bicara soal uang menjadi MENARIK....
karna Bhiku/Bhikuni gak boleh punya rekening bank (uang tunai yg disimpan) gitu...
dan lagi pula baju (jubahnya) cuma terbatas n tanpa model khusus lagi....warnanya pun cuma 1 warna...
apakah bhiku/bhikuni BAHAGIA ? nahhhh ini pertanyaan menarik....
Jika saya teliti, sepertinya kasus (topik)nya TS hendak menyampaikan bahwa gara2 ada konsep (pertukaran) dengan menggunakan uang, maka timbullah berbagai kesulitan yang disebabkan oleh uang.
Jika tanpa alat tukar uang, tentu tidak akan ada kesulitan yang disebabkan oleh yg namanya uang, ini jelas.
Tapi tanpa uang, bukan berarti tidak ada kesulitan yang dihadapi oleh kita, akan ada pengganti penyebabnya. Misalnya pakai sistem barter, tetap aja akan ada kesulitan tersendiri.
Nantinya kita akan mengatakan bahwa sistem barter telah menjadi penyebab banyak kesulitan.
Jika kita tarik mundur terus, mungkin akan didapatkan akar permasalahan/penyebab dari semua kesulitan ini, yaitu kebutuhan dan keinginan.
Barter, lebih disebabkan oleh adanya kebutuhan primer, sekunder dan tertier, yang kemudian meningkat menjadi keingian (setelah kebutuhan telah mulai terpenuhi).
Jadi, uang bisa menjadi penyebab kesulitan dan kemudahan.
Tanpa (tidak memegang) uang pun, bisa menjadi kesulitan maupun kemudahan.
Kehidupan Bhikkhu/ni tanpa memegang uang, tapi membutuhkan uang secara tidak langsung, karena dana dari umat memerlukan uang untuk mengadakannya.
Jadi Bhikkhu/ni sebenarnya memegang uang secara tak langsung (tangan kedua), dan mereka bisa saja bahagia, bisa juga tidak, siapa tahu.