STI pada setiap masa vassa selalu mempublikasikan daftar bhikkhu apa menjalankan vassa di mana. apakah SAGIN juga punya tradisi yg sama? maaf, bukan untuk membandingkan, tetapi informasi ini terbukti sangat bermanfaat bagi umat. kalau ada bisakah informasi ini dipublikasikan?
Belum. Dan memang itu kekurangan yang memang harus diperbaiki.
Kita sudah sering mengusulkan hal ini,
tapi mungkin ada kesulitan, karena masa wasa nya berbeda antara yang therawada dan mahayana.
Walau sebenarnya bisa saja dibuat terpisah, yang mahayana duluan di buat list, yang therawada belakangan juga dibuat list.
Tetapi ini menarik juga dibahas, soal masa wasa, yang menurut sejarah yang saya ketahui, lebih dikarenakan faktor musim hujan. Apakah masa wasa itu seharusnya disesuaikan dengan musimnya, atau di samakan bulannya, walau di banyak daerah musimnya bukan penghujan?
bagaimana penjelasan anda sehubungan dengan hal ini, menurut kurikulum MBI?
hehe. ini oot gak? Nanti ada yang komplain?
Jawaban saya pribadi ya om indra, bukan kurikulum.
Tapi sebelum bro Indra menanggapi jawaban saya, ada baiknya bro indra sendiri mengungkapkan pendapat bro juga, sehingga kita bisa saling berbagi.
Menurut saya :
Kalau melihat tujuannya hanya dari menghindari musim hujan, rasanya masa wasa (yang harus sama secara kalender, sama tanggal dan bulannya) sudah tidak efektif. Tapi kalau melihat lebih ke sarana para biku untuk melatih diri dan secara berkelompok (sangha) bisa saling belajar, berlatih, dan berbagi bersama, hal ini di (beberapa tempat) masih dibutuhkan.
Menilik sejarahnya, kenapa muncul hal ini, lebih dikarenakan para biku (di musim hujan) mesti berjalan melintasi sawah dan ladang, melalui jalanan yang becek dan basah. Yang akibatnya, selain membuat jubah menjadi kotor, juga menyebabkan banyak binatang-binatang kecil terbunuh.
Tapi dengan perubahan jaman, apalagi di belahan bumi yang berbeda, hampir jarang ditemukan, para biku itu melakukan hal tersebut. Sehingga rasanya sudah tidak kontekstual lagi, tetapi hanya menjadi ritual saja.
Tetapi untuk memberikan kesempatan para biku berlatih, tetap harus diupayakan waktu khusus, dimana para biku betul2 menyepi dari aktifitas pelayanan ke umat, tetapi kembali ke diri mereka sendiri. Dan waktu itu semestinya di sesuaikan dengan kondisi yang ada di tempat masing2, tidak terikat pada penanggalan/kalender (secara bersama-sama).
Demikian pendapat saya.