//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Show Posts

This section allows you to view all posts made by this member. Note that you can only see posts made in areas you currently have access to.


Topics - sobat-dharma

Pages: 1 2 [3] 4 5 6
31
Sobat,
Ini ada artikel dari seorang kr****n yang mengaku tentang keyakinannya. Menarik untuk dipelajari untuk dua hal: (1) untuk mengetahui bagaimana orang kr****n beradaptasi dengan keraguan yang timbul di balik imannya; (2) dapat juga digunakan secara tidak langsung untuk membandingkan dengan keyakinan kita dengan Buddhisme (meski tidak semuanya mengakuinya sebagai 'keyakinan').

Selamat membaca, dan semoga bermanfaat.

===============
Umat Kristiani yang Meragu
 
Oleh Jason Boyett

Saya seorang Kristiani. Saya berasal dari keluarga Kristiani dan tinggal di Sabuk Alkitab (the Bible Belt). Saya telah menjadi anggota gereja Baptis Selatan yang sama sejak saya belajar kata "Yesus Mencintaiku" sejak sebelum sekolah. Aku menulis untuk majalah kr****n, buku saya bisa ditugaskan untuk kategori Amazon “Religion & Spirituality > Christianity,” dan aku bisa menyebutkan dengan cepat nama-nama para nabi minor dalam Perjanjian Lama lebih cepat daripada saya mengingat nama-nama the Kardashian.

Namun ada kalanya saya tidak sepenuhnya yakin kalau saya percaya pada Tuhan.

Ini adalah pengakuan saya yang kubuat dengan semakin lebih nyaman selama beberapa bulan terakhir ini, namun saya melakukannya dengan takut dan gentar. Masa kini, keyakinan tampaknya sama mendasarnya bagi kekr****nan injili sebagaimana halnya dengan salib. Pengakuan apapun yang berlawanan dengannya -- keraguan - - masih memiliki kekuatan yang mengguncang.

Kelemahan manusia yang lainnya sudah menjadi mainstream. Nafsu birahi, misalnya. Setelah membaca buku saya yang terbaru mengenai perjuangan saya sendiri meyakini, seorang mahasiswa pria berkata kepada saya bahwa dia dengan mudah mengakui kalau ia kecanduan pornografi ke gerejanya ketimbang mengakui kalau ia meragukan keberadaan Tuhan.

Seperti halnya nafsu birahi, perzinahan tidak lagi mengejutkan lagi bagi kita. Ini terjadi pada penginjil televisi terkenal seperti Benny Hinn dan hal itu terjadi pula pada para pria di bangku depan gereja. Kita akan memaafkan ketidakjujuran dan kemunafikan, juga. Ted Haggard terjerumus dengan cepat dan keras, tapi dia kembali dengan gereja dan pelayanan baru.

Tapi keraguan berbeda. Dalam dunia para penganut kr****n yang semrawut, Anda tidak menemukan banyak yang mengakuinya secara terbuka. Aku pernah mendengar mengenai Gereja-gereja Pantekosta yang meminta para peragu untuk keluar dari pelayanan doa mereka, khawatir jika mereka bisa mengurangi kehendak Allah untuk bertindak. Seorang pembaca berkata bahwa dia tidak mungkin membaca buku saya di depan anggota keluarganya. Dia khawatir akan apa yang mungkin akan mereka kira.

Mengapa keraguan menjadi tabu? Alkitab yang memerintahkan untuk "percaya dan tidak ragu-ragu" (Yakobus 1:6) merupakan akar, meskipun mereka juga dapat membaca bersama di dalamnya kisah-kisah para pahlawan seperti Abraham, Daud, dan para murid - yang bertanya langsung, dengan pertanyaan jujur tanpa dampak timbal balik dengan dasar untuk menyerangnya.

Masalah lain adalah kebutuhan kita untuk diterima. Kekr****nan dapat menjadi budaya yang dikendalikan oleh penampilan belaka layaknya dalam pergaulan sekolah atau klub pertemanan. Orang ingin menyesuaikan diri. Bila Anda berada di sekeliling lingkungan yang bahagia, tersenyum, para umat gereja yang bercerita tentang perbuatan Allah yang tiada henti dalam hidupnya, sulit bagi  Anda untuk tidak mengakui bahwa juga mengalami suatu yang ilahi secara pribadi, dan bahwa penemuan-penemuan terbaru dalam ilmu saraf menyela sesaat, dan mengapa masalah kejahatan tidak membuat  semua orang tetap terjaga di malam hari seperti halnya yang kualami?

Jadi kita menyamar keraguan kita di balik topeng kebenaran. Kita berpura-pura semuanya memiliki iman bersama-sama. Untuk orang begitu berkomitmen untuk Kebenaran-dengan-‘K’-besar modal, dibutuhkan sedikit usaha bagi kita untuk memilih dengan otomati bentuk ketidakjujuran demikian.

Kesalahan kita adalah kita melihat keraguan dan iman sebagai hal yang berlawanan. Aku dibesarkan memandang "iman" sebagai kemampuan untuk percaya akan anggapan-anggapan tertentu - bahwa Allah ada atau bahwa Yesus mati untuk dosa-dosa saya. Jika secara mental dapat menyetujui daftar anggapan-anggapan tersebut, saya memiliki iman. Jika saya bergulat dengan iman tersebut, maka aku memiliki keraguan. Iman dan keraguan tidak bisa hidup berdampingan.

Saya telah menghabiskan tiga decade untuk mempelajari kalau saya salah. Keraguan adalah penting untuk iman. Iman, menurut definisi, membutuhkan ketidakpastian. Menjawab "Saya tidak tahu" untuk sebagian besar pertanyaan-pertanyaan keagamaan bukan hanya jujur, tetapi juga rendah hati. Saat ini, jika aku memiliki iman, itu dalam kesediaan saya untuk mengikuti ajaran-ajaran Kristus meskipun saya ragu-ragu. Iman, bagi saya, adalah tindakan.

Dalam di lembah keraguan, aku masih menyebut diriku seorang kr****n dan mencoba untuk melayani orang lain, mengasihi musuhku, dan jika tidak hidup seperti seorang pengikut Yesus ... bahkan pada saat-saat ketika agnostisisme tampak menggoda. Bahkan pada hari-hari aku kerja untuk mendamaikan teori evolusi dengan Alkitab. Bahkan pada kala Aku tidak yakin Allah ada.

Aku adalah seorang peragu besar, yang teramat, dan aku belajar untuk menerimanya.


Jason Boyett adalah penulis, penceramah, dan penulis buku  "O Me of Little Faith: True Confessions of a Spiritual Weakling." Blogsnya ada di www.omeoflittlefaith.com dan tweets  [at] jasonboyett.  Jason tinggal di Texas dengan isteri dan dua anaknya.





32
FILSAFAT ILMU PENGETAHUANNYA
BUDDHISME
Oleh :
GERALD DU PRE


Psikologi, atau Ilmu Jiwa, itu tidak hanya merupakan studi khusus mengenai bidang pengetahuan tertentu saja, tetapi juga membicarakan beberapa hal tentang sifat pengetahuan itu sendiri. Sama seperti itu, Filsafat Mahayana itu tidak hanya merupakan studi khusus mengenai filsafatnya Buddhisme saja, tetapi juga membicarakan filsafat pengetahuan secara umum.

Saya akan membahas Filsafat Pengetahuan (= Philosophy of Knowledge)-nya Buddhisme disini, khususnya mengenai Madhyamika atau Ajaran Jalan Tengah (= Middle Doctrine), dan akan menyampaikan argumentasi saya bahwa itu didalam realitasnya merupakan Filsafat Ilmu Pengetahuan (= Philosophy of Science) yang bersifat revolusioner.

Telah diketahui dengan baik bahwa Buddhisme itu mengenal kasunyataan empiris, - yaitu yang dinamai samvrti-satya, atau kasunyataan relative dari Aliran Madhyamika. Seperti para sarjana, umat Buddha juga menghargai penggunaan secara ketat logika dan definisi yang tepat dari istilah-istilah. Didalam Buddhisme, sama seperti pada Ilmu Pengetahuan, theori itu didasarkan pada observasi dan praktik. Umat Buddha, seperti para sarjana, juga menentang dogma, dan tidak memiliki naskah-naskah suci yang dihormati seperti terhadap authoritas-authoritas yang paling tinggi. Mereka mempercayai kebebasan bertanya dan toleransi, serta secara terus menerus mengingatkan, seperti sikap Newton, untuk menentang metafisika.

Tetapi, saya dapat mendengar bantahan-bantahan, baik dari umat Buddha, maupun dari para sarjana. Lebih penting dari semuanya, adalah bahwa filsafat Madhyamika itu meng-claim bahwa kasunyataan yang relative itu didasarkan pada sunyata, suatu istilah yang dipergunakan untuk menunjukkan paramartha-satya atau kasunyataan yang paling tinggi (= ultimate truth), yang dikatakan sebagai diluar definisi. Jadi, tampaknya, Buddhisme itu berpegang teguh pada pandangan yang religious, yaitu berpendapat bahwa ilmu pengetahuan itu membicarakan pengetahuan tentang dunia material, tetapi Buddhisme juga berpendapat bahwa dunia ini didasarkan pada sesuatu yang bersifat immaterial, tidak bersifat material -, yang keadaannya lebih riil dari keadaan riilnya dunia yang nampak ini.

Memang banyak umat Buddha yang mengatakan bahwa sunyata itu mewakili kasunyataan spiritual (= spiritual truth), yang keadaannya sangat berbeda dari kasunyataan material-nya ilmu pengetahuan. Terhadap pandangan yang demikian ini, banyak para sarjana yang menjawab bahwa filsafat Madhyamika, dengan meng-claim adanya eksistensi kasunyataan yang paling tinggi, tetapi menolak menerangkan apa sesungguhnya yang dimaksud dengan kasunyataan yang paling tinggi itu, berarti mengaburkan keseluruhan pengertian tentang pengetahuan, dan berpendapat bahwa filsafat mereka itu paling tidak bernilai, dan bahkan bersifat destruktif.

Itu di mata para sarjana jelas nampak keadaannya seperti Agama kr****n yang berpakaian baju Dunia Timur. Di Dunia Barat, para ahli theologi kr****n yang hidup di Abad Pertengahan percaya bahwa dunia spiritual, dunia surga, itu tidak dapat dilihat, namun keadaannya lebih riil dari pada dunia yang dapat kita lihat ini. Mereka mengecilkan arti pengalaman keindriaan, dengan mengatakan bahwa pengalaman keindriaan itu merupakan sumber illusi, atau kepalsuan, dan kesalahan. Kemudian, para filsuf metaphysis berpegang teguh pada hakekat pandangan yang sama seperti tersebut dimuka tadi. Para ahli filsafat pengetahuan dari Dunia Barat setuju terhadap pandangan bahwa salah satu innovasi, atau pembaharuan, dari ilmu pengetahuan, yang besar, adalah ide yang mengatakan bahwa pengalaman keindriaan, - suatu pengalaman yang diperoleh ketika organ-organ indria berkontak dengan objek -, itu menjadi basis pengetahuan. Spekulasi atau dogma tentang dunia-dunia, atau alam-alam, diluar pengalaman keindiriaan, itu bersifat metaphysis, yang dapat benar, tetapi juga dapat tidak benar.

Buddhisme itu, saya yakini, tidak memajukan, atau mendukung pandangan tentang kasunyataan, dari Agama kr****n, yang demikian itu. Di Tanah Air Pangeran Siddhartha, yaitu India, disitu doktrin-doktrin religi-nya adalah apa yang sekarang dinamai Hinduisme. Hinduisme mempunyai filsafat pengetahuan yang sangat mirip dengan pandangan tersebut diatas, yang lalu dirumuskan oleh Agama kr****n. Sama seperti pandangan Agama kr****n, Hinduisme percaya bahwa pengalaman keindriaan itu bersifat illusi, bersifat palsu, dan dipercayai pula bahwa yang riil, adalah Ke-Aku-an yang tidak tampak (= invisible Self), yang berada dibelakang dunia yang tampak ini.

Semua Umat Buddha mengetahui betapa gigihnya Pangeran Siddhartha menolak pandangan pengetahuan dari Hinduisme, dengan mengemukakan doktrin dasar dari Buddhisme, yang dinamai Anatta. Sang Buddha menolak dunia metaphysis atau dunia religious-nya Hinduisme, yang diterangkan sebagai diluar pengalaman keindriaan; dan yang berpendapat bahwa dunia tersebut lebih rill dari pengalaman keindriaan. Sang Buddha telah mengemukakan doktrinnya tentang Sunyata, atau Kekosongan (= Emptiness), sebagai jawaban yang radikal terhadap pandangan Hinduisme, dan beberapa jawaban yang radikal terhadap pandangan Hinduisme, dan beberapa abad kemudian para filsuf Madhyamika telah mempertahankan pandangan tersebut sebagai yang sama dengan istilah Tathata. 1. Jadi, Pangeran Siddhartha, dan kemudian para filsuf Madhyamika telah mengemukakan secara berulang-ulang bahwa sunyata itu tidak merupakan dunia yang bersifat metaphysis, tidak mysterious, atau kabur, dan bukan merupakan sesuatu pengertian atau konsep yang sama sekali abstrak. Jadi, itu tidak bersifat spiritual, didalam arti kata yang metaphysis atau abstrak.

"Seorang yang telah memperoleh Kemenangan atas ketidaktahuan, pernah mengatakan bahwa kekosongan itu adalah mirip sesuatu penghapus semua pandangan-pandangan; tetapi orang-orang yang telah memperoleh kekosongan itu, lalu memiliki pandangan-terang, yang tak dapat dilenyapkan dari alam pikirannya." 2.

Sunyata itu diterangkan sebagai keadaan tidak terdapatnya segala sesuatu, tetapi juga bukan keadaan yang hampa dari sesuatu. Sunyata itu bukan suatu eternalisme, atau keadaan yang abadi, namun juga bukan merupakan essensi yang selalu ada, yang terdapat dibelakang semua phenomena, atau gejala-gejala, dan pula bukan suatu nihilisme. Sunyata, berarti kekosongan (= emptiness), dan diterangkan bersifat kosong, suatu kekosongan yang sempurna. Apa yang dapat diterangkan lebih lanjut mengenai keadaan yang kosong itu?

Saya percaya bahwa bagi umat Buddha, terutama dari aliran Madyamika, filsafat pengetahuan (= philosophy of knowledge) itu adalah filsafat ilmu pengetahuan (= philosophy of science), karena saya percaya bahwa sunyata itu menunjuk kepada pengalaman, suatu pengalaman aktual itu sendiri - (= actual experience itself).

Sunyata itu berkeadaan rill, merupakan keadaan tidak terdapatnya sesuatu, namun bukan keadaan yang hampa dari sesuatu; berkeadaan jelas dan dapat dihayati secara langsung, namun tidak mungkin dapat kita tangkap pengertiannya sepenuhnya dengan fikiran kita; merupakan sesuatu yang semua sifat-sifatnya dapat disebutkan, namun hanya melalui pengalaman yang aktual sajalah kemungkinannya sunyata itu dapat ditunjukkan ciri-cirinya. Hanya dalam arti yang demikian itu filsafat Mahayana dapat mengungkapkan arti sunyata, dan yang harus dirasakan, atau dihayati sendiri oleh orang yang ingin mengetahui makna sunyata itu. Pangeran Siddhartha sendiri dengan jelas mendasarkan ajarannya atas pengalaman, dan Buddhisme secara keseluruhan itu membicarakan pengalaman. Aliran Yogacara dan Vijnanavada, dari Buddhisme, itu secara khusus mengidentifikasi sunyata dengan pengalaman.

Namun, sunyata itu bukan berarti suatu konsep tentang "pengalaman", seperti yang disarankan oleh aliran Yogacara dan Vijnanavada. Sunyata itu berarti kekosongan (= voidness = emptiness), yang menunjukkan bahwa yang dimaksud adalah keadaan kosong dari sesuatu konsep.

Sunyata itu menunjukkan pengalaman yang aktual itu sendiri,- suatu pengalaman yang sifatnya langsung atas penglihatan, pendengaran, pencecapan, penciuman, perabaan, dan fikiran yang konseptual. Jadi, sunyata itu ada disini, ada sekarang ini, merupakan pengalaman yang aktual atas kata-kata yang terdapat didalam halaman buku ini, atas cahaya yang terdapat di kamar ini, atas penghayatan bahwa kita sedang duduk di atas kursi ini, atas kicau burung yang ada diluar kamar kita itu. Untuk menunjukkan counteraksi-nya dari kesan negatifnya, yang diberikan oleh istilah sunyata, pengalaman yang aktual ini juga ditunjukkan oleh istilah partner-nya, yaitu istilah tathata, atau kesedemikianan (= thusness = suchness = thatness). Istilah tathata, menunjukkan pengalaman yang aktual yang secara sederhana diungkapkan dengan berkata "itu" (= that"), seperti yang dilakukan seseorang yang sedang menunjukkan sebuah kamar, dengan lambaian tangannya.

Oleh karena sunyata itu menunjukkan pengalaman yang aktual, dan lalu Pangeran Siddhartha mengajarkan pandangan yang ilmiah tentang pengalaman, - yaitu dengan mengatakan bahwa yang dinamai pengalaman itu adalah sesuatu yang dapat dilihat dan dapat didengar secara langsung -, maka pengalaman itu lalu menjadi authoritas yang paling tinggi. Hal yang demikian itu menjadikan Sang Buddha merupakan filsuf bidang filsafat ilmu pengetahuan yang pertama di dunia. Ketika Nagarjuna berkata bahwa kasunyataan yang relative itu berdasarkan pada sunyata, beliau berarti mengatakan bahwa theori ilmu pengetahuannya didasarkan pada pengalaman yang langsung, - dan keterangan yang demikian ini secara tepat, dapat kita katakan uraiannya merupakan filsafat ilmu pengetahuan, didalam wujud intisarinya, atau didalam kalimat yang ringkas.

Lalu, mengapa Pangeran Siddharta dan Nagarjuna, keduanya menolak mengatakan secara tepat, tentang apa yang beliau maksudkan dengan istilah sunyata itu? Itu akan tidak banyak menimbulkan problema, apabila diartikan sebagai hanya berupa pengalaman keindriaan (= sense experience). Ketika para filsuf bidang filsafat ilmu pengetahuan, dari Dunia Barat, berbicara tentang pengalaman, yang mereka maksudkan adalah pengalaman keindriaan. Tetapi para ahli ilmu jiwa mempergunakan istilah tersebut dalam arti yang luas. Mereka sadar bahwa emosi itu merupakan bagian dari pengalaman, bahwa kata-kata dan angka-angka, serta konsep-konsep itu juga merupakan bagian dari pengalaman. Pangeran Siddhartha, seorang psychologi, atau ahli ilmu jiwa, yang ilmiah, itu memahami pengalaman didalam arti yang luas, seperti yang dimaksudkan oleh para ahli ilmu jiwa.

Sang Buddha itu memanglah pandangannya tentang pengalaman bersifat inklusif, - yaitu suatu pandangan yang tidak hanya logis, tetapi juga berdasarkan pengetahuan yang diperoleh secara langsung, karena beliau telah mencapai Penerangan Sempurna (= Enlightenment = Kesadaran Nirvana). Kalau orang tidak begitu mengalami kesukaran didalam memahami apa yang dimaksud dengan "pengalaman yang aktual", maka orang mengalami kesukaran jika akan memahami pengertian "pengalaman yang total", dan mudah mengalami kesalahpengertian terhadap suatu posisi philosophis, misalnya idealisme. Pangeran Siddhartha mengetahui bahwa para penganutnya akan mudah mengalami kesalah-pengertian seperti yang dimaksudkan diatas itu.

    "demikianlah... yang akan dialami oleh anda
    anda sekalian, di masa-masa yang akan datang. Suttanta-Suttanta yang diucapkan oleh Sang Tathagata, itu begitu dalam, begitu sangat dalam maknanya, sehingga apabila dikemukakan mengenai pengertian dunia, dan pengertian kekosongan, dengan kalimat yang biasa, mereka tidak akan mau mendengarkannya. Tetapi apabila Suttanta-Suttantanya diungkapkan didalam bentuk syair... dengan beraneka ragam kata-kata yang indah-indah, dengan aneka ragam ungkapan-ungkapan... maka mereka akan mau mendengarkannya." 3

Pengalaman yang demikian sifatnya itu, tidak dapat didefinisikan, karena semuanya ada didalam lingkupnya dan semua konsep dan definisi-definisi itu telah ada didalamnya. Tidak ada sesuatu yang dapat diperbandingkan dan dipertentangkannya. Untuk menamai pengalaman yang demikian itu akan membuatnya menjadi pengertian yang bersifat metaphysis, dan lalu dengan cepat akan mencemarkannya menjadi suatu ide tentang essensi atau substrasi yang berada dibelakang atau dibawah pengalaman yang aktual. Atas dasar ini Candrakirti menamakannya vijnana (= kesadaran atau pengalaman), yang sejenis seperti pengertian Atman atau Ke-Aku-an menurut faham Hindu (Hindu Self) didalam bentuk yang terselubung. 4. Juga :

    "Apabila terdapat beberapa hal yang bersifat tidak-kosong (= non-empty), tentu juga terdapat beberapa hal yang diistilahkan sebagai kosong (= empty); lalu apabila tidak terdapat sesuatu yang sifatnya tidak-kosong, lalu dimana mungkinnya terdapat sesuatu yang sifatnya kosong?." 5.

Dan dengan demikian, baik Pangeran Siddhartha, maupun Nagarjuna, tidak mengatakan bahwa sunyata itu dapat ditunjukkan, tetapi hanya menyarankan agar orang mempelajari therapy meditasi menurut Buddhisme, yang memungkinkan sang meditator dapat memahami pengalaman total, secara langsung.

Dalam memberikan argumentasinya dari titik-kedudukan bahwa kasunyataan yang bersifat absolut dan yang paling hakiki itu hanyalah pengalaman itu sendiri, lalu Nagarjuna mengsistematisir ajaran Pangeran Siddhartha, dan kemudian mengatakan bahwa semua kata-kata, semua lambang-lambang, semua konsep-konsep itu hanya dapat membahas kasunyataan didalam sifatnya yang relative atau empiris saja.

Para sarjana menerima secara keseluruhan pembatasan atas lambang-lambang itu, dan sangat menyadari bahwa kasunyataan yang paling tinggi, yang dapat mereka harapkan untuk diperoleh adalah kasunyataan yang bersifat relative. Mereka mengetahui bahwa penggunaan dari sesuatu kata yang bersifat deskriptif itu bersifat relative hubungannya dengan pengalaman yang sedang diuraikan, dan bahwa arti dari sesuatu bagian dari suatu theori itu bersifat relative hubungannya dengan arti bagian-bagian yang lainnya. Theori-theori itu adalah merupakan model-model symbolis atau konseptual, dan tetap disesuaikan dengan keterangan dari informasi baru, yang diperoleh dari observasi, serta tetap selalu dinilai kebenarannya atas dasar theori-theori lainnya. Sebaliknya, observasi itu dapat menumbangkan keseluruhan theori dan dapat melahirkan theori yang baru. Para sarjana itu, salah satu tugasnya adalah menyusun model-model dunia. Mereka tidak pernah mempergunakan kata-kata yang sifatnya sama sekali bersifat absolut atau paling hakiki.

Oleh karena itu, Buddhisme itu tidak mengadakan argumentasi, tidak memiliki pertentangan, dengan ilmu pengetahuan. Baik Buddhisme, maupun ilmu pengetahuan, itu tidak mendewakan konsep-konsep. Keduanya memandang angka-angka dan kata-kata serta logika sebagai alat-alat yang berguna untuk melaksanakan tugas-tugas yang penting, tidak memperlakukannya sebagai tujuan itu sendiri. Jadi, umat Buddha itu menerima validitasnya ilmu pengetahuan, dan apabila mereka bersaing dengan sesuatu hypothesa ilmiah, mereka melakukannya berdasarkan landasan empiris.

Ilmu pengetahuan Dunia Barat itu tidak hanya merupakan kasunyataan yang relative; itu juga merupakan suatu sistem yang sehat, atau baik, yang mencakup segala sesuatu, dan yang paling sukses, dari kasunyataan yang bersifat relative, yang pernah diperkembangkan oleh Manusia. Itu merupakan suatu kesatuan, telah distandardisasi, bersifat akkumulatif, dan tersebar luas di dunia. Buddhisme itu dapat memperoleh keuntungan dari sistem kasunyataan relative yang demikian itu, - suatu kasunyataan relative yang berasal dari penyelidikan yang bebas, yang berakar pada sekumpulan theori yang bersifat empiris dan akkumulatif. Buddhisme mengkritik loncatan yang tak berdisiplin dari satu fakta ke fakta yang lainnya (vicikiccha). Ilmu pengetahuan Dunia Barat dapat menolong Buddhisme untuk menyatukan dan mengsistematisir dharmanya dan menghubungkannya dengan secara berhasil dengan sekumpulan theori ilmiahnya Dunia Barat.


33
Chan atau Zen / Gatha-gatha Bodhidharma
« on: 08 May 2010, 12:11:16 AM »

Batin, yang menyebut batin, “batin”
Tiada cara untuk tampak;
Tatkala mengembang, ia menyelimuti seluruh dunia,
Tatkala menciut, ia bahkan tak bisa dilalui ujung pin.
Saya hanya mencari batin;
Tak pernah mencari Buddha.
Segalanya di tiga alam adalah hampa;
Saya sungguh paham mengetahui tiada suatupun ada.
Jika kau mencari Buddha,
Cukup carilah batin;
Batin yang kau sebut “batin,”
Buddha adalah batin.
Kendati awalnya saya mencari batin,
Batin sendiri telah mengetahui semua.
Jika kau ingin mencari batin,
Hakikat Kebuddhaan,
Tidak bisa dicapai di luar batin,
Bersamaan sebuah batin muncul,
Karma juga akan muncul.

34
Chan atau Zen / Orientasi (Naskah-naskah Plum Village)
« on: 14 April 2010, 11:51:57 PM »

Orientasi merupakan kumpulan naskah-naskah pendek yang berisi penjelasan singkat tentang latihan dasar yang dipraktikkan di Plum Village, naskah-naskah ini merupakan dasar dari latihan hidup sadar yang disusun dengan kreatif dan arif oleh Bhante Thich Nhat Hanh beserta murid-muridnya dengan tetap mengacu dan berlandaskan semangat ajaran dasar Buddha yaitu hidup sadar atau eling.

sumber: http://ekacarya.org/index.php?option=com_content&task=category&sectionid=9&id=29&Itemid=64

Bagaimana Menikmati Latihanmu

Perhatian penuh kesadaran (eling) merupakan energi kewaspadaan dan keterjagaan akan momen ini. Latihan ini merupakan latihan berkesinambungan untuk terus menyentuh seluruh momen kehidupan sehari-hari. Hidup sadar membuat hidup menjadi nyata, hadir bersama mereka yang berada di sekitarmu juga hadir bersama apa yang sedang engkau lakukan. Menyelaraskan badan jasmani dan pikiran ketika kita sedang mengendarai mobil ataupun ketika sedang mandi.

Latihan hidup berkesadaran bersatu padu dengan rutinitas keseharian di rumah seperti berjalan, duduk, bekerja, makan, dan sebagainya. Namun pada kesempatan ini kita melakukan semua aktivitas itu dengan penuh berkesadaran. Sadar dengan apa yang sedang kita lakukan. Kita berlatih hidup berkesadaran di kamar dan ketika berjalan dari satu tempat ke tempat lain.
Berlatih sebagai sanggha (komunitas) membuat suasana menjadi begitu ceria, santai, dan mantap. Setiap orang menjadi lonceng kesadaran bagi sahabat lainnya. Saling mengingatkan serta saling mendukung di sepanjang perjalanan latihan. Dengan adanya dukungan dari komunitas, kita dapat belajar untuk berbagi sukacita, aktivitas ini seperti mempersembahkan sebuah kado untuk mereka yang kita sayangi dan cintai. Kita dapat menumbuhkan soliditas dan kebebasan, solid dalam aspirasi paling dalam dan terbebas dari rasa takut, persepsi keliru, dan penderitaan.

Wahai sahabat, marilah kita mencoba berlatih dengan cara cerdas dan terampil, berhadapan dengan berbagai aspek latihan dengan penuh rasa ingin tahu dan semangat mencari tahu. Mari kita berlatih dengan menjadikan pengertian mendalam sebagai fondasi dasar dan bukan sekedar berlatih demi memamerkan tampak luarnya semata. Nikmati latihanmu di sini dengan santai dan anggun, menyertakan pikiran terbuka dan hati yang siap menerima.


Bernapas

Latihan meditasi (napas berkesadaran dan jalan berkesadaran) merupakan metode untuk menjadi lebih sadar. Napas merupakan bumi solid yang bisa menjadi tempat kita berlindung. Apa pun cuaca dalam mental, pikiran, emosi, dan persepsi, napas selalu menemani kita bagaikan seorang sahabat setia. Kapanpun kita terhanyut, tenggelam, terbawa emosi, atau terperangkap dalam kekhawatiran berlebihan, maka kita kembali bernapas untuk mengumpulkan dan menarik balik pikiran kita ke tubuh.

Rasakan arus udara masuk dan keluar hidung. Kita merasakan betapa ringan dan naturalnya napas yang menghadirkan ketenangan dan kedamaian. Di setiap waktu, ketika sedang berjalan, berkebun ataupun menulis, kita dapat kembali kepada kedamaian yang merupakan sumber kehidupan.

Ketika kamu bernapas, kamu terkonsentrasi penuh pada momen ini. Kita boleh melantunkan gatha atau syair berikut ini untuk medukung latihan napas berkesadaran:

”Bernapas masuk aku tahu aku sedang bernapas masuk”
”Bernapas keluar aku tahu aku sedang bernapas keluar"

Kita tidak perlu mengendalikan napas. Rasakan napas sebagaimana adanya. Napas kita mungkin saja panjang atau pendek, dangkal atau dalam, bernapas dengan berkesadaran maka napas akan berubah menjadi pelan dan lebih dalam secara alamiah. Bernapas dengan sadar merupakan kunci untuk mempersatukan badan jasmani dan pikiran kemudian membawa energi kesadaran hadir dalam setiap momen hidup.


Lonceng Kesadaran
Ketika anda tiba, mungkin anda akan mendengar bunyi lonceng, kemudian semua orang di sekelilingmu berhenti, berhenti berbicara, dan berhenti bergerak. Bunyi lain seperti dering telepon atau dentang jam dinding ataupun bunyi lonceng wihara, semua ini merupakan lonceng kesadaran. Ketika kita mendengar bunyi lonceng maka kita akan merelaksasikan tubuh dan mengikuti keluar dan masuknya napas. Kita lakukan hal itu secara natural, menikmati tanpa harus terlalu serius ataupun kaku.

Ketika kita mendengar salah satu bunyi lonceng kesadaran itu, kita berhenti dari segala percakapan dan apa pun yang sedang kita lakukan kemudian kita mencurahkan perhatian pada napas. Bunyi lonceng telah memanggil kita:

Dengar,dengar
Bunyi menakjubkan ini
Membawaku kembali
Ke rumah sejatiku

Dengan berhenti untuk bernapas dan menyentuh ketenangan dan kedamaian, kita menjadi bebas, semua pekerjaan serasa menyenangkan dan sahabat yang ada di depan kita juga menjadi begitu nyata. Ketika kita pulang ke rumah, kita dapat memanfaatkan dering telepon, dentang lonceng gereja, tangisan bayi ataupun bunyi sirene pemadam kebakaran dan bunyi ambulan sebagai lonceng kesadaran. Hanya dengan tiga tarikan napas kita dapat melepaskan ketidaknyamanan dalam tubuh dan pikiran, kemudian kembali menjadi sejuk dan jernih.

35
Ada info mengenai retre Zen. Saya cuma meneruskan informasinya. Untuk pendaftaran dan lain2 kontak no.di bawah

==========================


RETRET “The Miracle of Mindfulness” (Keajaiban Hidup Sadar)

Retret diadakan untuk melatih Seni Hidup Berkesadaran dengan dibimbing langsung oleh Bhante  Thich Nhat Hanh dan Sanggha Monastik dari Plum Village. Retret akan berlangsung selama lima hari (29 September – 03 Oktober 2010, di Kinasih Resort – Caringin Bogor dengan target peserta maksimum 700 orang dan dibimbing sekitar 50 orang sanggha monastik.

Retret merupakan sebuah kesempatan untuk kembali ke diri sendiri. Selama retret, peserta diajak untuk memberikan waktu kepada tubuh dan pikirannya untuk senantiasa hadir di sini dan sekarang untuk merasakan dan menikmati hidup yang sesungguhnya.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan pendaftaran:

1.    Pendaftaran dapat dilakukan melalui online dan non-online. Pendaftaran non-online, calon peserta diwajibkan mengisi formulir registrasi yang telah disiapkan oleh panitia (hubungi panitia pendaftaran)
2.    Peserta yang ingin memesan kamar bersamaan dengan peserta lain diwajibkan mengirimkan formulir registrasi secara bersamaan (non-online) atau memberikan catatan/notes dengan siapa Anda akan berbagi kamar di bagian catatan di formulir web yang telah disediakan (online)
3.    Bagi peserta yang berangkat ke tempat retret menggunakan kendaraan pribadi dan bersedia membantu panitia untuk membawa peserta lain, diharapkan dapat menginformasikan kepada panita pendaftaran. Hal ini akan sangat membantu panitia dalam urusan transportasi dan kesempatan berdana dalam berbagi.
4.    Jenis Akomodasi Kamar:
a.    Paket A: 1 kamar berdua Rp.1.500.000, - per orang
b.    Paket B: 1 kamar berempat Rp.1.000.000, - per orang
c.    Paket C: 1 kamar berempat (kamar ukuran kecil) Rp 600.000,- per orang
d.    Paket D: Dormitori/hall – khusus pelajar Rp 400.000,- per orang
[khusus pelajar diwajibkan melampirkan kartu pelajar saat pendaftaran]
5.    Tipe pembayaran: tunai / cash atau transfer
Transfer ke : Rekening BCA KC Mangga Dua Raya
No rek. 3353 0999 11
An. Perkumpulan Majelis Buddhayana Indonesia
Tambahkan angka 7 pada jumlah transfer.
Contoh: Jika Anda memilih paket A untuk 2 orang  [at] Rp 1.500.000,-, maka jumlah yang ditransfer adalah Rp. 3.000.007,-.
Mohon informasi pembayaran disampaikan kepada panitia (lihat keterangan jelas di formulir registrasi) pendaftaran dan membawa bukti transfer saat pendaftaran ulang.
6.    Pembatalan keikutsertaan retret dalam jangka 3 minggu sebelum retret (8 September 2010), maka uang pendaftaran tidak dikembalikan.
7.    Jangka waktu pelunasan uang pendaftaran adalah 2 minggu setelah mendapat konfirmasi dari panitia melalui email atau SMS. Jika ingin melakukan down payment wajib menginformasikan kepada panitia pendaftaran.
8.    Bagi calon peserta yang ingin mengajukan keringanan biaya retret, mohon menuliskan surat kepada panitia. Isi surat adalah latar belakang pribadi secara singkat, motivasi mengikuti retret, kondisi keuangan atau batas kesanggupan membayar. Surat bisa dikirim lewat email ke plumvillage [at]  buddhayana. or.id atau kirim lewat pos ke wihara Ekayana Buddhist Center di alamat :  Jl. Mangga II No.8 Kel. Duri Kepa, Tg. Duren, Jakarta Barat 11510.
9.    Panitia Pendaftaran bisa di hubungi di :
* Mega Alam      : 0878 8519 2122
* Rohana             : 0857 1872 2918
* Yuliati               : 0812 8287 2487

Download formulir registasi di:
http://ekacarya.org/index.php?option=com_content&task=view&id=57&Itemid=76

36
Chan atau Zen / Zen dan Alam Murni
« on: 13 April 2010, 10:02:40 PM »
Zen dan Alam Murni

Semua ajaran dalam Tripitaka (Kitab Suci Agama Buddha) merupakan alat untuk memengaruhi makhluk hidup guna memutuskan kemelekatannya.

Untuk mereka yang melekat pada Kekosongan, Buddha Shakyamuni mengajarkan Keberadaan guna menghancurkan pemahaman tersebut. Untuk mereka yang melekat pada Keberadaan, Beliau mengajarkan Kekosongan sehingga dengan demikian menghilangkan pemahaman tersebut. Untuk mereka yang berpegangan pada baik Kekosongan maupun Keberadaan, Beliau mengajarkan “bukan Kekosongan pun bukan Keberadaan” untuk menghancurkan pemahaman tersebut. Terakhir, untuk mereka yang berpegangan pada “bukan Kekosongan pun bukan Keberadaan,” Beliau mengajarkan baik Kekosongan maupun Keberadaan untuk menghancurkan kemelekatan tersebut.

Singkat kata, tujuannya adalah untuk menjauhkan semua makhluk hidup dari kemelekatan. Inilah ajaran Buddhis tentang keselamatan. Tiada jalan lain kembali ke sumber, kendati terdapat banyak metode berfaedah. Kita, para murid dan para praktisi Buddhis sudah seharusnya tidak melekat pada metode-metode ini. Ketika pemikiran timbul dalam batin kita yang membeda-bedakan antara apa yang benar dan apa yang salah, hal tersebut bertentangan dengan tujuan Sang Buddha dan merupakan penyimpangan dari jalan Ajaran Buddha.

Sebagai contoh, ketika Sang Buddha mengajarkan Dharma Kekosongan, pesan-Nya bukanlah bahwa ia adalah lawan dari Keberadaan, namun lebih bahwa ia adalah Kebenaran dan Realitas. Apakah Kebenaran dan Reakitas itu? Ijinkanlah saya mengutip Sesepuh T’en T’ai, Chih I:

“Ketika terdapat Kekosongan, maka semuanya adalah Kekosongan; tiada Bukan-Kekosongan yang terpisah. Tanpa Bukan-Kekosongan untuk dikontraskan dengan Kekosongan, Kekosongan sendiri adalah tak-tercapai [tidak ada]”

Sama dengan ini, ketika Sang Buddha mengajarkan Keberadaan, hal ini bukanlah lawan dari Kekosongan, namun lebih dikarenakan bermaksud mengatakan: “Ketika sesuatu ada, maka semuanya ada; tiada Bukan-Keberadaan yang terpisah. Tanpa Bukan-Keberadaan untuk dikontraskan dengan Keberadaan, Keberadaan sendiri adalah tak-tercapai.”

Kita harus memahami makna sebenarnya dari Kekosongan dan Keberadaan. Tiada kata-kata dari kita yang dapat menggambarkan Kekosongan dan Keberadaan dengan tepat. Dan dikarenakan hal ini, mengapa kau masih tetap meyakininya?

Mahaguru Han-Shan memahami dengan menyeluruh tujuan dari semua Buddha. Selaras dengan batin Para Sesepuh, beliau menyebarkan Dharma, dengan berpegangan pada tanpa Kekosongan pun tanpa  Keberadaan, juga tanpa Bukan-Kekosongan pun tanpa Bukan-Keberadaan —sehingga mewujudkan Jalan Tengah. Dengan demikianlah, beliau mempromosikan pembinaan gabungan Zen dan Alam Murni, menunjuk pada ketanpa-dualitasan Kekosongan dan Keberadaan. Ajaran itu adalah Pencerahan Yang Menakjubkan.

Tatkala mempraktikkan Zen, pada permulaan pembinaan metode Kekosongan digunakan. Namun Zen tidak berarti Kekosongan, juga tidak berarti Keberadaan. Alam Murni menggunakan metode Keberadaan sebagai awal praktik, namun Alam Murni tidak berarti Keberadaan maupun Kekosongan. Ketika Buddha Sakyamuni menyebutkan Kekosongan dan Keberadaan, adalah untuk menggapai kapasitas yang berbeda-beda pada manusia. Dharma sendiri melampaui Kekosongan dan Keberadaan. Semua metode yang diajarkan oleh Buddha Sakyamuni obat penyembuh. Dikarenakan manusia menderita penyakit yang berbeda, mereka membutuhkan beragam obat. Bukan masalah apakah obat tersebut mahal atau murah. Selama efektif, ia adalah obat yang baik.
Mereka yang mempraktikkan Zen atau Alam Murni semuanya seharusnya mengerti kebenaran ini: “semua metode Dharma adalah setara dan tiada yang lebih unggul atau lebih lemah.” Tiada seorangpun dari yang sungguh-sungguh memahami makna mendalam Dharma mungkin memiliki prasangka keras kepala yang melihat kelemahan dan keunggulan di antara metode Buddhis yang beragam. Tiada seorangpun dari yang memiliki prasangka keras kepala demikian bisa menggapai manfaat sejati dari Dharma.

Sebagai contoh, aliran Zen mengajarkan meditasi mengenai sebuah “hua-t’ou” (Jp. Wato). Hua-t’ou berarti “sebelum kata-kata,” sebelum sebuah pemikiran timbul dalam batin tunggal.  Apa yang ada sebelum sebuah pemikiran timbul? Tiada pemikiran. Tiada pemikiran adalah Batin Murni seseorang, Hakikat Kebuddhaan seseorang, Wajah Asal seseorang. Bermeditasi tentang sebuah hua-t’ou tidak berarti melafalkannya, dikarenakan pelafalan sebuah hua-t’ou juga adalah pemikiran palsu besar. Sebaliknya, mengenali Wajah Asal seseorang adalah tujuan sebuah hua-t’ou.

Aliran Alam Murni mengajarkan Pelafalan Buddha —pengulangan nama Buddha Amitabha. Meskipun demikian, tidak mengajarkan untuk semata-mata melafalkan dengan mulut, tak ubahnya burung beo meniru kata-kata tanpa mengetahui maknanya.  Pelafalan Buddha yang terpusat pada batin adalah Pelafalan Buddha yang sejati. Hal ini dikarenakan Batin adalah Buddha, Buddha adalah Batin. Seperti yang dikatakan dalam sutra: “Batin, Buddha dan Makhluk Hidup semuanya adalah setara dan tidak dapat dibeda-bedakan.” Di luar Batin, tiada Buddha, di luar Buddha, tiada Batin. Buddha adalah Batin, Batin adalah Buddha. Bila seorang praktisi memelafalkan nama Buddha dengan cara demikian, ia akan secara bertahap tiba pada tahapan di mana tiada baik Batin sebagai subyek maupun Buddha sebagai obyek. Dan tiada baik subyek maupun obyek pelafalan. Ini merupakan tahapan sebelum timbulnya pikiran tunggal. Ini merupakan hua-t’ou dan ini merupakan Wajah Asal seseorang. Bila praktisi tersebut dapat  dengan sunguh-sungguh memahami Dharma yang melampaui subyek dan obyek, lantas apalah bedanya antara Zen dan Alam Murni?

Bahkan sejak Buddha Sakyamuni mengangkat sekuntum bunga dan Sesepuh Mahakasyapa tersenyum, metode transmisi Batin-ke-Batin, “tanpa kata dan di luar Ajaran [Tripitaka],” telah menjadi cara yang telah mentradisi untuk meneruskan pewarisan dari satu sesepuh ke sesepuh lainnya di dalam aliran Zen.  Sejak Bodhidharma datang dari Barat [yaitu India], telah terjadi transimsi berkesinambungan, dan seterusnya hingga Sesepuh Keenam, Hui-Neng. Pada generasi selanjutnya, setiap sesepuh bergantung pada teknik Zen-nya sendiri untuk melatih para murid dan pengikutnya. Terdapat banyak metode, seperti menggunakan Batin untuk mengunci Batin atau meditasi pada sebuat hua-t’ou. Seseorang bisa juga menggali Wajah Asalnya, dengan merenungkan  “siapa yang melafalkan nama Buddha,” atau bermeditasi pada kata tunggal “Wu” (“tidak” atau “tiada”)  atau pada salah satu dari 1700 kug-an (koan). Kendati demikian, satu-satunya tujuan dari semua ajaran ini adalah untuk mengajak praktisi untuk melepaskan segalanya, dari tubuh hingga batin, membuang semua pikiran palsu serta membersihkan dirinya dari keterikatan dan kemelekatan. Seorang praktisi yang hanya melafalkan hua-t’ou  atau bermeditasi pada sebuah kung-an tanpa memahami kegunaannya akan menguras waktu dan tenaganya dengan sia-sia.

Dharma Alam Murni, diajarkan oleh Buddha Sakyamuni tanpa diminta,  memperlihatkan welas asih dari Beliau yang agung. Kecemerlangan dunia dan hiasan Alam Murni Barat dilukiskan dengan jelas dalam Amithaba Sutra.  Dharma Alam Murni disanjung oleh Para Buddha di kesepuluh penjuru dan diikuti oleh Para Bodhisattva dan Sesepuh. Sebagai contoh, Bodhisattva agung Avalokitesvara  (Kuan-Yin), Mahasthamaprapta (Kekuatan Besar), Manjusri dan Samantabhadra semuanya mendukung dan mengikuti Alam Murni. Pada zaman kuno di India, Sesepuh Asvaghosa, Nagarjuna dan Vasubandhu, bersama dengan lain-lainnya, semuanya memperkenalkan ajaran Alam Murni. Setelah Dharma ditransmisikan ke Cina, banyak master Zen dan sesepuh agung memperkenalkan Alam Murni. Betapa sempurna dan luhurnya Dharma Alam Murni yang menakjubkan, diajarkan oleh Buddha Sakyamuni dan dibabarkan oleh Para Buddha yang meliputi kesepuluh penjuru! Kita, sebaliknya, hanyalah makhluk biasa yang masih belum memutuskan ketidaktahuan dan pencemaran. Dengan demikian, terdapat orang-orang arogan dan berwatak angkuh yang merendahkan Dharma ini.       

Terdapat kisah yang sangat populer dalam Avatamsaka Sutra, yang berisi tentang pemuda Sudhana yang melakukan perjalanan mengunjungi lima puluh tiga orang Guru Mulia. Yang pertama ia jumpai, Bhiksu Awan Kebaikan, mengajarkan padanya betapa pentingnya Dharma Alam Murni. Dari sini, Sudhana melanjutkan kunjungannya hingga ia mengunjungi seluruhnya lima puluh tiga orang Guru., yang terakhir darinya adalah Bodhisattva Samantabhadra. Yang terakhir juga mengajarkan padanya mengenai gerbang Dharma Alam Murni yang menakjubkan. Dengan demikian, kita seharusnya memahami bahwa Alam Murni adalah krusial bagi praktisi pada Zaman Akhir-Dharma. Sebagai murid Para Buddha, kita seharusnya mulai mempraktikkan Dharma ini sedini mungkin.   

Ringkasnya, Zen dan Tanah Murni bersifat saling melengkapi. Pada masa lampau, Para Buddha di kesepuluh penjuru bergantung pada metode Dharma ini untuk melatih dan mencapai Kebuddhaan. Para Buddha di masa kini juga bergantung padanya untuk melatih dan mencapai Kebuddhaan. Hal yang sama berlaku pula untuk Para Buddha di masa mendatang.  Kedua metode Dharma ini secara khusus disampaikan dalam  Avatamsaka Sutra, Sutra Teratai dan Surangam Sutra, bersama dengan banyak sutra-sutra lainnya yang mengajak orang-orang untuk belajar dan berlatih.

Master LokTo
New York, Mei 1993

37
Perkenalan / perkenalan psikolog/sinshe fudin pang
« on: 03 November 2009, 06:38:52 PM »
Apakah anda yang memakai gelar psikolog sudah punya sertifikat profesi? Untuk disebut psikolog tidak hanya gelar sarjana psikologi saja yang harus diambil, tapi juga profesi selama kurang lebih 2 tahun. Anda sudah punya sertifikat? Kalau punya, no sertifikat anda berapa? Apakah Fudinpang itu nama aseli anda? Akan kucek nanti ke Himpsi (Himpunan Psikologi Indonesia). Terimakasih

38
Ulasan Buku, Majalah, Musik atau Film / Film "Zen"
« on: 12 October 2009, 02:01:06 PM »
Kisah tentang Dogen Zenji (Penyebar Zen aliran Soto di Jepang)



Pemain:
Kantarou Nakamura, Yuki Uchida, Tatsuya Fujiwara, Jun Murakami, Sho Aikawa, Masanobu Katsumura, Takashi Sasano, Masahiko Nishimura, Keiko Takahashi, Ryushin Tei, Shun Sugata

Ringkasan:
Melepaskan segalanya, menyerahkan diri pada aliran sifat dasar dan hanya duduk bermeditasi. Inilah hakekat dari Buddhisme Zen-nya Dogen. Pada abad ke-13, Dogen, seorang bhiksu Jepang muda bepergian ke Cina, ditakdirkan untuk bertemu dengan guru sejatinya. Di sana dia menemukan seorang master yang mengajarinya bahwa duduk dalam meditasi Zen adalah jalan yang benar dan satu-satunya menuju Pencerahan. Kembali ke Jepang, setelah tercerahkan, Dogen membahayakan hidupnya untuk memelopori Buddhisme Zen, mengilhami jutaan Buddhis Zen yang mempraktikkan di seluruh bumi hari ini.

Peringatan:
Beberapa adegan dalam film mengandung adegan seksual implisit, jadi hati2 jika ditonton bersama anak kecil

Komentar:
Film ini tidak terlalu tepat dalam menggambarkan Dogen dan ajarannya, sebaliknya cenderung terlalu menonjolkan superioritas alin Zen Soto (Sao-Tung). Lagipula plotnya lebih banyak diisi dengan cerita tambahan, daripada kisah Dogen yang sebenarnya. Meski demikian, usahanya untuk mengangkat sejarah hidup Dogen dalam bentuk film tetap pantas dihargai. Setidaknya bisa memancing minat kalangan orang banyak agar lebih mempelajari zen lebih jauh.


39
PETISI MASYARAKAT PEDULI PENGADILAN TIPIKOR DAN KPK

Tolak Hasil dan Pengesahan RUU Pengadilan Tipikor Versi Panja DPR


UU Pengadilan Tipikor sebagaimana diamanatkan dalam putusan Mahkamah Konstitusi (MK) diharapkan dapat memerkuat eksistensi dan peranan Pengadilan Tipikor dalam pemberantasan korupsi. Pengadilan Tipikor akan menjadi satu-satunya pengadilan yang berwenang mengadili perkara-perkara tindak pidana korupsi. Pengadilan Tipikor sudah berjalan sesuai dengan harapan masyarakat. Dengan kinerja yang transparan, objektif dan akuntabel. Bersama KPK, Pengadilan Tipikor menjadi ikon pemberantasan korupsi yang dapat diandalkan secara efektif dan memiliki prestasi yang patut dibanggakan.

Namun dalam perkembangannya, berbagai upaya dilakukan secara perlahan dan sistematis untuk memperlemah Pengadilan Tipikor. Ironisnya hal itu malah dilakukan oleh sebagian kalangan dari DPR bersama pemerintah, yang semestinya dapat memberikan komitmen dan jaminan politik untuk memperkuat Pengadilan Tipikor. Dalam hal ini, Panitia Kerja (Panja) RUU Pengadilan Tipikor di DPR, bersama pemerintah telah menyepakati draft RUU Pengadilan Tipikor yang justru akan memperlemah peranan Pengadilan Tipikor. Beberapa materi yang memperlemah tersebut adalah menyangkut soal komposisi majelis hakim yang menisbikan keberadaan hakim adhoc karena harus ditentukan oleh Ketua Pengadilan Umum, pembentukan pengadilan yang tidak realistis karena dilakukan di semua propinsi. Bahkan, kewenangan KPK untuk melakukan penuntutan perkara korupsi telah dikebiri. Suatu hal yang tidak diminta atau diperintahkan dalam putusan MK.

Hasil Panja RUU Pengadilan Tipikor tersebut tentu saja sangat mengecewakan, dan tidak sejalan dengan aspirasi masyarakat yang sudah seringkali disampaikan dan diteriakkan, baik kepada pemerintah maupun DPR. Hasil Panja ini tidak menguntungkan bagi agenda pemberantasan korupsi ke depan, yang terjadi justru membuat mundur langkah-langkah penegakan hukum dan upaya pemberantasan korupsi. Lebih jauh lagi, akan membuat Indonesia menjadi semakin terpuruk dengan masalah korupsi.

Presiden SBY yang telah dipilih kembali oleh rakyat dan berjanji akan memberantas korupsi, harus menunjukkan komitmennya dan patut menyelamatkan Pengadilan Tipikor. Dalam hal ini Presiden mesti bertindak jelas dan berpihak penuh pada upaya penguatan pemberantasan korupsi. Presiden perlu mengontrol jalannya pembahasan dan menyiapkan Perppu untuk segera dikeluarkan.

Oleh karena itu, kami dari Masyarakat Peduli Pengadilan Tipikor dan KPK:

1.   MENOLAK hasil Panja RUU Pengadilan Tipikor.
2.   MENOLAK draft RUU Pengadilan Tipikor versi Panja disahkan menjadi undang-undang.
3.   MENUNTUT agar Presiden segera menerbitkan Perppu untuk Pengadilan Tipikor.


Jakarta, 15 September 2009

Berikut Nama dan Lembaga yang Mendukung Petisi

Personal:

1.   Adrianus Meliala (Pengamat/FH UI)
2.   A Irmanputra Sidin (pakar HTN)
3.   A. Ahsin Tohari
4.   Ajeng Kusuma
5.   Anung Karyadi (Kemitraan)
6.   Arif Rahmadi Haryono
7.   Asfinawati
8.   Agus Sudibyo (Yayasan SET)
9.   August Mellaz (SPD)
10.   Aria Suyudi
11.   Aryo Bimo
12.   Ardisal
13.   Agam Faturrochman
14.   Adnan Topan Husodo (ICW)
15.   Alexander Lay (ILR)
16.   Azas Tigor Nainggolan (Fakta)
17.   Abdul Fickar Hadjar (advokat)
18.   Arsil (Leip)
19.   Anggara Suwahju (PBHI)
20.   Bivitri Susanti
21.   Bobby R. Manalu
22.   Bambang Widjojanto (Advokat)
23.   Budi Rahman
24.   Budi Setyawan
25.   Carolus Tuah (Pokja 30 Samarinda)
26.   Dadang Trisasongko (Kemitraan)
27.   Dhyah Madya Ruth
28.   Dudu Daswara (hakim adhoc)
29.   Dian Rosita (Leip)
30.   Dina Ardiyanti (Advokat-Solo)
31.   Djoko Tjiptono
32.   Dadih Abdulhadi
33.   Eryanto Nugroho (Dir. PSHK)
34.   Erry Riyana Hardjapamekas
35.   Erika Rovita Maharani
36.   Eko Haryanto (KPK2KKN)
37.   Emerson Yunto (ICW)
38.   Fajrul Falaakh (FH UGM)
39.   Firmansyah Arifin (Ketua KRHN)
40.   Feri Amsari
41.   Febri Diansyah (ICW)
42.   Geni Achnas
43.   Gita Putri Damayana
44.   Hasrul Halili (FH UGM)
45.   Hasrul Hanif (FISIPOL UGM)
46.   Hasril Hartanto (Mappi)
47.   Harry Ponto (Advokat/Peradi)
48.   Herbin Siahaan (ICJR)
49.   Herlambang Perdana W (FH Unair)
50.   Ibnu Tricahyo (PP Otoda/FH Brawijaya)
51.   Irfan Riza
52.   Imam Rosyid
53.   Illian Deta Arta Sari (ICW)
54.   Indria Fernida Alphasoni (KoNTRAS)
55.   Iskandar Sonhadji (Advokat)
56.   Jaleswari Pramodhawardani (LIPI)
57.   J. Danang Widyatmoko (Kord. ICW)
58.   Jeirry Soumampow (Kord. KPI)
59.   Jamil Mubarok (MTI)
60.   Komaruddin Hidayat (UIN)
61.   Kurniawan Adi Nugroho
62.   Khudri Sitompul (Kord. Ornop Sulsel)
63.   Lilis Mulyani (LIPI/THC)
64.   Laode Syarif (Kemitraan)
65.   Mas Ahmad Santosa (UNDP)
66.   Meuthia Ganie Rochman (Sosiolog)
67.   Marwan Batubara (anggota DPD)
68.   Muji Kartika Rahayu (KRHN)
69.   Metta Dharmasaputra
70.   Muhammad Yasin (Hukumonline)
71.   Nurkholis Hidayat (Dir. LBH Jkt)
72.   Oce Madril
73.   Patra M Zein (Ketua YLBHI)
74.   Pan Mohammad Faiz
75.   Poernomo Satryo P (Leip)
76.   Putu Wirata Dwikora (BCW)
77.   Qorihani
78.   Rhenald Kasali (FE Ekonomi)
79.   Rizal Malik
80.   Refly Harun
81.   Rahma Mary (Dir. LBH Semarang)
82.   Rohmat Solichin
83.   Rhino Subagyo (Dir. Icel)
84.   Romo Benny Susetyo
85.   R. M Mihradi
86.   Saldi Isra (Pusako Andalas)
87.   Syamsudin Harris (Pengamat politik)
88.   Siti Aminah (ILRC)
89.   Soraya Aiman (TII)
90.   Susan Dewi
91.   Sudarno Lalung
92.   Taufik Basari (Ketua YLBHM)
93.   Topo Santoso (FH UI)
94.   Teten Masduki (Sekjend TII)
95.   Todung Mulya Lubis (ILR)
96.   Tandiano Bawor (HUMA)
97.   Utoro Nugroho
98.   Uli Parulian (Dir. ILRC)
99.   Wiwiek Awiati
100.   Wahyu Susilo (INFID)
101.   Wahyudi Djafar (KRHN)
102.   Yenti Garnasih (FH Trisakti)
103.   Yuna Farhan (Seknas Fitra)
104.   Yanuar Rizky
105.   Yance Arizona (HuMA)
106.   Youra Zapatista
107.   Zudan Arif Fakrullah (lecture Undip)
108.   Zaenal Arifin Mochtar (Pukat UGM)
109.   Zenwen Pador. (FPSB)


Lembaga

1.   Konsorsium Reformasi Hukum Nasional (KRHN)
2.   Lembaga Kajian & Advokasi untuk Independensi Peradilan (Leip).
3.   Transparency International Indonesia (TII)
4.   Yayasan Sains, Estetika dan Teknologi (Yayasan Set)
5.   Lembaga Bantuan Hukum Jakarta (LBH Jakarta)
6.   Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Semarang
7.   Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Jakarta
8.   Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Padang
9.   Indonesia Legal Roundtable (ILR)
10.   Pusat Studi Hukum dan Kebijakan (PSHK)
11.   Indonesia Corruption Watch (ICW)
12.   Pukat FH UGM
13.   Pergerakan Petani Nelayan Mandiri Indonesia
14.   The Indonesian Legal Resource Center (ILRC)
15.   Masyarakat Pemantau Peradilan Indonesia (Mappi FH UI)
16.   Rapid Agrarian Conflict Appraisal (RACA) Institute
17.   Forum Warga Kota Jakarta (Fakta)
18.   Forum Indonesia Untuk Transparansi Anggaran (Fitra)
19.   Lembaga Penyuluhan dan Bantuan Hukum Nahdlatul Ulama
20.   WNW Lawfirm
21.   Forum Peduli Sumatera Barat (FPSB)
22.   Wahid Institute
23.   KSP Principium FH UNS
24.   KP2KKN Semarang
25.   Perhimpunan Pengembangan Pesantren dan Masyarakat
26.   Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi)
27.    PP Otoda FH Brawijaya Malang
28.   Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)
29.   The Habibie Centre (THC
30.   Yayasan LBH Indonesia (YLBHI)
31.   Pokja 30 Samarinda
32.   Seknas FITRA
33.   FITRA SUMUT
34.   FITRA RIAU
35.   FITRA SUMSEL
36.   FITRA SUKABUMI
37.   FAKTA Kalimantan Barat
38.   FITRA Tuban
39.   FORMASI Kebumen
40.   AWASI APBD Cilacap
41.   SOLUD NTB
42.   Bali Corruption Watch (BCW)
43.   Tasikmalaya Corruption Watch
44.   Garut Governance Watch (GGW)
45.   Pattiro Semarang
46.   MATA Aceh
47.   PIAR Kupang

40
PENGGALANGAN BANTUAN UNTUK KORBAN GEMPA DI CIAMIS, JAWA BARAT

Gempa Bumi 7,5 skala richter di Tasikmalaya beberapa saat yang lalu hingga kini masih menyisakan banyak persoalan. Seperti yang teman-teman baca di media, akibat luasnya wilayah terdampak gempa di Jawa Barat, pemerintah (dinsos) dan lembaga penyantun kesulitan mencakup seluruh wilayah yang sebenarnya saat ini masih membutuhkan uluran tangan dari pihak luar dengan segera. Dalam hal ini, Ciamis adalah salah satu wilayah terdampak bencana yang hingga kini masih belum mendapatkan bantuan yang memadai.

Ciamis terdiri dari 8 Kabupaten dan saat ini berdiri 17 posko tenda untuk korban bencana gempa, dari 8 kabupaten tersebut sedikitnya 800 rumah rata dengan tanah, kondisi tanah patah dan pecah. Wilayah Ciamis yang jauh dari Cianjur, wilayah yang paling mendapatkan perhatian dari pemerintah menyebabkan kurangnya aliran bantuan untuk wilayah Ciamis. Saat ini wilayah tersebut kekurangan bahan pangan (terutama beras), air bersih untuk minum, susu dan bahan pangan untuk bayi, obat-obatan, vitamin dan susu untuk anak-anak, selimut dan baju hangat, kebutuhan perempuan terutama baju dalam, pembalut, susu untuk ibu hamil. Kondisi bahan pangan di daerah tersebut sedang menipis dan dalam dua hari ke depan dikhawatirkan persediaan bahan makanan akan habis.

Oleh karena itu kepada teman-teman yang kebetulan berada tidak jauh dari wilayah tersebut mohon bantuannya untuk segera mengirimkan bantuan ke Ciamis.  Salah satunya teman-teman bisa langsung mengirimkan paket bantuan tersebut ke:

Posko LBH-SPP (Lembaga Bantuan Hukum- Serikat Petani Pasundan)
Jl. Siliwangi no 97    
Ciamis 46211, Jawa Barat

Bantuan akan didistribusikan oleh Posko LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) bersangkutan kepada korban-korban bencana lainnya. Atau jika Anda tinggal terlalu jauh dari lokasi tersebut, Anda bisa langsung menyalurkan bantuan dalam bentuk uang yang ditransfer ke rekening berikut:

No rekening: 131-00-0646908-6
Bank Mandiri KC Ciamis 13106
Atas nama Asep Gumilar

Setiap dana yang Anda transfer ke rekening di atas (jika melalui ATM) mohon disertai dengan tambahan angka 2 dibelakangnya.

Misalkan Anda bermaksud mengirim Rp. 50.000,-
Maka Anda mentransfernya senilai Rp. 50.002,-

Setelah Anda mentransferkan uang mohon Anda mengirimkan SMS yang berisi nama, jumlah dana yang ditransfer dan alamat anda kepada Asep Gumilar (pengurus LBH-SPP dan selaku pendamping korban) di No. HP. Berikut: 081 328 375 193. Dana yang masuk akan diumumkan secara berkala di thread ini beserta dengan alokasinya.

Dalam kasus ini, bantuan sekecil apapun dari teman-teman sekalian sangat berarti dan mohon jika teman-teman terketuk hatinya segera kirimkan bantuan ke Ciamis! Semakin cepat semakin baik!




41
Kafe Jongkok / Hantu-hantu di Hotel M, Surabaya
« on: 24 July 2009, 03:16:28 PM »
Ini foto hantu asli tanpa modifikasi

42
Sutra Mahayana / SUTRA SERATUS PERUMPAMAAN
« on: 12 July 2009, 12:52:30 AM »
SUTRA SERATUS PERUMPAMAAN

Diterjemahkan oleh Tetcheng Liao

Pendahuluan

Cerita perumpamaan (fabel) Aesop menikmati ketenaran di dunia, sedangkan fabel Sakyamuni hampir tidak dikenal orang. Sesungguhnya terdapat perbedaan di antara mereka sejauh sifat kedua buku yang terkait. Buku yang pertama mengisahkan cerita untuk mengajarkan prinsip-prinsip moral, sedangkan yang terakhir menggambarkan ajaran agama untuk mencerminkan sifat dasar manusia. Oleh sebab itu, buku yang terakhir merupakan sebuah literatur agama yang sebenarnya.

Judul sutra ini, “Seratus Perumpamaan dari Sakyamuni” tidak sepenuhnya tepat. Sebenarnya, ia dikurangi oleh dua perumpamaan. Satu cara untuk menjelaskan hal ini adalah bahwa adalah lebih cocok untuk menyebut dalam bilangan bulat. Cara lain untuk menjelaskan ini adalah kata pembuka dan penutup menambah jumlahnya menjadi seratus.

Dalam istilah penulisan, kadangkala kejelasan pengungkapan tidak kelihatan sesuai dengan ketenangan sutra. Ini mungkin dengan mudah dijelaskan dengan mengatakan bahwa ajaran agama Buddha adalah sangat mendalam sehingga kebanyakan orang, khususnya para pemula, tidak dapat menyerap maknanya dalam uraian yang abstrak. Seperti anak-anak, mereka menyukai cerita-cerita dengan ungkapan yang santai dan penuh canda. Oleh karena itu, Sakyamuni Buddha berkata pada mereka dalam bahasa mereka sendiri melalui cerita-cerita perumpamaan, sehingga mereka dapat dengan mudah memahami kebenaran. Sang Buddha membantu mereka untuk menembus lebih jauh ke dalam semangat ajaran agama Buddha.

Sutra ini hampir berumur seribu lima ratus tahun sampai sekarang. Ia mula-mula disusun dalam bahasa Sansekerta dari ajaran Sakyamuni Buddha oleh Bhikshu Sangha Suna dan diterjemahkan ke dalam bahasa Cina dalam gaya yang singkat, kuno, dan mendalam oleh bhikshu terkenal Gunavrddhi, dari India. Sekarang agak sulit, jika bukan tidak mungkin, untuk memahami maksud ungkapan-ungkapannya. Lebih sulit lagi untuk menerjemahkannya ke bahasa Inggris. Akibatnya, komentar dan koreksi apa pun pada terjemahan ini akan sangat dihargai.

Terima kasih sedalam-dalamnya kepada Mr. Mou Wen Kai, seorang kolega lama saya, yang pertama-tama mendorong saya untuk mengerjakan tugas ini, dan yang telah dengan cukup baik dan sabar memberikan saya uraian rinci dari teks kuno untuk membuat tugas ini lebih mudah. Tanpa bantuan beliau yang tidak ternilai, saya tidak akan dapat menyelesaikan pekerjaan ini.


Saya juga harus mengingat utang pribadi saya pada Mr. Ben Wang, M. A. atas penyuntingan beliau yang hati-hati terhadap hasil terjemahan asli saya. Walaupun kehidupan beliau sibuk, Miss Chiu-ying Chang telah meluangkan waktunya untuk membuat salinan yang baik dari seluruh pekerjaan ini. Demikianlah saya merasa merasa harus menyatakan di sini rasa terima kasih saya yang tulus atas bantuan beliau.

Tetcheng Liao,
Penerjemah
Januari 1981
Desa Baru Chih Yuan
Fushingkang, Peitou
Taipe, Taiwan
Republik Cina

43
信心銘
Catatan Pikiran-Keyakinan

 
Penulis:

鑑智僧璨
Chien-chih Seng-ts'an


1.
至道無難   唯嫌揀擇
Jalan sejati itu tidaklah sulit, ia tidak memihak dan memilih-milih.

但莫憎愛   洞然明白
Saat tidak mencintai atau membenci, menjadi tercerahkan dengan sendirinya.

毫釐有差    天地懸隔
Menyimpang seutas rambut saja, terpisah bak langit dan bumi.

欲得現前   莫存順逆
Jika engkau ingin jalan itu kasat, janganlah mendukung atau menentang.

違順相爭   是爲心病
Mengejar keinginan menentang penolakan, inilah penyakit pikiran.

不識玄旨   徒勞念靜
Tanpa memahami hakikat mendalam ini, sia-sia melatih keheningan.

圓同太虚   無欠無餘
Jalan itu sempurna laksana ruang kosong, tak kekurangan tak kelebihan.

良由取捨   所以不如
Ketika engkau menggenggam atau menolak, tiada kewajaran (hakikat sejati).



2.
莫逐有縁   勿住空忍
Jangan mengejar kondisi-kondisi, jangan menetap dalam kekosongan.

一種平懷   泯然自盡
Dalam kedamaian menyatu dalam tungku, segala sesuatu berhenti dengan sendirinya.

止動歸止   止更彌動
Berhenti dan kembali ke hening, keheningan akan menggerakan kau kembali.

唯滯兩邊   寧知一種
Jika hanya berada di salah satu sisi ekstrim, bagaimana engkau mengenali kemanunggalan?

一種不通   二處失功
Jika anda gagal menembus kemanunggalan, kedua sisi tidak berfungsi.

遣有沒有   從空背空
Buang keberadaan dan engkau (justru) jatuh ke dalam keberadaan, ikuti kekosongan dan engkau (justru) memunggungi kekosongan.

多言多慮   轉不相應
Senakin banyak berbicara dan berpikir, semakin menyimpang dari Jalan.

絶言絶慮    無處不通
Hentikan berbicara dan berpikir, tiada yang tak dapat anda tembus (paham).

歸根得旨   隨照失宗
Kembali ke akar dan capai prinsip, mengejar penerangan dan anda (malah) kehilangannya.

須臾返照   勝卻前空
Walau hanya sekejap membalikkan cahaya, melampaui kekosongan sebelumnya.

前空轉變   皆由妄見
Perubahan terjadi dalam kekosongan, semuanya adalah hasil dari delusi.


3.
不用求眞   唯須息見
Tak perlu mencari kebenaran, sekadar padamkan saja opini-opinimu.

二見不住   慎勿追尋
Jangan menetap dalam pandangan dualistik, waspadalah untuk tidak mengejarnya.

纔有是非   紛然失心
Terbersit benar dan salah,pikiran jadi kacau dan tersesat.

二由一有   一亦莫守
Dua berasal dari satu, namun janganlah mempertahankan yang satu ini sekalipun.

一心不正   萬法無咎
Bila satu-pikiran tidak timbul, ribuan dharma tanpa cacat.


無咎無法   不生不心
Tanpa cacat, tanpa dharma; Tanpa timbul, tanpa pikiran.

能隨境滅    境逐能沈
Subyek dipadamkan (jika) tanpa obyek, obyek hilang (jika) subyek tenggelam.

境由能境   能由境能
Obyek menjadi obyek karena subyek, subyek menjadi subyek karena obyek.

欲知兩段  元是一空
Jika kamu memahami keduanya, keduanya berasal dari satu kekosongan.

一空兩同   齊含萬象
Dalam satu kekosongan keduanya adalah sama, meski mengandung semua fenomena.
 

4.
不見精   寧有偏黨
Tanpa halus atau kasar, bagaimana bisa ada bias?

大道體寛   無易無難
Jalan Agung itu meliputi semuanya, tidak mudah ataupun sulit.

小見狐疑   轉急轉遲
Pandangan sempit penuh keraguan, sekarang dalam ketergasaan justru terlambat.

執之失度   必入邪路
Melekat padanya dan anda kehilangan langkah; Pikiran akan memasuki jalan yang menyimpang.

放之自然   體無去住
Biarkan lepas menjadi spontan, esensi yang tak pergi ataupun tinggal.

任性合道  逍遙絶惱
Selaraskan dengan hakikat sejatimu dengan Sang Jalan, berkelana dengan santai tanpa kekesalan.

繋念乖眞   昏沈不好
Pikiran terbelenggu menyimpang dari yang sejati, menjadi gelap, tenggelam dan manja.

不好勞神   何用疏親
Tidaklah baik meletihkan semangat; apalah gunanya antipati dan suka?


5.
欲取一乘   勿惡六塵
Mengikuti kendaraan-tunggal, jangan benci pada alam indera [objek].

六塵不惡  還同正覺
Tanpa benci pada alam indera, menyatu dengan pencerahan sejati.

智者無爲   愚人自縛
Orang bijak tanpa motif; Orang tolol membelenggu dirinya sendiri.

法無異法   妄自愛著
Satu dharma tidak berbeda dari lainnya,
pikiran yang terdelusi menempel pada apapun yang menjadi hasratnya.

將心用心   豈非大錯
Menggunakan pikiran untuk membina pikiran, apakah bukan kekeliruan besar?

迷生寂亂   悟無好惡
Dari pikiran keliru lahir ketenangan dan kekacauan, pencerahan menghilangkan suka dan tidak suka.

一切二邊   妄自斟酌
Dualitas segala sesuatu, berasal dari diskriminasi yang keliru.

夢幻虚華   何勞把捉
Sebuah mimpi sekuntum bunga di langit, mengapa berusaha menggapainya?

得失是非   一時放卻
Untung dan rugi, benar dan salah –Buang semuanya sekaligus.

眼若不睡   諸夢自除
Bila mata tidak tertutup, mimpi akan terhenti dengan sendirinya.


6.
心若不異   萬法一如
Jika pikiran tanpa diskriminasi (membeda-bedakan), semua dharma adalah tunggal“apa adanya.”


一如體玄   兀爾忘縁
Di kedalaman hakikat yang tunggal “apa adanya,” tanpa bergerak, terbebaskan dari kondisi-kondisi.
萬法齊觀   歸復自然
Ketika semua dharma setara, kamu kembali ke segala sesuatu sebagaimana adanya.

泯其所以   不可方比
Bila sang subyek lenyap, tak akan ada pengukuran dan pembandingan.

止動無動   動止無止
Padamkan gerak dan tanpa-gerak; Bila gerak berhenti, tidak ada istirahat.

兩既不成   一何有爾
Karena dualitas tidak muncul bagaimana mungkin bisa ada satu?

究竟窮極   究竟窮極
Meneliti hingga pada paling akhir, prinsip dan aturan tidaklah eksis.

契心平等   所作倶息
Selaraskan pikiran dengan yang teduh-seimbang, semua perbuatan ditentramkan.


7.
狐疑盡淨   正信調直
Keraguan yang menggelisahkan dijernihkan, keyakinan sejati ditegakkan.

一切不留   無可記憶
Tiada yang tersisa, tiada yang teringat.

虚明自照   不勞心力
Semuanya kosong, jernih dan menerangi dirinya sendiri, pikiran tidak memaksakan diri.

非思量處   識情難測
Ia bukanlah tempat untuk pikiran; nalar dan perasaan tidak memahaminya.

眞如法界   無他無自
Dalam Alam Dharma ‘apa adanya’ sejati, tiada orang lain juga tiada diri.

要急相應   唯言不二
Segeralah selaras dengannya, hanya mengekspresikan“tanpa-dualitas.”

不二皆同   無不包容
Dalam tanpa-dualitas segalanya setara, tiada yang terkecualikan.


十方智者   皆入此宗
Para bijak dari kesepuluh penjuru, semuanya mengikuti ajaran ini.

宗非促延   一念萬年
Ajaran ini tidak tergesa-gesa ataupun lambat, satu pemikiran untuk sepuluh ribu tahun.

無在不在   十方目前
Tanpa di sini, tidak di sini, kesepuluh penjuru tepat di hadapan anda.


8.
極小同大   忘絶境界
Yang terkecil sama dengan yang terbesar, ketika batasan dilupakan.

極大同小   不見邊表
Yang terbesar sama dengan yang terkecil, tiada lagi batas-batas yang terlihat.

有即是無    無即是有
Keberadaan persisnya adalah kekosongan itu sendiri, kekosongan persisnya adalah keberadaan itu sendiri.

若不如此   必不相守
Jika tidak demikian, maka tidak ada gunanya mempertahankannya.

一即一切   一切即一
Satu adalah segalanya, segalanya adalah satu.

但能如是    何慮不畢
Jika engkau hidup demikian ini, mengapa kuatir tidak mencapai akhir (pencerahan)?

信心不二   不二信心
Pikiran-keyakinan adalah tanpa-dualitas; tanpa-dualitas adalah pikiran-keyakinan.

言語道斷   非去來今
Jalan kata-kata telah diputus; Tiada masa lalu, tiada masa depan, tiada masa kini.




Catatan tentang judul:
信 (Hsin) berarti “keyakinan”. Bukan  keyakinan dalam makna umum, namun keyakinan yang berasal dari pengalaman langsung, keyakinan yang berasal dari pengetahuan tertinggi dan kebijaksanaan pencerahan. Keyakinan ini adalah pernyataan bahwa semua makhluk hidup atau realitas pada dasarnya adalah Pikiran Kebuddhaan, yang merupakan hakikat sejati kita. Hsin adalah keyakinan bahwa di dasar semua fenomena terdapat Pikiran Tunggal, pikiran Kebuddhaan, yang merupakan hakikat sejati kita, hakikat-Kebuddhaan.
 
心 (Hsin) secara harafiah bermakna "hati." Berarti pikiran, bukan pikiran yang terjebak dalam khayal namun Pikiran-kebuddhaan. Hsin adalah pikiran yang muncul menyatu dengan Pikiran Tunggal yang meliputi seluruhnya.
 
銘 (Ming) secara harafiah berarti "catatan" atau “kata-kata.” Bermakna pengungkapan atau catatan. Ming juga berarti peringatan atau kewaspadaan.


44
Chan atau Zen / Ajaran Zen Bodhidharma, oleh Bodhidharma
« on: 21 May 2009, 01:13:29 PM »
Ajaran Zen Bodhidharma, oleh Bodhidharma

Diterjemahkan oleh Tonny (2009)


Garis Besar Praktik

Banyak jalur menuntun ke Sang Jalan, namun pada dasarnya hanya ada ada dua: kebijaksanaan dan praktik.

Memasuki melalui kebijaksanaan berarti mencapai intisari melalui petunjuk dan meyakini semua makhluk hidup memiliki hakikat sejati yang sama, yang tidak terlihat karena tertutup oleh sensasi dan delusi. Mereka yang beralih dari delusi kembali ke realitas; yang bermeditasi menghadap tembok; hilangnya diri dan orang lain; antara yang awam dan yang bijak apa dasarnya sama; dan siapa yang tetap tidak tergerakan bahkan oleh naskah-naskah suci, berada dalam kondisi sejalan yang hening dan sempurna dengan kebijaksanaan. Tanpa gerak, tanpa usaha, mereka memasuki [Jalan] melalui kebijaksanaan.

Memasuki melalui praktik menunjuk pada empat praktik yang meliputi: menderita ketidakadilan, beradaptasi dengan kondisi-kondisi, tidak mencari apapun, dan mempraktikkan Dharma.

Pertama, menderita ketidakadilan. Ketika mereka yang mencari Sang Jalan menghadapi kesulitan, mereka seharusnya berpikir pada diri mereka, "Untuk berabad-abad lampau yang tak terhitung, saya beralih dari hal yang esensial ke hal yang remeh dan berkelana melalui semua bentuk eksistensi, seringkali marah tanpa sebab dan bersalah atas kejahatan tak terkira. Sekarang, meskipun saya tidak melakukan suatu kesalahan, saya dihukum oleh masa laluku. Tidak para dewa maupun manusia bisa menduga saat perbuatan jahat akan menanggung akibatnya. Saya menerimanya dengan hati yang terbuka dan tanpa mengeluhkan ketidakadilan." Sutra-sutra berkata, "Ketika kamu menjumpai kesulitan janganlah marah karena sudah sewajarnya." Dengan pemahaman demikian kamu akan selaras dengan kebijaksanan. Dan dengan menderita ketidakadilan engkau akan memasuki Sang Jalan.

Kedua, beradaptasi dengan kondisi-kondisi. Sebagai makhluk tidak kekal, kita dikuasai oleh kondisi-kondisi, tidak oleh diri kita sendiri. Semua penderitaan dan kebahagiaan yang kita alami bergantung pada kondisi-kondisi. Jika kita diberkahi oleh beberapa imbalan besar, seperti ketenaran atau keberuntungan, ini hanyalah buah dari benih yang ditanam oleh kita di masa lampau. Ketika kondisi berubah, ia berakhir. Mengapa harus terlampau bahagia dengan keadaan ini? Namun sementara kesuksesan dan kegagalan bergantung pada kondisi-kondisi, pikiran tidak bertambah bahagia ataupun berkurang. Mereka yang tetap tak-tergerakkan oleh angin kebahagiaan dengan senyap mengikuti Sang Jalan.

Ketiga, tidak mencari apapun. Manusia di dunia ini tersesat. Mereka selalu menginginkan sesuatu—selalu, dalam satu kata, mencari. Namun yang bijak tersadar. Mereka memilih kebijaksanaan dibanding kebiasaan. Mereka menyesuaikan pikiran mereka dengan yang sublim dan membiarkan tubuh mereka berubah dengan berlalunya musim-musim. Semua fenomena adalah kosong. Tubuh tidak berisi sesuatu yang layak diinginkan. Bencana selamanya datang silih berganti dengan kemakmuran! Berhuni di dalam tiga alam adalah berdiam di dalam rumah yang terbakar. Memiliki tubuh adalah derita. Adakah yang masih memiliki tubuh mengenal damai? Mereka yang memahami hal ini melepaskan diri mereka dari semua keberadaan dan berhenti membayangkan atau mencari sesuatu. Sutra-sutra berkata, "Mencari adalah penderitaan. Tidak mencari apapun adalah kebahagiaan." Ketika kamu tidak mencari apapun, kamu sedang berada di Sang Jalan.

Keempat, mempraktikkan Dharma. Dharma adalah kebenaran bahwa seluruh sifat aseli adalah murni. Dari kebenaran ini, semua penampilan adalah kosong. Kekotoran dan kemelekatan, subyek dan obyek tidak eksis. Sutra-sutra berkata, "Dharma tidak meliputi makhluk hidup karena ia bebas dari ketidakmurnian makhluk hidup, dan Dharma tidak meliputi diri karena ia bebas dari ketidakmurnian diri." Mereka yang cukup bijak meyakini dan memahami bahwa kebenaran ini dibutuhkan untuk praktik sesuai Dharma. Dan saat apa yang nyata tidak terdapat sesuatu yang layak untuk disesalkan, mereka menyerahkan tubuh, hidup dan harta benda mereka sebagai  amal (dana), tanpa menyesal, tanpa kesombongan pemberi, pemberian atau penerima, dan tanpa bias atau kemelekatan. Dan untuk menghilangkan ketidakmurnian mereka mengajar orang lain, namun tanpa menjadi melekat pada wujud. Dengan demikian, melalui praktik mereka sendiri mereka mampu menolong orang lain dan mengikuti Jalan Pencerahan. Dan bersama dengan berdana, mereka juga mempraktikkan kebajikan (paramita) lainnya. Namun sementara mempraktikkan enam kebajikan (paramita) untuk menghilangkan delusi, mereka tidak mempraktikkan apapun. Ini apa yang dimaksud sebagai mempraktikkan Dharma.

45
KELAS VISUDDHI MAGGA DAN MEDITASI
Pengajar : DR. Mehm Tin Mon Saddhamma Jotikadhama, Ph.D.
[Professor, International Theravada Buddhist Missionary University]
President of the Central Buddhist Association of Universities and Institutes in Yangon.


Visuddhi Magga menguraikan mengenai tiga jalan mulia untuk melatih Moralitas (Sila), Konsentrasi (Samadhi) dan  Kebijaksanaan (Panna), untuk pemurnian total batin untuk mencapai Nibbana. Ini merupakan intisari dari ajaran Buddha.

 

Ini menjelaskan secara detil bagaimana caranya melakukan meditasi secara benar untuk mengembangkan pengetahuan batin yang mendalam dan jalan kebijaksanaan untuk merealisasikan Nibbana.

 
Sebuah kesempatan untuk mengerti mengenai Visuddhi Magga, langsung oleh penulis buku “The Essence of Visuddhi Magga” yang akan dijelaskan secara detil.

Dr. Mehm Tin Mon adalah seorang Ph.D dibidang Chemistry dari University of Illinois.(USA). Beliau seorang guru Dhamma terkemuka dan Profesor di International Theravada Buddhist Missionary University. Saat ini beliau menjabat Asisten Pendidikan Menteri Agama Myanmar. Dengan pengetahuan Dhamma yang mendalam, beliau dapat menyampaikan ajaran Visuddhi Magga ini dengan lugas dan penuh makna sehingga mudah dimengerti semua orang.
Dr. Mon berkata, ”Jangan ragu dan semua orang akan dengan cepat mengerti akan ajaran Visuddhi Magga ini dan mengerti bagaimana melakukan meditasi yang benar.”

Mari dan belajar pengetahuan yang sangat berharga dalam hidup ini. Lakukan meditasi dengan cara yang benar untuk mencapai manfaat yang paling tinggi yaitu pembebasan dari semua penderitaan dan menikmati kebahagiaan yang kekal.

Program Kelas Visuddhi Magga dan Meditasi

Pelajaran     Tanggal    Hari    Jam
01    30 April 2009      Kamis    19:00 – 21.30
02    1 Mei 2009         Jumat    19:00 – 21.30
03    2 Mei 2009         Sabtu    17:00 – 21.30
04    3 Mei 2009         Minggu   17:00 – 21.30
05    4 Mei 2009         Senin     19:00 – 21.30
06    5 Mei 2009         Selasa   19:00 – 21.30
07    6 Mei 2009         Rabu      19:00 – 21.30
08    7 Mei 2009         Kamis    19:00 – 21.30
09    8 Mei 2009         Jumat    19:00 – 21.30
10    9 Mei 2009         Sabtu (Waisak) 17:00 – 21.30
11    10 Mei 2009       Minggu  17:00 – 21.30
           

Setiap hari diselingi dengan praktek meditasi selama 1 jam. Khusus sabtu dan minggu selama 1,5 jam.

Tempat penyelenggaraan: Graha Dharma Suka / Vihara Pluit Dharma Sukha
Jl. Pluit Permai I no 26, Jakarta Utara

Pendaftaran: Lily Warsity; lily_warsiti [at] yahoo.com.sg atau SMS ke 081808098833 yg isinya Daftar Visuddhi Magga; nama; alamat; telphon rumah; alamat email

NB: Sehubungan dengan data email yang kurang tersusun baik, mohon maaf jika anda tidak berkenan menerima email ini. Mohon bantuannya untuk menginformasikan ke kami agar kami bisa tidak masukan anda dalam list kami.Terima kasih.

Pages: 1 2 [3] 4 5 6