI

NA MO A MI TO PO YEH, TO THA CHIEH TO YEH, TO TI YEH THA, A MI LI TU PO PI, A MI LI TO, SI TAN PO PI,
A MI LI TO, PI CIA LAN TI, A MI LI TO, PI CIA LAN TO, CHIEH MI NI, CHIEH CHIEH NA, CHIH TO CIA LI, SA PO HO.


namo amitabhaya tathagataya tad-yatha om amitod bhave amrta siddham bhave amrta vikrante amrta vikranta-gamini gagana kirti-kare svaha


Namo AmitoFo
Namo Ta Pei Kwan Shi Yin Pusa Mohosa
Namo Tapei Ta She Che Siek Khai Yi Pusa Mohosa


Kalyanadhammo - Indonesian Buddhist Yellowpages, Yellowpages Buddhis Indonesia

51
Sutra Mahayana / Namo Amitofo
« on: 23 December 2011, 03:58:22 PM »
“O, Arya Ajita! Tahukah anda” Sang Buddha melanjutkan sabdaNya: “Para Bodhisattva yang bertekad dilahirkan di alam Sukhavati itu, bukan hanya terbatas di wilayah Buddhaksetra kami ini, melainkan di 10 penjuru pun demikian banyak. Dengarlah! Ku-jelaskan satu persatu:
Yang pertama di negeri Tathagata Dusprasaha, jumlahnya 108 nayuta Koti Bodhisattva yang bertekad dilahirkan di alam Sukhavati negeri Tathagata Amitayus;
di negeri bagian timur dari Tathagata Ratnakara jumlahnya 90 Koti Bodhisattva dan siap berangkat;
di negeri Tathagata Jyotishprabha jumlahnya 22 koti Bodhisattva;
di negeri Tathagata Amitaprabha jumlahnya 25 koti Bodhisattva;
di negeri Tathagata Lokapradipa jumlahnya 60 koti Bodhisattva;
di negeri Tathagata Nagabhibhu jumlahnya 14 Koti Bodhisattva;
di negeri Tathagata Virajaprabha jumlahnya 25 koti Bodhisattva;
di negeri Tathagata Simha jumlahnya 500 Koti Bodhisattva;
di negeri Tathagata Simha jumlahnya 18000 Koti Bodhisattva;
di negeri Tathagata Srikuta jumlahnya 60 Koti Bodhisattva;
di negeri Tathagata Narendraraja jumlahnya 10 Koti Bodhisattva;
di negeri Tathagata Amitaghosa jumlahnya 220 Koti Bodhisattva;
di negeri Tathagata Amrtarasa jumlahnya 250 Koti Bodhisattva;
di negeri Tathagata Balabhijna jumlahnya 14.000 Bodhisattva;
di negeri Tathagata Vimalaprabha jumlahnya 80 Koti Bodhisattva;
di negeri Tathagata Gunasri jumlahnya 60 Koti Bodhisattva;
di negeri Tathagata Jvalanadhipati jumlahnya 12 koti Bodhisattva;
di negeri Tathagata Vaisaradyaprapta jumlahnya 69 koti Bodhisattva;
di negeri Tathagata Puspadvaja jumlahnya 25 koti Bodhisattva dan Bodhisattva-Bodhisattva yang sudah siap berangkat itu semua beridentitas Avinivartaniya, memiliki pengetahuan Prajna Buddha dan semangat demikian perkasa, juga pernah mengabdikan diri kepada para Buddha di pelbagai dunia yang banyaknya tak terhingga. Kini, mereka dapat menampilkan kekuatan dayanya hanya dalam tempo 7 hari, mereka dapat mencapai Penerangan terkukuh yang biasa dipraktekkan oleh para Mahasattva dengan waktu ratusan ribu Kalpa itu!
Di negeri Buddha Vaisaradyaprapta jumlahnya 790 Koti Bodhisattva-Mahasattva, mereka bersama-sama dengan para Bodhisattva yang bertingkat rendah serta para Bhiksu suci banyaknya pun sulit diperhitungkan. Kesemuanya telah siap dilahirkan di negeri Buddha Amitayus atau Amitabha untuk mendalami Dharma yang dimilikinya.”

“Ketahuilah O, Arya Ajita!” Sang Buddha melanjutkan sabdaNya: “Para Bodhisattva-Mahasattva serta umat-umat lain yang bertekad dilahirkan itu bukan hanya terbatas pada 14 Buddhaksetra (dunia Buddha) tersebut saja, melainkan masih terdapat sejumlah besar umat-umat yang berada di 10 penjuru dunia yang bertekad dilahirkan di negeri Buddha Amitayus. Sungguh, peristiwa ini hendak Aku sebutkan secara-luas meliputi nama-nama Buddha serta situasi dari para Bodhisattva, Bhiksu-Sangha dan makhluk-makhluk lain yang telah bermukim di alam Sukhavati itu satu demi satu, tapi harus menggunakan waktu setiap hari dan hingga satu Kalpa, dan itu pun belum tentu dapat selesai, maka, Aku hanya uraikan secara singkat saja!”

Sang Buddha Sakyamuni bersabda kepada Bodhisattva Maitreya: “O, Arya Ajita serta para hadirin! Barang siapa yang pernah mendengar nama Buddha Amitayus atau yang lebih umum disebut Buddha Amitabha dan setelah mendengar namaNya lalu hati mereka riang gembira; Meskipun dia hanya satu kali merenung kepada Buddha Amitayus tersebut, namun, manfaat yang akan diperolehnya bukan main hebatnya, yakni tidak berbeda dengan jasa-jasa agung yang lengkap dari seorang umat! Maka dari itu O, Hadirin-hadirin yang bijak! Andaikata kobaran api telah menjalar di seluruh dunia Trisahasra Maha-sahasra Lokaddhatu atau sekitar jutaan dunia, demi memperoleh kesempatan yang demikian cerah untuk mengunjungi negeri Buddha Amitayus, kalian harus bertekad menyelusuri api yang ganas itu dengan segenap tenaga dan keberanian, agar dapat mendengarkan khotbah Sutra ini di seberang sana, kemudian dengan sikap tekun hati yang riang gembira menerima makna-maknanya serta tekun mempraktekkannya hingga sukses! Mengapa harus dengan sikap sedemikian?

O, Arya Ajita serta hadirin semua! Ketahuilah, betapa banyak Bodhisattva-Bodhisattva yang bertekad dan berhasrat ingin mendengar Sutra ini tapi tidak memperoleh kesempatan untuk datang di pasamuan agung yang diadakan ini! Apalagi berkat karunia Buddha telah melimpahi para pendengar, walaupun sang umat hanya saat kali mendengar SutraNya, tapi. mereka tetap tidak akan mundur dari Anuttara Samyaksambodhi!
Maka dari itu, mudah-mudahan para hadirin dapat menaruh perhatian kepada Sutra tersebut dan semua makna penting dapat diterima, dapat dihafalkan, dibaca dan dapat dipraktekkan dengan metode-metode yang tercantum di dalamnya, kemudian mengulanginya kepada para umat yang sengsara agar mereka dapat mempergunakan metode ini untuk membebaskan dirinya! Tahukah kamu sekalian! Kali ini. Aku khusus menguraikan Dharma penting ini untuk para umat dan mengajak seluruh hadirin menyaksikan Buddha Amitayus, menyaksikan segala benda indah yang berada di alam Sukhavati itu, maksudKu tiada lain untuk menggunakan kesempatan yang demikian cerah ini agar para umat tersebut dapat mengungkapkan, mencita-citakan, melaksanakan apa yang ditemukan di arena pasumuan agung ini, pastilah apa yang pernah dimohon tetap dapat diperoleh tanpa meleset sedikitpun! Tapi, kalian harus waspada jangan-jangan hingga Aku Parinirvana kamu masih ragu-ragu dan mondar-mandir di suatu jalan sesat! O, Hadirin sekalian! Kamu masih ingat akan makna tentang ‘Hubungan-penyebab’ itu atau tidak? Ketahuilah, Sutra apa saja yang diwariskan kepada sang umat dari Buddha itu, makin hari makin hilang hingga suatu saat sulit ditemukan! Maka, oleh sebab itu, Aku khusus mengawetkan Sutra ini hingga ratusan masa. Pada masa yang akan datang, barang siapa dapat menemukan Sutra yang demikian penting ini, dan bertekad menurut kemampuan,
baik daya dari lahir ataupun batin selalu melaksanakannya hingga sukses, maka cita-cita yang teragung dari mereka pasti terwujud!’

“O, Arya Ajita yang berbudi!” Sang Buddha bersabda kepada Sang Bodhisatva Maitreya: “Baik-baiklah memanfaatkan kesempatan yang demikian cerah ini! Sungguh, kapan dapat bertemu kembali dengan Buddha pada satu masa di dunia ini? Kapan kamu dapat mendengar khotbah di depan Buddha lagi tidak mudah, bukan? Apalagi hendak mendengar Sutra-Sutra penting, Penerangan teragung yang setingkat dengan Bodhisattva atau Berbagai Paramita yang luhur dan sebagainya! Hanya untuk melaksanakan Dharma yang diulangi oleh para tokoh bijak pun tidak demikian mudah; Apalagi pada masa mendatang, jika Sutra ini telah ditemukan, isinya telah didengar apakah para umat dapat ikut gembira dan menaruh perhatian kepadanya, serta dapat mempraktekkan metode-metode yang tercantum di dalam Sutranya? Mungkin kesemuanya ini tidak bisa dianggap mudah!”

“O, Arya Ajita!” Sang Buddha Sakyamuni melanjutkan SabdaNya: “Meskipun kondisi masa di dunia ini mudah beralih, tapi, Buddha Dharma tetap utuh seperti semula. Baik caranya untuk melaksanakan Dharma tetap demikian; pengkhotbahan Dharma tetap demikian, cara mengajar Dharma juga tetap demikian; Dan, untuk sekarang atau mendatang; untuk Surga atau alam sengsara hal itu tetap pada prinsipnya tanpa berubah sedikitpun! Sekianlah, semoga kalian dapat menaruh perhatian serta keyakinan secara bulat menuruti metode-metode yang Kuuraikan tadi hingga sukses!”

Pada saat Sang Bhagavan mengkhotbahkan “Sutra Amitayus Buddha” Ini terdapat banyak umat yang dapat menggerakkan Bodhicittanya : 12 ribu Nayuta orang memperoleh ‘Mata-Dharma’ yang suci murni; 22 Koti Dewa dari pelbagai Surga memperoleh ‘Pahala Anagamina’ 800.000 Bhiksu telah mencapai Asravaksaya dan segala keinginannya lenyap total, dan beridentitas Avinivartaniya seperti Arahate; 40 Koti Boddhisattva tetap beridentitas Avinivartaniya atau tidak akan akan mundur dari Anuttara Samyaksambodhi; dan mereka bertekad untuk meningkatkan citranya dengan Maha-Pranidhana (nadar utama) dan jasa-jasa berharga, agar dapat mencapai Kebudhaan pada masa yang akan datang.

Pada waktu itu, seluruh dunia dari Trisahasra-Mahasahasra Lokadhatu merasa ada 6 macam gunacangan. Sekaligus sinar cahaya yang amat terang-benderang mencari ke 10 penjuru dunia. Ribuan macam musik Surga berbunyi secara atomatis di ruang angkasa dan amat sedap didengar. Bunga Mandarava Surga yang jumlahnya banyak sekali turun dari iangit terus menghampar di sekitar Vihara Buddha.

Demikianlah khotbah” Dharma dari Sang Bhagavan Sakyamuni. Bodhisattva Maitreya serta Bodhisattva-Bodhisattva yang datang dari pelbagai dunia, Sthavira Arya Ananda, para Sravaka-Sangha, Maha Bhiksu serta hadirin-hadirin lain bergembira mendengarkannya, kemudian bersikap Anjali menghormat kepada Sang Bhagavan lalu pergi.


52
Sutra Mahayana / Namo Amitofo
« on: 23 December 2011, 03:57:34 PM »

Sang Buddha melanjutkan: “Tahukah O, Arya Ananda! Rakyat-rakyat Buddha Amitayus yang khusus di lahirkan lewat kandungan itu, semua memiliki istana mewah. Yang tingginya seratus Yojana, juga yang tingginya 500 Yojana dan bentuknya berupa-rupa. Mereka tetap menikmati kebahagiaan di dalam istananya masing-masing. Sungguh, keadaan persis seperti Surga Trayastrimsa, santai sekali!

Pada waktu itu, Sang Bodhisattva Maitreya bertanya kepada Sang Buddha Sakyamuni: “O, Bhagavan yang termulia! Apa sebabnya umat yang dilahirkan di negeri Buddha Amitayus itu caranya berbeda-beda? Mengapa ada yang dilahirkan lewat bunga teratai yang dibagi menjadi sembilan tingkat, dan ada yang dilahirkan lewat kandungan? Sudilah menerangkan tentang asal-usulnya!”

Sang Buddha Sakyamuni bersabda kepada Sang Bodhisattva Maitreya: “Dengarlah baik baik, O, Arya Ajita! Seandainya terdapat para makhluk itu memiliki keyakinan kurang dalam, atau tidak memiliki keyakinan sama sekali; Mereka selalu sangsi terhadap Saddharma yang biasa dipraktekkan oleh para umat, mereka juga sangsi terhadap metode-metode Dharma penting seperti apa yang tercantum dalam Sutra ini! Akan tetapi, mereka sejak jauh hari tak segan-segan mengumpulkan berbagai jasa yang banyak agar dirinya dilahirkan di alam Sukhavati. Ketahuilah, sikap sang umat yang ganjil ini bukan saja enggan memiliki atau enggan menaruh minat kepada ‘Sarvajna’ (segala kebijaksanaan Buddha) atau Anuttara Samyaksambodhi! Demikian pula, tentang pengetahuan kebijaksanaan Buddha yang sulit diperkirakan (Acintyajna), yang sulit disebutkan (Ayasahjna), yang setingkat dengan Mahayana terluas (Mahayana Vipulajna) dan kebijaksanaan yang teragung, yang tiada bandingnya (asama-sama Vipulajna). Meskipun mereka tidak percaya akan kebijaksanaan Buddha namun mereka percaya kepada ‘Sebab-akibat’ dan ‘Hukum-Karma’. Minat mereka hanya tekun menanam benih kebaikan, mengamalkan kebajikan yang banyak, bercita-cita ingin dilahirkan di negeri Buddha Amitabha!”

“Oleh karena perbuatan dari sang umat tersebut demikian menyimpang dari ajaran Buddha yang umum; Dan, demi cita-cita mereka dapat terwujud maka, Sang Buddha Amitayus dengan Maha-PranidhanaNya menerima umat tersebut dan dilahirkan di negeriNya dengan cara demikian! Dan, mereka tetap mendapat kesempatan untuk bermukim di istana 7 mustika itu, hanya selama 500 tahun tidak pernah menghadap Buddha, juga tidak pernah mendengar Dharma yang dibabarkan oleh Buddha Amitayus; Malahan bertemu dengan para Bodhisattva, para Arya serta para Sravaka-Sangha pun tidak pernah! Rakyat-rakyatNya yang memiliki identitas seperti ini dinamakan “Jarayuja” yakni lahir lewat kandungan.” Makhluk-makhluk yang memiliki keyakinan yang amat kukuh, yang percaya dengan sepenuh hati terhadap pengetahuan ‘Sarvajna’ bahkan hingga pengetahuan kebijaksanaan Buddha yang teragung! Selama hidup mereka tekun mempraktekkan Dharma, tekun mengumpulkan jasa-jasa, kemudian jasanya disalurkan kepada para umat sengsara, disalur ke alam semesta hingga ke alam Sukhavati. Sang umat yang bersikap seperti ini, apabila tiba pada saatnya, mereka akan duduk bersila di dalam bunga teratai yang Maha besar, yang berasal dari 7 mustika yang tumbuh di kolam Sukhavati. Hanya selang beberapa detik saja, mereka memiliki sesosok badan yang amat cantik serta bercahaya terang benderang, penuh kebijaksanaan, ketrampilan, pengetahuan, kepahalaan dan kebajikan, lengkap semua, identitasnya tidak berbeda dengan para Bodhisattva di negeri tersebut!”

“Lagi O, Arya Ajita!” Sang Buddha melanjutkan sabdaNya: “Terdapat pula para Bodhisattva, Mahasattva serta para Sravaka-Sangha yang berada di lain dunia, seandainya, mereka pernah menggerakkan Bodhicittanya dan pernah bermaksud ingin melihat Sang Buddha Amitayus atau Amitabha, ingin memberi penghormatan kepadaNya serta ingin mengadakan kebhaktian guna memuja Buddha tersebut. Tidak berbeda, bila mereka telah meninggal dunia mereka akan dilahirkan di negeri Buddha Amitayus dalam sekuntum bunga teratai yang berasal dari 7 mustika. Inilah yang disebut “Upapatika” yakni lahir menjelma.”

“O, Arya Ajita yang berbudi! Tahukah anda? Rakyat Buddha Amitayus yang beridentitas ‘Lahir-jelmaan’ itu semua memiliki kebijaksanaan sangat luhur, tapi, yang beridentitas ‘Lahir-kandungan’ itu semua tidak memiliki kebijaksanaan, maka selama 500 tahun tidak pernah melihat Buddha, tidak pernah mendengar ajaran Dharma, juga tidak pernah bertemu dengan para Bodhisattva serta para Sravaka- Sangha di negerinya. Mereka tidak mendapat kesempatan untuk memuja Buddha, tidak dapat melakukan upacara puja seperti para Bodhisattva, juga tidak dapat melaksanakan pelajaran Dharma dan tidak dapat mengamalkan jasa jasa yang berharga! Mengapa demikian? Karena umat-umat tersebut tidak memiliki kebijaksanaan bahkan selalu ragu-ragu terhadap Dharma serta ‘Sarvajna’ pada masa yang silam!”

Sang Buddha Sakyamuni bersabda kepada Sang Bodhisattva Maitreya: ‘ “O, Arya Ajita yang berbudi! Diumpamakan, terdapat seorang Raja Cakravarti yang berkuasa, Beliau memiliki rumah penjara yang terbuat dari 7 mustika. Dalam kamarnya telah penuh hiasan yang indah-indah. Dan di atas ruangannya dipasang spanduk-spanduk dari sutera, digantungi payung iram-iram yang juga dari sutera; Di bawahnya dilengkapi alat-alat untuk tidur seperti ranjang, kelambu, bantal, selimut dan sebagainya. Seandainya seorang pangeran muda yang melanggar peraturan Surga telah ditangkap oleh pengawasnya, langsung dimasukkan ke dalam rumah tersebut dan pintunya dikunci dengan gembok emas, agar Pangeran tersangka tidak mendapat kesempatan untuk keluar. Setiap hari diberi beberapa kali makan minum, pakaian baru, kaos kaki dan tangan, sepatu, bahkan bunga-bungaan, wangi-wangian, berbagai mainan serta musik Surgawi dan tari-tarian, sehingga kenikmatan itu tidak berbeda dengan Sang Raja sendiri!

O, Arya Ajita! Bagaimana pikiranmu? Apakah Sang Pangeran muda itu akan merasa bahagia di dalam rumah terkunci itu?”

“Tentu tidak mungkin, O Bhagavan yang termulia!” Jawab Sang Maitreya: “Pangeran muda yang dikurung oleh Raja itu, ia akan mencari akal untuk melepaskan dirinya dari rumah penjara tersebut!”

Sang Buddha Sakyamuni bersabda kepada Sang Bodhisattva Maitreya: “O, Arya Ajita! Keadaan dari para umat yang ‘Lahir kandungan’ itu, kalau dibandingkan dengan keadaan Sang Pangeran muda tadi tidaklah berbeda sedikitpun! Karena mereka selalu ragu-ragu terhadap Dharma serta Prajna Buddha, akibatnya ia bermukim di istana 7 mustika yang terletak di daerah terpencil di Kota Sangsi. Meskipun tidak mengalami hukuman apapun juga dan tidak akan menyangkutkan ide jahat dalam sekali renunganpun. Akan tetapi, selama 500 tahun tidak ada hari tanpa rasa cemas bahwa dirinya sama sekali tidak dapat melihat Buddha, memuja Triratna, mengamalkan berbagai jasa berharga! Walaupun amat santai di dalam istananya masing-masing, pada hakekatnya itu benar-benar bukan santai yang berarti! O, Arya Ajita! Andaikata umat-umat tersebut dapat mengerti kesalahannya, mereka dapat melakukan penobatan diri hingga sedalam-dalamnya; Memohon agar dirinya dipindah ke tempat lain. Pastilah permohonan dari mereka segera dikabulkan dan mereka langsung memperoleh kesempatan untuk menuju ke Istana Buddha Amitayus guna mengadakan kebhaktian di depanNya! Memberi penghormatan kepada Beliau serta memuja Beliau dengan hati riang gembira atas perasaan welas-asihNya! Dan, mereka juga dapat dikaruniai Maha martabatNya untuk menjelajahi negeri Buddha lain yang banyaknya tak terhingga, supaya dirinya dapat mempraktekkan Dharma serta mengamalkan jasa berharga di 10 penjuru dunia Buddha!

Ketahuilah O, Arya Ajita! Di dunia ini banyak Bodhisattva yang juga dirugikan oleh sikap ragu-ragu itu! Apabila situasi mengizinkan anda wajib menyadarkan mereka: Bahwa menjadi seorang umat Buddha harus menaruh segenap keyakinan kepada Prajna Buddha yang dimiliki oleh para Tathagata!”

Sang Bodhisattva Maitreya bertanya kepada Buddha Sakyamuni: “O, Bhagavan yang termulia! Berapakah jumlah Bodhisattva-Bodhisattva Avinivartaniya dari BuddhasektraMu (dunia Sahaloka yang dikuasai oleh Sang Sakyamuni) yang telah dilahirkan di negeri Buddha Amitayus atau Amitabha?”

“Jumlahnya O, Arya Ajita!” Sabda Sang Buddha: “Banyaknya 67 Koti dan semua beridentitas Avinivartaniya! Adapun, tentang keterampilan, kebijaksanaan serta citra-citra yang mereka miliki tidaklah berbeda
dengan Sang Maitreya! Dan, semua pernah membhaktikan diri dengan jujur kepada para Buddha di pelbagai dunia yang banyaknya tak terhingga! Demikian pula, tentang Bodhisattva-Bodhisattva yang memiliki Carita serta kebajikan yang tidak demikian banyak itu jumlahnya juga banyak sekali, apabila saatnya tiba, mereka juga mendapatkan kesempatan untuk dilahirkan di negeri Buddha tersebut!”

53
Sutra Mahayana / Namo Amitofo
« on: 23 December 2011, 03:57:14 PM »
Sang Buddha Sakyamuni bersabda kepada Sang Bodhisattva Maitreya serta para hadirin: “O, Arya Ajita! Ketahuilah, tentang ke 5 macam ‘Kejahatan, Kesakitan dan Kebakaran’ itu akan tetap berkembang terus menerus di dunia Sahaloka, keadaannya makin lama makin menderita, bila tidak ingin menaruh waspada terhadap akibatnya! Para umat yang tidak mau sadar, tidak ingin membuat kebaikan, hanya ingin melakukan kejahatan, maka menurut Hukum-Karma-nya mereka diterjunkan ke alam kesedihan. Atau sewaktu hidupnya belum berakhir dosa yang demikian berat harus diperlihatkan kepada mereka, maka mereka akan tertimpa berbagai macam penyakit aneh dan sulit diobati, hingga mati tidak bisa, hidup pun susah sampai mereka menghembuskan napasnya yang terakhir, penyakit itu masih menemaninya ke alam sengsara. Walaupun pertengkaran mereka cuma kecil tapi mereka tidak ingin meleraikan diri hingga menjadi balas-dendam di lain masa, sumbernya tiada lain yaitu terlalu serakah akan harta benda pada orang lain, atau saling mengejar hawa nafsu dan sebagainya. Bila sudah kaya mereka enggan berdana dalam jumlah kecil sekalipun kepada para kaum miskin atau para korban dari berbagai musibah. Bagi mereka tidak ada waktu tanpa mencurahkan pikirannya kepada warna-warni kesenangan duniawi, hingga batin mereka makin gelap, gelisahpun makin bertambah, seperti seutas tali yang terus mengikat hatinya erat-erat sulit dilepaskan! Namun, mereka masih menjalankan tindak-tanduknya terus menerus tanpa sadar sedikitpun! Padahal, segala kenikmatan duniawi tidak kekal, walaupun dianggap senang dan bahagia tapi saatnya pendek sekali, setelah kenikmatannya lenyap lantas kesakitannya menyusul! Dan, saat mereka sedang memiliki masa-emas dan tenaganya sedang kuat harus melangkah dengan cita-cita teragung hingga dapat memperoleh suatu hasil yang cemerlang, namun mereka enggan berusaha melatih dirinya menjadi seorang yang sabar, tabah, dan yakin, rendah hati, iba hati, cinta Dharma dan jasa-jasa, sadar, bijak, dapat mempergunakan tubuh yang tidak kekal itu mencipta suatu perusahaan yang kekal dan kekekalannya tidak berbeda dengan hidup Buddha Amitayus, umur dari rakyat Buddha Amitayus dan sinar cahaya Buddha Amitayus! Singkat kata, tidak tersia-siakan masa-emas dan tenaganya!

Apabila kesempatan yang tersayang itu meleset penyakit dan hari tua menyusul, lahir-batin mulai menderita dan makin hari makin parah, ketika dosa-dosa pun makin bertambah. Betapa sedihnya! Apalagi, pengawasan dari Tuhan yang Mahakuasa demikian ketat, dan tebaran jalaNya juga demikian kukuh dan rapat, barang siapa yang dijala sulit meloloskan diri dari jala-Nya! Dan, ia akan merasa hanya sendirian tanpa dilindungi siapapun! Hal ini, sejak masa purbakala hingga sekarang bahkan terus ke masa mendatang tetap demikian ketat tanpa berubah-ubah sedikitpun. Betapa sedihnya!”

Sang Buddha Sakyamuni bersabda kepada Sang Bodhisattva Maitreya: “O, Arya Ajita! Segala penderitaan duniawi yang menimpa tubuh manusia serta makhluk-makhluk lain itu, kesedihannya sungguh menyakiti hati Buddha, maka, Aku tak segan-segan dengan kekuatan-Ku dan kewibawaan-Ku membantu para umat agar mereka dapat memusnahkan berbagai kejahatan yang dimilikinya, kemudian Aku akan membimbingnya supaya dapat menuju ke Jalan-baik; Aku mengajarinya bagaimana mensucikan pikiran supaya kalian dapat menghayati makna-makna Sutra Buddha serta berbagai Sila; Aku mendorong mereka menggerakkan Bodhicitta supaya kalian dapat melaksanakan Dharmal luhur guna menahan dirinya agar tidak akan hilang sia-sia! dan, mudah-mudahan kalian dapat mencapai Nirvana di negeri Buddha Amitayus atau Amitabha!”

Sang Buddha Sakyamuni melanjutkan sabdaNya: “O, Arya Ajita serta para hadirin; Para simpatisan Dharma; Para Dewa, manusia serta para makhluk lain baik yang berada di masa sekarang atau di masa mendatang! Seandainya kalian telah mendengar khotbah Buddha, atau pernah membaca Sutra Buddha yang diwariskan kepada para umat itu, semua isi serta makna-maknanya harus dipahami dengan mendalam dan seksama! Kalian harus menyucikan hati, menertibkan kelakuan dan berdisiplin! Apabila .hendak menyebarkan Dharma secara luas boleh mulai dari atas ke bawah, terutama, para pemimpin harus meneladani anak buahnya! Sang penyebar dan Sang penerima harus saling menukar pendapatnya; Saling membetulkan penyimpangannya agar sama-sama mendapatkan manfaat! Lagi, para siswa-siswi Buddhis atau putra-putri yang berbudi boleh dibimbing dengan tata-tertib, tatavihara, supaya mereka mereka senantiasa bisa menghormati para Bodhisattva, para Arya, tokoh bijak; Senantiasa memuji jasa-jasa para simpatisan Dharma, dermawan dan orang saleh. Memupuk mereka supaya memiliki perasaan Maitri-Karuna terhadap segala makhluk di alam semesta. Mendorong mereka untuk bertekad melaksanakan ajaran Buddha. Membangkitkan Bodhicittanya hingga selama-lamanya! Sepanjang hidup kalian boleh mengumpulkan jasa-jasa secara banyak untuk bekal diperjalanan nanti. Di samping itu, kalian boleh melakukan ‘Tri-Dana’ yakni Dravyadana (berdana barang-barang), Dharmadana (mengajar Dharma) dan Abhayadana (bermanfaatkan) menurut kemampuan serta berbagai Paramita, seperti Sila, Ksanti, Virya, Dana, Dhyana dan Prajna dan sebagainya.
Ketahuilah, apabila kalian dapat mensucikan dan mempraktekkan Dharma di dunia Sahaloka ini selama 10 hari dan 10 malam, pahala yang diperoleh telah melebihi pahala yang diperoleh oleh para umat yang melakukan Sila dan Dharma genap seribu tahun di negeri Buddha lain dari pelbagai dunia! Mengapa demikian? Sebab umat-umat yang berada di negeri Buddha lain itu banyak yang bersifat baik, jarang ada yang jahat, memperoleh pahala di negerinya mudah sekali, hanyalah di dunia Saha ini kejahatan terlalu banyak seperti berebut harta benda, hawa-nafsu, bentrok-bentrokan, balas-dendam dan sebagainya, sehingga kejahatan tersebut.sering mempengaruhi Sang suci, inilah sebabnya! Maka dari itu, Aku sangat beriba-hati melihat kesedihan yang menimpa para Dewa, manusia serta makhluk-makhluk lain, sejauh ini Aku tidak berani lalai sesaatpun, Aku terus mengajar para umat dengan segenap tenagaKu, agar mereka dapat diarahkan ke Jalan-Agung. Kini, telah terdapat banyak umat yang mendapat manfaat dariku dengan berbagai metode dari Buddha Dharma hingga mencapai Kebodhian! Lihatlah, selama ini negara-negara yang pernah dijelajah oleh Buddha itu, baik rajanya maupun rakyatnya banyak sekali yang mendapat manfaat! Sungguh, bukan saja Sang Raja dan rakyatnya merasa amat senang hati, melainkan situasi dari daerahnya, seluruh negaranya pun demikian aman sentausa! Cuaca cerah, Sang Bulan serta Sang Matahari demikian terang, angin datang dan hujan turun tepat pada waktunya, bencana alam jarang terjadi, rakyatnya pun demikian makmur dan sejahtera, penduduknya tidak ingin berperang, ingin damai tenteram. Lebih-lebih lagi, terdapat banyak umat di pelbagai negara yang giat membangun Vihara, giat mengundang para Arya datang untuk mengajarkan Dharma. Tata-krama dimuliakan oleh rakyat jelata di pelbagai daerah. Semua orang tak segan-segan mengamalkan jasa, menggerakkan hati sanubari menjadi welas-asih. Betapa bergunanya Buddha Dharma bagi para umat!”

Sang Buddha Sakyamuni melanjutkan sabdaNya: “O, Hadirin-hadirin yang Kuhargai! Tahukah kamu? Bahwa seorang Buddha dengan iba-hati melindungi para Dewa, manusia serta para makhluk sekalian, perasaanNya tidak berbeda dengan seorang ayah-bunda yang menyayangi putra-putrinya! Sekarang Aku menjadi Buddha di dunia Sahaloka ini, maksudKu tiada lain kecuali kebulatan tekad membantu serta memperingatkan agar para umat dapat cepat sadar, cepat waspada terhadap penderitaan lahir-mati, cepat melenyapkan kelima Kejahatan, menghilangkan kelima Kesakitan dan memusnahkan kelima Kebakaran! Kemudian dapat cepat menggunakan kelima ‘Kebaikan’ menyelamatkan diri, agar dirinya dapat menghindarkan penderitaan Roda Samsara, agar dapat cepat memperoleh Panca Guna (5 kebajikan) yakni Kala-Jna-Guna (mengerti saat), Satyam-Gupa (benar), Labha-Guna (bermanfaat), Andomiki-Guna (lemah-lembut) dan Maitri-Guna (walas-asih), agar cepat tiba di Jalan Nirvana dengan selamat!”

“Ketahuilah O, Hadirin-hadirin sekalian!” Sang Buddha melanjutkan SabdaNya: “Setelah Aku Parinirvana baik Sutra-Sutra maupun Buddha Dharma yang berada di negeriKu semakin lama makin musnah. Demikian pula, kelakukan dari rakyat-rakyatKu semakin lama makin buruk. Mereka lebih senang melakukan kejahatan, sehingga peradaban semakin merosot. Dan, keadaan dari Kelima Kejahatan, Kesakitan dan Kebakaran tetap seperti semula bahkan akan lebih buruk beberapa kali lipat lagi! Hal-hal yang amat menyakiti hati ini, hanya dapat Kuulas sampai sekian saja, sebab apabila diuraikan secara lengkap sungguh sulit diberikannya!”

Sang Buddha Sakyamuni bersabda kepada Sang Bodhisattva Maitreya: “Sekianlah O, Arya Ajita! Mudah-mudahan apa yang pernah Aku ucapkan tadi, dapat kalian pikirkan secara seksama dan meresapi sedalam-dalamnya. Kemudian tolong diulangi kepada umat-umat lain agar kalian dapat belajar bersama-sama dan dapat saling menasehati satu sama lain! Tapi, segala perbuatan harus menurut Dharma, menurut metode-metode yang tercantum di dalam Sutra, dan harus waspada agar jarang melanggar segala peraturan!”

Saat sabda Sang Buddha Sakyamuni selesai, Sang Bodhisattva Maitreya segera bangkit dari tempat duduknya serta mengatupkan kedua telapak tangan seraya berkata: “Tidak O, Bhagavan yang termulia! Yakinilah, kami sekalian tidak akan melanggar peraturan-peraturan yang diajarkan secara berulang-ulang oleh Bhagavan itu! Apalagi, segala peraturan yang diajarkan secara berulang-ulang oleh Bhagavan itu! Apalagi, segala uraian Buddha tanpa keliru sedikitpun, semua demikian nyata dan demikian terang! Sungguh, keburukan dari kelakuan umat manusia yang sebagian besar merosot dan semakin hari makin memburuk, berkat kedatangan Bhagavan dengan perasaan walas-asih dapat mengatasi mereka secara luas, sehingga banyak umat manusia yang dapat diselamatkan!”

Sang Buddha Sakyamuni kemudian bertitah kepada Arya Ananda: “O, Arya Ananda! Berdirilah anda dengan sikap hormat! Rapikanlah jubahmu! Dan rangkapkan kedua telapak tanganmu untuk memberi penghormatan kepada Sang Buddha Amitayus atau Amitabha! Tahukah anda, para Tathagata yang berada di 10 penjuru dunia senantiasa menyanjung ke Maha-Mulia Buddha Amitayus, memuji Beliau dengan tulus, tanpa keterikatan dan tanpa halangan dari sesuatu bendapun!”

Sementara itu Arya Ananda segera bangkit dari tempat duduknya, ia merapikan jubah sambil berdiri dengan sikap hormat. Mukanya menghadap ke sebelah Barat, kedua telapak tangan pun dikatupkan di depan dadanya. Setelah ia melakukan Anjali lantas ia membungkuk ke lantai sambil berkata: “O, Bhagavan yang termulia! Sudi kiranya Bhagavan memperlihatkan Alam Sukhavati kepada kami sekalian, sunggguh Kami sekalian telah siap dan berhasrat ingin menyaksikan bumi indah dari negeri Buddha Amitayus, dan para Bodhisattva, para Sravaka-Sangha serta rakyat-rakyat yang berada di negeriNya!” Saat permohonan Arya Ananda selesai, tiba-tiba sekilas pancaran sinar hidup Buddha Amitayus langsung menyinari ke seluruh alam semesta, sehingga Gunung Cakravada, Sumeru raja serta gunung- gunung lain bahkan benda-benda dan segala bumi indah dari para Buddha di pelbagai dunia demikian terang benderang serta kesemuanya mempunyai warna yang serupa! Kalau diumpamakan sinar cahaya Buddha Amitayus persis seperti ‘Air Kiamat’ yang tengah meluap ke muka dunia hingga segala benda duniawi lenyap total, hanya terlihat air yang menyibak-nyibak serta melimpah hingga seluruh semesta! Dan, Sinar itu demikian terang sehingga cahaya dari para Bodhisattva dan para Sravaka-Sangha pun dapat dipengaruhinya hingga total, sampai tak terlihat sedikitpun yang terlihat hanya cahaya Buddha Amitayus yang demikian cemerlang, demikian menyilaukan!

Saat itu, Arya Ananda serta para hadirin melihat badan Buddha Amitayus di ruang angkasa. BadanNya demikian Maha mulia,Maha besar, hebat dan perkasa! tidak berbeda dengan Gunung Sumeru raja yang tertinggi di antara gunung-gunung lain yang berada di pelbagai dunia. Rupa Buddha demikian cantik, demikian terang, dan cahayaNya menembus segala tempat yang gelap dan terpencil. Maka dari itu, para peserta di dalam pesamuan agung itu dapat melihat dengan jelas, baik rupa Buddha maupun benda-benda indah yang dimiliki alam Sukhavati semua terlihat oleh mereka! Akan tetapi, rakyat-rakyat Buddha Amitayus pun melihat dunia ini dengan demikian jelasnya!

Tatkala, Sang Buddha Sakyamuni bersabda kepada Arya Ananda serta Bodhisattva Maitreya: “Lihatlah kamu O, Arya Ananda serta Arya Ajita! Arahkan pandanganmu ke alam Sukhavati! Pertama kamu akan melihat muka bumiNya, kemudian ke atasnya ke setiap Surga di’angkasa hingga Surga Suddhavasa. Benda-benda yang berada di setiap alam, setiap Surga itu demikian bagus dan indah, Apakah kamu sudah melihat?”

“Sudah O, Bhagavan yang termulia!” Jawab Arya Ananda: “Dan, jelas sekali apa yang telah kami lihat itu!”

“Baik! O, Arya Ananda!” Sang Buddha Sakyamuni bertanya lagi: “Apakah tentang Simhanada (Aum singa) dari Dharma luhur khusus yang bermanfaat bagi para umat di pelbagai dunia yang sedang diproklamasikan oleh Buddha Amitayus itu, didengarkan oleh kamu sekalian?”

“Terdengar O, Bhagavan yang termulia!” Jawab Arya Ananda: “Raungan tersebut sudah tertangkap oleh kami sekalian!”

“Sudah terdengar? Baik! Aku akan bertanya lagi.” Sabda Sang Buddha: “Apakah rakyat-rakyat dari negeriNya sedang mengadakan kebhaktian memuji para Buddha di 10 penjuru dunia. Semua terbang dengan istana 7 mustika yang tingginya ratusan Yojana, yang melayang dan pulang-pergi di Antariksa itu, kamu lihat juga?”

Kulihat O, Bhagavan yang termulia!” Jawab Arya Ananda lagi.

“Terdapat rakyat-rakyatNya sebagian kecil dilahirkan lewat kandungan. Apakah mereka juga terlihat olehmu?”

“Sudah O, Bhagavan.”

54
Sutra Mahayana / Namo Amitofo
« on: 23 December 2011, 03:56:15 PM »
Sang Buddha melanjutkan sabdaNya: “Apa yang disebut ke 5 macam kejahatan, kesakitan dan kebakaran itu? Dan harus dengan cara apa untuk memberantasnya hingga tuntas? Agar mereka dapat membangkitkan Bodhicittanya, dapat melaksanakan ke 5 macam kebaikan, kemudian dengan jasa-jasa baik membebaskan diri hingga mencapai Nirvana? Baiklah akan kuuraikan satu persatu di sini: Para Dewa, manusia serta makhluk-makhluk lain yang berada di dunia Saha, sebagian besar terlibat tindak-laku jahat, yaitu mereka dari kelompok yang kuat selalu dengan maksud tak terpuji melumpuhkan atau menundukkan yang lemah, atau saling bentrok, menganiaya, bunuh-membunuh, telan-menelan. Mereka enggan berbuat kebaikan hanya ingin melakukan kejahatan, ingin merusak mental moral hingga sehabis-habisnya, akhirnya melepaskan diri rela diterjunkan di alam kesedihan mempertanggungjawabkan dosa apa yang pernah dibuat pada masa silam. Lagi pula, segala bibit-bibit dosapun mengendap di dalam Vijnananya. Maka dari itu, apabila masa hukumannya habis mereka akan dilahirkan di dunia manusia dan pembawaan mereka pun lain-lain, seperti miskin, tingkat sosial rendah, pengemis, seseorangan tanpa dilindungi keluarga, mempunyai tubuh yang cacat, buta, bisu, bodoh, bengis, kurus, sakit jiwa, jasmani kurang normal dan sebagainya. Sedangkan yang pernah membuat kebaikan, banyak menimbun jasa, tulus jujur, welas asih pada masa lampau itu, semua dilahirkan di anggota keluarga yang mulia, kaya dan pembawaannya pun demikian cerdas, bijaksana dan banyak kesempatan yang indah-indah dimilikinya. Pada hakikatnya, walaupun tindak-laku mereka baik atau jahat, manusia di dunia ini tetap dipengaruhi oleh “Sebab-akibat” serta “Hukum-Karma”. Apalagi para penjahat, mereka tetap harus menghadapi hukuman dari peraturan Pemerintah, kena hukuman mati atau dijadikan Napi di dalam penjara. Karena mereka enggan mengendalikan diri dan hanya ingin berbuat jahat, tentu saja akibatnya sulit dihindarkan dari dosa berat, baik lahir maupun batin pun merasa sakit juga seperti sedang di dalam kebakaran api, ingin melepaskan penderitaan sepintaspun tidak mudah! Akan tetapi, mereka bukan saja hidup telah mengalami sedih apalagi setelah meninggal dunia keadaannya akan lebih sedih lagi! Mereka akan lahir dan mati di alam gelap terus menerus tanpa henti-henti, akan menerima hukuman berat berulang-ulang! Ketahuilah, di alam gelap terdapat 3 Jalan yakni satu jalan menuju ke alam Hewan; satu ke alam Setan-lapar dan satu ke Neraka.

Bila saatnya tiba si umat harus menurut Karmanya mengganti tubuhnya, maka, kadang-kadang ia berbadan hewan di alam ini, kadang-kadang berbadan Setan pindah ke alam itu. Usia mereka juga tidak tertentu, panjang atau pendek semua menurut jenisnya dan Karmanya. Apalagi mereka pada masa hidup di dunia manusia pernah terlibat permusuhan dengan umat lain terlalu banyak, kini persis masanya matang, musuh-musuh tersebut akan lahir semasa, sedaerah atau sekeluarga. Setelah balas dendam dilakukan, masa datang mereka akan bertemu lagi bila perhubungan musuh mereka belum diselesaikannya. Demikian pula, jika Karma jahat yang mereka libatkan itu masih ada, walaupun mereka telah menjalani masa hukuman demikian panjang serta sangat lama, tapi Vijnana atau arwahnya masih tetap ditahan di alam tersebut secara otomatis. Mereka bukan saja tidak dapat bebas bahkan sakitnya makin terasa parah sulit dikatakan! Ketahuilah, ‘Sebab-akibat’ dan ‘Hukum-Karma’ di dunia ini nyata sekali, tepat sekali! Kecuali jika segala sesuatu belum tiba saatnya! Cuma, umat-umat yang masih berstatus biasa yang tidak dapat meramal atau mengetahui halnya yang akan terjadi, namun Jalan-Baik dan Jalan-Jahat bedanya demikian jelas dan nyata, tanpa keliru sedikitpun! Inilah yang disebut ‘Ke Lima Kejahatan, Kesakitan dan Kebakaran’ yang bagian pertama; Penderitaannya sungguh sedih tidak berbeda seperti kobaran api yang sedang membakar tubuh manusia yang berdosa! Akan tetapi, bila Sang umat sadar dan berani mensucikan pikirannya, bertekad menertibkan perilakunya, senang berbuat baik menimbun jasa, tidak melakukan perbuatan jahat dan bertekad mempraktekkan Dharma luhur. Bila dirinya lepas dari belenggu kesengsaraan, tidaklah lupa menyelamatkan makhluk-makhluk lain dengan jasa-jasa yang diperolehnya, agar kalian dapat bersama-sama melangkah ke Jalan Parinirvana! Inilah yang disebut ke ‘Lima Kebaikan’ dalam bagian yang pertama!”

Sang Buddha Sakyamuni melanjutkan sabdaNya: “Yang disebut bagian kedua adalah: Bahwa para umat yang berada di dunia ini, baik sang anak terhadap orang tuanya, Sang adik terhadap kakaknya, maupun istri
terhadap suami, menantu terhadap mertua, diantara mereka terdapat sebagian besar yang enggan memuliakan Tata-krama, enggan menaati peraturan umum. Boros, asusila, bersundal, sombong, menjangkal. Lebih-lebih mengejar kesenangan yang kurang senonoh. Mereka enggan mengendalikan hatinya agar tidak menjadi sedemikian sesat. Lagi, senang menipu, berdusta, berkhayal dan pandai sekali bermulut manis tapi hati tidak jujur, pandai membujuk, pandai merayu, membenci pada orang saleh, memfitnah orang bijak, menjerat orang baik. Atau atasan kurang bijaksana membiarkan tingkah laku bawahannya; Atau bawahan kurang ikhlas terhadap atasan, sehingga anak buahnya memperdayai Tuannya. Demikian pula, anak menipu orang tua, adik menipu kakak, isteri menipu suami dan menantu menipu mertua. Atau sikap mereka penuh dengan Lobha (tamak), Dosa (benci) dan Moha (gelap batin), selalu membenci yang punya harta benda, ingin merebut dijadikan miliknya! Apalagi daya mereka tidak dapat diwujudkannya, bentroklah hubungan keluarga, persahabatannya terpecah-belah, akhirnya menjadi musuh dan dendam, hingga masa ke masa sulit dibubarkan! Apalagi, tingkah laku yang tidak terpuji itu harus menghadapi peraturan Pemerintah, menurut perbuatannya dihukum dengan peraturan yang berlaku di negerinya. Dan di samping itu walaupun mereka telah dihukum oleh Pemerintah, tapi, karena ia berani merusak mental-moralnya hingga demikian serius dan jasa-jasa tidak pernah diamalkan sesuatupun, apalagi, tentang Dharma-Dharma penting yang dapat meringankan dosa berat, sama sekali tidak pernah dilaksanakan! Maka, saat mereka masih hidup di dunia kepintaran dari Vijnana-nya telah dikurangi oleh Tuhan Yang berkuasa dan nama mereka juga diubah-Nya dari tingkat atas menurun ke tingkat bawah. Apabila, kehidupannya telah habis arwahnya terus diterjunkan di alam sengsara. Jika Karma buruk yang dimilikinya terlalu banyak mereka akan bermukim di alam gelap hingga beberapa Kalpa lamanya dan tanpa kesempatan untuk keluar. Betapa sakitnya! Inilah yang disebut ‘Ke lima kejahatan, kesakitan dan kebakaran’ bagian kedua. Dan, penderitaannya sungguh sedih tidak berbeda seperti kobaran api yang sedang membakar tubuh manusia yang berdosa! Akan tetapi, bila sang umat sadar dan berani mensucikan pikirannya, bertekad menerbitkan perilakunya, senang berbuat kebaikan, menimbun jasa, tidak melakukan perbuatan jahat dan bertekad mempraktekkan Dharma luhur. Bila dirinya telah lepas dari belenggu kesengsaraan, tidaklah lupa menyelamatkan makhluk-makhluk lain dengan jasa-jasa yang diperolehnya, agar kalian dapat bersama-sama melangkah ke Jalan Parinirvana! Inilah yang disebut ‘Ke lima kebaikan’ bagian yang kedua!

Sang Buddha Sakyamuni melanjutkan sabdaNya: “Yang disebutkan bagian ketiga adalah : Bahwa para umat yang berada di dunia ini, satu antara lain dari hubungan penghidupan mereka amat erat, tidak akan berpisah-pisah atau berdiri-sendiri. Maka, bila terdapat satu anggotanya berlaku baik atau jahat akibatnya langsung mempengaruhi keseluruhannya! Padahal setiap umat manusia berada di dunia ini hanya sementara persis seperti seseorang tamu yang menumpang di rumah orang, bila syarat dan ijinnya habis ia harus berangkat, cuma akan ke alam mana lagi dirinya tidak dapat diketahui, harus menunggu putusan Karmanya! Dan usia manusia pun tidak begitu panjang, batasannya paling-paling seratus tahun, itu juga suatu syarat bagi sang umat yang sering terpengaruhi Karma! Demikian pula, para umat baru yang tengah tiba di dunia ini, kedatangannya juga ditentukan oieh Karma-nya. Maka, menurut Karma masing-masing akan dijadikan 3 jenis golongan. Yang termasuk kaum atas, bakal pembawaan mereka tetap banyak yang bersifat bijak, saleh, dan kedudukan mereka pun demikian agung, mulia’atau berpangkat tinggi, statusnya bangsawan, jutawan, penghidupan mereka mewah dan berbahagia. Tapi, yang termasuk kaum bawah penghidupan mereka akan rendah, sengsara, banyak berstatus miskin papa, pengemis, bertubuh kurus atau cacat, wataknya buruk, bodoh sering mengalami malapetaka. Adapun para kaum pertengahan penghidupan mereka lumayan, maka baik lahir maupun batin tidak begitu sibukpun tidak begitu susah, sejahtera lagi berbahagia. Bila hendak membuat kebaikan, kebajikan bahkan mempraktekkan Dharma pun mudah sekali! Akan tetapi, di antara mereka terdapat sebagian besar yang memiliki kelakuan yang kurang senonoh! Atau mereka selalu berniat membikin hal-hal yang jahat-jahat; Atau senang mengejar hawa nafsu hingga hatinya amat gelisah, pikirannya pun demikian kacau-balau, duduk atau berdiri pun tidak merasa tenang. Dan, banyak ditinggalkan. Atau dengan kelakuan secara samar-samar atau terang-terangan sehingga harta benda mereka habis terus-menerus. Diantaranya banyak dikarenakan rebut-merebut hingga terlibat balas-dendam! Karena mereka enggan berusaha mata penghidupan yang benar, akhirnya ekonominya macet dan menimbun hutang piutang, Akhirnya melakukan bermacam-macam kejahatan seperti mencuri dan merampok. Setelah kejahatannya tercium oleh pengawas, barang hasil kejahatannya baru diserahkan ke tangan istrinya untuk hiburan. Atau mereka sama sekali tidak takut kepada siapa pun, sehingga akibatnya meresahkan keluarganya serta para penduduk se daerah. Walaupun telah berulang-ulang dinasihati atau dihukum oleh Pemerintahnya, tapi, mereka tanpa takut bahkan sengaja tidak mengindahkan peraturannya. Karena tindak laku kejahatan mereka sangat keterlaluan, kejahatannya telah ditembusi sinar Sang Bulan serta Sang Surya, segeralah kepintaran dari Vijnana mereka dikurangi serta namanya pun dicatat oleh Sang Kuasa. Dan, Jalan dari ketiga alam sengsara serta macam-macam penderitaan tetap menyediakan peluang untuk mereka, apabila arwah mereka telah diterjunkan ke alam gelap pasti akan melewati masanya selama berjuta-juta Kalpa dan sulit memperoleh kesempatan untuk keluar! Inilah yang disebut ‘Ke lima kejahatan, kesakitan dan kebakaran’ yang bagian ketiga. Dan, penderitaannya sungguh tiada terkira tidak berbeda seperti kobaran api yang sedang membakar tubuh manusia yang berdosa! Akan tetapi, bila sang umat sadar, berani mensucikan pikirannya, bertekad memperbaiki perilakunya, senang membuat kebaikan, menimbun jasa-jasa, tidak melakukan kejahatan dan bertekad mempraktekkan Dharma luhur. Bila dirinya telah lepas dari belenggu kesengsaraan, tidaklah lupa menyelamatkan makhluk- makhluk lain dengan jasa-jasa yang diperolehnya, agar kalian dapat bersama-sama melangkah ke Jalan Parinirvana! Inilah yang disebut ‘Ke lima Kebaikan’ bagian ketiga!”

Sang Buddha Sakyamuni melanjutkan sabdaNya: “Yang disebut bagian keempat adalah : Bahwa para umat yang berada di dunia ini, terdapat sebagian umat tidak ingin mengajak orang lain berbuat kebaikan, hanya ingin mendorong orang lain melakukan kejahatan. Atau, mereka senang memfitnah orang bijak, membenci orang baik. Mereka senang berkata-kata kasar, berdusta, dan omong kosong, selalu menyebarkan kabar yang bukan-bukan agar timbul bentrokan satu sama lain, untuk menyenangkan hatinya sendiri! Mereka enggan mengabdi kepada kedua orang tua; tidak taat malah menghina gurunya. Kalau terhadap handai-taulan tidak mau jujur, senang meninggikan hati diri dan menyebut dirinya telah memiliki mental-moral tertinggi. Atau sengaja menggunakan kedudukannya yang kuat dan berkuasa menyerang orang yang tidak disenangi,
hingga banyak orang merasa takut kepadanya. Bila dinasehati atau diberi saran agar banyak membuat kebaikan, mengurangi kejahatan oleh para tokoh, sama sekali tidak diindahkan malahan berani mengucapkan dirinya tidak akan takut kepada Sang Kuasa, atau Tuhan yang Maha esa, atau sinari Sang Bulan dan Sang Surya; Bahkan selalu dengan sikap congkak yakin bahwa segala perbuatannya akan tetap lancar terus tanpa diganggu sesuatu apapun! Karena perbuatan dari sang umat itu sangat keterlaluan maka, Vijnana-nya serta namanya pun dicatat oleh Sang Pengawas. Berkat jasa-jasa kecil yang ditimbuni dari masa lampau untuk dilahirkan di dunia ini, kini hilang total dan masa ini tiada seujung rambut jasapun yang diamalkannya. Sekarang para pelindung telah pergi hanya tinggal ia sendiri tiada bekal apapun! Setelah ajalnya tiba segeralah gambar tentang kejahatan yang pernah mereka buat itu, semua terwujud di depannya. Apalagi Vijnana, nama telah dicatat oleh Sang Kuasa, Hukum-Karma hendak ditanggung-jawabkan secara penuh
sedikitpun tak ada yang bisa ditolak! Saat itu, mereka hanya menyerahkan dirinya menurut hukuman diturunkan ke kawah api di alam Neraka, baik lahir maupun batinnya akan merasa kesakitan demikian berat, sulit dikatakannya! Sebab-akibat dan Hukum Karma wujudnya sangat nyata dan adil, maka, siapa yang sengaja melakukan kejahatan tanpa sadar sedikitpun, ia tetap diterjunkan ke ‘Tiga Alam Kesedihan’ dan lama masanya akan berjuta Kalpa dan amat sulit mendapat kesempatan untuk keluar! Betapa sakitnya! Inilah yang disebut ke lima Kejahatan, kesakitan dan kebakaran bagian keempat! Dan, penderitaannya sungguh
menyedihkan tidak berbeda seperti kobaran api yang sedang membakar tubuh manusia yang berdosa! Akan tetapi, bila sang umat sadar, berani mensucikan pikirannya, bertekad menertibkan perilakunya senang membuat kebaikan, menimbun jasa-jasa, tidak melakukan kejahatan dan bertekad mempraktekkan Dharma luhur. Bila dirinya telah lepas dari belenggu sengsara, tidaklah lupa menyelamatkan makhluk-makhluk lain dengan jasa-jasa yang diperolehnya, agar kalian dapat bersama-sama melangkah ke Jalan Parinirvana! Inilah yang disebut ke ‘Lima Kebaikan’ dalam bagian yang keempat!”

Sang Buddha Sakyamuni melanjutkan sabdaNya: “Yang disebut bagian kelima adalah: Bahwa di antara para umat yang berada di dunia ini, terdapat sekelompok orang yang bersifat tanpa kepastian, malas, enggan
mengatur diri, enggan berusaha agar kehidupannya mantap dan enggan beramal kebaikan, sehingga keadaan dari anak-istri, orang-tua pun menderita. Mereka kekurangan sandang-pangan, atau kekurangan pengobatan dan pendidikan. Apabila akibat kelakuan yang tak senonoh itu ia diajar orang-tuanya, sang umat itu tidak mau mengaku kesalahannya, bahkan melawan orang-tuanya dengan mata yang kejam, dengan kata-kata yang tidak sedap didengar dan kadang-kadang menjadi permusuhan, sehingga banyak orang yang mengeluh: Lebih baik aku tidak dianugrahi keturunan! Tapi, bagi anak yang durhaka itu bila mereka telah
mempunyai uang, semua diboroskan untuk keperluan diri sendiri, buat minuman keras, makanan lezat; Mengejar hawa nafsu, bermain judi dan sebagainya. Mereka sama sekali tidak akan mengindahkan Tata-krama; Tidak memiliki iba hati; Tidak menaruh perhatian kepada keluarga yang pernah dicintai; Lupa akan hutang budi orang-tuanya; Lupa jasa-jasa Sang guru serta handai-taulannya. Pikiran, ucapan dan tubuhnya juga terlibat kejahatan, sehingga ‘Tri-Karma’ telah dimiliki semua! Lebih-lebih lagi, mereka tidak percaya ajaran Dharma yang disalurkan atau diwariskan dari para Arya, para tokoh suci yang silam; Mereka tidak percaya bahwa kalau mempraktekkan Dharma luhur dapat menyelamatkan dirinya. Mereka juga tidak percaya bahwa orang yang telah meninggal dunia, arwahnya akan dilahirkan ke alam yang sesuai dengan perbuatannya. Dan, mereka tetap tidak percaya akan Sebab-Akibat serta Hukum-Karma yang demikian nyata dan adil! Lebih jahat lagi, terdapat umat yang berani menyakiti atau membantai para Arya atau sengaja membentrokan atau menceraikan para Sravaka-Sangha dengan sikap bengis. Demikian pula, mereka hanya demi merebut sebagian kecil harta-warisan berani menganiaya atau membunuh orang-tuanya, atau saudaranya, atau para pemiliknya. Sang umat yang gelap-batin total ini sungguh sulit diobati dengan obat yang berkhasiat sekalipun! Akan tetapi, apabila tiba ajalnya mereka bisa merasakan bahwa dosanya demikian berat, baru merasa cemas, gelisah, gemetar; Barulah menyesali perbuatannya yang sangat keterlaluan! Namun, waktu tidak mengizinkan pikirannva untuk banyak bergerak lagi! Padahal, ke Lima Alam yang berada di alam semesta sudah nyata sekali. Hukum-Karma untuk siapapun tetap tidak akan meleset seorang-pun! Ketahuilah, orang berbuat kebaikan tetap mendapat pahala cemerlang, ini yang disebut ‘Jyotirjyotis-Parayana’ yakni kalau menjejaki Sang bijak tetap melangkah di Jalan-cahaya; Sebaliknya, orang berbuat jahat tetap terkena akibat yang sengsara, ini disebut: ‘Tamastamah-Parayana’ yakni kalau mengikuti Sang gelap akan lalu-lalang di Jalan-gulita. Sebenarnya, segala hal yang akan dialami oleh Sang gelap, bagaimana keadaan mereka tidak dapat diketahui kecuali Sang Buddha yang dapat tahu semuanya. Namun, banyak umat yang batinnya belum begitu gelap dan langsung diajari Dharma oleh para tokoh bijak, agar mereka dapat sadar, dapat diselamatkan, dapat membebaskan dirinya dari belenggu sengsara. Betapa sayangnya! Kesemuanya tidak digubris mereka. Sehingga mereka sepanjang masa terus mengalami penderitaan lahir-mati dan terus mondar-mandir di pelbagai Jalan-gelap, di Ketiga Alam Kesedihan, lamanya hingga berjuta-juta Kalpa dan
amat sulit mendapat kesempatan untuk keluar! Betapa sakitnya! Inilah yang disebut ke 5 macam ‘Kejahatan, Kesakitan dan Kebakaran’ bagian kelima. Dan, penderitaannya sungguh menyedihkan tidak berbeda seperti kobaran api yang sedang membakar tubuh manusia yang berdosa. Betapa sedihnya! Akan tetapi, bila sang umat sadar, berani mensucikan pikirannya, bertekad menerbitkan perilakunya, senang membuat kebaikan, menimbun jasa-jasa, tidak melakukan kejahatan dan bertekad mempraktekkan Dharma luhur. Bila dirinya telah lepas dari belenggu sengsara, tidaklah lupa menyelamatkan makhluk- makhluk lain dengan jasa-jasa yang diperolehnya, agar kalian dapat bersama-sama melangkah ke Jalan Parinirvana! Inilah yang disebut ke 5 macam ‘Kebaikan’ dalam bagian yang kelima!”

55
Sutra Mahayana / Namo Amitofo
« on: 23 December 2011, 03:54:42 PM »
Sang Buddha Sakyamuni bersabda kepada Sang Bodhisattva Maitreya: “Benar, kata-katamu O, Arya Ajita! Ketahuilah, barang siapa dapat menghormati kepada seorang Buddha dengan sadar serta beriba-hati kepada para makhluk, kelakuan mereka akan dianggap paling baik dan bijak! Memang di dunia ini akan lama sekali baru dapat seorang Buddha datang menjalankan kewajibanNya di sini. Betapa sulitnya jika seorang hendak mendapat kesempatan hidup bersama sama dengan Buddha pada satu masa! Sekarang berkah kesempatannya cerah serta saatnya matang Aku baru dapat menjadi Buddha di dunia Sahaloka pada masa ini! Aku dapat mengkhotbahkan berbagai Sutra, Vinaya, Abhidharma dan sebagainya di dunia manusia; Dapat mengembangkan Buddha Dharma ke seluruh alam semesta! Agar para makhluk dapat memutuskan jala-jala sesat dan menghilangkan sikap sangsi mereka; Membimbing para umat suci mencabut segala akar dari nafsu duniawi; Melumpuhkan dan mengeringkan sumber-sumber kejahatan! Kini, Aku sering dengan Samadhi luhur untuk menjelajah ke daerah-daerah dalam lingkungan Triloka tanpa halangan! Subyek-subyek penting, intisari-intisari serta pengetahuan Prajna dari berbagai Sastra atau Doktrin-Doktrin tertinggi yang diwariskan oleh para Tathagata yang silam itu, semuanya telah kumiliki. Dengan pengetahuan dan keterampilan itu senantiasa senang menujukan kepada para umat bahwa di alam semesta ini ada 5 Alam khusus untuk para pemukim yang enggan mempraktekkan Dharma yakni: Alam Dewa, Alam manusia, Alam Hewan, Alam Setan lapar, Alam Neraka dan sebagainya. Agar para umat yang telah diselamatkan atau belum
diselamatkan itu dapat mengerti Jalan penting, di dunia ini ada dua : Jalan Tumimbal-lahir dan kematian serta Jalan Nirvana!”

“O, Arya Ajita! Tahukah anda, tentang status anda pada masa silam? Ketahuilah, sejauh beberapa Kalpa yang lalu anda telah melaksanakan status setingkat Bodhisattva, bercita-cita ingin menyelamatkan para makhluk sengsara. Tapi, karena metode yang paling berfasilitas dan paling sesuai itu tidak pernah dipergunakan oleh anda, maka sejak anda menghayati Dharma hingga anda menapai tujuan Parinirvana akan makan waktu hingga demikian panjang dan lama. Betapa sedihnya! Kini, keadaan anda masih tidak berbeda dengan para Dewa, manusia dan makhluk-makhluk lain, sejauh masa terus menerus mondar-mandir di lima alam,
lagi pula terus mengalami kesengsaraan, kecemasan dan ketakutan serta penderitaan-penderitaan lain banyaknya sulit dikatakan! Kini, anda sedang berada di Jalan lahir-mati ini mendapat kesempatan bertemu dengan Buddha; Mendapat kesempatan mendengar Dharma luhur;Lagi pula, mendapat kesempatan mendengar nama Buddha Amitayus atau Amitabha hingga anda memperoleh sebuah metode yang sangat praktis serta amat sederhana, cukup menjadi alat ampuh untuk menyelamatkan para makhluk sengsara yang selalu dikenang oleh anda itu. Betapa riangnya O, Arya Ajita! Sungguh, akan kesempatan yang demikian ceria bagi anda ini Aku pun ikut bergembira! Akan tetapi O, Arya Ajita! Mulai hari ini anda harus berkebulatan tekad mengatasi Jalan lahir-mati serta sebab-sebab badan menjadi tua, penyakit dan berbagai Duhkha; Anda harus berkebulatan tekad mengatasi yang disebut ‘Embun-kuruh’ yakni ingus, lendir, tahi, kemih, dan sebagainya yang masih penuh-sesak mengendap di dalam tubuh anda itu. Tertibkanlah perilakumu dan sucikanlah pikiranmu selalu! Agar kegelapan batinmu dapat musnah hingga total! Banyak berbuat baik dan banyak mengamalkan jasa- jasa; Kata-kata serta perilaku harus dijaga ketat! Tulus jujur, sopan santun supaya dalam-luar sama-sama identik. Apabila dirinya telah diselamatkan lalu membantu umat lain supaya mereka dapat diselamatkan bersama-sama, agar sama-sama dapat melepaskan diri dari penderitaan! Di samping itu, anda harus berikrar dengan bulat-hati mohon dilahirkan di alam Sukhavati. Dan, jasa-jasa agung yang dikumpulkan oleh anda itu boleh dijadikan sesuatu bekal penting untuk perjalanan anda! Meskipun kesibukan anda demikian susah-payah berjuang terus menerus hingga seumur hidup, tapi, pekerjaanmu tidak akan sia-sia. Waktu tiba saatnya hanyalah dalam sepintas saja anda telah melayang dengan riang gembira dan tiba di negeri Buddha Amitayus yaitu alam Terbahagia! Dan anda akan menikmati kebahagiaan yang tak terhingga di alam sana! Dan, setelah orangnya dilahirkan di alam sana, pastilah tubuhnya akan
sama seperti para suci, dapat mengeluarkan sinar cahaya. Seketika akar-akar dari tumimbal-iahir dan kematian yang pernah dan lama dimiliki anda itu semua dapat dicabut hingga tuntas. Baik lahir maupun batin tidak akan dijangkau oleh ‘Tiga Jenis Racun’ yakni Raga, Dosa, Moha serta Klesa-Klesa lainnya! Apabila, anda ingin usiamu sepanjang satu Kalpa. Atau seratus Kalpa, atau ribuan Koti Kalpa boleh menurut kehendak anda. Dirinya demikian bebas, riang gembira tanpa tersangkut sesuatu apapun; Sungguh O, Arya Ajita! Keadaan dari alam Sukhavati itu persis seperti Nirvana!”

Sang Buddha Sakyamuni bersabda lagi: “O, Arya Ajita serta para hadirin sekalian’ Apabila kalian telah menggerakkan Bodhicitta, telah berikrar ingin dilahirkan di alam Sukhavati, boleh menurut bunyi ikrarnya masing-masing dan kalian boleh memilih suatu metode dari Sutra Amitabha Buddha yang sesuai dengan kemampuan. Seperti merenung Buddha dengan meditasi, menyebut nama Buddha .Amitabha atau mengadakan upacara kebhaktian untuk membaca SutraNya. Dan, di samping itu harus berusaha dengan semangat Virya, harus bekerja keras, menjalankan Sila, mengamalkan jasa-jasa. Dengan demikian apa yang anda lakukan pasti sukses! Akan tetapi, kalian harus sadar terhadap Dharma; Harus menaruh keyakinan penuh kepada Maha-Pranidhana Buddha Amitayus hingga dapat menyelamatkan diri, tidak boleh kadang kala
masih timbul perasaan sangsi hingga meragu-ragukan DharmaNya! Atau kadang kala timbul sesal hingga sengaja memundurkan diri di tengah jalan Kebodhian; membikin kesalahan yang mengganggu cita-cita yang demikian mulia! Walaupun mereka dapat dilahirkan, tapi, mereka akan bermukim di dalam Istana 7 mustika yang terletak di Bumi Terpencil dan selama 500 tahun tetap berada di “Kota-Sangsi” itu, sulit mendapat kesempatan untuk melihat Buddha dan mendengar DharmaNya!”

“Tidak O, Bhagavan yang termulia!” Jawab Sang Bodhisattva Maitreya: “Dharma yang demikian bermanfaat ini, samasekali tidak disangsikan oleh kami sekalian! Dan mulai sekarang kami sekalian akan melaksanakannya dengan segenap tenaga hingga sukses! O, Bhagavan yang termuliai Percayakan pada kami sekalian! Dan atas kemurahan hati mengkhotbahkan Dharma luhur ini kami sekalian mengucapkan beribu-ribu terima-kasih!”

Sang Buddha Sakyamuni bersabda kepada Bodhisattva Maitreya: “Baik sekali O, Arya Ajita! Kamu sekalian dengan sikap demikian kebulatan tekad dan bijak ingin mensucikan batin, menghindarkan segala perbuatan jahat, akan dengan bulat-hati mempraktekkan Dharma luhur, pasti kepahalaan yang akan kamu peroleh itu, sangat unggul serta sangat sempurna! Dan membuahkan hasil yang sangat gemilang suatu
hasil yang tidak dimiliki para umat yang ada di 10 penjuru dunia! Mengapa demikian? Sebab, para Dewa, manusia atau makhluk-makhluk lain yang berada di dunia Buddha di pelbagai penjuru itu, semua memiliki perangai baik, sadar lagi bijak dan jarang sekali berbuat jahat, mudah sekali bila dibimbingi dengan Dharma luhur kepada mereka! Maka, hasil yang dibuahkan mereka juga mudah sekali, tidak seperti para umat dunia Saha yang amat susah bila dibimbingkan Dharma kepadanya! O, Arya Ajita! Tahukah anda, Aku menjalankan kewajiban Buddha di dunia ini, keadaannya tidak berbeda dengan para umat yang tengah mengalami 5 macam kejahatan, kesakitan dan kebakaran. Alangkah sedihnya! Maka, tentang titik-berat dari pekerjaanKu terpaksa diarahkan ke 5 macam kejahatan, kesakitan, dan kebakaran itu, agar mereka dapat
menghilangkan ke 5 macam kesakitan dan dapat menghindarkan ke 5 macam kebakaran secara cepat. Demi mereka Aku tak segan-segan menggunakan berbagai metode yang berasal dari Dharma luhur untuk menundukkan kenakalannya, kemudian dibimbing dengan Dharma luhur lagi hingga mereka sadar semua. Di samping itu Aku juga menyarankan mereka untuk melakukan ke 5 macam kebaikan, agar mereka dapat mempergunakan jasa-jasanya untuk membebaskan diri dari belenggu kesengsaraan. Dan, bila tiba saatnya dapat mencapai Nirvana yang mereka inginkan!”

56
Sutra Mahayana / Namo Amitofo
« on: 23 December 2011, 03:54:07 PM »
Mereka kurang budi, tidak bijak, bodoh, banyak bertabiat sangat jahat sering membahayakan anggota keluarganya, meresahkan masyarakat bahkan merugikan negara hingga dunia. Betapa sedihnya! Karena kurang bijak, enggan percaya, enggan mengamal jasa-jasa, sendiri tidak dapat melihat dan langka orang memberitahu atau tidak bisa memberitahu, maka mereka sama sekali tidak tahu menahu tentang asal-usul tumimbal lahir dan tentang Jalan menuju ke alam bahagia atau alam sengsara. Segala perbuatan mereka semua diliputi baik dan buruk atau untung dan celaka. Saat dukacita telah terjadi di rumahnya amat kacaubalaulah suasananya : Ayah menangisi mayat anak, atau anak menangisi’ mayat ayah, atau kakak menangisi mayat adik, atau adik yang menangisi, atau Suami-isteri saling menangis, hebat sekali! Padahal, segala sesuatu berada di dunia fana semuapun bercorak Sunyata (kekosongan), tidak ada yang kekal, kecuali jasa-jasa serta Dharma luhur, sedang yang lain bila tiba saatnya tetap akan musnah total apalagi tubuh manusia hanya terdiri dari Caturdhatu (4 macam unsur : tanah, air, api, angin)! Yang patut kita sayangi batin kita bukan mayat; Betul? Dan, dengan sarana ini para tokoh bijak tak segan-segan membimbing mereka, tapi di antaranya masih sebagian besar tidak mau menaruh perhatian, mereka rela melepaskan dirinya mengikuti roda Samsara (putaran lahir mati) berputar terus menerus tanpa hentinya! Mengapa hingga demikian? Tiada yang lain kecuali batin mereka yang terlalu gelap, keras kepala, pikiran tegar, enggan menaruh perhatian dengan pandangan jauh, pandangan pada masa mendatang, enggan menerima ajaran-ajaran penting dari para tokoh bijak; Hanya mengejar kesenangan, hanya ingin memikat nafsu duniawi, merebut harta benda bahkan wanita! Moral-mental serta budi-pekerti rusak total! Bengis, dendam, angkara-murka dan sebagainya! Disamping itu, karena tidak memiliki jasa-jasa untuk bekal juga tidak pernah mempraktekkan Dharma luhur untuk menyelamatkan diri maka, setelah mengakhiri kehidupannya cepat sekali diterjunkan ke alam sengsara atau terus berputar ke dalam roda kelahiran dan kematian hingga berjuta-juta tahun dan belum pasti dapat keluar. Betapa sedihnya! Dan, di antara mereka juga ada yang ingin belajar Dharma, mereka pernah ikut para Maitrayani (tokoh bijak dan suci) dan pernah mendengar khotbahnya. Tapi, mereka tidak bisa berpikir hingga dalam, tidak bisa menggerakkan hati sanubari hingga total, baik lahir maupun batin juga.enggan disucikan, pandangan belum bisa sampai jauh; Terhadap Dharmanya juga kurang tekad, mereka masih tetap terikat kepada hal duniawi hingga kukuh sekali, sampai kebijaksanaannya menghilang dan batinnya gelap kembali seperti semula. Oleh karena itu, sampai umurnya habis pun belum bisa mencapai Kebodhian! Keadaan seperti mereka itu amat menyedihkan!

Demikian pula, Mereka masih muda, sehat dan umurnya pun belum habis, tapi, nyawa mereka tetap hilang dan terus diterjunkan ke alam sengsara hingga ribuan Koti Kalpa belum bisa mendapat kesempatan untuk keluar! Mengapa demikian? Sebab, hati sanubari yang asalnya suci bersih kini telah dicemari kekotoran, telah diracuni oleh perilaku yang jahat seperti bersikap bengis, ingin membunuh, merampok, ingin membuat hal yang bukan-bukan. Mereka tidak takut akan Hukum-Karma, tidak takut akan ‘ Tuhan Yang Maha Esa’ juga tentang peraturan Pemerintah; Mereka memberontak Tata-krama manusia secara bertubi-tubi! Maka, para umat seperti itu walaupun waktu ajalnya masih jauh sekali tapi, mereka telah diikuti maut, kapan saja dan di mana saja nyawanya mudah hilang, kecuali jika mereka sadar, telah bertobat dan telah paham akan makna-makna Dharma luhur, dosa berat yang dimilikinya dapat hilang total dan batinnya juga dapat diselamatkan! Sadarlah dan waspadakanlah O, Arya Ajita! Apabila nyawa anda hingga demikian, betapa sedihnya!”

Sang Buddha Sakyamuni bersabda kepada Sang Bodhisattva Maitreya serta para hadirin: “O, Arya Ajita yang berbudi! Sekarang Aku akan menguraikan lagi Dharma penting untuk anda dan kalian semua. Dengarlah baik-baik! Bahwa segala sesuatu yang berada di dunia ini dapat maju, demikian pesat semua adalah hasil kerja umat manusia. Karena mereka di bawah para pemimpin yang bijak serta tekun menghayati teknologi yang canggih. Demikian pula, para Arya dapat mengatasi persoalan tentang Turnimbal-lahir dan kematian guna membebaskan diri serta para umat dari belenggu sengsara, juga berpangkal dengan sikap tekun, penuh tekad, amat sadar serta berkebijaksanaan terhadap Sad-Dharma yang dihayati oleh mereka itu! Seandainya, para siswa Buddhis hanya memiliki ide atau rencana yang kurang sempurna, tapi mereka enggan mendekati para tokoh bijak, enggan dipimpin oleh tokoh bijak, enggan giat berusaha dan kerja. Dharma luhur yang mereka pelajari itu hanya dipasrahkan kepada Tuhan dan dirinya hanya menunggu di atas bangku agar pahalanya dapat turun dari langit. Padahal sikap mereka seperti ini pasti sia-sia belaka dan Tuhan pun sama sekali tidak mengetahui mereka sedang menunggu pahalanya, akhirnya dirinya masih tetap berada didalam sengsara. Betapa sedihnya!”

“Maka dari itu O, Arya Ajita!” Sang Buddha Sakyamuni melanjutkan sabdaNya: “Para siswa Buddhis harus berani dengan pikiran matang menghadapi segala hal yang berada di depannya, harus sadar dan bijaksana! Disamping itu mereka harus berani melenyapkan segala ide yang keliru serta segala sikap jahat hingga tuntas! Jalan yang menuju ke jurusan baik dibuka lebar-lebar; Jalan yang menuju ke alam sengsara ditutup rapat-rapat! Segala nafsu duniawi dan segala kesenangan yang tidak mengandung arti itu harus dianggap suatu benda rapuh, tidak kekal malahan banyak mengandung racun yang dapat membahayakan lahir batin sang umat! Apa anda masih menganggap kenikmatan? Masih tetap terikat padanya?”

“Sekarang O, Arya Ajita! Kalian dapat hidup bersama dengan Buddha dalam satu masa dan kesempatan yang sangat sulit ditemukan ini, patut dipegang teguh, supaya kalian dapat mensukseskan Dharmanya dengan tekun, penuh tekad serta semangat Virya hingga kalian dapat mencapai Kebuddhaan! Apalagi, Buddha Amitayus demikian senang dan tetap menerima para umat suci dengan ke 48 ikrar maka Pranidhana-Nya secara terus menerus! Sama sekali tidak seperti ‘Terserah kepada Tuhan’ hingga sia-sia belaka!

O, Arya Ajita! Tahukah anda, para umat yang berhasrat ingin dilahirkan di alam Sukhavati itu, semua akan memperoleh cahaya Prajna yang amat cerdas, cermat lagi terang bila berhadapan dengan sesuatu apapun! Mereka juga memiliki kebajikan yang terunggul; Juga memiliki pengetahuan daya Rddhi-Abhijna serta berbagai ketrampilan yang supernormal! Maka dari itu, Aku selalu memohon agar kalian bertekad mengendalikan hawa nafsu, menundukkan segala pikiran yang bukan-bukan! Dan, melaksanakan Dharma penting yang tercantum di dalam Sutra ini dengan segenap tenaga, bekerja keras dan maju terus, agar dirinya tidak tertinggal dari barisan yang Maha meriah itu! Seandainya masih terdapat para putra-putri berbudi yang terhadap Dharma luhur masih timbul perasaan sangsi; Atau mereka yang masih belum memahami makna-makna dari Sutra ini, sudi datanglah untuk menegur tentang artinya pada Aku, Aku akan senang menjelaskan kepadanya secara luas!” Saat sabda Sang Buddha Sakyamuni baru berhenti sebentar dan Sang Bodhisattva Maitreya telah lama berlutut di depan Buddha seraya berkata:

“O, Bhagavan yang termulia! Sabda-Mu sungguh tepat serta demikian besar manfaatnya! Tiada kekeliruan sepatah-katapun! Bahwa, pada saat aku mendengarkan khotbah Sang Buddha aku juga memikirkan artinya serta menimbang gerak-gerik dari sikap umat manusia di dunia ini persis seperti apa yang diuraikan Sang Bhagavan tadi! Sungguh, atas kemurahan hati-Mu rela menunjukkan satu “Maha Marga” (Jalan Bodhi terbesar) kepada para simpatisan Dharma, hingga yang buta dapat melihat jalannya; Yang tuli dapat mendengar suara Dharma; Yang sedang mengalami sengsara dapat membebaskan dirinya! Keanugrahan ini bukan saja para hadirin yang berada di dalam Pesamuan Agung ini yang merasa riang gembira, melainkan para Dewa, manusia serta para makhluk hidup sekalian pun ikut bergembira. Kalian terus menerus mengatur ucapan ‘beribu-ribu terima kasih’ kepada Sang Bhagavan atas Rahmat Maha-Karuna hingga mereka mendapat kesempatan untuk melepaskan penderitaan mereka! Apalagi, Sutra-Sutra yang mengandung Dharma luhur serta Vinaya-Vinaya dan sebagainya yang diajarkan oleh Sang Bhagavan itu, demikian penting dan bermanfaat!.Sehingga mereka dapat memperoleh pengetahuan Prajna yang demikian praktis! Kini, mereka dengan alat ampuh ini dapat mengerti segala sesuatu dari 10 penjuru, bahkan berbagai hal penting yang berada di masa lampau atau di masa mendatang, merekapun dapat mengetahui semuanya! Betapa agung jasa-jasa-Mu O, Bhagavan yang termulia!

Kenyataan ini bukan saja bagi para umat suci, aku juga mengetahui bahwa kami sekalian dapat diselamatkan oleh Sang Bhagavan hingga dapat membebaskan diri dari sengsara, kesemuanya ini adalah ‘Hubungan Penyebab’ serta anugerah dari Sang Bhagavan. Karena waktu Beliau masih berstatus Bodhisattva dan tengah mempraktekkan Dharma luhur pada masa yang lampau selalu tampil dengan sikap ramah, rendah hati, sabar serta amat baik budi. Saat Beliau sedang menghayati Ksantiparamita daging kulit dari seluruh tubuhNya pernah dicerai-beraikan oleh seorang raja bengis yakni Raja Kalingga dari masa silam itu; Tapi semangat Beliau tetap demikian Virya tanpa takut Duhkha sedikitpun! Terhadap Dharma luhur Beliau tetap bersikap tekun, bekerja keras. Jasa-jasa yang dikumpulkan Beliau itu semua disalurkan di alam semesta untuk menyelamatkan para makhluk yang sengsara. Alangkah besar kebajikanNya! Alangkah cemerlang sinar cahayaNya! Telah berlimpah-limpah hingga ke puncak langit yang tak ierhingga; Hingga ke Nirvana di alam Buddha! Demi menyelamatkan para makhluk sengsara; Demi menyempurnakan kewajiban sebagai seorang Buddha untuk meneladani di Triloka, Beliau rela melepaskan diri turun dari Surga Tusita dilahirkan di dunia Saha, mengajar Dharma penting kepada para umat manusia. Kini, sinar cahayaNya terus menyinari ke seluruh makhluk, Beliau tak segan-segan dengan berbagai metode memanfaatkan didikannya…Di samping itu, beliau juga mempergunakan KewibawaanNya untuk menundukkan si keras-kepala, kemudian dengan sikap Maha-Karuna mendidik mereka hingga sadar, hingga dapat menggerakkan Bodhicittanya! Sungguh, kini kewibawaan serta kekuasaan Sang Maha Guru demikian luhur dan agung, telah mengharukan hati umat di 10 penjuru dunia yang banyaknya sulit diperkirakan! Sungguh, Sang Bhagavan adalah seorang Raja-Dharma di alam semesta dan martabat-Nya telah melampaui para Arya! Beliau adalah Maha Guru dari para Dewa, manusia! Betapa bermanfaatnya jika sang umat cinta akan DharmaNya, pastilah akhirnya mereka akan memperoleh Penerangan Sempurna!

O, Bhagavan yang termulia! Betapa agungnya! Tentang jasa-jasaMu! Betapa bermanfaat bagi para hadirin! Kalian sekarang bukan saja dapat hidup bersama-sama dengan Buddha pada satu masa bahkan kalian dapat mendengar nama Buddha Amitayus atau Amitabha serta ke 48 ikrar tentang Maha-Pranidhana yang pernah diproklamasikan oleh Buddha tersebut! Karena berkah yang bermanfaat ini, kini kalian telah merasa pandangan dirinya menjadi terang, luas dan, kebijaksanaannya pun makin bertambah! Sungguh, perasaan riang gembira di dalam hati kami sekalian sulit diucapkan dengan kata kata yang tepat!”


57
Sutra Mahayana / Namo Amitofo
« on: 23 December 2011, 03:50:21 PM »
Lagi O, Arya Ananda! Mereka bukan hanya berpengetahuan Abhijna melainkan berbagai ‘Daya-utama’ telah dimiliki oleh mereka seperti daya tentang Hetubala (daya penyebab), tentang Pratyayabala (daya hubungan
penyebab), Asayabala (daya ideal), Pranidhanabala (daya nadar), Upayabala (daya fasilitas), Nityabala (daya kekal), Kusalabala (daya dari perbuatan baik), Samadhibala (konsentrasi), Prajnabala (daya kebijaksanaan luhur), Bahussatobala (daya karena banyak mendengar), Damabala, Silabala, Ksantibala (daya kesabaran), Viryabala (daya usaha), Dhyanabala (daya meditasi), Prajna-Paramitabala (daya menyeberang dengan Prajna), Samyak-smrtibala (daya merenung yang benar), Samathabala (daya ketenangan batin), Sad-Abhijnabala (daya 6 macam gaib batin), Tisro-Vidyabala (daya dari 3 macam cemerlang), Abhicarakabala (daya pengatur) dan sebagainya, telah lengkap semua tanpa kurang sesuatupun! Lagi, badanNya, warnaNya dan wajahNyapun demikian cantik dan indah; Jasa-jasaNya demikian lengkap dan keterampilan Pratibhanapun demikian lancar! Sungguh, jarang ada orang yang patut dibandingkan dengan mereka! Apalagi, mereka sering mengadakan kebhaktian untuk memuja para Tathagata dengan khidmat dan banyaknya tak terhingga, maka dari itu, perilakuNya selalu dihargai oleh para Tathagata! Kini, mereka telah mensukseskan berbagai Paramita tingkat Bodhisattva, juga telah mencapai berbagai Samadhi luhur seperti: Sunyata, Animitta, Apranihita, Anutpanna, Aniruddha dan sebagainya. Apabila kedudukan mereka dibandingkan dengan kedudukan para Sravaka, para Pratyekabuddha akan jauh beberapa kali lipat!”

“O, Arya Ananda yang bijak! Demikian banyak dan sulit diperkirakan kepahalaan agung yang dihasilkan oleh para Bodhisattva di alam Sukhavati!”

“O, Arya Ananda! Ketahuilah, apa yang Kuuraikan tadi sebenarnya hanya sebuah cerita singkat, apabila Dharma tersebut dijelaskan secara luas, meskipun Kuuraikan hingga ratusan ribu Kalpa, khotbahan ini sulit habisnya!”

Selanjutnya, Sang Buddha Sakyamuni bersabda kepada Bodhisattva Maitreya serta para hadirin : “O, Arya Ajita yang berbudi! Sungguh, para Bodhisattva, para Sravaka -Sangha yang berada di negeri Buddha Amitayus itu, baik citraNya, jasa-jasaNya maupun kebijaksanaanNya juga keterampilanNya pun demikian luhur, agung sulit dikatakan! Apalagi, keadaan alam Sukhavati juga demikian megah, indah, tenteram, bahagia dan suci bersih! Kesemuanya ini patut diberi perhatian, mengapa umat manusia di dunia Sahaloka (dunia penderitaan) enggan mempraktekkan Dharma luhur dengan sepenuh hati? Enggan mengumpulkan jasa-jasa hingga sebanyak-banyaknya? Agar dirinya tidak akan merekat ke atas dan tidak diterjunkan ke bawah, justru dirinya dapat mencapai Prajna hingga tak terbatas!

O, Arya Ajita! Sungguh, waktu bagi segala makhluk demikian penting, apalagi pendek sekali, maka, anda harus berusaha mengatur waktunya dengan cermat serta seksama, agar segala pelaksanaan Dharma dapat menghasilkan buahnya yang amat bermanfaat, dapat membebaskan diri dari sengsara dilahirkan di alam bahagia! Andaikata metode-metode berfasilitas untuk ‘Merenung atau Memuliakan nama Buddha Amitabha’ itu dapat anda laksanakan dengan bulat hati, pasti anda dapat melintasi ke-lima “Alam Kesedihan” dengan jasa-jasa yang anda peroleh itu! Tahukah anda, seketika jalan-jalan Alam- Kesedihan akan tertutup secara otomatis dan jalan menuju ke negeri Buddha Amitayus tidak menolak siapapun juga, tidak ditegur dari manapun ia datang! Malahan, halnya setelah diketahui oleh Beliau, Ia dengan perasaan sangat riang gembira datang menyambut anda!

O, Arya Ajita! Mengapa anda enggan meninggalkan segala duniawi secepat mungkin untuk mengamalkan berbagai kebajikan? Di Pantai-Seberang bukanlah baik penghidupan anda maupun usia anda dapat mencapai hingga Asamkhyeya Kalpa yang tak terbatas! Tapi O, Arya Ajita! Betapa sedihnya! Bahwa pandangan dari para umat demikian pendek dan selama hidup di dunia Sahaloka mereka hanya ingin saling merebut hal-hal yang tidak berarti. Malahan, demi keperluan sehari-hari rela menjadi korban di dalam penderitaan! Mereka biarpun kedudukannya dari kaum termulia atau dari golongan terhina; jutawan atau orang miskin, tua-muda, pria wanita semua hanya cenderung akan harta benda. Yang sudah memiliki atau yang tidak memiliki sesuatupun ikut kuatir. Sungguh, bagi mereka tidak ada hari tanpa melibatkan kekuatiran bahkan kebingungan, kemurungan, berangan-angan, kecemasan dan sebagainya. Karena pikiran mereka bergerak terus-menerus dan diarahkan kejurusan yang keliru, maka batinnya .terganggu terus sulit ditenangkan! Lebih-lebih lagi, setelah memiliki ladang luas malah semakin kuatir tanahnya mengerut; Memiliki gedung yang luas kuatir gedungnya musnah. Kalau mempunyai ternak, hewan-hewan, kuda, kerbau, pesuruh pria, pramuwisma, harta benda, sandang-pangan, alat-perkakas, perabotan-perabotan dan sebagainya, pikiran mereka akan lebih kacau-balau lagi! Karena kekuatirannya terlalu berlebihan, apabila terhadap benda-benda tersebut hatinya tetap demikian: Berpikir-pikir sampai berulang-ulang, nafasnya akan terengah-engah, selalu terkenang-kenang, terkejut… Apalagi saat didatangi musibah seperti kebakaran, banjir, perampok musuh, penagih sehingga harta bendanya makin lama makin melenyap, akhirnya kosong total! Oleh karena itu, kekuatirannya makin lama makin parah dan tetap menjangkau ke dalam hatinya tanpa melepas! Akan tetapi, mereka tidak akan sadar, hatinya tetap demikian tegar, kepalanya tetap demikian keras dan tidak berani membuang sedikit tempo untuk menganalisa apa sebab hingga demikian? Hanya duduk dengan kebingungan, akhirnya matilah dalam keadaan sedih dan tanpa sesuatu apa pun yang dapat ikut pergi! Sunggguh, penderitaan ini bukan saja dialami para awam melainkan para termulia, sang kaya dan orang-orang terpandang pun tidak luput darinya! Malahan, kadang- kadang situasinya lebih jelek, tidak berbeda seperti penyakit demam selesma, amat sakit rasanya! Adapun para miskin serba kurang tidak mempunyai harta-benda, tak memiliki sawah juga tak memiliki rumah, apalagi tentang ternak hewan, kuda, kerbau, uang, pangan, pakaian dan perabotan dan sebagainya! Tapi, mereka tidak akan lupa kalau hendak memilikinya harus memperjuangkannya dengan segenap tenaga dalam susah-payah. Saat sesuatu harta benda telah diperoleh ingin sesuatu lagi, demikianlah hingga segala-galanya cukup serta lengkap semua. Akan tetapi, karena kebanyakan harta-benda berlimpah-limpah di rumahnya, maka, sejak itu mereka melupakan kesusah-payahan dan memboroskan harta-bendanya. Setelah harta-bendanya habis mereka mulai membanting-tulang lagi, tapi sia-sia belaka usaha mereka gagal semua! Kini, mereka mulai putus-asa baik lahir maupun batin menjadi demikian kusut! Duduk tak merasa tenang, berdiri lebih merasa berguncang, keadaannya persis penyakit demam selesma, amat sakit rasanya! Akhirnya matilah mereka dalam keadaan sedih. Karena mereka pada waktu hidup enggan membuat kebaikan, enggan menimbun jasa-jasa dan enggan mempraktekkan Dharma, setelah wafat tidak ada bekal sedikitpun untuk perjalanannya yang demikian panjang dan sukar! Apalagi, akibat jalan yang sedih atau jalan bahagia akan dilintasinya, mereka tidak bisa diketahui sama sekali, hanyalah Yang Mahaesa yang tahu ke alam mana mereka pergi!”

“O, Arya Ajita yang berbudi! Sudilah mengantarkan kata-kataku ini kepada para umat manusia atau makhluk lain yang Kusayangi! Agar setiap orang yang berada di sahaloka dan makhluk-makhluk di semesta dapat memperoleh manfaat bila mereka menganggap perlu! Dan kini, para umat manusia yang perlu dibimbing oleh anda terutama adalah para anak dengan orang tuanya, adik sama kakaknya, suami-istri, anggota keluarga, setiap suku bangsa serta para tamu yang datang dari pelbagai negara. Anda boleh pesan pada mereka : Syukurlah, kalian ini dapat hidup serumah, sekeluarga, satu tanah-air serta satu dunia! Betapa bahagia! Patut, kalian harus saling menghormati, saling menyayangi serta saling memanfaatkan satu sama yang lain. Janganlah menimbulkan perasaan benci atau memusuhi orang lain! Yang punya boleh menurut kemampuannya membantu yang tidak punya serta para korban yang sangat perlu diselamatkan. Sifat-sifat seperti Lobha (tamak) dan Matsarya (kikir) boleh dianggap suatu sikap terjelek bagi umat manusia! Terhadap siapapun Vaca (bicara) dan Rupa (sikap jasmani) harus sopan-santun serta ramah-tamah, tanpa melawan tata-krama! Lagi jika terdapat pertengkaran kecil yang dianggap tidak serius tapi enggan berdamai atau dibubarkan, hingga kemarahannya tetap dimiliki ke dua pihak. Walaupun hal-hal itu pada masa ini belum menjadi persoalan besar, akan tetapi, jika dipanjangkan hingga masa mendatang kegawatannya akan bertambah beberapa ribu kali lipat dan sikap permusuhan dari mereka pun lebih mendalam lagi! Mengapa demikian? Ini adalah akibat dari Hukum-Karma! Karena sebagian besar umat manusia di dunia Sahaloka senang saling ber-Vihimsa (menyakiti), bila tidak cepat meleraikan racun dari kemarahan akan mengganggu batin mereka dan bibit kebencian akan berbenih di kebun Alayavijnana, amat sulit dilepaskan! Demikian pula, ke dua orang yang bermusuhan itu tetap dilahirkan pada masa yang sama, tempat yang sama, maka tiba waktunya dendam mereka matang dan terus bertambah hingga ke puncak, apabila tidak dileraikan hingga tuntas!”

“O, Arya Ajita yang berbudi! Tahukah anda, dunia Sahaloka yang penuh Kama (nafsu indera), Chanda (kepuasan, keinginan) ini, meskipun masyarakat umat manusia demikian ramai, sibuk, akan tetapi, bila ditinjaukan kelahiran dan kematian dari seseorang keadaannya sungguh amat menyedihkan! Mereka datang hanya sendiri pergi pun sendiri, tiada seorangpun yang menemani juga tiada seorangpun datang
menyambutnya! Seandainya saat mereka tiba di alam kesedihan karena dosanya terlalu berat masa hukumannya hingga jutaan Kalpa. Walau pun saat ia masih berada di rumahnya, baik anak, saudara maupun harta benda jumlahnya tak terhingga! Tapi, seorang anak ataupun seorang saudara tidak dapat menggantinya, apalagi mohon diringankan belenggu hukuman dengan harta bendanya!”

“O, Arya Ajita! Yang berkelakuan baik tetap dilahirkan di Surga bahagia; Yang berkelakuan jahat tetap dilahirkan di alam sengsara! Walaupun mereka belum mulai berangkat jalannya telah terbuka secara luas menunggu kedatangan mereka. Sesudah mereka berada di alam masing-masing sulit dilihat oleh para umat yang hanya memiliki mata-jasmani! Karena mereka belum pernah melaksanakan Dharma, belum bisa membebaskan dirinya keluar dari Triloka, maka, baik yang berkelakuan baik maupun jahat tetap ditumimbal-lahirkan di alam masing- masing dan masanya panjang sekali, jalannya juga gelap sekali. Adapun para sanak saudara yang ditinggalkan itu mempunyai jalan masing-masing yang tidak sama, maka, kapan mereka dapat bertemu lagi sungguh sulit diketahui!

O, Arya Ajita! Sekarang kalian dapat hidup dengan Buddha pada satu masa, hidup dengan para umat manusia yang satu nusa, sedunia. Betapa bahagia! Mengapa anda masih enggan meninggalkan segala keduniawian anda? mempergunakan masa keemasan, keremajaan, membangkitkan Bodhicitta anda? Agar dapat mengumpulkan jasa-jasa agung yang banyak; Mempraktekkan Dharma luhur supaya dapat bebaskan diri dari belenggu kesengsaraan, dilahirkan di negeri Buddha yang berusia Asamkhyeya Kalpa tak terhingga? Apa sebabnya anda enggan mencari Marga (Jalan Kebuddhaan) teragung untuk mengatasi tumimbal-lahir anda? Hendak menunggu hingga kapan? Apakah masih ada kesenangan yang memikat anda?

O, Arya Ajita! Sungguh, umat manusia masih banyak sekali yang enggan menjadi orang yang sadar dan memiliki kebijaksanaan. Mereka masih ragu bahwa kalau mengamalkan jasa akan memperoleh kepahalaan agung; Kebulatan tekad mempraktekkan Dharma luhur dapat membebaskan diri dari belenggu sengsara. Bahkan ada yang tidak percaya bahwa seseorang yang telah meninggal akan dilahirkan di suatu alam menurut Karmanya (perbuatan baik atau jahat); Juga ada yang tidak percaya kalau seseorang suka mandanakan harta bendanya kepada orang sengsara, meskipun jumlahnya tidak banyak ia akan dianugrahi kebahagiaan yang tak terhingga! Atau mereka sama-sekali tidak mau menaruh kepercayaannya tentang Akibat’ yang datang dari perbuatan baik atau Karma jahat! Karena mereka demikian tegar hati dan tidak ada kebijaksanaan akhirnya tenggelamlah mereka ke dalam lautan sengsara! Betapa sedihnya! Akan tetapi, setelah selang beberapa lama dan sedikit demi sedikit mereka bisa merasa pandangannya keliru malah bisa melihat bahwa ‘Sebab-akibat’ itu pada dasarnya ada sehingga hatinya menyesal sekali, namun waktu sudah tidak mengizinkan mereka untuk berpikir lebih banyak lagi karena hukuman sedang dijalani! Ketahuilah, orang seperti itu bukan terbatas pada generasi mereka saja malah sejak nenek moyangnya, ayahnya pun demikian gelap, demikian kurang sadar dan bijaksana, semua pun enggan menimbun jasa-jasa, belajar Dharma, sehingga turunan mereka makin lama makin gelap batinnya.

58
Sutra Mahayana / Namo Amitofo
« on: 23 December 2011, 03:49:35 PM »
O, Arya Ananda! Tahukah anda, para Bodhisattva di negeriNya itu sungguh amat bahagia, mereka sejak semula hingga ia menjadi Buddha tidak pernah terlibat Alam Kesedihan. Dirinya demikian bebas dan dayaNya demikian supernormal! Semuanya telah memiliki pengetahuan “Purvanivasanusmrtijnana”, maka segala perbuatan pada masa lampau bisa diketahui semua! Kecuali yang sebagian Bodhisattva masih perlu dilahirkan di dunia-dunia yang tengah mengalami “Panca Kasaya” (5 macam kekeruhan), tapi, keterampilan yang dimilikiNya masih tetap sama dengan para Bodhisattva yang berada di negeri kita (dunia Saha) tanpa berbeda sedikitpun!”

“Lagi O, Arya Ananda yang bijak!” Sang Buddha Sakyamuni melanjutkan sabdaNya: “Tahukah anda, Para Bodhisattva di Sukhavati itu selalu menerima Adhisthana oleh Rdhibala Buddha Amitayus. Andaikata mereka ingin mengunjungi para Buddha hanya dengan waktu sesekali santapan saja, mereka telah menjelajah ke 10 penjuru dunia Buddha untuk mengadakan kebhaktian memuja para Tathagata dengan upacara khidmat di negeriNya. Tentang sajian-sajian serta alat-alat pujaan lain seperti Bunga wangi, Dupa, Gandha, Musik Surgawi, Tari-tarian agama, Jubah berharga, Payung iram-iram dari sutera, berbagai jenis panji serta bendera dan sebagainya. Sipemuja hanya tinggal merenung saja, semua sajian serta alat-alat pujaan yang dimintanya segeralah terwujud didepan-nya. Dan benda-benda yang terwujud itu semua berkualitas amat bagus, indah, halus sungguh sulit ditemukan di dunia kita! Apabila semua telah lengkap sajian tersebut dipersembahkan kepada para Buddha, para Bodhisattva serta para Sravaka-Sangha di negeri Buddha yang dikunjungiNya. Setelah upacara selesai sajian tersebut semua diserahkan (atau dilontarkan) ke angkasa. Hebatnya bukan main O, Arya Ananda! Hanya sepintas kilat semua lemparan telah menjelma dijadikan sebuah payung bunga yang Maha besar di atas langit! Dan, bunganya terus memancar sinar cahaya amat terang benderang, mengeluarkan bau harum yang melimpahi seluruh alam semesta! Diameternya persis 400 Yojana, tapi payungnya terus membesar hingga beberapa juta kali lipat bila dibandingkan dengan sebelumnya! Sehingga dapat menutupi Trisahasra-Mahasahasra Loka-dhatu dunia! Kemudian bunganya sebagian demi sebagian menghilang di angkasa hingga habis. Pada saat itu, para Bodhisattva semua merasa amat riang gembira. Mereka bersama-sama memainkan musik Surgawi di ruang angkasa, dengan suara nyanyian amat merdu dengan Gatha-Gatha Pujian memuliakan jasa-jasa Buddha. Kemudian mereka bersama-sama di sekeliling Buddha mendengar khotbahnya. Saat belum tiba waktu makan siang mereka telah melunasi segala kewajiban dan semua merasa badannya membumbung dari lantai terus ke langit. Demikianlah, hanya sepintas kilat saja mereka telah kembali ke Tanah-airNya (alam Sukhavati)!”

Sang Buddha Bersabda kepada Arya Ananda: “O, Arya Ananda yang bijak! Setiap waktu Buddha Amitayus mengadakan pengkhotbahan tentang Dharma luhur kepada para Bodhisattva, para Sravaka-Sangha dan para Dewa, manusia di ruangan Vihara 7 mustika itu, suasananya demikian khidmat, meriah, sehingga semua pendengar amat senang terhadap DharmaNya! Dan semua makna-makna terdalam dapat meresap ke dalam hati mereka, sehingga banyak yang dapat mencapai Samyaksambuddha. Lebih hebat lagi, saat pelajaran mereka sedang mulai di ruangan tersebut, angin sejuk semilir tiba-tiba menghembus dari 4 jurusan menggerakkan pohon-pohon 7 mustika, tatkala kira-kira ada 500 jenis suara yang amat merdu terus bergema di seluruh alamNya. Bunga-bunga Mandarava Surga yang harum juga diantarkan angin semilir sekali demi sekali tanpa henti bertumpukkan di atas bumi kencana guna memuja Buddha. Adapun Dewa-Dewa dari Surga lain juga datang berbondong-bondong ke alam Sukhavati dengan ratusan ribu macam bunga Surga serta ratusan ribu macam musik Surga, nyanyian dan tari-tarian untuk menyembah Buddha Amitayus serta para Bodhisattva, para Sravaka di negeriNya. Setelah rombongan dewa tiba di alam Sukhavati pertama, mereka menyebarkan bunga dari atas langit ke sekeliling Sang Buddha dan memainkan musik Surga serta menarikan tari-tarian di angkasa, lalu berbaris memasuki ruangan Vihara, memberikan penghormatan kepada Buddha Amitayus. Mereka sebaris demi sebaris keluar-masuk, datang pergi. Kendati keadaan demikian ramai, demikian sibuk akan tetapi, ketertiban tetap disiplin, teratur tanpa rusuh sedikitpun! Bahkan semua pengunjung hanya merasa riang gembira dan semua memperoleh hasil yang terunggul dari khotbah Buddha!”

Sang Buddha Sakyamuni bersabda kepada Ananda: “O, Arya Ananda yang bijak! Sekarang aku hendak menjelaskan tentang ketrampilan-ketrampilan yang telah dicapai oleh para Bodhisattva yang lahir di negeri Buddha Amitayus itu kepada kamu sekalian! ketahuilah, para Bodhisattva memiliki perasaan Maitri-Karuna, senang membabarkan Saddharma kepada pengikutNya. Ajaran-ajaran yang dipergunakan untuk sarana pendidikan semua menurut kebijaksanaan dan kemampuan sang umat. Meskipun daya penerimaan dari para didikan tidak sama atau lemah sekali, tetapi tak seorangpun yang di tolakNya atau ditinggalkanNya! Dan para Bodhisattva baik lahir maupun batin-Nya tetap suci murni, Maka segala sesuatu yang berada di negeriNya walaupun bentuknya demikian menarik dapat mempesonakan orang, tapi mereka tidak bermaksud memilikinya. HatiNya tanpa keterikatan! CitraNya, pikiranNya, perilakuNya, demikian terang dan bersih tanpa terikat sedikit apapun. Dan, tiap-tiap orang dianggap sedharma, tidak pandang bulu; Tidak ada perebutan juga tidak ada peristiwa perkara pidana! mereka hanya memiliki perasaan belas kasihan, murah-hati serta ramah-tamah untuk memberi manfaat kepada para umat; Mengatur para umat supaya tidak memiliki perilaku yang tak terpuji seperti benci, suka marah, murka, geram, gelap mata, keruh batin, lalai, malas dan sebagainya; Sang umat harus memiliki perasaan sama-rata atau pandangan seimbang dan bersemangat usaha, ketenangan batin, tekad berjuang, cinta Dharma, rajin mempraktekkan Dharma dan tekad memusnahkan segala penderitaan Klesa; Tekad membebaskan segala idea yang meliputi tentang alam kesedihan! Para Bodhisattva telah sukses dari pelaksanaan “Bodhisattva-Cariya”, telah mengumpulkan jasa-jasa yang terlengkap, banyak tak terhingga! Mereka telah mencapai sesuatu Samadhi terluhur; Mereka telah memiliki 6 macam pengetahuan Abhijna; Mereka dengan sepenuh hati mencurahkan kepada Sapta-Bodhyanga (7 Bagian Kesadaran) dan berbagai Saddharma tertinggi dari ajaran Tathagata. Lagi, tentang Mata-JasmaniNya demikian jernih, penglihatan-Nya terang dan luar-biasa; Mata-BatinNya dapat melihat pada jarak yang hingga tiada terbatas; Mata-DharmaNya dapat menganalisa makna-makna Dharma luhur hingga mencapai Kebudhaan; Mata-KebijaksanaanNya dapat melihat intisari dari Doktrin-doktrin terdalam dan dengan metode yang berfasilitas menyelamatkan para umat untuk menyeberang ke Pantai-Seberang; Mereka juga memiliki Mata-Buddha sehingga segala Dharmata atau Dharma-Dhatu dapat disadarkan, dicerapkan, kemudian mereka dengan Prajna-Avarana (kebijaksanaan tanpa halangan) mengadakan Mimbar-Dharma mengkhotbahkan Saddharma kepada para umat : Bahwa ‘Segala-sesuatu’ yang bernada di Triloka semua bercorak Sunyata, semua tidak kekal! Kecuali hanya Buddha Dharmalah yang hingga jutaan Kalpa masih tetap kekal di dalam hati sang umat! Oleh karena itu, barang siapa sadar kepada Buddha Dharma, harus bertekad mempraktekkan Buddha Dharma kemudian mencapai kelancaran teknis Pratibhana, agar Saddharma yang amat bermanfaat itu dapat diantarkan ke tangan orang lain lagi; Agar semua orang dapat ikut memusnahkan penderitaan Klesanya; Agar mereka cepat dilahirkan di alam Tathagata guna menerima serta mencapai hakekat-hakekat yang terluhur dariNya!”

“Lagi, setelah para Bodhisattva paham betul tentang Duhkha, Samudaya, Nirodha, Marga, Sabda, Ghosa, Upaya dan hakekat-hakekat lain, maka mereka tidak akan tertarik oleh perkataan duniawi, kecuali Abhidharma, Vinaya dan Sutra-Sutra yang diuraikan Tathagata serta segala perbuatan Kusalamulani serta kepahalaan Samyaksambuddha! Mereka paham bahwa “Segala-sesuatu” akan musnah pada waktu tertentu. Maka, mereka bertekad mengatasi Ke-dua Sesam ( =sisa, masih memiliki badan yang menderita) yakni: Sesam dari penderitaan tubuh serta Sesam dari penderitaan batin hingga tuntas! Oleh karena itu mereka
tidak’segan-segan menuntut Dharma yang tertinggi. Tekadnya bulat dan giat tanpa ragu sesuatu apapun! Setelah mereka menjadi seorang yang beridentitas Maha-Karuna, ia tetap mengabdikan diri kepada para umat sengsara. Meskipun para sengsara berada di tempat terpencil, sekian jauh, kondisinya sekian buruk dan terperosok serta sulit dilindungi; Tapi iba-hatiNya tetap dilimpahkan kepada yang sedang mengalami sengsara seperti itu! Lagi, Tujuan mereka hanya ‘Ekayana’ (hanya satu Yana atau kendaraan besar tiada dua atau tiga jenis Yananya) yakni menuntut kepahalaan Buddha yang teragung. Dan, demi memperoleh pahala agung
ini, mereka bertekad menyeberang diri ke Pantai-Seberang. Demikian pula, segala jala-jala sesat semua diputuskan dengan ke-bijakanNya; Segala metode-metode dari Buddha Dharma semua dikompletkan dan dimiliki mereka. Sungguh, pengetahuan mereka tidak berbeda dengan Samudra dan SamadhiNya juga tidak berbeda dengan Sumeru-raja! Sinar PrajnaNya demikian terang benderang hingga melampaui sinar Bulan dan Sang Surya! Doktrin-doktrin bagi Vidya juga sempurna semua. Jasa-jasa yang dikumpulkan oleh mereka semua suci bersih bagaikan cahaya gunung salju, tanpa noda sedikitpun! Akan tetapi, hati mereka serta kewibawaanNya biarpun terhadap siapa tetap sesama sifat Sang Bumi, tanpa memandang kotor atau bersih, cantik atau jelek. Demikian juga, hati mereka serta kewibawaanNya tetap seperti Air suci yang dapat membersihkan kekotoran duniawi. Dan tetap seperti api kobaran yang dapat menghabiskan segala bahan bakar yang berasal dari penderitaan Klesa. Tetap seperti angin kuat melintasi seluruh semesta tanpa halangan. Juga seperti angkasa terhadap apapun tanpa merekat. Tetap seperti bunga Teratai biar tumbuh di lumpur tapi tidak berlumpur. Seperti kendaraan besar (Mahayana) dapat mengangkut rombongan umat keluar dari penderitaan tumimbal-lahir. Seperti lapisan awan yang mengkilatkan petir, menggemuruhkan guruh guna membangkitkan para sesat. Seperti hujan lebat menghujani air sari embun guna menyegarkan para makhluk yang kehausan. Seperti gunung Vajra (intan) yang tidak tergoyahkan oleh para Mara, para pengajar sesat. Seperti raja Brahma memiliki berbagai perbuatan baik yang teragung. Seperti pohon Grodha yang meneduhkan orang yang ingin dilindungi. Seperti bunga Utpala sulit ditemukan. Seperti Sang Garuda dapat mengalahkan para penjahat dengan gagah beraninya. Seperti burung air dapat menyelam ke dalam air sehingga mangsanya sulit bersembunyi. Seperti kerbau kuat hingga tak seorangpun dapat mengalahkannya. Seperti raja gajah dapat mengatur para gajah Uar menjadi pengikutnya. Seperti raja singa walau terhadap binatang buaspun tak merasa takut.

Tahukah O, Arya Ananda! Kelapangan dadaNya tidak berbeda dengan angkasa, apa sebabnya? Karena mereka telah memiliki perasaan Maha-Karunika (welas-asih); Dan bila diejek oleh para pemenang, tapi batin mereka tetap tenang seperti semula, apa sebabnya? Karena perasaan benci yang dimilikiNya telah musnah! Mereka hanya ingin memperoleh Dharma luhur, hanya ingin mengadakan pengkhotbahan kepada para umat secara luas. Walaupun pekerjaan mereka demikian berat, tapi mereka tanpa merasa badanNya lelah-payah! Bahkan selalu dengan segenap tenagaNya memukul gendang Dharma; Memasang bendera Dharma; Memancari cahaya kebijakan bagaikan sinar matahari agar para gelap batin dapat melenyapkan kebodohannya secepat mungkin! Mereka selalu menghayati ‘Enam Penghormatan Sangha’ yakni Penghormatan tentang raga, tentang ucapan, pikiran, Sila, kemanfaatan dan pandangan. Disamping itu, mereka selalu mengadakan Dharma-Dana dan semangat mereka demikian giat, penuh usaha serta riang gembira tanpa perasaan lesu-lelah. Ketahuilah, mereka adalah suatu Pelita-dunia yang amat cemerlang; Mereka adalah sebuah ladang sumber kebahagiaan yang bermanfaat. Mereka selalu menjadi guru pedoman yang terkemuka, tapi kepada siswaNya pandanganNya sama-rata tidak peduli karib atau benci! Mereka hanya mengarahkan ke jalan benar dan lurus, jalannya tidak bersimpang dua atau tiga! Demi menenteramkan rencana hati sang umat, mereka berani mencabut berbagai ‘Duri-nafsu’ di tuduh sang umat! Karena mereka memiliki kebijaksanaan serta jasa-jasa agung demikian banyak, maka perilakuNya selalu dimuliakan oleh para simpatisan Dharma!”

“Lagi, O, Arya Ananda yang bijak! Tahukah anda, para Bodhisattva bukan saja Tri-KarmaNya (3 macam perbuatan buruk), Tri-KincanaNya (3 macam halangan) yang pernah dimiliki itu kini telah musnah total, maka, tidak ada halangan yang menyangkut bahkan sering dengan ke enam keterampilan Abhijna menjelajah ke seluruh semesta!

59
Sutra Mahayana / Namo Amitofo
« on: 23 December 2011, 03:49:12 PM »
Kemudian Sang Buddha Sakyamuni mengucapkan beberapa bait Gatha pujian:
Buddhaksetra (negeri Buddha) yang berada di sebelah Timur,
Jumlahnya tak berbeda dengan pasir di Sungai-Gangga,
Bodhisattva datang dari berbagai Buddhaksetra,
Mengunjungi Sukhavati, menengok Buddha Amitabha! Di sebelah Selatan, Barat hingga Utara, Keempat pojok serta Atas dan Bawah.
Bodhisattva datang dari pelbagai Buddhaksetra, Mengunjungi Sukhavati, menengok Buddha Amitabha!
Rombongan yang demikian besar, para Bodhisattva,
Dengan sajian bunga Mandarava Surga; Permata, Dupa, Gandha,
Jubah berharga. Mengunjungi Sukhavati, memuja Buddha Amitabha!
Musik Surga dimainkan para Arya,
Suara nyanyian sungguh sedap didengar!
Nyanyiannya berjudul “Memuliakan Lokanatha Termulia”,
Khusus menghormati Sang Buddha Amitabha!
“O, Lokanatha Amitabha yang termulia!
Memiliki Rddhi-Abhijna, menyelam lautan Dharma;
Melengkapi “Gunagarbha” yakni gudang-jasa,
Tak seorangpun berani membandingkan Prajna-Nya!”
“Sinar hidupNya tak kalah dengan Matahari, Melenyapkan awan gelap tumimbal-lahir.
Demi menghormatiMu aku mengelilingi 3 kali.
Di depanMu kulakukan Anjali sekali lagi.”
“Setelah kusaksikan Sukhavati yang demikian indah, Aku tertarik akan ketakjuban nan megah!
Lantas kubangkitkan Bodhicitta terluhur, Agar negeriku sama dengan alamNya!”
Sang Buddha Amitabha pada seketika, WajahNya berseri-seri tanda riang gembira;
Tiba-tiba, sinar gaib keluar dari mulutNya,
Terangnya hingga ke sepuluh penjuru dunia.
SinarNya kembali terus mengelilingi badanNya,
Setelah 3 kali hilang di puncak kepala;
Dewa, manusia, yang berada di negeriNya,
Disamping menyaksikan ikut bergembira!
Sang Bodhisattva Mahasattva Avalokitesvara, Merapikan jubah,
merangkapkan ke dua tanganNya;
Menanyakan kepada Beliau mengapa riang Gembira: “Katakanlah O, Lokanatha apa sebabnya!”
Suara Sansekerta berguruh seketika,
Bagaikan 8 macam musik berbunyi serentak;
“O, Arya yang Maha Karunika! Sebab -
Aku akan meresmikan upacara “Vyakarana-Boddhisattva”.
“Ketahuilah, para Satpurusa (tokoh suci) dari berbagai dunia,
Aku telah mengerti cita-cita mereka;
Ingin dilahirkan disuatu “Alam Terbahagia”,
Semua akan Ku wisudha menjadi Buddha!”
“Pahamilah “Sarva-Dharma” yang dianggap syarat utama, Makna-makna Dharma:
Mimpi, fantasi dan suara. Yang penting ‘Nadar-utama’ anda telah sukses,
Alam suci diciptakan anda pasti sempurna!”
“Kilat, Bayang, juga perlambang Dharma,
Setelah paham cepat melaksanakan “Bodhisattva-Cariya”!
Apabila jasa-utama anda telah lengkap,
Anda akan Ku wisudha menjadi Buddha!”
“Mahirkanlah tentang Svabhava (inti-sarinya) dari “Sarva-Dharma”,
Segala sesuatu: Sunya, Anatman beserta artinya; Kepada Alam-suci dengan segenap tenaga, Alam-suci diciptakan anda pasti sempurna!”
Para Tathagata menyarankan kepada para Bodhisattva: “Kunjungilah! Pujalah Sang Amitabha!
Senang menerima, senang melaksanakan DharmaNya, Pastilah, suatu Alam-suci cepat anda perolehnya!”
“Ketahuilah, barang siapa tiba di negeriNya, Maka akan cepat memiliki daya Supernormal;
Cepat diwisudha oleh Buddha Amitabha, Cepat mencapai Samyaksambuddha!”
“Mengapa demikian? Karena berkat “Nadar-utama”Nya! Maka, namanya didengar,
gerakkanlah Bodhicitta! Anda tetap disambut ke Alam Sukhavati,
Anda tetap memperoleh identitas Avinivartaniya!”

Kini, banyak Bodhisattva ikut berikrar, Agar: Negerinya sama seperti negeri Amitabha;
Umat-umat yang merenungkannya dapat diselamatkan;
Nama harum akan melimpahi berbagai dunia!
Demi mengabdi akan para Tathagata,
Bodhisattva-Bodhisattva menjelajah seluruh Buddhaksetra;
Berangkat dengan khidmat, riang gembira,
Kembali dengan keterampilan mengindahkan alamnya!
Barang Siapa tanpa berbudi,
tahukah anda? Dia sulit mendengar Sutra Amitabha!
Yang dapat, yang telah suci-batin dengan Sila,
Pastilah mereka akan menemukan Saddharma!
Karena mereka pernah melihat Bhagavata,
Maka, mereka yakin kepada Saddharma!
Baik sikap mendengar maupun melaksanakan,
Hatinya demikian rendah serta bersukaria!
Tapi jika sombong, gelap batin dan malas,
Maka, makna Saddharma sulit dipercaya oleh mereka;
Kecuali masa lampau pernah melihat Buddha,
Makna luhur itu mungkin dapat disadarkannya!
Para Sravaka-Sangha bahkan para Bodhisattva,
Sulit memuncakkan citranya hingga sama-dengan Buddha;
Maka diumpamakan mata, disangkutkan buta,
Harus mengikuti jejak para bijak!
Pengetahuan Budha diumpamakan “Prajna-samudra”, Luas,
dalam, sulit mencapai ke dasarnya!
Maka, kedua Yana (Sravaka dan Bodhisattva) tidak mampu mengukur,
Hanyalah Buddha sendiri yang dapat memahaminya!
Seandainya terdapat banyak umat cerdas,
Semua telah mencapai Penerangan Sempurna.
Memiliki kesucian, kebijaksanaan, pengetahuan bagi Sunyata,
Mengukur “Prajna-Samudra”hingga ber-Koti Kalpa!
Walaupun dijelaskan segenap tenaga, hingga-Akhirnya usianya
belum akan mengerti betapa dalamnya! Sungguh, Prajna Buddha tak terhingga,
Maka, Beliau mampu menciptakan dunia!
Usia panjang sulit dimiliki manusia,
Kedatangan Buddha sulit ditemukan semasa!
Apalagi keyakinan, kebijaksanaan bisa dipersoalkan,
Sungguh-sungguh belajarlah, kini tepat saatnya!
Seandainya, anda tidak lupa Dharma,
Anda pasti dimuliakan para Tathagata;
Maka, semoga para putra-putri berbudi,
Bangkitkanlah Bodhicitta luhur hingga ke puncak!
Walaupun kobaran-api telah berjajar di dunia,
Demi mendengar Dharma telah bertekad menelusurinya!
Akhirnya anda pasti mencapai Kebuddhaan,
Bebas dari belenggu tumimbal-lahir di Triloka!

Sang Buddha Sakyamuni bersabda kepada Arya Ananda: “O, Arya Ananda yang bijak! Para Bodhisattva yang berada di negeri Buddha Amitayus, semua harus beridentitas “Ekajatipratibuddha”. Kecuali jika mereka berjanji akan menanggungkan suatu kewajiban penting yakni, demi para makhluk sengsara, mereka dengan Nadar-utama serta jasa-jasa agung mengindahkan cita-citanya, membantu para makhluk membebaskan diri dari belenggu penderitaan di alam semesta.”

“O, Arya Ananda! Para Sravaka yang berada di negeri Buddha tersebut, semua memiliki sinar hidup dan sinarnya dapat memancar satu depa jauhnya, tapi, sinar hidup dari para Bodhisattva jaraknya lebih jauh lagi, sinarnya dapat memancar hingga ratusan Yojana! Dan, di antara Bodhisattva-Bodhisattva yang jumlahnya tak terhingga ini, terdapat dua Bodhisattva yang bermartabat tertinggi, baik KewibawaanNya maupun sinar hidupNya, telah melimpahi Trisahasra-Mahasahasra Lokadhatu atau juta-jutaan dunia!”

“Apa nama kedua Bodhisattva-Mahiasattva itu? O, Bhagavan yang termulia! Sudi kiranya dikatakan!” Tanya Arya Ananda.

“Yang satu bernama Avalokistesvara dan yang satu bernama Mahasthamaprapta!” Sabda Sang Buddha: “O, Arya Ananda! Tahukah ke dua Bodhisattva Mahasattva pada masa purvakala mereka pernah mempraktekkan “Bodhisattva-Cariya” di dunia Saha ini, setelah mengakhiri kehidupanNya Beliau baru dilahirkan di alam Sukhavati, kini sedang membantu Buddha Amitayus mengembangkan Saddharma di alam semesta!”

“Lagi O, Arya Ananda yang bijak! Para Makhluk yang lahir di alam Sukhavati semua memiliki “32 Tanda Fisik Agung” yang lengkap! Dan PrajnaNya, SiddhiNya, telah sempurna semua, juga mereka tak segan-segan mendalami pengetahuan “Sarva-Dharma” hingga mencapai dasar-dasar yang terutama. Mereka telah memiliki pengetahuan Rddhi-Abhijna yang tanpa halangan. Demikian pula, indera-indera yang dimiliki merekapun demikian tajam tanpa cacat sedikitpun! Ketahuilah paling tidak, para makhluk yang berakal-budi agak rendah itu, semua telah mencapai 2 jenis Dharma-Ksanti, apalagi yang berakal budi terluhur itu, semua telah mencapai Dharma-Ksanti yang banyaknya sungguh sulit diperkirakan!


60
Sutra Mahayana / Namo Amitofo
« on: 23 December 2011, 03:46:48 PM »
Sang Buddha Sakyamuni bersabda kepada Arya Ananda: “O, Arya Ananda! Baiklah kita melanjutkan tentang isi syarat-syarat dari tingkat menengah itu:

(2) TINGKAT MENENGAH
Para Dewa, manusia serta makhluk-makhluk lain yang berada di 10 penjuru dunia mereka yang telah menggerakan hati sanubari berhasrat ingin agar dirinya dilahirkan di alam Sukhavati itu, andaikata mereka tidak mendapat kesempatan untuk menjadi seorang suci seperti Sramana, tidak mendapat kesempatan mengamalkan jasa-jasa agung hingga banyak, maka mereka terutama harus menggerakkan Bodhicittanya dan sampai sekarang mereka harus masih memiliki tekad melaksanakan perenungan Buddha atau memuliakan nama Buddha Amitayus (Amitabha) terus menerus, dan selama ini tidak pernah dicampur-baurkan dengan
Dharma sesat atau Agama lain? Membuat kebajikan dengan sesuai kemampuan sendiri. Menjalankan berbagai Sila suci seperti Pancasila, Astasila atau Sila lengkap dan sebagainya. Atau mendirikan Stupa atau Vihara disertai rupang Buddha bersama-sama dengan para simpatisan Dharma. Jika lingkungan mengizinkan penghidupannya boleh diarahkan seperti Sang Sramana. Disampingnya mereka boleh menggantungkan hiasan-hiasan dari panji-panji sutera, patung iramiram sutera atau menyalakan lampu, menyebarkan bunga wangi dan membakar dupa dan sebagainya di depan rupang Buddha, biar berada di rumah ataupun berada di Vihara. Kemudian sang umat boleh dengan jasa-jasa yang dibuatnya disalurkan ke alam Sukhavati agar dirinya dapat dilahirkan di negeri Buddha Amitayus. Apabila sang umat tersebut akan meninggal dunia, Buddha Amitayus akan menjelmakan seorang Buddha Nirmita yang- ber rupa amat bagus dan seluruh badanNya memancarkan sinar emas amat terang-benderang, kelihatannya tidak berbeda dengan Buddha yang asli! Kemudian Buddha Nirmita bersama-sama rombonganNya menampakkan diri di depan sipemuja, segeralah sipemuja yang bahagia itu disambut Buddha Nirmita dan para rombongan untuk dilahirkan di alam Sukhavati. Dan duduk dengan identitas Avinivartaniya. Cuma, kebajikan dan kebijaksanaan mereka agak rendah setingkat bila dibandingkan yang berstatus Tingkat-Pertama itu!”

Setelah Sang Buddha Sakyamuni membabarkan tentang syarat-syarat bagian menengah Beliau bersabda kepada Arya Ananda lagi: “O, Arya Ananda! yang bijak! Yang disebut syarat-syarat dari tingkat yang bagian rendah adalah sebagai berikut:

(3) TINGKAT RENDAH
Para Dewa, manusia serta makhluk-makhluk lain yang berada di 10 penjuru dunia, mereka yang telah menggerakkan hati sanubari berhasrat ingin dirinya dilahirkan di alam Sukhavati. Andaikata mereka tidak dapat kesempatan untuk membuat berbagai kebajikan, terutama mereka harus membangkitkan Bodhicitta yang luhur, dan sampai sekarang masih tetap berbulat hati dan yakin akan Buddha Amitayus atau Amitabha. Walaupun hanya 10 kali saja mereka merenungkan: “Namo Amitabha Buddhaya “. dan bercita-cita ingin dilahirkan di negeriNya. Atau, bila mereka mendengar Dharma luhur yang dikhotbahkan oleh para tokoh suci, hatinya akan senang sekali tanpa ragu sedikitpun terhadap Dharma tersebut; Kecuali, dirinya dikarenakan sesuatu penderitaan maka ia hanya dapat satu kali saja melakukan perenungan “Namo Amitabha Buddhaya”, dan mereka tetap bercita-cita ingin dilahirkan di alamNya. Maka apabila mereka akan meninggal dunia ia dapat bertemu dengan Buddha Amitayus di dalam mimpinya. Dan, ia juga dapat dilahirkan di alam Sukhavati; Hanya kebajikannya dan kebijaksanaannya lebih rendah setingkat bila dibandingkan dengan tingkat bagian menengah itu!”

“Demikianlah tentang syarat-syarat dalam 3 tingkat itu, O, Arya Ananda!” Sang Buddha Sakyamuni melanjutkan sabdaNya: “Sekarang akan kulanjutkan tentang wibawa dan keterampilan Buddha tersebut. Ketahuilah O, Arya Ananda! Sang Buddha Amitayus sungguh hebat! Para Tathagata yang berada di 10 penjuru dunia yang jumlahnya tak terhingga, selalu menyanjung kewibawaan, kebijaksanaan serta keterampilanNya yang demikian agung! Maka itu, Alam Sukhavati selalu dikunjungi rombongan Bodhisattva yang jumlahnya sulit diperkirakan, semua datang dari negeri Buddha sebelah Timur dari dunia ini banyaknya negeri bagaikan butiran pasir. Sungai Gangga! Dan, maksud mereka adalah hendak mengadakan kebhaktian untuk memuja Buddha Amitayus di alam Sukhavati dengan upacaranya terkhidmat; Kemudian mereka akan menggunakan kesempatan ini untuk mendengar dan menerima Dharma luhur dari negeri Buddha tersebut, agar dirinya dapat membantu Buddha Amitayus mengembangkan Buddha Dharma di alam semesta! Dan, rombongan Bodhisattva bukan saja datang dari sebelah Timur, melainkan banyak juga datang dari sebelah Selatan, Barat, Utara, Timur-laut, Tenggara, Barat-daya, Barat-laut, bagian Atas dan bagian Bawah jumlahnya tak terhingga, kesemuanya datang berbondong-bondong lalu berkumpul di Istana Sukhavati, dengan hati amat riang gembira terus mengadakan persembahan di depan Buddha Amitayus. Suasananya demikian ramai dan meriah sungguh sulit dijelaskan dengan perkataan yang tepat!”

Pages: 1 2 3 [4] 5 6 7 8 9 10 11 ... 17