//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Samatha+Vipassana (A Honed and Heavy Ax) By Ajahn Chandako  (Read 21973 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline morpheus

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.750
  • Reputasi: 110
  • Ragu pangkal cerah!
Re: Samatha+Vipassana (A Honed and Heavy Ax) By Ajahn Chandako
« Reply #60 on: 05 September 2011, 09:00:51 AM »
soal kacamata oom
kalo gitu suruh yg gak punya kacamata (k,i atau h) baca suttanya trus tanya gimana ceritanya tanpa kacamata  :)

beda pendapat itu sah2 saja, karena menurut pengalaman masing2 tidak sama.
yang penting tidak beda 'jalan dan cara' ajaran yang sudah dibabarkan Sammasambuddha
 _/\_
hehehe... lucu  :))
wong semua pihak yg berbeda "jalan dan caranya" itu merasa penafsirannya itu dibabarken sammasambuddha kok...
perbedaan pendapat ini justru pada intinya, pada definisi, cara dan hubungan dari unsur2 jm8.
* penonton nyeletukin penonton lain *
* I'm trying to free your mind, Neo. But I can only show you the door. You're the one that has to walk through it
* Neo, sooner or later you're going to realize just as I did that there's a difference between knowing the path and walking the path

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: Samatha+Vipassana (A Honed and Heavy Ax) By Ajahn Chandako
« Reply #61 on: 05 September 2011, 11:35:06 AM »
kalo gitu suruh yg gak punya kacamata (k,i atau h) baca suttanya trus tanya gimana ceritanya tanpa kacamata  :)
wah kalo itu mah pake kacamata yg laen lagi oom
There is no place like 127.0.0.1

Offline morpheus

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.750
  • Reputasi: 110
  • Ragu pangkal cerah!
Re: Samatha+Vipassana (A Honed and Heavy Ax) By Ajahn Chandako
« Reply #62 on: 05 September 2011, 12:33:19 PM »
wah kalo itu mah pake kacamata yg laen lagi oom
kamsudnya suruh orang yg gak tau apa2, baca suttanya kayak baca novel, trus tanyain "ini menurut kamu artinya pake blocking, apa gak?"
 ;D

btw, silaken diterusin. sori ngganggu...
* I'm trying to free your mind, Neo. But I can only show you the door. You're the one that has to walk through it
* Neo, sooner or later you're going to realize just as I did that there's a difference between knowing the path and walking the path

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: Samatha+Vipassana (A Honed and Heavy Ax) By Ajahn Chandako
« Reply #63 on: 05 September 2011, 12:56:45 PM »
oooo, boleh juga tuh :P
There is no place like 127.0.0.1

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Samatha+Vipassana (A Honed and Heavy Ax) By Ajahn Chandako
« Reply #64 on: 05 September 2011, 08:50:44 PM »
sepertinya sudah OOT lumayan jauh, Ajahn Chandako sama sekali tidak mengupas jhana, Ajahn hanya berusaha meluruskan pandangan yg mempertentangkan Samatha vs Vipassana. demikianlah yg saya pahami dari artikel ini.

Bayangkan anda ingin menebang sebatang pohon mati dengan sebuah kapak. Agar berhasil maka kapak harus tajam dan cukup berat. Tetapi di manakah tajam dan berat itu dimulai? Jelas bahwa bahkan dengan usaha keras jika menggunakan pisau cukur atau pemukul baseball maka tidak akan berhasil.

Dalam konteks praktik meditasi Buddhis, kapak yg berat dapat mengumpamakan ketenangan (samatha), ketajamannya mengumpamakan pandangan terang (vipassana). Kedua aspek meditasi ini memainkan peran penting dalam mencerahkan makhluk-makhluk pada sifat realitas dan membebaskan mereka dari penderitaan. Dengan memeriksa teks-teks kuno yang berasal dari Sang Buddha serta beberapa pendekatan populer, tulisan ini akan mencoba untuk mengupas tentang hubungan yang saling mendukung antara kedua tonggak pengembangan spiritual ini.

Kata ‘vipassanā’ telah dihubungkan dengan teknik meditasi tertentu atau suatu gaya praktik Buddhis dalam tradisi theravada. Akan tetapi apa yang diajarkan oleh Sang Buddha adaalah ‘samatha/vipassanā’. Samatha berarti keheningan dan ketenangan yang dihasilkan dari perhatian terus-menerus pada suatu obyek, proses atau persepsi. Vipassanā merujuk pada penglihatan jelas. Ketika keduanya hadir, batin dan pikiran seseorang menjadi seimbang. Samatha adalah memusatkan, penerimaan dan tidak membeda-bedakan tanpa syarat. Samatha adalah tenang, cerah, bersinar, diam secara internal dan penuh kebahagiaan. Kedamaian batin yang dihasilkan adalah emosi yang halus. Vipassanā di pihak lain, muncul dari sisi batin yang melihat. Vipassanā membedah, menyelidiki, membandingkan, membedakan dan mengevaluasi. Vipassanā mengamati dan menganalisis perubahan, sifat tanpa-diri dan tidak memuaskan dari segala fenomena jasmani dan batin yang terkondisi.

Sementara samatha menghasilkan energi, vipassana menerapkannya pada usaha. Kedua ini pada awalnya tidak dimaksudkan sebagai cara berbeda dari meditasi Buddhis dengan tujuan yang berbeda, melainkan hanya dua tema yang saling berkaitan dari jalan harmonis praktik Dhamma yang mengarah menuju Nibbana, pencerahan. Hasil gabungannya adalah kebijaksanaan: perubahan persepsi mendalam yang menyelaraskan pemahaman kita dengan kebenaran-kebenaran alami. Sang Buddha mengajarkan berbagai macam tema meditasi dalam menjawab kebutuhan dan kecenderungan berbeda-beda dari para individu yang terlibat, tetapi semua itu tergabung dan terjalin dalam ketenangan dan pandangan terang ke dalam kain lentur dan kuat dari kebebasan. Bersama-sama, Baik Samatha maupun Vipassanā bekerja untuk membebaskan batin.

Sebelum melanjutkan lebih jauh lagi, mungkin perlu untuk memgklarifikasi beberapa termonilogi. Samatha sesungguhnya bersinonim dengan samādhi, perhatian atau konsentrasi terpusat. Sammā-samādhi, samādhi benar atau sempurna, adalah faktor ke delapan dari Jalan Mulia Berunsur Delapan. Agar samādhi menjadi ‘benar’ dan mengarah menuju Nibbāna, maka harus ada kesadaran jernih penuh perhatian (sati) dari momen ke momen. Suatu kondisi samādhi tanpa kesadaran jernih juga dapat merasakan kedamaian dan menenangkan tetapi bukan bagian dari jalan Buddhis. Samādhi yang muncul dari kondisi-kondisi batin yang tidak bermanfaat disebut ‘samādhi salah’ (micchā samādhi), karena tidak mengarah menuju Nibbāna. Kesempurnaan samādhi disebut jhāna. Setelah Sang Buddha wafat, komentar pada ajaran asli memperkenalkan banyak konsep-konsep dan istilah-istilah baru. Misalnya, samādhi ‘penyerapan penuh’ (appanā) merujuk pada jhāna. Samādhi ‘akses’ (upacara) adalah konsentrasi yang tidak semendalam jhāna tetapi berada pada ‘ambang batasnya’. Samādhi ‘saat ke saat’ (khanika) merujuk pada kesadaran terus-menerus yang muncul karena perhatian penuh pada berbagai obyek perhatian berbeda secara berturut-turut, bukan pada satu obyek meditasi tunggal. Hal ini secara efektif mendefinisikan ulang samadhi sebagai kesadaran penuh perhatian.

Tidak diketahui secara persis kapan samatha dan vipassanā mulai dibedakan sebagai cara praktik Dhamma yang berbeda. Mungkin tidak lama setelah Sang Buddha wafat. Tentu saja, pada masa komentar [1] istilah samathayānika dan vipassanāyānika telah digunakan untuk menggambarkan orang-orang yang penekanan utamanya (atau ‘kendaraan’) adalah salah satu atau lainnya. Di sinilah istilah “meditator pandangan terang kering” (sukhavipassaka) pertama kali ditemukan. Hal ini merujuk pada orang yang hanya mengembangkan samādhi saat ke saat atau mempraktikkan meditasi pandangan terang tanpa samatha sama sekali, hanya mempertahankan pengamatan saat ke saat yang tidak berkesinambungan dari proses perubahan jasmani dan batin. Pada titik ini dalam sejarah rujukan-rujukan masih sedikit dan singkat. Hanya dalam literatur sub-komentar samathayāna dan vipassanāyāna dijelaskan dan digambarkan sebagai jalan praktik yang berbeda. Penambahan komentar ini telah menjadi topik kontroversi, khususnya pertanyaan yang telah sering kali diajukan sehubungan dengan apakah samādhi saat ke saat memenuhi faktor samādhi benar dari Jalan Mulia Berunsur Delapan.

[1] Visuddhimagga dan komentar-komentar lainnya ditulis  pada abad V AD oleh Acariya Buddhaghosa.


Samādhi Benar

Sang Buddha mengajarkan bahwa adalah mustahil untuk mencapai Nibbāna tanpa menyempurnakan seluruh delapan bagian dari Jalan Mulia Berunsur Delapan. Dalam kumpulan AjaranNya, sutta-sutta, definisi yang dicakup oleh samādhi benar pada Sang Jalan itu adalah empat jhāna pertama.

“Dan apakah, Teman-teman, samādhi benar itu? Di sini, dengan cukup terasing dari kenikmatan indria, setelah melampaui kondisi-kondisi batin yang tidak bermanfaat, seorang bhikkhu memasuki dan berdiam dalam jhāna pertama, yang disertai dengan awal pikiran dan kelangsungan pikiran, dengan kegembiraan dan kebahagiaan yang muncul dari keterasingan. Dengan menenangkan awal pikiran dan kelangsungan pikiran, ia memasuki dan berdiam dalam jhāna ke dua, yang memiliki keyakinan-diri dan keterpusatan pikiran tanpa awal pikiran dan kelangsungan pikiran, dengan kegembiraan dan kebahagiaan yang muncul dari konsentrasi. Dengan meluruhnya kegembiraan, ia berdiam dalam keseimbangan, dan penuh perhatian dan penuh kewaspadaan, masih merasakan kebahagiaan, ia memasuki dan berdiam dalam jhāna ke tiga, yang karenanya para mulia mengatakan: ‘Ia memiliki kediaman yang nyaman yang memiliki keseimbangan dan penuh perhatian.’ Dengan meninggalkan kenikmatan dan kesakitan, dan dengan pelenyapan sebelumnya dari kegembiraan dan kesedihan, ia memasuki dan berdiam dalam jhāna ke empat, yang tanpa kesakitan juga tanpa kenikmatan dan kemurnian perhatian karena keseimbangan. Ini adalah samādhi benar.

Ini disebut Kebenaran Mulia Jalan menuju lenyapnya penderitaan.” (DN 22.21 – MN 141.31)

“’Dhamma ini adalah untuk seorang dengan samādhi, bukan untuk seorang yang tanpa samādhi.’ Demikianlah dikatakan. Untuk alasan apakah hal ini dikatakan? Di sini seorang bhikkhu memasuki dan berdiam dalam jhāna pertama ... jhāna ke dua ... jhāna ke tiga ... jhāna ke empat.” (AN 8.30)

“Aku katakan, Para Bhikkhu, bahwa hancurnya racun batin adalah bergantung pada jhāna pertama ... jhāna ke delapan.” (AN 9.36)



Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: Samatha+Vipassana (A Honed and Heavy Ax) By Ajahn Chandako
« Reply #65 on: 05 September 2011, 09:31:41 PM »
kan ini ditriger dari soal "blocking" dan "jhana - out- vipassana"… dalam artikel ajahn chandako kan explisit ditulis demikian, terutama bagian ini

Quote
“Samādhi membentuk landasan bagi perenungan dan vipassanā. Segala sesuatu yang dialami dengan pikiran yang damai memberikan pemahaman yang lebih baik.”

yah kita kesampingkan soal vipassana sebagai kualitas batin dan sebagai tehnik meditasi jg dulu :D

dalam MN 40: Culavedalla sutta

Quote
(KONSENTRASI)

12. “Yang Mulia, apakah konsentrasi? Apakah landasan konsentrasi? Apakah perlengkapan konsentrasi? Apakah pengembangan konsentrasi?”

“Keterpusatan pikiran, teman Visākha, adalah konsentrasi; Empat Landasan Perhatian adalah landasan konsentrasi; Empat Usaha Benar adalah perlengkapan konsentrasi; pengulangan, pengembangan, dan pelatihan atas hal-hal ini adalah kondisi yang sama dengan pengembangan konsentrasi.”
There is no place like 127.0.0.1

Offline adi lim

  • Sebelumnya: adiharto
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.993
  • Reputasi: 108
  • Gender: Male
  • Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta
Re: Samatha+Vipassana (A Honed and Heavy Ax) By Ajahn Chandako
« Reply #66 on: 06 September 2011, 06:22:53 AM »
wong semua pihak yg berbeda "jalan dan caranya" itu merasa penafsirannya itu dibabarken sammasambuddha kok...
perbedaan pendapat ini justru pada intinya, pada definisi, cara dan hubungan dari unsur2 jm8.
* penonton nyeletukin penonton lain *


pengalaman individu wajar berbeda.
apalagi yang namanya penonton, suka nyeletuk. sah sah saja  :))
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

Offline morpheus

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.750
  • Reputasi: 110
  • Ragu pangkal cerah!
Re: Samatha+Vipassana (A Honed and Heavy Ax) By Ajahn Chandako
« Reply #67 on: 06 September 2011, 10:43:22 AM »
sepertinya sudah OOT lumayan jauh, Ajahn Chandako sama sekali tidak mengupas jhana, Ajahn hanya berusaha meluruskan pandangan yg mempertentangkan Samatha vs Vipassana. demikianlah yg saya pahami dari artikel ini.
Sang Buddha mengajarkan bahwa adalah mustahil untuk mencapai Nibbāna tanpa menyempurnakan seluruh delapan bagian dari Jalan Mulia Berunsur Delapan. Dalam kumpulan AjaranNya, sutta-sutta, definisi yang dicakup oleh samādhi benar pada Sang Jalan itu adalah empat jhāna pertama.
justru kalo pernyataan di atas benar, maka definisi samadhi dan jhana itu menjadi sangat penting.
jhana yg seperti apakah? yg ngeblok? ala sumedho? ala dragon hung?
ntar yg aliran ngeblok bilang jhana yg lain itu palsu, sedangkan yg aliran lain bilang jhana ngeblok itu gak tipitaka-iah dan salah.
* I'm trying to free your mind, Neo. But I can only show you the door. You're the one that has to walk through it
* Neo, sooner or later you're going to realize just as I did that there's a difference between knowing the path and walking the path

Offline DragonHung

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 963
  • Reputasi: 57
  • Gender: Male
Re: Samatha+Vipassana (A Honed and Heavy Ax) By Ajahn Chandako
« Reply #68 on: 06 September 2011, 12:03:49 PM »
justru kalo pernyataan di atas benar, maka definisi samadhi dan jhana itu menjadi sangat penting.
jhana yg seperti apakah? yg ngeblok? ala sumedho? ala dragon hung?
ntar yg aliran ngeblok bilang jhana yg lain itu palsu, sedangkan yg aliran lain bilang jhana ngeblok itu gak tipitaka-iah dan salah.


wooo...... emangnya jhana ala dragon hung apa?
Banyak berharap, banyak kecewa
Sedikit berharap, sedikit kecewa
Tidak berharap, tidak kecewa
Hanya memperhatikan saat ini, maka tiada ratapan dan khayalan

Offline morpheus

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.750
  • Reputasi: 110
  • Ragu pangkal cerah!
Re: Samatha+Vipassana (A Honed and Heavy Ax) By Ajahn Chandako
« Reply #69 on: 06 September 2011, 12:42:29 PM »
wooo...... emangnya jhana ala dragon hung apa?
ndak tau :))
di thread sebelah kan pernah diangkat, saat anda bercerita ttg jhana, sebagian berpendapat ini jhana yg berbeda, alias diragukan jhana beneran atau bukan. pendapat ini kan muncul dari perbedaan definisi jhana seperti di thread ini juga, karena sudah tertanam jhana itu harus begini begitu... sedangkan menurut sebagian orang definisi begini begitu itu tidak ada di tipitaka.
* I'm trying to free your mind, Neo. But I can only show you the door. You're the one that has to walk through it
* Neo, sooner or later you're going to realize just as I did that there's a difference between knowing the path and walking the path

Offline DragonHung

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 963
  • Reputasi: 57
  • Gender: Male
Re: Samatha+Vipassana (A Honed and Heavy Ax) By Ajahn Chandako
« Reply #70 on: 06 September 2011, 01:46:30 PM »
ndak tau :))
di thread sebelah kan pernah diangkat, saat anda bercerita ttg jhana, sebagian berpendapat ini jhana yg berbeda, alias diragukan jhana beneran atau bukan. pendapat ini kan muncul dari perbedaan definisi jhana seperti di thread ini juga, karena sudah tertanam jhana itu harus begini begitu... sedangkan menurut sebagian orang definisi begini begitu itu tidak ada di tipitaka.


Kalau menurut saya pribadi sih tergantung cara latihannya.
Kalau pake samatha murni, yah jhana yg dihasilkan itu ngeblok, benar2 keadaan sekeliling tidak terhiraukan.
Kalau pake vipasanna dengan samatha sebagai landasan, yah jhana yg dihasilkan masih bisa respon terhadap sekeliling.

Sekali lagi yah, ini cuman pendapat pribadi.  Jangan diminta referensinya karena saya "fakir referensi"
Banyak berharap, banyak kecewa
Sedikit berharap, sedikit kecewa
Tidak berharap, tidak kecewa
Hanya memperhatikan saat ini, maka tiada ratapan dan khayalan

 

anything