om kirimin file word-nya donkkk...
sent, tapi tanpa tanda diakritik
sourcenya juga kagak ada ya... padahal mau gw perindah
1. Namarupa pariccheda nana
.....
Meditator mampu membedakan nama dan rupa sehubungan kelima indria sebagai berikut:
1. Ketika melihat suatu bentuk, mata dan warna adalah rupa; kesadaran penglihatan adalah nama.
2. Ketika mendengar suatu suara, suara itu sendiri dan mendengar adalah rupa, dan kesadaran penglihatan (maksud nya pendengaran?) adalah nama.
3. Ketika mencium sesuatu, bau itu sendiri dan hidung adalah rupa, dan kesadaran penciuman adalah nama.
4. Ketika mengecap sesuatu, rasa kecapan dan lidah adalah rupa, dan kesadaran pengecapan adalah nama.
5. Ketika menyentuh sesuatu, apa pun yang dingin, panas, lunak atau keras ketika disentuh, ini adalah rupa, dan kesadaran sentuhan adalah nama.
.....
Pengetahuan tentang Nana ini, apakah tidak mengganggu dalam praktik? apa meditator tidak menerka-nerka Nana-nya saat praktik (atau mungkin mengharapkannya) dan malah mengganggu praktik?kekna pembagian step2 ini merupakan an attempt untuk menstrukturisasi saja dalam post kanon, teks belakangan/commentary yang memang tidak pernah di jelaskan oleh Sang Buddha.
ps: di thread 16 nyana, kenapa gak ada yg nanya, kalo mereka yg latihan vipassana dan mencapai nyana2 tersebut sedang dilanda ketakutan atau kesedihan. kalo mereka meninggal di saat itu juga, apakah mereka masuk alam yg menyedihkan?
kalo mereka yg latihan vipassana dan mencapai nyana2 tersebut sedang dilanda ketakutan atau kesedihan. kalo mereka meninggal di saat itu juga, apakah mereka masuk alam yg menyedihkan?
Nana atau nyana? Nana yg mana yg dimaksudkan?
yang begini mungkin . . . .
6. Bhaya nana
Pengetahuan ke enam adalah bhaya nana atau “pengetahuan munculnya sebagai teror.” Karakteristik berikut ini dapat diamati:
a. Awalnya meditator mengamati obyek, tetapi pengamatannya lenyap bersamaan dengan kesadaran.
b. Perasaan takut muncul tetapi tidak seperti ketakutan ketika melihat hantu.
c. Lenyapnya nama dan rupa dan kekosongan yang ditimbulkan memicu ketakutan.
d. Meditator mungkin merasakan sakit pada syaraf yang serupa dengan yang disebabkan oleh penyakit syaraf ketika ia berjalan atau berdiri.
e. Beberapa praktisi menangis ketika mereka memikirkan teman-teman atau sanak-saudaranya.
f. Beberapa praktisi sangat ketakutan pada apa yang mereka lihat bahkan jika itu hanyalah kendi air atau tiang tempat tidur.
g. Meditator sekarang menyadari bahwa nama dan rupa, yang sebelumnya dianggap sebagai sesuatu yang baik, adalah sama sekali tanpa inti.
h. Tidak ada perasaan kebahagiaan, kesenangan atau kenikmatan.
i. Beberapa praktisi menyadari perasaan takut ini tetapi tidak dikendalikan oleh perasaan itu.
tapi ini nampaknya lebih cocoknya di tanyakan pada bro kainyn.
kalo mereka yg latihan vipassana dan mencapai nyana2 tersebut sedang dilanda ketakutan atau kesedihan. kalo mereka meninggal di saat itu juga, apakah mereka masuk alam yg menyedihkan?:)) :))
Nana atau nyana? Nana yg mana yg dimaksudkan?ditulis "nyana" biar gampang dimengerti dan diketik. susah mo ngetik "n" dengan tanda ular di atas dan kalo nulis "nana" ntar dikira refer ke member dc yg lain.
Banyak orang secara keliru beranggapan bahwa Sotapana ada dua jenis - satu adalah Sotapanna senior, dan yg lainnya adalaj Sotapanna Junior. Karena dalam Visuddhimagga dan komentar lainnya disebutkan bahwa seorang meditator yang telah mencapai Paccaya-pariggaha-nana, tingkat ke dua dari pengetahuan Pandangan Terang, adalah Cula-Sotapanna, kata Cula dalam beberapa kasus, merujuk pada "Junior" atau "kecil", itulah sebabnya mengapa banyak orang yang menganggap "Cula-Sotapanna" sebagai "Sotapanna Junior" atau "Sotapanna kecil". tentu saja, dalam hal ini, dalam kata Cula-Sotapanna, "Cula" bukan bermakna "junior" atau "kecil". Makna "Cula" dalam kata Cula-Sotapanna berarti "menyerupai Sotapanna". seorang Sotapanna tidak akan terlahir kembali di empat alam Apaya (empat alam sengsara); dengan cara yang sama seseorang yang telah mencapai Paccaya-pariggaha-nana, Pengetahuan Pandangan Terang Sebab-akibat, tidak akan terlahir kembali dalam salah satu dari empat alam Apaya dalam kelahiran berikutnya. itulah sebabnya mengapa seorang yang telah mencapai Paccaya-pariggaha-nana disebut Cula-Sotapanna. Maknanya adalah "seorang yang menyerupai seorang Sotapanna."apakah ini ada acuan tipitakanya?
apakah ini ada acuan tipitakanya?
apa mungkin di sutta ini? ;D
apakah ini ada acuan tipitakanya?
apa mungkin di sutta ini? ;Dsaya gak ngeliat tulisan ttg sotapanna junior ataupun nyana anti neraka.
http://www.accesstoinsight.org/tipitaka/sn/index.html#okkanta
[...] dengan cara yang sama seseorang yang telah mencapai Paccaya-pariggaha-nana, Pengetahuan Pandangan Terang Sebab-akibat, tidak akan terlahir kembali dalam salah satu dari empat alam Apaya dalam kelahiran berikutnya. itulah sebabnya mengapa seorang yang telah mencapai Paccaya-pariggaha-nana disebut Cula-Sotapanna. Maknanya adalah "seorang yang menyerupai seorang Sotapanna."Tidak terlahir dalam alam sengsara untuk kehidupan berikutnya disebut cula sotapanna? Sumana si penjual bunga juga dikatakan oleh Buddha tidak akan masuk ke apaya selama 100.000 kappa berikutnya. Apakah ia seorang cula sotapanna?
saya gak ngeliat tulisan ttg sotapanna junior ataupun nyana anti neraka.mungkin bisa sama di kata2 ini :
bisa kutipan langsungnya?
mungkin bisa sama di kata2 ini :sepertinya sutta itu menjelaskan ttg sotapanna magga dan phala itu sendiri.
"One who has conviction & belief that these phenomena are this way is called a faith-follower: one who has entered the orderliness of rightness, entered the plane of people of integrity, transcended the plane of the run-of-the-mill. He is incapable of doing any deed by which he might be reborn in hell, in the animal womb, or in the realm of hungry shades. He is incapable of passing away until he has realized the fruit of stream-entry.
dia tidak mampu melakukan perbuatan yang bisa mengakibatkan terlahir di neraka, karena dia melihat sebab akibat.
sepertinya sutta itu menjelaskan ttg sotapanna magga dan phala itu sendiri.ohh i see
bukan "menyerupai sotapanna tapi blom sotapanna".
Menurut saya, ini juga perlu diterjemahkan, dan ditempatkan di awal postingan... ;D
Pengetahuan tentang Nana ini, apakah tidak mengganggu dalam praktik? apa meditator tidak menerka-nerka Nana-nya saat praktik (atau mungkin mengharapkannya) dan malah mengganggu praktik?kekna pembagian step2 ini merupakan an attempt untuk menstrukturisasi saja dalam post kanon, teks belakangan/commentary yang memang tidak pernah di jelaskan oleh Sang Buddha.
nah soal mengganggu yah bisa saja, kan tergantung sikap mental orangnya, bahkan bisa bikin "sombong" loh ;D
back again, tampa strukturisasi pembagian jadi 16 itu, jalan pembebasan tetap berlaku bagi yang menjalani JMB8
Memang "Progress of Insight" ini sebaiknya tidak dibaca dulu oleh meditator. Saya sendiri sudah terlanjur baca :|
mang u dah sampe mana?
Memang "Progress of Insight" ini sebaiknya tidak dibaca dulu oleh meditator. Saya sendiri sudah terlanjur baca :|
pengetahuan yg muncul sendiri itu seperti apa ya? gw blm pnh vipassana..
pengetahuan yg muncul sendiri itu seperti apa ya? gw blm pnh vipassana..
^ ^ ^ Mahasatipatthana Sutta (Empat Landasan Perhatian) sudah pernah baca belom?
sdh..tapi bth detailnya...instruksi2nya..
sdh..tapi bth detailnya...instruksi2nya..
Cari di google buku kecil berjudul "Practical Insight Meditation".
hmm..ntar dicari
http://books.google.com/books?id=YnedD2Jj3IIC&printsec=frontcover&source=gbs_ge_summary_r&cad=0#v=onepage&q&f=false
kl ini ?
Practical Insight Meditation: Basic and Progressive Stages
By Mahasi Sayadaw
ternyata bagus jg ya..lengkap penjelasannya..
tapi adakah yang bukan dry insight? mksdnya seperti metode pa auk sayadaw?
hmm..ntar dicari
http://books.google.com/books?id=YnedD2Jj3IIC&printsec=frontcover&source=gbs_ge_summary_r&cad=0#v=onepage&q&f=false
kl ini ?
Kalau yang bahasa indonesia, sebetulnya ada buku terbitan Ehipassiko Foundation.
[1] Meditasi Vipassana (oleh Mahasi Sayadaw), dan
[2] Satu-satunya Jalan (oleh Sayadaw U Silananda).
Kalau mau baca, silahkeun. Tapi menurut pengalaman saya, baca sutta sudah cukup. Nanti tinggal diperdalam saat retreat, kalau gak ngerti bisa tanya sama pembimbingnya. Kadang buku-buku Dhamma itu, informasinya rada-rada overload. Lagipula, sudah bercampur dengan subjektivitas penulis yang - mungkin saja - belum tentu cocok istilah maupun penerapannya sama kita (saya teringat tentang istilah merenung dan mencatat, di mana kata "mencatat" sampai saat ini membingungkan bagi saya).
Tapi ya, kalau mau baca silahkan saja.
Sebenarnya mencatat ini sangat membantu bagi meditator saat latihan. Saya pernah mencoba tidak mencatat karena beberapa orang bilang "tidak perlu dicatat, cukup disadari saja". Saat saya mencoba hal tersebut, saya terhanyut dalam lamunan ;D. Setelah itu, saya baru mengerti kenapa harus mencatat. Hanya sekedar sadar merupakan superficial vipassana. Kecuali kalo sudah sampai pada tahap sankharupekha nana barulah pencatatan bisa dilepaskan. ;D
sankharupekha nana itu apa ya?
Knowledge of Equanimity about Formations.
Seseorang yang bodhicittanya kuat, tidak akan berlatih hingga melewati tahap ini ;D.
kalau sdh memperoleh pengetahuan ini, gunanya buat apa? apakah hanya sekedar mengerti saja atau bgmn?
Sebenarnya mencatat ini sangat membantu bagi meditator saat latihan. Saya pernah mencoba tidak mencatat karena beberapa orang bilang "tidak perlu dicatat, cukup disadari saja". Saat saya mencoba hal tersebut, saya terhanyut dalam lamunan ;D. Setelah itu, saya baru mengerti kenapa harus mencatat. Hanya sekedar sadar merupakan superficial vipassana. Kecuali kalo sudah sampai pada tahap sankharupekha nana barulah pencatatan bisa dilepaskan. ;D
Biasanya saya menjelaskan hubungan sati dan sampajāna sbb : sati adalah selalu "ingat" mengarahkan kamera "perhatian" pada ranah/medan objek sehingga memiliki pemahaman yang jernih terhadap apa saja yang terjadi pada objek-objek (here and now; kāya, vedanā, citta dan dhamma) yang berada dalam ranah pengamatannya. Cmiiw.
Tentang 'mencatat', saya pribadi merasa tidak perlu. Sebelum mencatat, pasti ada perhatian yang muncul lebih dulu. Adanya perhatian saja sudah cukup. Mencatat hanya menambah pekerjaan yang tidak perlu. Justru saya merasa lebih kaku karena tertahan di momen itu sedikit lebih lama karena mencatat, padahal fenomena adalah sesuatu yang fleksibel dan berubah-ubah begitu saja dan sangat bervariasi.
Jadi yang perlu dilatih adalah menciptakan kebiasaan baru yaitu senantiasa ingat untuk memperhatikan. Ini bisa dilatih saat meditasi duduk atau jalan mondar-mandir.
Tentang ingat (sati) dan perhatian (sampajāna), ini ada kutipan bagus, saya ambil dari sini: http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=13943.30
Ya uda, mungkin cocok-cocokan juga kali.
5. Pharana piti (kegairahan yang merembes)
Dalam piti ini:
a. Perasaan sejuk menyebar di sekujur tubuh.
b. Kedamaian pikiran muncul sekali-sekali.
c. Muncul perasaan gatal di sekujur tubuh.
d. Muncul perasaan mengantuk dan meditator tidak ingin membuka matanya.
e. Meditator tidak berkeinginan untuk bergerak.
f. Terjadi sensasi penyiraman dari kaki ke kepala atau sebaliknya.
g. Tubuh merasa sejuk seolah-olah sedang mandi atau menyentuh es.
h. Meditator melihat warna-warni biru atau hijau zamrud.
i. Perasaan gatal seolah-olah serangga merayap di wajah mungkin terjadi.
Sepertinya sis Mayvise suka berlatih ya ;D