//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Tentang Membunuh  (Read 61596 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Tentang Membunuh
« on: 28 February 2014, 11:53:31 AM »
Yang umum beredar tentang uraian pembunuhan (panatipata) adalah:
1. Ada makhluk hidup
2. Mengetahui adanya makhluk tersebut
3. Niat untuk membunuh
4. Tindakan membunuh dilakukan
5. Makhluk yang dimaksud mati oleh tindakan pembunuhan itu
NB: Referensinya lupa, kalau ada yang tahu mungkin bisa bantu

Yang ingin saya tanyakan apakah istilah "membunuh" ini mencakup semua tindakan sadar mengetahui konsekwensi 'jika saya lakukan tindakan ini, maka makhluk ini akan mati', ataukah ada pengecualian yang berdasarkan faktor lain?


Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: Tentang Membunuh
« Reply #1 on: 28 February 2014, 02:09:23 PM »
kalo nda salah ini penjelasan antara visuddhimagga deh, kalo salah yah dari abhidhammathasangaha.

jika tidak komplit maka dikatakan bukan pembunuhan yg sah "lengkap", karena orang tidak mengetahui konsekwensinya perbuatan itu akan membuat mahluk itu mati maka yah tidak ada niat membunuhkan?
There is no place like 127.0.0.1

Offline Shasika

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.152
  • Reputasi: 101
  • Gender: Female
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Tentang Membunuh
« Reply #2 on: 28 February 2014, 02:27:07 PM »
Perasaan ini pernah dibahas ama Ven.Peacemind (cuman musti nyari dulu thread nya)  ^:)^
I'm an ordinary human only

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Tentang Membunuh
« Reply #3 on: 28 February 2014, 03:36:22 PM »
kalo nda salah ini penjelasan antara visuddhimagga deh, kalo salah yah dari abhidhammathasangaha.

jika tidak komplit maka dikatakan bukan pembunuhan yg sah "lengkap", karena orang tidak mengetahui konsekwensinya perbuatan itu akan membuat mahluk itu mati maka yah tidak ada niat membunuhkan?
Di sini kasusnya adalah adalah tahu dan sadar sepenuhnya bahwa jika ia melakukan tindakan ini, maka makhluk itu akan mati, dan ia melakukannya. Apakah ini cukup untuk disebut tindakan membunuh atau ada pengecualian?

Offline The Ronald

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.231
  • Reputasi: 89
  • Gender: Male
Re: Tentang Membunuh
« Reply #4 on: 28 February 2014, 06:28:48 PM »
sepertinya point2 ini disadur dari vinaya..berdasarkan..kasus per kasus...bagaimana seorg bhikkhu sah melakukan parajika pembunuhan....
...

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: Tentang Membunuh
« Reply #5 on: 28 February 2014, 10:23:37 PM »
Di sini kasusnya adalah adalah tahu dan sadar sepenuhnya bahwa jika ia melakukan tindakan ini, maka makhluk itu akan mati, dan ia melakukannya. Apakah ini cukup untuk disebut tindakan membunuh atau ada pengecualian?


ralat, rupanya dari Atthasalini hal 97 :D

afaik sih selama pengajaran theravada, selama ada niat yah pasti pembunuhan. kasus mixednya kalau kita misalnya terpaksa misalnya melakukan sesuatu tapi kita tahu menyebabkan mahluk terbunuh, nah itu mixed dengan penjelasan bahwa ada miliaran citta sekejab salah satunya ada karena action itu dilakukan.

but...

lets get it on :D
There is no place like 127.0.0.1

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: Tentang Membunuh
« Reply #6 on: 28 February 2014, 10:27:01 PM »
sepertinya point2 ini disadur dari vinaya..berdasarkan..kasus per kasus...bagaimana seorg bhikkhu sah melakukan parajika pembunuhan....
by rule sih the vinaya itu adalah patimokkha which is tidak ada penjelasan mendetail, kecuali diambil dari suttavibhanga di vinaya yang merupakan commentary patimokkha itu sendiri.
There is no place like 127.0.0.1

Offline xenocross

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.189
  • Reputasi: 61
  • Gender: Male
Re: Tentang Membunuh
« Reply #7 on: 01 March 2014, 12:42:34 AM »
Kalau menurut Asanga, dalam Viniscaya Samgrahani, ada 5
1. basis (objek makhluk hidup yg dibunuh)
2. identifikasi (mengenali si makhluk, dan tidak salah bunuh)
3. Keadaan pikiran (motivasi membunuh dan niat)
4. klesha (salah satu dari Lobha Dosa Moha yang mewarnai pikiran)
5. penyelesaian (tindakan membunuh dan akibatnya makhluk mati)

Menurut Tsongkhapa, dia mengubah list diatas dalam LAMRIM, jadi 4
1. basis (objek makhluk hidup yg dibunuh)
2. pikiran (identifikasi + niat motivasi + klesha)
3. tindakan (tindakan membunuh sebenarnya)
4. penyelesaian (akibatnya, makhluk mati)

Dalam lamrim pembagiannya ada 2, jalan karma yang lengkap dan jalan karma yang tidak lengkap
jalan karma yang lengkap adalah memenuhi semua 4 faktor yang disebut. Ini akan menghasilkan akibat karma paling berat.

Jalan karma yang tidak lengkap adalah memenuhi hanya 1,2, atau 3 faktor.
Misalnya niat membunuh, melakukan, tapi korban tidak mati. Atau si pembunuh mati lebih dulu daripada si korban.
Atau misalnya niat membunuh devadatta tetapi yang dibunuh yajnadatta karena kesalahan
atau misalnya bunuh diri, karena si pelaku tidak ada lagi ketika korban mati
atau misalnya membunuh, tetapi sebelum korban mati tiba2 timbul penyesalan dan tidak ingin dia mati

Mengenai membunuh dengan sadar atau tidak sadar, sepertinya itu dikelompokkan ke karma membunuh lengkap dan tidak lengkap.
Kalau di tradisi mahayana ada cerita..... Nagarjuna mati karena kepalanya dipenggal dengan rumput kusa.
Itu karena di masa lampau, ia pernah dengan tidak sengaja membunuh serangga (belalang mungkin) sewaktu sedang memotong rumput kusa. Ini sering dijadikan contoh cerita bahwa biarpun kita melakukan tindakan tanpa sengaja dan tanpa niat, tetap ada karma kecil yang dihasilkan.
Satu saat dari pikiran yang dikuasai amarah membakar kebaikan yang telah dikumpulkan selama berkalpa-kalpa.
~ Mahavairocana Sutra

Offline btj

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 183
  • Reputasi: 5
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Tentang Membunuh
« Reply #8 on: 01 March 2014, 05:41:54 AM »
Kalau menurut Asanga, dalam Viniscaya Samgrahani, ada 5
1. basis (objek makhluk hidup yg dibunuh)
2. identifikasi (mengenali si makhluk, dan tidak salah bunuh)
3. Keadaan pikiran (motivasi membunuh dan niat)
4. klesha (salah satu dari Lobha Dosa Moha yang mewarnai pikiran)
5. penyelesaian (tindakan membunuh dan akibatnya makhluk mati)

Menurut Tsongkhapa, dia mengubah list diatas dalam LAMRIM, jadi 4
1. basis (objek makhluk hidup yg dibunuh)
2. pikiran (identifikasi + niat motivasi + klesha)
3. tindakan (tindakan membunuh sebenarnya)
4. penyelesaian (akibatnya, makhluk mati)

Dalam lamrim pembagiannya ada 2, jalan karma yang lengkap dan jalan karma yang tidak lengkap
jalan karma yang lengkap adalah memenuhi semua 4 faktor yang disebut. Ini akan menghasilkan akibat karma paling berat.

Jalan karma yang tidak lengkap adalah memenuhi hanya 1,2, atau 3 faktor.
Misalnya niat membunuh, melakukan, tapi korban tidak mati. Atau si pembunuh mati lebih dulu daripada si korban.
Atau misalnya niat membunuh devadatta tetapi yang dibunuh yajnadatta karena kesalahan
atau misalnya bunuh diri, karena si pelaku tidak ada lagi ketika korban mati
atau misalnya membunuh, tetapi sebelum korban mati tiba2 timbul penyesalan dan tidak ingin dia mati

Mengenai membunuh dengan sadar atau tidak sadar, sepertinya itu dikelompokkan ke karma membunuh lengkap dan tidak lengkap.
Kalau di tradisi mahayana ada cerita..... Nagarjuna mati karena kepalanya dipenggal dengan rumput kusa.
Itu karena di masa lampau, ia pernah dengan tidak sengaja membunuh serangga (belalang mungkin) sewaktu sedang memotong rumput kusa. Ini sering dijadikan contoh cerita bahwa biarpun kita melakukan tindakan tanpa sengaja dan tanpa niat, tetap ada karma kecil yang dihasilkan.

wah berarti repot juga ya misalnya kalau mau mandi mesti periksa dulu sampai ke dalam-dalam saluran pembuangan selain di sekitar lantai kamar mandi apakah ada terutama semut yang berkeliaran.
 :'(

Tapi kalau sudah tingkatan Nagarjuna harusnya sih sudah tidak disertai penderitaan batin lagi ketika dipenggal dengan rumput kusa?
masalahnya level seperti saya yang masih penuh kemelekatan/kilesa, harus sering merasakan penderitaan akibat melakukan pembunuhan walau sebenarnya tidak berniat tapi lebih karena tak sengaja, malas memeriksa/memindahkan ke tempat yang lebih aman, atau karena alasan lainnya.
 :(

Offline The Ronald

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.231
  • Reputasi: 89
  • Gender: Male
Re: Tentang Membunuh
« Reply #9 on: 01 March 2014, 08:54:38 AM »
by rule sih the vinaya itu adalah patimokkha which is tidak ada penjelasan mendetail, kecuali diambil dari suttavibhanga di vinaya yang merupakan commentary patimokkha itu sendiri.
oh iya sutta vibhanga
...

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Tentang Membunuh
« Reply #10 on: 01 March 2014, 09:47:03 AM »
OK, kalo gitu mending kita bahas kasus saja dan bahas sesuai referensi dan analisa masing-masing. Saya ambil contoh satu adegan di film Exorcist: The Beginning.
Spoiler: ShowHide


Trivia: Sekadar info, di sini berkesan Nazi menganut paham atheisme anti tuhan/agama, namun sebetulnya tidak demikian. Adolf Hitler sendiri adalah seorang Kat0lik taat seperti dituliskan dalam autobiografinya, "Mein Kampf", dan juga angkatan bersenjata Nazi, Wehrmacht, menggunakan gesper dengan tulisan "Gott Mit Uns" (Tuhan beserta kita).


Saya rangkum: ada orang mau membunuh sekelompok orang, lalu memberi pilihan kepada si pastor untuk menunjuk beberapa orang, dan akhirnya ia memilih orang tua dan membiarkan anak-anak hidup.

Jadi di sini ada makhluk yaitu sekumpulan orang (basis, 1), si pastor mengetahui keberadaannya (identifikasi, 2), dia sadar bahwa tindakannya menunjuk menyebabkan makhluk yang ditunjuk itu mati, lalu memilih dan memutuskan (proses pikiran & niat, 3), ia menunjuk (perbuatan, 4), yang ditunjuk mati (hasil, 5).

Silahkan.

« Last Edit: 01 March 2014, 09:51:12 AM by Kainyn_Kutho »

Offline dhammadinna

  • Sebelumnya: Mayvise
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.627
  • Reputasi: 149
Re: Tentang Membunuh
« Reply #11 on: 01 March 2014, 08:10:52 PM »
Ini mirip beli ikan bakar, tapi ikannya dipilih dari yang masih hidup ya.

Kalau kasus pastor, sebetulnya tidak ada niat membunuh, hanya menunjuk sasarannya saja. Tunjuk atau tidak, tetap akan ada yang dibunuh.

Kalau kasus ikan, tujuannya jelas biar ikan mati dan bisa disantap. Imho, yang ini membunuh.

Offline btj

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 183
  • Reputasi: 5
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Tentang Membunuh
« Reply #12 on: 02 March 2014, 02:39:01 PM »
Menurut saya pastor tersebut terlibat dalam tindakan pembunuhan itu secara terpaksa namun belum tentu akan menimbulkan akibat (kamma vipaka) terhadap dirinya.

Yang saya sangsikan adalah poin niat/cetananya sang Pastor.
Bagaimana kita bisa membuktikan bahwa dirinya bercetana saat itu?
Mungkin saja ini bisa menjadi ahosi kamma ataupun ketika berbuah dirinya tidak merasakan penderitaan.

Kira-kira begitu analisa saya.

Offline The Ronald

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.231
  • Reputasi: 89
  • Gender: Male
Re: Tentang Membunuh
« Reply #13 on: 02 March 2014, 06:38:50 PM »
kira2 apa yg di lakukan seorg sotapanna..jika di suruh untuk memilih org yg akan di bunuh??
...

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: Tentang Membunuh
« Reply #14 on: 02 March 2014, 08:20:20 PM »
jawaban theravada, sotapanna itu akan diam tidak mau memilih. lebih baik mati
There is no place like 127.0.0.1

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Tentang Membunuh
« Reply #15 on: 03 March 2014, 09:10:16 AM »
Ini mirip beli ikan bakar, tapi ikannya dipilih dari yang masih hidup ya.
Iya, mirip tapi sebetulnya sangat berbeda.

Quote
Kalau kasus pastor, sebetulnya tidak ada niat membunuh, hanya menunjuk sasarannya saja. Tunjuk atau tidak, tetap akan ada yang dibunuh.

Kalau kasus ikan, tujuannya jelas biar ikan mati dan bisa disantap. Imho, yang ini membunuh.
Jadi dibanding kasus ikan, kesamaannya adalah:
1. Sama-sama mengetahui dan sadar bahwa perbuatannya menyebabkan kematian makhluk
2. Perbuatan dilakukan

Perbedaannya adalah dalam kasus ikan, tujuannya adalah ikan mati dan disantap, sedangkan dalam kasus si pastor tujuannya adalah sebagian mati agar sebagian lain hidup. Apakah hal ini yang menyebab satunya disebut pembunuhan dan satunya lagi bukan pembunuhan?

Mengenai "tunjuk atau tidak, tetap akan ada yang dibunuh" ini tidaklah relevan sebab kita tidak mengetahui masa depan. Bisa saja si prajurit Nazinya cuma bercanda, atau 5 detik kemudian kalau si pastor ga milih, langsung sakit jantung dan mati. Ikannya juga mungkin aja waktu mau dibunuh lompat ke selokan dan ngabur, berarti karena dipilih, malah jadi ter-fang-sheng.
Jadi faktor-faktor luar yang mungkin berpengaruh pada hasilnya (yang kemungkinannya adalah tidak terhingga) ini tidak disertakan -kecuali jika memang dibahas dalam kasus tertentu- dan difokuskan pada keadaan batin pelaku dan kondisi pada saat dia memutuskan. 

-------
Menurut saya pastor tersebut terlibat dalam tindakan pembunuhan itu secara terpaksa namun belum tentu akan menimbulkan akibat (kamma vipaka) terhadap dirinya.
Jadi perbuatan (kamma) bisa tidak memiliki akibat (vipaka) kalau terpaksa?

Quote
Yang saya sangsikan adalah poin niat/cetananya sang Pastor.
Bagaimana kita bisa membuktikan bahwa dirinya bercetana saat itu?
Mungkin saja ini bisa menjadi ahosi kamma ataupun ketika berbuah dirinya tidak merasakan penderitaan.

Kira-kira begitu analisa saya.
Ini adalah contoh kasus untuk analisis aplikasi teori dhamma, bukan investigasi tim forensik kamma. Jadi dalam hal ini memang sudah ditetapkan cetananya adalah demikian.

Dan juga sebetulnya ini bukan bahas masalah kamma-vipaka, namun tentang definisi 'membunuh' dalam sila.

-------
kira2 apa yg di lakukan seorg sotapanna..jika di suruh untuk memilih org yg akan di bunuh??
Pertanyaan yang bagus. Memang ini adalah kelanjutannya:
1. Bagaimanakah kalau si pastor diganti jadi bhikkhu/ariya, berkenaan dengan sila, kira-kira perbuatan apa yang akan dilakukannya? (Jawaban berupa spekulasi, tapi berdasarkan teori dhamma.)

2. Jika anda di posisi si pastor dan sekumpulan yang akan dibunuh itu ditambahkan label Arahant, apakah yang akan anda lakukan?

-------
jawaban theravada, sotapanna itu akan diam tidak mau memilih. lebih baik mati
Jadi seorang Sotapanna kira-kira tidak akan mempertimbangkan hasilnya, yang penting sesuai definisi, tidak melakukan sesuatu yang menyebabkan orang/makhluk lain mati. (cmiiw)

Jadi walaupun diancam: "pilih satu atau saya luncurkan rudal nuklir ini", seorang sotapanna akan lebih milih tidak berbuat apapun. Selebihnya adalah "kamma masing-masing deh", begitu bukan?


« Last Edit: 03 March 2014, 09:14:04 AM by Kainyn_Kutho »

Offline btj

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 183
  • Reputasi: 5
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Tentang Membunuh
« Reply #16 on: 03 March 2014, 03:29:26 PM »
Kira-kira apakah ada jawaban yang bisa menyelamatkan semuanya gak yah?

Offline hemayanti

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.477
  • Reputasi: 186
  • Gender: Female
  • Appamadena Sampadetha
Re: Tentang Membunuh
« Reply #17 on: 04 March 2014, 08:57:50 AM »
OK, kalo gitu mending kita bahas kasus saja dan bahas sesuai referensi dan analisa masing-masing. Saya ambil contoh satu adegan di film Exorcist: The Beginning.
Spoiler: ShowHide


Trivia: Sekadar info, di sini berkesan Nazi menganut paham atheisme anti tuhan/agama, namun sebetulnya tidak demikian. Adolf Hitler sendiri adalah seorang Kat0lik taat seperti dituliskan dalam autobiografinya, "Mein Kampf", dan juga angkatan bersenjata Nazi, Wehrmacht, menggunakan gesper dengan tulisan "Gott Mit Uns" (Tuhan beserta kita).


Saya rangkum: ada orang mau membunuh sekelompok orang, lalu memberi pilihan kepada si pastor untuk menunjuk beberapa orang, dan akhirnya ia memilih orang tua dan membiarkan anak-anak hidup.

Jadi di sini ada makhluk yaitu sekumpulan orang (basis, 1), si pastor mengetahui keberadaannya (identifikasi, 2), dia sadar bahwa tindakannya menunjuk menyebabkan makhluk yang ditunjuk itu mati, lalu memilih dan memutuskan (proses pikiran & niat, 3), ia menunjuk (perbuatan, 4), yang ditunjuk mati (hasil, 5).

Silahkan.
termasuk membunuh om.
IMO, dipertegas di poin no.3.
« Last Edit: 04 March 2014, 09:07:56 AM by hemayanti »
"Sekarang, para bhikkhu, Aku mengatakan ini sebagai nasihat terakhir-Ku: kehancuran adalah sifat dari segala sesuatu yang terbentuk. Oleh karena itu, berjuanglah dengan penuh kesadaran."

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Tentang Membunuh
« Reply #18 on: 04 March 2014, 09:10:33 AM »
termasuk membunuh om.
IMO, kuncinya ada di poin no.3.
OK, jadi kalau sadar dan mengetahui 'jika saya melakukan hal ini, maka makhluk ini akan mati' disebut pembunuhan.

Saya ambil kasus lain, seorang pasien kesakitan pada saat sakaratul maut tapi tidak bisa meninggal karena masih ada susuk dalam dirinya. Kondisi antara hidup dan mati tapi tidak bisa mati. Lalu dibawa ke 'orang pintar'. Orang ini melihat si pasien menderita tidak bisa mati lalu memahami, 'jika saya sapu daun kelor, maka orang ini akan bisa meninggal', lalu ia menyapu daun kelor, dan meninggallah orang itu.

Jadi di sini ada pasien, diketahui keberadaannya, ada niat melakukan tindakan yang menyebabkan si pasien mati, tindakan dilakukan, pasien mati.

Apakah ini pembunuhan?

Offline Shasika

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.152
  • Reputasi: 101
  • Gender: Female
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Tentang Membunuh
« Reply #19 on: 04 March 2014, 09:21:36 AM »
OK, jadi kalau sadar dan mengetahui 'jika saya melakukan hal ini, maka makhluk ini akan mati' disebut pembunuhan.

Saya ambil kasus lain, seorang pasien kesakitan pada saat sakaratul maut tapi tidak bisa meninggal karena masih ada susuk dalam dirinya. Kondisi antara hidup dan mati tapi tidak bisa mati. Lalu dibawa ke 'orang pintar'. Orang ini melihat si pasien menderita tidak bisa mati lalu memahami, 'jika saya sapu daun kelor, maka orang ini akan bisa meninggal', lalu ia menyapu daun kelor, dan meninggallah orang itu.

Jadi di sini ada pasien, diketahui keberadaannya, ada niat melakukan tindakan yang menyebabkan si pasien mati, tindakan dilakukan, pasien mati.

Apakah ini pembunuhan?
Data anda kurang lengkap bro KK...
Pasien telah 3 minggu tanpa denyut jantung dan otak telah dinyatakan mati tapi suhu tetap 37 C dan tensi tetap 180/100 padahal dokter sudah menyatakan secara medis pasien meninggal.
I'm an ordinary human only

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Tentang Membunuh
« Reply #20 on: 04 March 2014, 09:27:34 AM »
Data anda kurang lengkap bro KK...
Pasien telah 3 minggu tanpa denyut jantung dan otak telah dinyatakan mati tapi suhu tetap 37 C dan tensi tetap 180/100 padahal dokter sudah menyatakan secara medis pasien meninggal.
??

Saya beri contoh fiktif, memangnya ada kejadian serupa? Jika ada, saya tidak bermaksud menyinggungnya sama sekali. Tidak perlu pakai bold dan font 12 demikian.

Tambahan info: kasus dari saya selain fiktif, tidak ada hubungannya dengan komunitas buddhis juga. Ini sudah cerita biasa yang saya dengar sejak kecil.

« Last Edit: 04 March 2014, 09:30:49 AM by Kainyn_Kutho »

Offline hemayanti

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.477
  • Reputasi: 186
  • Gender: Female
  • Appamadena Sampadetha
Re: Tentang Membunuh
« Reply #21 on: 04 March 2014, 09:31:02 AM »
OK, jadi kalau sadar dan mengetahui 'jika saya melakukan hal ini, maka makhluk ini akan mati' disebut pembunuhan.

Saya ambil kasus lain, seorang pasien kesakitan pada saat sakaratul maut tapi tidak bisa meninggal karena masih ada susuk dalam dirinya. Kondisi antara hidup dan mati tapi tidak bisa mati. Lalu dibawa ke 'orang pintar'. Orang ini melihat si pasien menderita tidak bisa mati lalu memahami, 'jika saya sapu daun kelor, maka orang ini akan bisa meninggal', lalu ia menyapu daun kelor, dan meninggallah orang itu.

Jadi di sini ada pasien, diketahui keberadaannya, ada niat melakukan tindakan yang menyebabkan si pasien mati, tindakan dilakukan, pasien mati.

Apakah ini pembunuhan?
ya seperti kata om kainyn.

Quote
Mengenai "tunjuk atau tidak, tetap akan ada yang dibunuh" ini tidaklah relevan sebab kita tidak mengetahui masa depan. Bisa saja si prajurit Nazinya cuma bercanda, atau 5 detik kemudian kalau si pastor ga milih, langsung sakit jantung dan mati. Ikannya juga mungkin aja waktu mau dibunuh lompat ke selokan dan ngabur, berarti karena dipilih, malah jadi ter-fang-sheng.

kita tidak mengetahui masa depan, bisa saja karna susuk gak keluar, gak mati, dan kondisi bisa membaik jadi sehat. ;D
"Sekarang, para bhikkhu, Aku mengatakan ini sebagai nasihat terakhir-Ku: kehancuran adalah sifat dari segala sesuatu yang terbentuk. Oleh karena itu, berjuanglah dengan penuh kesadaran."

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Tentang Membunuh
« Reply #22 on: 04 March 2014, 09:37:30 AM »
ya seperti kata om kainyn.

kita tidak mengetahui masa depan, bisa saja karna susuk gak keluar, gak mati, dan kondisi bisa membaik jadi sehat. ;D
Yang saya katakan sebelumnya tentang tidak mengetahui masa depan adalah spekulasi pribadi tidak membenarkan satu niat. Jika seseorang mengetahui dan menyadari perbuatannya akan menyebabkan orang mati, maka itulah disebut niat membunuh.

Mau dikoreksi jawabannya? Ataukah 'saya punya pikiran untuk menembak rusa itu, tapi karena bisa saja rusa itu kesamber geledek sebentar lagi, maka saya tidak berpikiran membunuh'?


Offline Saddha_putta07

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 4
  • Reputasi: 1
  • Gender: Male
  • Semoga semua makhluk berbahagia
Re: Tentang Membunuh
« Reply #23 on: 04 March 2014, 09:41:40 AM »
Mengorbankan hidup diri sendiri untuk makhluk lain apakah juga masuk dalam kategori "Membunuh" diri sendiri ?

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: Tentang Membunuh
« Reply #24 on: 04 March 2014, 09:44:17 AM »
Kasus ayahku selama 3 hari koma itu bertahan hidup karena peralatan medis. Seandainya waktu itu peralatan medis dicabut dengan persetujuan keluarga (kenyataannya kami tidak tega melakukannya), maka ini disebut euthanasia (mercy killing). Apakah di sini pihak keluarga dianggap melakukan pembunuhan menurut Buddhis?
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Tentang Membunuh
« Reply #25 on: 04 March 2014, 09:46:27 AM »
Mengorbankan hidup diri sendiri untuk makhluk lain apakah juga masuk dalam kategori "Membunuh" diri sendiri ?
Sebetulnya pertanyaan yang bagus, tapi 'bunuh diri' ini kategorinya agak berbeda dan menyimpang dari topik ini. Kalau mau bahas, boleh bikin thread baru.

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Tentang Membunuh
« Reply #26 on: 04 March 2014, 09:57:17 AM »
Kasus ayahku selama 3 hari koma itu bertahan hidup karena peralatan medis. Seandainya waktu itu peralatan medis dicabut dengan persetujuan keluarga (kenyataannya kami tidak tega melakukannya), maka ini disebut euthanasia (mercy killing). Apakah di sini pihak keluarga dianggap melakukan pembunuhan menurut Buddhis?
Nah, Euthanasia dan kasus "daun kelor" itu sebetulnya memang mirip dan itu yang mau saya tanyakan. Sejujurnya saya buka thread ini karena kasus ikan, "yin-yang fish". Dalam kasus-kasus seperti ini kalau saya tanyakan ke Buddhis, tidak ada yang setuju dengan mercy killing karena panduannya 5 syarat membunuh itu. Bahkan saya tekankan pertanyaan, "jadi kalau ada ikannya itu setengah mati, hanya dibacakan karaniya metta sutta saja?" dan jawabannya "iya".

Karena itu saya hendak tanyakan, apa benar sih 5 syarat itu selalu begitu dan apakah tepat jika diterapkan pada semua situasi dan kondisi? Jikapun memang jawabannya bahwa 5 syarat itu mutlak, yah memang tidak mengapa juga. Namanya juga cocok-cocokan.


Offline hemayanti

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.477
  • Reputasi: 186
  • Gender: Female
  • Appamadena Sampadetha
Re: Tentang Membunuh
« Reply #27 on: 04 March 2014, 09:58:37 AM »
Yang saya katakan sebelumnya tentang tidak mengetahui masa depan adalah spekulasi pribadi tidak membenarkan satu niat. Jika seseorang mengetahui dan menyadari perbuatannya akan menyebabkan orang mati, maka itulah disebut niat membunuh.
oh ya sudah, kalo begitu, kasus orang pintar itu tetap membunuh.

Mau dikoreksi jawabannya? Ataukah 'saya punya pikiran untuk menembak rusa itu, tapi karena bisa saja rusa itu kesamber geledek sebentar lagi, maka saya tidak berpikiran membunuh'?
itumah tetap punya pikiran membunuh om, walaupun tidak dengan tangan sendiri.
"Sekarang, para bhikkhu, Aku mengatakan ini sebagai nasihat terakhir-Ku: kehancuran adalah sifat dari segala sesuatu yang terbentuk. Oleh karena itu, berjuanglah dengan penuh kesadaran."

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Tentang Membunuh
« Reply #28 on: 04 March 2014, 10:08:45 AM »
oh ya sudah, kalo begitu, kasus orang pintar itu tetap membunuh.
OK. Ini pertanyaan opini saja:
1. Kalau sis hema di posisi 'orang pintar', akankah menyapu daun kelornya?
2. Jika sis hema di posisi pasien, apakah yang diharapkan dari 'orang pintar' tersebut?


Quote
itumah tetap punya pikiran membunuh om, walaupun tidak dengan tangan sendiri.
Ya, jika dia sengaja tembak dan karenanya rusanya kemudian mati, maka memang masuk dalam kriteria membunuh. Sebab ketika dia sadar dan mengetahui bahwa tembakannya akan membunuh, spekulasi geledek atau rusa terbang dalam pikirannya tidak menganulir niat membunuhnya.


Offline The Ronald

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.231
  • Reputasi: 89
  • Gender: Male
Re: Tentang Membunuh
« Reply #29 on: 04 March 2014, 10:14:41 AM »
Nah, Euthanasia dan kasus "daun kelor" itu sebetulnya memang mirip dan itu yang mau saya tanyakan. Sejujurnya saya buka thread ini karena kasus ikan, "yin-yang fish". Dalam kasus-kasus seperti ini kalau saya tanyakan ke Buddhis, tidak ada yang setuju dengan mercy killing karena panduannya 5 syarat membunuh itu. Bahkan saya tekankan pertanyaan, "jadi kalau ada ikannya itu setengah mati, hanya dibacakan karaniya metta sutta saja?" dan jawabannya "iya".

Karena itu saya hendak tanyakan, apa benar sih 5 syarat itu selalu begitu dan apakah tepat jika diterapkan pada semua situasi dan kondisi? Jikapun memang jawabannya bahwa 5 syarat itu mutlak, yah memang tidak mengapa juga. Namanya juga cocok-cocokan.



nah.. apapun koment yg disini..kemungkinan besar tidak mewakili sotapanna secara utuh..  (krn kurasa blm ada yg sotapanna)..jd ada yg benar, ada yg gak..tp mengujinya itu sulit...

tp dari komentar... bbrp kasus kelihatan sotapanna tidak akan melakukan pembunuhan walau tercancam ..bahkan dirinya... tp dia masih akan membiarkan org lain membunuh krn itu urusan org tsb .. seperti kasus seorg sotapanna yg menikah dgn pemburu..dan dia menyiapkan busur, panah, dll..untuk suaminya berburu
...

Offline Saddha_putta07

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 4
  • Reputasi: 1
  • Gender: Male
  • Semoga semua makhluk berbahagia
Re: Tentang Membunuh
« Reply #30 on: 04 March 2014, 10:19:48 AM »
Tahu bahwa makhluk tersebut akan mati bukan berarti mengharapkan makhluk tersbut mati. Dan mnurut saya pmbunuhan trjadi dgn niat utk mngharapkan matinya makhluk trsebut. Shingga utk kasus baik kasus pastur dan euthanasia mnurut saya bukanlah pmbunuhan. Jika berbicara dri sudut pndang abhidhamma, dkatakan bhwa dalam sbuah rangkaian aktivitas, telah muncul berbagai macam citta dan cetasika yg mewarnainya. Selanjutnya jutaan citta itu kita pandang sbgai suatu kesatuan dan kita katakan adalah baik atau tdk baik, pdhal sesungguhnya tdklah dmikian, di dlam rangkaian trsebut ada yg baik dan tidak baik.

Dmikian jika d hubkan dgn kasus pmbunuhan d atas, pd kondisi citta mana yg di maksudkan ? Apakah pd saat mnunjuk ? Atau pd saat mngetahui atau hal mana yg ingin d tnyakan sbgai tindakan yg mau d kategorikan pmbunuhan? Sy yakin jika mmg tdk sedang mngharapkan makhluk lain mati, maka pembunuhan tdk akan pernah terlaksanakan/terjadi.

Offline hemayanti

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.477
  • Reputasi: 186
  • Gender: Female
  • Appamadena Sampadetha
Re: Tentang Membunuh
« Reply #31 on: 04 March 2014, 10:20:31 AM »
OK. Ini pertanyaan opini saja:
1. Kalau sis hema di posisi 'orang pintar', akankah menyapu daun kelornya?
2. Jika sis hema di posisi pasien, apakah yang diharapkan dari 'orang pintar' tersebut?
1. tidak
2. pasrah aja om
"Sekarang, para bhikkhu, Aku mengatakan ini sebagai nasihat terakhir-Ku: kehancuran adalah sifat dari segala sesuatu yang terbentuk. Oleh karena itu, berjuanglah dengan penuh kesadaran."

Offline juanpedro

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 949
  • Reputasi: 48
  • Gender: Male
Re: Tentang Membunuh
« Reply #32 on: 04 March 2014, 10:20:49 AM »
Nah, Euthanasia dan kasus "daun kelor" itu sebetulnya memang mirip dan itu yang mau saya tanyakan. Sejujurnya saya buka thread ini karena kasus ikan, "yin-yang fish". Dalam kasus-kasus seperti ini kalau saya tanyakan ke Buddhis, tidak ada yang setuju dengan mercy killing karena panduannya 5 syarat membunuh itu. Bahkan saya tekankan pertanyaan, "jadi kalau ada ikannya itu setengah mati, hanya dibacakan karaniya metta sutta saja?" dan jawabannya "iya".

Karena itu saya hendak tanyakan, apa benar sih 5 syarat itu selalu begitu dan apakah tepat jika diterapkan pada semua situasi dan kondisi? Jikapun memang jawabannya bahwa 5 syarat itu mutlak, yah memang tidak mengapa juga. Namanya juga cocok-cocokan.


kayaknya memang udah jadi dogma dalam agama Buddha sih Om :P

OK. Ini pertanyaan opini saja:
1. Kalau sis hema di posisi 'orang pintar', akankah menyapu daun kelornya?
2. Jika sis hema di posisi pasien, apakah yang diharapkan dari 'orang pintar' tersebut?

Ya, jika dia sengaja tembak dan karenanya rusanya kemudian mati, maka memang masuk dalam kriteria membunuh. Sebab ketika dia sadar dan mengetahui bahwa tembakannya akan membunuh, spekulasi geledek atau rusa terbang dalam pikirannya tidak menganulir niat membunuhnya.


wah pertanyaan no 1 saya rasa sangat dilematis bagi umat Buddhis ^-^

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Tentang Membunuh
« Reply #33 on: 04 March 2014, 10:25:52 AM »
nah.. apapun koment yg disini..kemungkinan besar tidak mewakili sotapanna secara utuh..  (krn kurasa blm ada yg sotapanna)..jd ada yg benar, ada yg gak..tp mengujinya itu sulit...

tp dari komentar... bbrp kasus kelihatan sotapanna tidak akan melakukan pembunuhan walau tercancam ..bahkan dirinya... tp dia masih akan membiarkan org lain membunuh krn itu urusan org tsb .. seperti kasus seorg sotapanna yg menikah dgn pemburu..dan dia menyiapkan busur, panah, dll..untuk suaminya berburu

Ya, sekaligus mengulang disclaimer, menyangkut sotapanna (ke atas), kita murni hanya spekulasi saja.

Pada kasus Kukkutamitta si pemburu, istrinya tidak diberikan pilihan oleh suaminya juga. Tapi kalau di kasus si pastor di film, dia diberikan pilihan menunjuk sebagian atau semuanya mati. Kira-kira pasif aja dan membiarkan semuanya dibunuh?

Lalu bagaimana kalau kasus mercy killing? Kira-kira sama juga memilih pasif?


Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Tentang Membunuh
« Reply #34 on: 04 March 2014, 10:32:25 AM »
Tahu bahwa makhluk tersebut akan mati bukan berarti mengharapkan makhluk tersbut mati. Dan mnurut saya pmbunuhan trjadi dgn niat utk mngharapkan matinya makhluk trsebut. Shingga utk kasus baik kasus pastur dan euthanasia mnurut saya bukanlah pmbunuhan. Jika berbicara dri sudut pndang abhidhamma, dkatakan bhwa dalam sbuah rangkaian aktivitas, telah muncul berbagai macam citta dan cetasika yg mewarnainya. Selanjutnya jutaan citta itu kita pandang sbgai suatu kesatuan dan kita katakan adalah baik atau tdk baik, pdhal sesungguhnya tdklah dmikian, di dlam rangkaian trsebut ada yg baik dan tidak baik.

Dmikian jika d hubkan dgn kasus pmbunuhan d atas, pd kondisi citta mana yg di maksudkan ? Apakah pd saat mnunjuk ? Atau pd saat mngetahui atau hal mana yg ingin d tnyakan sbgai tindakan yg mau d kategorikan pmbunuhan? Sy yakin jika mmg tdk sedang mngharapkan makhluk lain mati, maka pembunuhan tdk akan pernah terlaksanakan/terjadi.
Bukankah kalau menurut Abhidhamma ketidak-mampuan melihat objek secara netral dan menolaknya sudah termasuk dosamulacitta? Bukankah terhadap kenyataan "semuanya akan dibunuh" terjadi penolakan dan akhirnya memilih "sebagian dibunuh"?

Tapi saya lebih tertarik pada kalimat ini: "Tahu bahwa makhluk tersebut akan mati bukan berarti mengharapkan makhluk tersbut mati."

Secara normal tentu kita harapkan makhluk itu tidak mati atau sembuh. Tapi bagaimana kalau kita tahu bahwa makhluk itu tidak mungkin terus hidup dan pulih kembali, pilihannya adalah langsung mati atau sangat menderita dulu beberapa lama sebelum mati, bagaimana?

Atau dengan cara bagaimanakah 5 syarat membunuh itu seharusnya dipahami?
« Last Edit: 04 March 2014, 10:36:09 AM by Kainyn_Kutho »

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Tentang Membunuh
« Reply #35 on: 04 March 2014, 10:32:40 AM »
1. tidak
2. pasrah aja om
OK. Thanks. :)

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Tentang Membunuh
« Reply #36 on: 04 March 2014, 10:35:18 AM »
kayaknya memang udah jadi dogma dalam agama Buddha sih Om :P
Tidak masalah. Memang ideologi dan prinsip itu cocok-cocokan saja kok. :)

Quote
wah pertanyaan no 1 saya rasa sangat dilematis bagi umat Buddhis ^-^
Ya, terutama jika si pasien (diduga) adalah orang suci, salah tindakan bisa Avici akibatnya.

Offline The Ronald

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.231
  • Reputasi: 89
  • Gender: Male
Re: Tentang Membunuh
« Reply #37 on: 04 March 2014, 10:38:39 AM »
Ya, sekaligus mengulang disclaimer, menyangkut sotapanna (ke atas), kita murni hanya spekulasi saja.

Pada kasus Kukkutamitta si pemburu, istrinya tidak diberikan pilihan oleh suaminya juga. Tapi kalau di kasus si pastor di film, dia diberikan pilihan menunjuk sebagian atau semuanya mati. Kira-kira pasif aja dan membiarkan semuanya dibunuh?

Lalu bagaimana kalau kasus mercy killing? Kira-kira sama juga memilih pasif?


sebenarnya dalam komentar..dia pun "bisa" menolak memberikannya..krn memang bukan perintah yg harus dilakukan..tp dia melakukannya atas kemauaannya..sebagai bentuk melayani suaminya, klo jaman skrg..istri buddhist ..lum sotapanna aja ..mungkin bisa ngajarin suaminya untuk berhenti membunuh..., jd sepertinya emang rada2 cuek urusan org lain
...

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: Tentang Membunuh
« Reply #38 on: 04 March 2014, 10:49:41 AM »
Kalo Bodhisattva (secara Mahayana) kira2 apa yang akan dilakukannya jika dihadapkan pada kasus ginian ya? ;D
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline juanpedro

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 949
  • Reputasi: 48
  • Gender: Male
Re: Tentang Membunuh
« Reply #39 on: 04 March 2014, 11:47:56 AM »
Tidak masalah. Memang ideologi dan prinsip itu cocok-cocokan saja kok. :)
Ya, terutama jika si pasien (diduga) adalah orang suci, salah tindakan bisa Avici akibatnya.
mmm... kalo misal pasien itu sudah benar-benar rela dibunuh apakah pembunuhan atas dirinya bisa dianggap benar (plus poin kamma baik)? kan mengakhiri dukkha pasien? :))

Kalo Bodhisattva (secara Mahayana) kira2 apa yang akan dilakukannya jika dihadapkan pada kasus ginian ya? ;D
upaya kausalya? :o

Kalo Zen Master yang ada di posisi orang pintar, kira2 dia pake mikir panjang ngga ya? :P

Offline Saddha_putta07

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 4
  • Reputasi: 1
  • Gender: Male
  • Semoga semua makhluk berbahagia
Re: Tentang Membunuh
« Reply #40 on: 04 March 2014, 12:11:01 PM »
IMO, Kalaupun Ada dosamulacitta dalam tindakan pastur tsbt, tidak serta merta mengkategorikan yg dilakukannya adalah pembunuhan. Dalam kasus d atas saya mlihatnya bukan sbagai pmbunuhan krn dari awal tdk pernah ada harapan/keinginan ada yg mati dalam diri sang pastur, yg ada adalah pilihan smua mati atau mati sebagian, dan ktika dia mnunjuk memilih anak2 utk diselamatkan, kalau saya sih memandangnya sbagai tindakan penyelamatan, dan bukan ingin/meminta agar si org tua dibunuh krena memang sjak awal, tanpa d tnjukpun juga akan dibunuh. :) . Mgkn ini hnya spekulasi pikiran sy saja krn kita tidak akan pernah tahu apa niatan yg sesungguhnya dlam diri si pastur.

Dlm hal pmbunuhan, klo bagi pribadi cara kita memandangnya adalah apakah memang ada niatan/mengharapkan makhluk itu mati dan disertai syarat lainnya brulah dikatakan pmbunuhan. Jd apapun latar belakang mngapa seseorang diharapkan mati, adalah pmbunuhan. Baik atas dasar kasihan, dan lain sebagainya.



Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Tentang Membunuh
« Reply #41 on: 04 March 2014, 02:06:22 PM »
sebenarnya dalam komentar..dia pun "bisa" menolak memberikannya..krn memang bukan perintah yg harus dilakukan..tp dia melakukannya atas kemauaannya..sebagai bentuk melayani suaminya, klo jaman skrg..istri buddhist ..lum sotapanna aja ..mungkin bisa ngajarin suaminya untuk berhenti membunuh..., jd sepertinya emang rada2 cuek urusan org lain

Ya, yang saya tangkap juga kira-kira begitu. Kalau untuk hal ini dikit banyak saya masih paham, karena memang prinsipnya strict pada "mengubah diri sendiri, tidak bisa (memaksa) mengubah orang lain". Tapi kalau untuk mercy killing saya masih belum paham.
-------

Kalo Bodhisattva (secara Mahayana) kira2 apa yang akan dilakukannya jika dihadapkan pada kasus ginian ya? ;D
Saya belum pernah baca kasus yang kira-kira seperti ini dalam sastra Mahayana, kalau ada sih, mau tahu juga pandangannya bagaimana.
-------

mmm... kalo misal pasien itu sudah benar-benar rela dibunuh apakah pembunuhan atas dirinya bisa dianggap benar (plus poin kamma baik)? kan mengakhiri dukkha pasien? :))
Ya, itu dia poinnya.
Kalau orang ga kasih miliknya, kita ambil paksa, namanya mencuri. Tapi kalau orang memberikan, kita ambil, namanya bukan mencuri.

Kalau orang mempertahankan hidupnya, kita akhiri kehidupannya, namanya membunuh. Tapi kalau orangnya memang rela atau bahkan memohon untuk mengakhiri kehidupannya dan kita kabulkan, apakah namanya tetap membunuh?
------

IMO, Kalaupun Ada dosamulacitta dalam tindakan pastur tsbt, tidak serta merta mengkategorikan yg dilakukannya adalah pembunuhan. Dalam kasus d atas saya mlihatnya bukan sbagai pmbunuhan krn dari awal tdk pernah ada harapan/keinginan ada yg mati dalam diri sang pastur, yg ada adalah pilihan smua mati atau mati sebagian, dan ktika dia mnunjuk memilih anak2 utk diselamatkan, kalau saya sih memandangnya sbagai tindakan penyelamatan, dan bukan ingin/meminta agar si org tua dibunuh krena memang sjak awal, tanpa d tnjukpun juga akan dibunuh. :) . Mgkn ini hnya spekulasi pikiran sy saja krn kita tidak akan pernah tahu apa niatan yg sesungguhnya dlam diri si pastur.
Tindakan penyelamatan apa yang dilakukan si pastor terhadap orang yang ia tunjuk untuk mati?


Quote
Dlm hal pmbunuhan, klo bagi pribadi cara kita memandangnya adalah apakah memang ada niatan/mengharapkan makhluk itu mati dan disertai syarat lainnya brulah dikatakan pmbunuhan. Jd apapun latar belakang mngapa seseorang diharapkan mati, adalah pmbunuhan. Baik atas dasar kasihan, dan lain sebagainya.
Jadi kalau memang ingin menyebabkan kematian, apapun alasannya, adalah membunuh, sedangkan jika menginginkan sebagian orang hidup walaupun harus membuat sebagian orang lain mati, adalah penyelamatan? Atau bagaimana?

Offline Rico Tsiau

  • Kebetulan terjoin ke DC
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.976
  • Reputasi: 117
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Tentang Membunuh
« Reply #42 on: 04 March 2014, 02:08:19 PM »
selama ini dari hasil baca2 sana sini saya berminded bahwa pembunuhan atau tindakan yang mengakibatkan makhluk lain mati, tetaplah sebuah pembunuhan. apapun alasannya.

 [at] abang kk, apakah abang ingin mendiskusikan sikap yang layak/sepatutnya di ambil oleh seorang pelaksana sila dalam menghadapi kasus2 tertentu yang berhubungan dengan pembunuhan atau sekedar mencari definisi pada 5 point pada awal thread?

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Tentang Membunuh
« Reply #43 on: 04 March 2014, 02:13:41 PM »
[at] abang kk, apakah abang ingin mendiskusikan sikap yang layak/sepatutnya di ambil oleh seorang pelaksana sila dalam menghadapi kasus2 tertentu yang berhubungan dengan pembunuhan atau sekedar mencari definisi pada 5 point pada awal thread?
Dua-duanya, sebab memang berhubungan. Sila yang diambil itu patokannya dari 5 point juga, jadi pemahaman terhadap 5 point itu yang menjadi tolok ukur dalam menjalankan sila 1 tersebut.

Ketika 5 point itu diterapkan dalam kasus-kasus tertentu, menurut saya jadinya agak aneh, jadi saya tanyakan pendapat yang lain di sini.

Offline Rico Tsiau

  • Kebetulan terjoin ke DC
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.976
  • Reputasi: 117
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Tentang Membunuh
« Reply #44 on: 04 March 2014, 02:24:38 PM »
Dua-duanya, sebab memang berhubungan. Sila yang diambil itu patokannya dari 5 point juga, jadi pemahaman terhadap 5 point itu yang menjadi tolok ukur dalam menjalankan sila 1 tersebut.

ok, memang sejalan dan sepertinya aneh kalo kita membahas yang 1 tapi mengabaikan lainnya.

Ketika 5 point itu diterapkan dalam kasus-kasus tertentu, menurut saya jadinya agak aneh, jadi saya tanyakan pendapat yang lain di sini.

pembahasan secara rinci pada point diatas dapat dibaca pada thread lain, sepertinya saya pernah baca di dc tapi lupa threadnya.

mercy killing, kasus sang pastor dan mungkin atas permintaan seorang untuk mengakhiri hidupnya karena alasan penderitaan. saya pahami ketika kita bertindak untuk itu dan berakibat kematian pada makhluk tersebut, itu sudah pembunuhan. atau kita menyetujui atau memilih dan atas hal tersebut ada makhluk yang mati karenanya maka itu juga masuk kategori sama, pembunuhan.

mungkin disini kita berbicara cetana yang didasarinya. dan kalau mau lebih melebar bisa juga di diskusikan kamma-vipakanya.

Offline The Ronald

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.231
  • Reputasi: 89
  • Gender: Male
Re: Tentang Membunuh
« Reply #45 on: 04 March 2014, 03:51:57 PM »
mercy killing..aku menurutku itu termasuk pembunuhan..krn jika di tanya..apakah kmu bermaksud membunuhnya..jawabannya pasti iya..walau ada 1001 alasan menyertainya....
...

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: Tentang Membunuh
« Reply #46 on: 04 March 2014, 07:33:36 PM »
upaya kausalya? :o

Kalo Zen Master yang ada di posisi orang pintar, kira2 dia pake mikir panjang ngga ya? :P


Saya belum pernah baca kasus yang kira-kira seperti ini dalam sastra Mahayana, kalau ada sih, mau tahu juga pandangannya bagaimana.


Menurut Upaya Kausalya Sutra, Bodhisattva pada kehidupan lampau pernah membunuh seorang penjahat yang diketahui akan membunuh banyak orang. Dengan demikian, Bodhisattva menyelamatkan banyak nyawa walaupun ia sendiri harus menderita di neraka.

Kalo dikaitkan dengan kasus pastor di atas, mungkin Bodhisattva akan membunuh orang yang menyuruhnya memilih siapa yang dibunuh ;D
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: Tentang Membunuh
« Reply #47 on: 04 March 2014, 07:39:06 PM »
mercy killing..aku menurutku itu termasuk pembunuhan..krn jika di tanya..apakah kmu bermaksud membunuhnya..jawabannya pasti iya..walau ada 1001 alasan menyertainya....


Untuk mercy killing ada kasus tertentu pasiennya sudah dinyatakan mati secara medis walaupun beberapa fungsi organnya masih ada (misalnya otaknya sudah tidak berfungsi tetapi jantungnya masih berdenyut). Kalo sudah dianggap mati seperti ini, ada yang berpendapat menghentikan fungsi organ tubuh yg masih bekerja itu bukan pembunuhan. Namun tentu saja, ini harus meninjau lagi definisi kematian secara Buddhis itu seperti apa....
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline Shasika

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.152
  • Reputasi: 101
  • Gender: Female
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Tentang Membunuh
« Reply #48 on: 04 March 2014, 08:11:47 PM »
Bagaimana jika kasusnya adalah si pasien ini denyutnya jantung sudah tidak ada selama 3 minggu, kemudian diikuti dengan brain-death (otak mati) pihak medis telah mengeluarkan pernyataan bahwa pasien  telah meninggal secara medis, dan pihak RS (diwakili dokter penanggung jawab pasien) telah memanggil pihak keluarga dan meminta seluruh kakak kandung pasien berikut istri dan anak2 untuk mencari orang pinter agar bisa membantu, karena adanya susuk sehingga mengakibatkan si pasien masih memiliki suhu tubuh 37C dan tensi 180/100.
I'm an ordinary human only

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Tentang Membunuh
« Reply #49 on: 07 March 2014, 09:30:06 AM »
ok, memang sejalan dan sepertinya aneh kalo kita membahas yang 1 tapi mengabaikan lainnya.

pembahasan secara rinci pada point diatas dapat dibaca pada thread lain, sepertinya saya pernah baca di dc tapi lupa threadnya.
Ya, topik ini memang sepertinya pernah dibahas sekilas di thread lain. Di sini saya mau coba bahas lebih luas.


Quote
mercy killing, kasus sang pastor dan mungkin atas permintaan seorang untuk mengakhiri hidupnya karena alasan penderitaan. saya pahami ketika kita bertindak untuk itu dan berakibat kematian pada makhluk tersebut, itu sudah pembunuhan. atau kita menyetujui atau memilih dan atas hal tersebut ada makhluk yang mati karenanya maka itu juga masuk kategori sama, pembunuhan.

mungkin disini kita berbicara cetana yang didasarinya. dan kalau mau lebih melebar bisa juga di diskusikan kamma-vipakanya.
Secara teori kamma, memang cetana yang membedakan berat-ringannya akibat. Tapi di sini saya tidak berniat bahas seberapa berat/ringan akibat dari perbuatan, tapi apakah suatu perbuatan ini termasuk kusala/akusala.

Misalnya ada Arahant yang sedang disiksa dan pilihan yang kita miliki hanyalah membiarkannya mati perlahan dan sangat menderita, atau mercy-killing. Jika 5 point adalah mutlak, maka mercy killing di sini pasti akusala. Entah vipakanya adalah avici 1 kappa atau 15 menit, tetap saja perbuatan itu tidak ada manfaatnya, dan harus selalu dihindari.

Saya tertarik mencari tau pendapat member-member di sini, apakah pendapatnya seragam atau bervariasi, apakah ada seperti saya yang merasa janggal jika diterapkan dalam kasus tertentu, dll.

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Tentang Membunuh
« Reply #50 on: 07 March 2014, 09:43:32 AM »
mercy killing..aku menurutku itu termasuk pembunuhan..krn jika di tanya..apakah kmu bermaksud membunuhnya..jawabannya pasti iya..walau ada 1001 alasan menyertainya....
Berarti pasti akusala dan harus dihindari, bukan?
-------

Menurut Upaya Kausalya Sutra, Bodhisattva pada kehidupan lampau pernah membunuh seorang penjahat yang diketahui akan membunuh banyak orang. Dengan demikian, Bodhisattva menyelamatkan banyak nyawa walaupun ia sendiri harus menderita di neraka.
Ada yah sutra-nya? Saya sering dengar ceritanya tapi tidak tau kalau itu dari sutra, kirain kisah-kisah tradisi seperti cerita inspirasi senar oleh pemusik lewat saat bodhisatta menjelang pencerahan.

Kalau pakai konsep akuntansi begini juga jadi lebih pelik lagi. Bagaimana kalau ternyata orang-orang yang akan dibunuh itu akan membunuh lebih banyak orang lagi. Jadi bunuh 1 menyelamatkan 99, tapi 99 masing-masing akan membunuh 100 orang. Akhirnya 99 terselamatkan, tapi 9900 + 1 orang jadi mati. Bukankah bodhisattva jadi penyebab bencana? Tidak juga, siapa tahu 9900 itu akan membunuh masing-masing 100 orang lagi ... <ad infinitum>
Tidak ada habisnya. Mending bom nuklir aja satu dunia.


Quote
Kalo dikaitkan dengan kasus pastor di atas, mungkin Bodhisattva akan membunuh orang yang menyuruhnya memilih siapa yang dibunuh ;D
Itu 'kan kalo bodhisattvanya jagoan atau sakti, di sini pastornya tidak berdaya juga (tidak seperti Priest Class di MMORPG) jadi pilihannya terbatas.


Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Tentang Membunuh
« Reply #51 on: 07 March 2014, 09:50:16 AM »
Untuk mercy killing ada kasus tertentu pasiennya sudah dinyatakan mati secara medis walaupun beberapa fungsi organnya masih ada (misalnya otaknya sudah tidak berfungsi tetapi jantungnya masih berdenyut). Kalo sudah dianggap mati seperti ini, ada yang berpendapat menghentikan fungsi organ tubuh yg masih bekerja itu bukan pembunuhan. Namun tentu saja, ini harus meninjau lagi definisi kematian secara Buddhis itu seperti apa....
Ironisnya, secara medis tidak membunuh tapi secara Buddhis malah iya. Sebab kalau medis tinjau dari (batang) otak, sedangkan dari sisi Buddhis, landasan jasmani dari indriya pikiran ada di hadayavatthu.

Offline The Ronald

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.231
  • Reputasi: 89
  • Gender: Male
Re: Tentang Membunuh
« Reply #52 on: 07 March 2014, 09:57:01 AM »
Ironisnya, secara medis tidak membunuh tapi secara Buddhis malah iya. Sebab kalau medis tinjau dari (batang) otak, sedangkan dari sisi Buddhis, landasan jasmani dari indriya pikiran ada di hadayavatthu.

itu menurut theravada only..atau seluruh sekte.. masalah hadayavatthu...
...

Offline Rico Tsiau

  • Kebetulan terjoin ke DC
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.976
  • Reputasi: 117
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Tentang Membunuh
« Reply #53 on: 07 March 2014, 10:25:54 AM »
Ya, topik ini memang sepertinya pernah dibahas sekilas di thread lain. Di sini saya mau coba bahas lebih luas.

Secara teori kamma, memang cetana yang membedakan berat-ringannya akibat. Tapi di sini saya tidak berniat bahas seberapa berat/ringan akibat dari perbuatan, tapi apakah suatu perbuatan ini termasuk kusala/akusala.


yang saya pahami termasuk akusala, terlibat dalam pembunuhan secara langsung (mercy killing, kasus pastor, dll) tetaplah akusala. sekelebat pikiran memilih mengakhiri hidup makhluk lain menurut saya adalah akusala. namun mungkin saja dalam hal ini disamping sekelebat pikiran tersebut ada dan atau didasari atas pikiran belas kasihan yang (mungkin saja) adalah kusala.

so pilih saja konsekwensi. saya pernah baca pepatah zen, "jika bukan aku yang masuk neraka, siapa lagi?" mungkin ini artinya anda sadar melakukan akusala, namun didasari atas belas kasihan = bisar aku masuk neraka, gak apa-apa yang penting bisa meringankan penderitaan makhluk tersebut.

Saya tertarik mencari tau pendapat member-member di sini, apakah pendapatnya seragam atau bervariasi, apakah ada seperti saya yang merasa janggal jika diterapkan dalam kasus tertentu, dll.

entahlah, tapi saya justru tidak melihat kejanggalannya dimana. menurut saya sejalan kok. hanya saja kita dihadapkan pada dilema2 atas pilihan yang sulit. pilihan menjadi peran utama dalam hal ini.

Offline The Ronald

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.231
  • Reputasi: 89
  • Gender: Male
Re: Tentang Membunuh
« Reply #54 on: 07 March 2014, 10:55:12 AM »
Ironisnya, secara medis tidak membunuh tapi secara Buddhis malah iya. Sebab kalau medis tinjau dari (batang) otak, sedangkan dari sisi Buddhis, landasan jasmani dari indriya pikiran ada di hadayavatthu.

tambahan..selain masalah handaya vathhu...  seperti jaman dulu sepertinya ga sulit koq menilai org ini udah mati atau belum..kemudian di bakar (setidak sesulit yg katanya buddhist jaman skrg...krn jaman itu biasanya berdasarkan pengetahuan umum saja), pengecualian di mahaparinibanna sutta
...

Offline Rico Tsiau

  • Kebetulan terjoin ke DC
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.976
  • Reputasi: 117
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Tentang Membunuh
« Reply #55 on: 07 March 2014, 11:18:45 AM »
tambahan..selain masalah handaya vathhu...  seperti jaman dulu sepertinya ga sulit koq menilai org ini udah mati atau belum..kemudian di bakar (setidak sesulit yg katanya buddhist jaman skrg...krn jaman itu biasanya berdasarkan pengetahuan umum saja), pengecualian di mahaparinibanna sutta

ya setuju dengan yang ini.. nah sejalan jika mengacu pada 5 point di awal thread, yaitu mengetahui bahwa makhluk tersebut hidup atau tidak.

Offline xenocross

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.189
  • Reputasi: 61
  • Gender: Male
Re: Tentang Membunuh
« Reply #56 on: 07 March 2014, 11:26:05 AM »
Menurut Upaya Kausalya Sutra, Bodhisattva pada kehidupan lampau pernah membunuh seorang penjahat yang diketahui akan membunuh banyak orang. Dengan demikian, Bodhisattva menyelamatkan banyak nyawa walaupun ia sendiri harus menderita di neraka.

Kalo dikaitkan dengan kasus pastor di atas, mungkin Bodhisattva akan membunuh orang yang menyuruhnya memilih siapa yang dibunuh ;D

Walaupun memang dikatakan bahwa "Bodhisattva haruslah melanggar sila ketika situasi memaksa", tetapi dalam penjelasan yang saya terima, hal ini hanya boleh dilakukan oleh praktisi tingkat tinggi. Dagpo Rinpoche mengatakan harus sudah Bodhisattva tingkat 7. Pada tingkat ini motivasi melakukan sesuatu tidak tercemar oleh kepentingan diri sendiri dan hanya tergerak oleh welas asih. Pada tingkat ini juga, seseorang sudah tidak mungkin jatuh ke alam rendah, jadi tidak ada resiko besar.

Tapi pada tingkat ini juga, seorang bodhisattva harusnya punya abhinna yg hebat, dan bisa mencegah pembunuhan itu terjadi dengan kesaktian.

Yang ada di sutra, ia tidak mempunyai kesaktian. Tetapi tidak ada cara lain selain membunuh 1 orang itu untuk menyelamatkan 500 orang lain. Ia juga berpikir bahwa kalau dibiarkan, maka 1 orang ini akan masuk neraka karena perbuatan tersebut. Maka untuk menyelamatkan 500 orang dan 1 calon pembunuh, maka ia membunuh si calon pembunuh, dengan kesadaran penuh, dengan menerima resiko bahwa dia sendiri yang akan masuk neraka.

Dikatakan bahwa karena motivasinya benar, maka ia mendapatkan karma baik, bukan karma buruk dari perbuatan itu.
Satu saat dari pikiran yang dikuasai amarah membakar kebaikan yang telah dikumpulkan selama berkalpa-kalpa.
~ Mahavairocana Sutra

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: Tentang Membunuh
« Reply #57 on: 07 March 2014, 11:49:54 AM »

-------
Ada yah sutra-nya? Saya sering dengar ceritanya tapi tidak tau kalau itu dari sutra, kirain kisah-kisah tradisi seperti cerita inspirasi senar oleh pemusik lewat saat bodhisatta menjelang pencerahan.

Yups, Upaya Kausalya Sutra (bukan Saddharmapundarika Sutra bab ttg Upaya Kausalya) merupakan teks Mahayana awal yang berasal dari abad pertama SM. Sedangkan kisah senar berasal dari Mahavastu Avadana, teks Vinaya dari aliran Mahasanghika Lokottaravada (walaupun isinya lebih bersifat Avadana/Apadana daripada Vinaya). #JustInfo #SorryOOT

Quote
Kalau pakai konsep akuntansi begini juga jadi lebih pelik lagi. Bagaimana kalau ternyata orang-orang yang akan dibunuh itu akan membunuh lebih banyak orang lagi. Jadi bunuh 1 menyelamatkan 99, tapi 99 masing-masing akan membunuh 100 orang. Akhirnya 99 terselamatkan, tapi 9900 + 1 orang jadi mati. Bukankah bodhisattva jadi penyebab bencana? Tidak juga, siapa tahu 9900 itu akan membunuh masing-masing 100 orang lagi ... <ad infinitum>
Tidak ada habisnya. Mending bom nuklir aja satu dunia.

Iya, kalo dibuat2 seperti itu mah gak ada habis2nya dong. Lebih baik satu orang tadi tidakdibunuh :hammer:

Quote
Itu 'kan kalo bodhisattvanya jagoan atau sakti, di sini pastornya tidak berdaya juga (tidak seperti Priest Class di MMORPG) jadi pilihannya terbatas.



Iya juga sih. Saya tidak liat videonya dan tidak pernah nonton film itu juga. Tetapi biasanya Bodhisattva memang selalu terlahir sebagai jagoan ;D
« Last Edit: 07 March 2014, 12:14:37 PM by Shinichi »
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: Tentang Membunuh
« Reply #58 on: 07 March 2014, 12:19:07 PM »
Walaupun memang dikatakan bahwa "Bodhisattva haruslah melanggar sila ketika situasi memaksa", tetapi dalam penjelasan yang saya terima, hal ini hanya boleh dilakukan oleh praktisi tingkat tinggi. Dagpo Rinpoche mengatakan harus sudah Bodhisattva tingkat 7. Pada tingkat ini motivasi melakukan sesuatu tidak tercemar oleh kepentingan diri sendiri dan hanya tergerak oleh welas asih. Pada tingkat ini juga, seseorang sudah tidak mungkin jatuh ke alam rendah, jadi tidak ada resiko besar.

Tapi pada tingkat ini juga, seorang bodhisattva harusnya punya abhinna yg hebat, dan bisa mencegah pembunuhan itu terjadi dengan kesaktian.

Yang ada di sutra, ia tidak mempunyai kesaktian. Tetapi tidak ada cara lain selain membunuh 1 orang itu untuk menyelamatkan 500 orang lain. Ia juga berpikir bahwa kalau dibiarkan, maka 1 orang ini akan masuk neraka karena perbuatan tersebut. Maka untuk menyelamatkan 500 orang dan 1 calon pembunuh, maka ia membunuh si calon pembunuh, dengan kesadaran penuh, dengan menerima resiko bahwa dia sendiri yang akan masuk neraka.

Dikatakan bahwa karena motivasinya benar, maka ia mendapatkan karma baik, bukan karma buruk dari perbuatan itu.

Wah, apakah ini juga bisa menjadi pembenaran bagi seseorang yang menganggap dirinya praktisi tingkat tinggi lalu membunuh seorang penjahat untuk menyeberangkannya ke alam yang lebih baik?
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline xenocross

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.189
  • Reputasi: 61
  • Gender: Male
Re: Tentang Membunuh
« Reply #59 on: 07 March 2014, 12:44:54 PM »
Wah, apakah ini juga bisa menjadi pembenaran bagi seseorang yang menganggap dirinya praktisi tingkat tinggi lalu membunuh seorang penjahat untuk menyeberangkannya ke alam yang lebih baik?

apapun bisa jadi pembenaran, apalagi sutra mahayana, sudah terlalu sering disalahgunakan

Sebenarnya ini peringatan. Kalau saya, saya sendiri merasa membangkitkan bodhicitta yang spontan saja tidak bisa, bagaimana mungkin bisa disebut bodhisattva? Bodhisattva level 0.1 (kira-kira) itu syaratnya membangkitkan bodhicitta spontan, tanpa dibuat-buat, tanpa perenungan.
Bodhisattva tingkat 7 melihat sunyata. Itu mirip dengan seorang Sotapanna melihat anatta dan nibbana.
Jadi sebenarnya ini peringatan, jangan mencoba-coba melakukan ini kalau belum mampu.

Kalau coba-coba trus dapat karma buruk.... yah tanggung sendiri di neraka
Satu saat dari pikiran yang dikuasai amarah membakar kebaikan yang telah dikumpulkan selama berkalpa-kalpa.
~ Mahavairocana Sutra

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Tentang Membunuh
« Reply #60 on: 07 March 2014, 01:37:20 PM »
itu menurut theravada only..atau seluruh sekte.. masalah hadayavatthu...
Hadayavatthu bahkan tidak muncul dalam Abhidhamma pitaka Mahavihara, baru muncul pada Atthasalini, sudah jauh sekali dari jaman pra-sektarian. Jadi sepertinya memang khas Theravada.

tambahan..selain masalah handaya vathhu...  seperti jaman dulu sepertinya ga sulit koq menilai org ini udah mati atau belum..kemudian di bakar (setidak sesulit yg katanya buddhist jaman skrg...krn jaman itu biasanya berdasarkan pengetahuan umum saja), pengecualian di mahaparinibanna sutta
Dalam kasus normal yah memang tentu tidak sulit. Tapi juga ada di mana mata awam tidak bisa bedakan seperti di Mahaparinibbana sutta (yang masih untung karena ada Anuruddha) atau yang mirip yaitu kasus Aggasavaka Buddha Kassapa, Sanjiva yang dibakar oleh orang-orang yang lewat, dan Pacceka-Buddha yang dibakar oleh kelompok Samavati (di masa lampaunya).

-------

yang saya pahami termasuk akusala, terlibat dalam pembunuhan secara langsung (mercy killing, kasus pastor, dll) tetaplah akusala. sekelebat pikiran memilih mengakhiri hidup makhluk lain menurut saya adalah akusala. namun mungkin saja dalam hal ini disamping sekelebat pikiran tersebut ada dan atau didasari atas pikiran belas kasihan yang (mungkin saja) adalah kusala.

so pilih saja konsekwensi. saya pernah baca pepatah zen, "jika bukan aku yang masuk neraka, siapa lagi?" mungkin ini artinya anda sadar melakukan akusala, namun didasari atas belas kasihan = bisar aku masuk neraka, gak apa-apa yang penting bisa meringankan penderitaan makhluk tersebut.

entahlah, tapi saya justru tidak melihat kejanggalannya dimana. menurut saya sejalan kok. hanya saja kita dihadapkan pada dilema2 atas pilihan yang sulit. pilihan menjadi peran utama dalam hal ini.
Ya, namanya juga opini, maka tentu ada yang merasa janggal, dan tentu ada juga yang merasa baik-baik saja. Maka ada yang betah di satu agama, ada yang tidak cocok. Dengan mengetahui pendapat umum juga bisa dijadikan bahan pembelajaran dalam kehidupan, seperti contoh kasus di atas, kalau orang lagi setengah mati karena susuk, sebaiknya tidak meminta bantuan ke Buddhis, misalnya.



Offline The Ronald

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.231
  • Reputasi: 89
  • Gender: Male
Re: Tentang Membunuh
« Reply #61 on: 07 March 2014, 02:05:37 PM »
yah..untuk mahaparinibanna sutta untung ada YM.Anurunddha... dlm kasus biasa seh.. sepertinya butuh vonis dokter dah cukup..kecuali yg di vonis..sedang keluar masuk jhana..mungkin jd ga tepat vonisnya...tp itu rare banget...
...

Offline juanpedro

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 949
  • Reputasi: 48
  • Gender: Male
Re: Tentang Membunuh
« Reply #62 on: 07 March 2014, 05:35:14 PM »
Hadayavatthu bahkan tidak muncul dalam Abhidhamma pitaka Mahavihara, baru muncul pada Atthasalini, sudah jauh sekali dari jaman pra-sektarian. Jadi sepertinya memang khas Theravada.
Dalam kasus normal yah memang tentu tidak sulit. Tapi juga ada di mana mata awam tidak bisa bedakan seperti di Mahaparinibbana sutta (yang masih untung karena ada Anuruddha) atau yang mirip yaitu kasus Aggasavaka Buddha Kassapa, Sanjiva yang dibakar oleh orang-orang yang lewat, dan Pacceka-Buddha yang dibakar oleh kelompok Samavati (di masa lampaunya).

-------
Ya, namanya juga opini, maka tentu ada yang merasa janggal, dan tentu ada juga yang merasa baik-baik saja. Maka ada yang betah di satu agama, ada yang tidak cocok. Dengan mengetahui pendapat umum juga bisa dijadikan bahan pembelajaran dalam kehidupan, seperti contoh kasus di atas, kalau orang lagi setengah mati karena susuk, sebaiknya tidak meminta bantuan ke Buddhis, misalnya.
setuju :P


Offline melody

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 31
  • Reputasi: 3
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Tentang Membunuh
« Reply #63 on: 08 March 2014, 12:45:10 PM »
Iya, mirip tapi sebetulnya sangat berbeda.
Jadi dibanding kasus ikan, kesamaannya adalah:
1. Sama-sama mengetahui dan sadar bahwa perbuatannya menyebabkan kematian makhluk
2. Perbuatan dilakukan

Perbedaannya adalah dalam kasus ikan, tujuannya adalah ikan mati dan disantap, sedangkan dalam kasus si pastor tujuannya adalah sebagian mati agar sebagian lain hidup. Apakah hal ini yang menyebab satunya disebut pembunuhan dan satunya lagi bukan pembunuhan?

Mengenai "tunjuk atau tidak, tetap akan ada yang dibunuh" ini tidaklah relevan sebab kita tidak mengetahui masa depan. Bisa saja si prajurit Nazinya cuma bercanda, atau 5 detik kemudian kalau si pastor ga milih, langsung sakit jantung dan mati. Ikannya juga mungkin aja waktu mau dibunuh lompat ke selokan dan ngabur, berarti karena dipilih, malah jadi ter-fang-sheng.

kasusnya hampir sama dengan dokter yang menyuruh suami harus memilih antara ibu atau anak yang diselamatkan, tapi menurut saya pastur tersebut memilih bukan berarti berniat membunuh tapi diancam n tindakan memilih bukan berarti ada usaha untuk menjalankan niat membunuh karena bisa saja ia berharap prajuritnya cuma menggertak.

Berarti pasti akusala dan harus dihindari, bukan?
-------
Ada yah sutra-nya? Saya sering dengar ceritanya tapi tidak tau kalau itu dari sutra, kirain kisah-kisah tradisi seperti cerita inspirasi senar oleh pemusik lewat saat bodhisatta menjelang pencerahan.

Kalau pakai konsep akuntansi begini juga jadi lebih pelik lagi. Bagaimana kalau ternyata orang-orang yang akan dibunuh itu akan membunuh lebih banyak orang lagi. Jadi bunuh 1 menyelamatkan 99, tapi 99 masing-masing akan membunuh 100 orang. Akhirnya 99 terselamatkan, tapi 9900 + 1 orang jadi mati. Bukankah bodhisattva jadi penyebab bencana? Tidak juga, siapa tahu 9900 itu akan membunuh masing-masing 100 orang lagi ... <ad infinitum>
Tidak ada habisnya. Mending bom nuklir aja satu dunia.

Itu 'kan kalo bodhisattvanya jagoan atau sakti, di sini pastornya tidak berdaya juga (tidak seperti Priest Class di MMORPG) jadi pilihannya terbatas.



jadi kalo mis ketemu ada orang mo bom bunuh diri lebih baik diam pasrah aja ya? Tidak harus membunuh tapi kalau ada yang menyelamatkan sekumpulan orang dr bom itu, apakah nanti dihitung bagaimana kalo kumpulan orang yang diselamatkan ternyata mau membunuh juga? Sepertinya tidak harus dihitung sampai begitu.
« Last Edit: 08 March 2014, 12:55:39 PM by melody »

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Tentang Membunuh
« Reply #64 on: 10 March 2014, 10:03:07 AM »
kasusnya hampir sama dengan dokter yang menyuruh suami harus memilih antara ibu atau anak yang diselamatkan, tapi menurut saya pastur tersebut memilih bukan berarti berniat membunuh tapi diancam n tindakan memilih bukan berarti ada usaha untuk menjalankan niat membunuh karena bisa saja ia berharap prajuritnya cuma menggertak.
Bagi saya pribadi, memang sebuah perbuatan disebut 'membunuh' tidak bisa ditentukan secara sederhana seperti penerapan 5 kriteria mutlak. Tapi itu 'kan opini pribadi saya.

Dalam teori Buddhis, melakukan hal dengan sadar dan sengaja terhadap makhluk yang hasilnya adalah kematian makhluk tersebut disebut membunuh, terlepas dari motivasi dan situasi yang melatar-belakanginya. Dan benar, jika saya memilih dokter kandungan yang kebetulan Buddhis, saya akan tanyakan mengenai ini. Karena jika dalam kasus komplikasi harus memilih mengorbankan salah satu, misalnya ibu/anak, atau anak1/anak2 (dalam kasus kembar {siam}), takutnya si dokter ternyata Sotapanna dan membiarkan kamma saja yang bekerja.


Quote
jadi kalo mis ketemu ada orang mo bom bunuh diri lebih baik diam pasrah aja ya? Tidak harus membunuh tapi kalau ada yang menyelamatkan sekumpulan orang dr bom itu, apakah nanti dihitung bagaimana kalo kumpulan orang yang diselamatkan ternyata mau membunuh juga? Sepertinya tidak harus dihitung sampai begitu.
Memang perhitungan yang absurd. IMO, "penyalahan" cenderung oversimplify dan "pembenaran" cenderung overcomplicate. Saya pribadi tidak cocok keduanya.

Dan kembali lagi, di sini saya hanya mau tahu pemahaman masing-masing orang di sini terhadap definisi pembunuhan, jadi bukan mau "menetapkan" mana benar dan salah, mana kusala dan akusala. Sangat wajar bahwa kusala menurut satu orang adalah akusala bagi orang lain.


Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: Tentang Membunuh
« Reply #65 on: 10 March 2014, 11:37:23 AM »
citta anda-lah yang menentukan. Jadi seperti apa citta anda ketika peristiwa itu terjadi, itu-lah yang terjadi...
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline The Ronald

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.231
  • Reputasi: 89
  • Gender: Male
Re: Tentang Membunuh
« Reply #66 on: 10 March 2014, 06:50:03 PM »

Dalam teori Buddhis, melakukan hal dengan sadar dan sengaja terhadap makhluk yang hasilnya adalah kematian makhluk tersebut disebut membunuh, terlepas dari motivasi dan situasi yang melatar-belakanginya. Dan benar, jika saya memilih dokter kandungan yang kebetulan Buddhis, saya akan tanyakan mengenai ini. Karena jika dalam kasus komplikasi harus memilih mengorbankan salah satu, misalnya ibu/anak, atau anak1/anak2 (dalam kasus kembar {siam}), takutnya si dokter ternyata Sotapanna dan membiarkan kamma saja yang bekerja.


klo dari sudut pandang lain.. kek milih anatara anak/ibu yg harus di selamatkan.. "bukan mengorbankan" anak atau ibu, tp lebih condong mana yg di prioritaskan..seandainya 2-2 bisa yah 2-2..tp yg diselamatkan pertama yg mana..tidak ada niat untuk membunuh yg di selamatkan belakangan...

yah mirip2 juga klo ada 2-3 org tengelam.. dan kmu 1-1nya yg bisa berenang, dan punya kemampuan selamatkan 1,2 org sebelum akhirnya capek... org yg ke 3 ga terselamtkan bukan di "bunuh" kmu...krn memang ga berniat gitu
...

Offline btj

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 183
  • Reputasi: 5
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Tentang Membunuh
« Reply #67 on: 11 March 2014, 11:26:50 AM »
Jadi menurut saya kasus pastur tersebut bukanlah termasuk pembunuhan dilihat dari sisi sang pastur. Yang membunuh adalah prajuritnya.

Dari sisi pastur, mirip seperti kisah gempa bumi yang melibatkan 2 orang anak tertimpa beton reruntuhan di mana tim penyelamat memberikan pilihan kepada ibu kedua anak itu utk memilih anak mana yang mau diselamatkan (karena jika diangkat betonnya ke salah satu sisi akan mencelakakan (paling tinggi resikonya adalah mematikan) salah satu anaknya.

Dan ternyata sang Ibu dengan berat hati memilih menyelamatkan yang putra.
Tapi ternyata putrinya tidak mati (dikira mati) dan ditinggal begitu saja...
Andaikan mati maka menurut saya sang ibu tidaklah berniat membunuh putrinya.

Pilihan yang diberikan oleh team penyelamat sangat mendesak waktu gempa terjadi.
Jika tidak segera memutuskan, bisa-bisa membiarkan dua nyawa melayang.

Sang ibu yang maunya menyelamatkan keduanya dengan berat hati  mengatakan "selamatkan yang putra saja" bukan "korbankan yang putri saja".

Andaikan sang pastur menjawab, "jangan bunuh anak kecil", bukan berarti dia menyuruh prajurit untuk membunuh yang dewasa kan, jadi lebih sulit lagi kita mengatakan bahwa pastur tersebut terlibat dalam pembunuhan tersebut dibandingkan jika sang pastur menjawab "tembak yang dewasanya" ?

Offline melody

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 31
  • Reputasi: 3
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Tentang Membunuh
« Reply #68 on: 11 March 2014, 11:48:14 AM »
Bagi saya pribadi, memang sebuah perbuatan disebut 'membunuh' tidak bisa ditentukan secara sederhana seperti penerapan 5 kriteria mutlak. Tapi itu 'kan opini pribadi saya.

Dalam teori Buddhis, melakukan hal dengan sadar dan sengaja terhadap makhluk yang hasilnya adalah kematian makhluk tersebut disebut membunuh, terlepas dari motivasi dan situasi yang melatar-belakanginya. Dan benar, jika saya memilih dokter kandungan yang kebetulan Buddhis, saya akan tanyakan mengenai ini. Karena jika dalam kasus komplikasi harus memilih mengorbankan salah satu, misalnya ibu/anak, atau anak1/anak2 (dalam kasus kembar {siam}), takutnya si dokter ternyata Sotapanna dan membiarkan kamma saja yang bekerja.
mis prajurit tsb juga mengancam, jika tidak memilih, maka semua mati. Maka bila pasturnya tidK memilih berarti dia membunuh juga? karena ia sadar bila ia tidak memilih hasilnya adalah kematian makhluk yang lebih bnyak. Gimana kalo gt?

Quote
Memang perhitungan yang absurd. IMO, "penyalahan" cenderung oversimplify dan "pembenaran" cenderung overcomplicate. Saya pribadi tidak cocok keduanya.

Dan kembali lagi, di sini saya hanya mau tahu pemahaman masing-masing orang di sini terhadap definisi pembunuhan, jadi bukan mau "menetapkan" mana benar dan salah, mana kusala dan akusala. Sangat wajar bahwa kusala menurut satu orang adalah akusala bagi orang lain.
Kalau menurut saya Bodhisatva tersebut melakukan akusala dengan membunuh makanya masuk neraka tapi juga ada kusalanya dari niatnya menyelamatkan orang. n saya tidak paham tentang kusala akusala yang mengacu pada opini orang tapi acuan saya menurut teori Buddhis.

"Jika kamu sedang duduk ditaman dan ada seseorang yang lari ketakutan dan kemudian beberapa menit kemudian ada seseorang yang membawa pisau dan menghampiri kamu dan bertanya kearah mana orang yang tadi pergi, kamu akan katakan yang sebenarnya atau membohonginya?
Jika saya memiliki alasan yang kuat untuk curiga bahwa orang yang kedua itu akan melakukan hal buruk pada orang yang pertama saya akan, sebagai seorang Buddhis yang cerdas dan perhatian, saya tidak akan ragu untuk berdusta. Telah kita katakan sebelumnya bahwa salah satu faktor yang menentukan apakah itu perbuatan baik atau buruk adalah niatnya. Niatnya untuk menyelamatkan jiwa adalah berkali-kali lipat lebih positif dibandingkan mengatakan sebuah kebohongan dalam kasus seperti ini. Jika berbohong, minum minuman keras atau bahkan mencuri tapi dapat menyelamatkan jiwa, saya akan melakukannya. Saya selalu dapat memperbaiki kesalahan karena melanggar Sila tetapi saya tidak akan pernah mengembalikan kehidupan setelah hilang. Meskipun demikian, seperti yang telah dikatakan sebelumnya, mohon jangan menganggap ini sebagai ijin untuk melanggar Sila. Sila harus dipraktekkan dengan penuh perhatian dan hanya dilanggar dalam kasus-kasus ekstrim saja."

Offline sl99

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 409
  • Reputasi: 33
  • Gender: Male
Re: Tentang Membunuh
« Reply #69 on: 11 March 2014, 05:03:03 PM »
Yang umum beredar tentang uraian pembunuhan (panatipata) adalah:
1. Ada makhluk hidup
2. Mengetahui adanya makhluk tersebut
3. Niat untuk membunuh
4. Tindakan membunuh dilakukan
5. Makhluk yang dimaksud mati oleh tindakan pembunuhan itu
NB: Referensinya lupa, kalau ada yang tahu mungkin bisa bantu

Yang ingin saya tanyakan apakah istilah "membunuh" ini mencakup semua tindakan sadar mengetahui konsekwensi 'jika saya lakukan tindakan ini, maka makhluk ini akan mati', ataukah ada pengecualian yang berdasarkan faktor lain?



Ngarang cerita ah:

Umat: Saya mau dana makanan untuk bhante, bhante mau makan ayam atau bebek? Kalo bhante gak milih saya potong dua-duanya.

Kira-kira apa jawaban si bhante? Kalo dia diam saja, apakah dia ikut membunuh?
Dan yang pasti si bhante gak akan makan itu dana :)
Vaya dhamma sankhara, appamadena sampadetha

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: Tentang Membunuh
« Reply #70 on: 11 March 2014, 05:30:38 PM »
mis prajurit tsb juga mengancam, jika tidak memilih, maka semua mati. Maka bila pasturnya tidK memilih berarti dia membunuh juga? karena ia sadar bila ia tidak memilih hasilnya adalah kematian makhluk yang lebih bnyak. Gimana kalo gt?
Kalau menurut saya Bodhisatva tersebut melakukan akusala dengan membunuh makanya masuk neraka tapi juga ada kusalanya dari niatnya menyelamatkan orang. n saya tidak paham tentang kusala akusala yang mengacu pada opini orang tapi acuan saya menurut teori Buddhis.

"Jika kamu sedang duduk ditaman dan ada seseorang yang lari ketakutan dan kemudian beberapa menit kemudian ada seseorang yang membawa pisau dan menghampiri kamu dan bertanya kearah mana orang yang tadi pergi, kamu akan katakan yang sebenarnya atau membohonginya?
Jika saya memiliki alasan yang kuat untuk curiga bahwa orang yang kedua itu akan melakukan hal buruk pada orang yang pertama saya akan, sebagai seorang Buddhis yang cerdas dan perhatian, saya tidak akan ragu untuk berdusta. Telah kita katakan sebelumnya bahwa salah satu faktor yang menentukan apakah itu perbuatan baik atau buruk adalah niatnya. Niatnya untuk menyelamatkan jiwa adalah berkali-kali lipat lebih positif dibandingkan mengatakan sebuah kebohongan dalam kasus seperti ini. Jika berbohong, minum minuman keras atau bahkan mencuri tapi dapat menyelamatkan jiwa, saya akan melakukannya. Saya selalu dapat memperbaiki kesalahan karena melanggar Sila tetapi saya tidak akan pernah mengembalikan kehidupan setelah hilang. Meskipun demikian, seperti yang telah dikatakan sebelumnya, mohon jangan menganggap ini sebagai ijin untuk melanggar Sila. Sila harus dipraktekkan dengan penuh perhatian dan hanya dilanggar dalam kasus-kasus ekstrim saja."

Gimana jawaban Buddha ketika ketemu Pangeran Lichavi yang mencari-cari seorang penyanyi yang telah mencuri perhiasan mereka ?
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline melody

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 31
  • Reputasi: 3
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Tentang Membunuh
« Reply #71 on: 12 March 2014, 09:42:45 AM »
Gimana jawaban Buddha ketika ketemu Pangeran Lichavi yang mencari-cari seorang penyanyi yang telah mencuri perhiasan mereka ?

Tidak tahu, knp?

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: Tentang Membunuh
« Reply #72 on: 12 March 2014, 10:55:30 AM »
Tidak tahu, knp?

Dhammapada, V:6. Kisah Tiga Puluh Bhikkhu Dari Paveyyakab

Dalam perjalanan dari Uruvela ke Benares, pada suatu hari Sang Buddha tiba di perkebunan kapas dan beristirahat di bawah sebatang pohon yang rindang. Tidak jauh dari tempat itu, tiga puluh orang pemuda sedang bermain-main yang diberi nama Bhaddavaggiya. Dua puluh sembilan orang sudah menikah, hanya seorang belum. Ia rnembawa seorang pelacur. Selagi mereka sedang bermain-main dengan asyik, pelacur tersebut menghilang dengan membawa pergi perhiasan yang mereka letakkan di satu tempat tertentu.

Setelah tahu apa yang terjadi, mereka mencari pelacur tersebut. Melihat Sang Buddha duduk di bawah pohon, mereka menanyakan, apakah Sang Buddha melihat seorang wanita lewat di dekat situ. Atas pertanyaan Sang Buddha, mereka menceritakan apa yang telah terjadi.

Kemudian Sang Buddha berkata, “Oh, Anak-anak muda, cobalah pikir, yang mana yang lebih penting. Menemukan dirimu sendiri atau menemukan seorang pelacur?” Setelah mereka menjawab bahwa lebih penting menemukan diri mereka sendiri, maka Sang Buddha kemudian berkhotbah tentang Anupubbikatha dan Empat Kesunyataan Mulia. Mereka semua memperoleh Mata Dhamma dan mohon ditahbiskan menjadi bhikkhu. Setelah ditahbiskan, mereka dikirim ke tempat-tempat jauh untuk mengajarkan Dhamma.
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline melody

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 31
  • Reputasi: 3
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Tentang Membunuh
« Reply #73 on: 12 March 2014, 11:45:56 AM »
Dhammapada, V:6. Kisah Tiga Puluh Bhikkhu Dari Paveyyakab

Dalam perjalanan dari Uruvela ke Benares, pada suatu hari Sang Buddha tiba di perkebunan kapas dan beristirahat di bawah sebatang pohon yang rindang. Tidak jauh dari tempat itu, tiga puluh orang pemuda sedang bermain-main yang diberi nama Bhaddavaggiya. Dua puluh sembilan orang sudah menikah, hanya seorang belum. Ia rnembawa seorang pelacur. Selagi mereka sedang bermain-main dengan asyik, pelacur tersebut menghilang dengan membawa pergi perhiasan yang mereka letakkan di satu tempat tertentu.

Setelah tahu apa yang terjadi, mereka mencari pelacur tersebut. Melihat Sang Buddha duduk di bawah pohon, mereka menanyakan, apakah Sang Buddha melihat seorang wanita lewat di dekat situ. Atas pertanyaan Sang Buddha, mereka menceritakan apa yang telah terjadi.

Kemudian Sang Buddha berkata, “Oh, Anak-anak muda, cobalah pikir, yang mana yang lebih penting. Menemukan dirimu sendiri atau menemukan seorang pelacur?” Setelah mereka menjawab bahwa lebih penting menemukan diri mereka sendiri, maka Sang Buddha kemudian berkhotbah tentang Anupubbikatha dan Empat Kesunyataan Mulia. Mereka semua memperoleh Mata Dhamma dan mohon ditahbiskan menjadi bhikkhu. Setelah ditahbiskan, mereka dikirim ke tempat-tempat jauh untuk mengajarkan Dhamma.

Tidak ada pangeran Licchali dan penyanyi di atas. Kalau ada orang bawa pisau bertanya pada om dilbert apakah om bakal menjawab manakah yang lebih penting, mencari orang itu atau dirimu sendiri? Kalau dimarahi "jangan bertele2, jawab sekarang atau kubunuh" gimana?

Offline will_i_am

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.163
  • Reputasi: 155
  • Gender: Male
Re: Tentang Membunuh
« Reply #74 on: 12 March 2014, 11:57:03 AM »
Dhammapada, V:6. Kisah Tiga Puluh Bhikkhu Dari Paveyyakab

Dalam perjalanan dari Uruvela ke Benares, pada suatu hari Sang Buddha tiba di perkebunan kapas dan beristirahat di bawah sebatang pohon yang rindang. Tidak jauh dari tempat itu, tiga puluh orang pemuda sedang bermain-main yang diberi nama Bhaddavaggiya. Dua puluh sembilan orang sudah menikah, hanya seorang belum. Ia rnembawa seorang pelacur. Selagi mereka sedang bermain-main dengan asyik, pelacur tersebut menghilang dengan membawa pergi perhiasan yang mereka letakkan di satu tempat tertentu.

Setelah tahu apa yang terjadi, mereka mencari pelacur tersebut. Melihat Sang Buddha duduk di bawah pohon, mereka menanyakan, apakah Sang Buddha melihat seorang wanita lewat di dekat situ. Atas pertanyaan Sang Buddha, mereka menceritakan apa yang telah terjadi.

Kemudian Sang Buddha berkata, “Oh, Anak-anak muda, cobalah pikir, yang mana yang lebih penting. Menemukan dirimu sendiri atau menemukan seorang pelacur?” Setelah mereka menjawab bahwa lebih penting menemukan diri mereka sendiri, maka Sang Buddha kemudian berkhotbah tentang Anupubbikatha dan Empat Kesunyataan Mulia. Mereka semua memperoleh Mata Dhamma dan mohon ditahbiskan menjadi bhikkhu. Setelah ditahbiskan, mereka dikirim ke tempat-tempat jauh untuk mengajarkan Dhamma.
emangnya kita bisa memberi jawaban yang sama spt sang buddha??
kok jd ga nyambung ya..
hiduplah hanya pada hari ini, jangan mengkhawatirkan masa depan ataupun terpuruk dalam masa lalu.
berbahagialah akan apa yang anda miliki, jangan mengejar keinginan akan memiliki
_/\_

Offline Shasika

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.152
  • Reputasi: 101
  • Gender: Female
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Tentang Membunuh
« Reply #75 on: 12 March 2014, 06:16:05 PM »
yang namanya diskusi semuanya nyambung bro will.... :))
I'm an ordinary human only

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: Tentang Membunuh
« Reply #76 on: 13 March 2014, 11:47:23 AM »
Tidak ada pangeran Licchali dan penyanyi di atas. Kalau ada orang bawa pisau bertanya pada om dilbert apakah om bakal menjawab manakah yang lebih penting, mencari orang itu atau dirimu sendiri? Kalau dimarahi "jangan bertele2, jawab sekarang atau kubunuh" gimana?

Kalau bisa lari : lari...

Kalau tidak bisa lari :
- Kalau tidak takut mati, yah pasrah saja... bisa saja dibunuh atau bisa juga tidak dibunuh
- Kalau takut mati, bisa juga ngaku dan nunjuk arah-nya (bisa juga kemudian dibunuh atau bisa tidak dibunuh), atau bohongi orang-nya...

Inti-nya kembali ke citta masing-masing sewaktu kejadian tersebut berlangsung... Mana yang salah dan benar ? Terlalu debatable (dapat diperdebatkan) kalau mengenai salah dan benar-nya, tetapi setiap tindakan ada konsekuensi-nya.
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline melody

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 31
  • Reputasi: 3
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Tentang Membunuh
« Reply #77 on: 14 March 2014, 10:20:00 AM »
Kalau bisa lari : lari...

Kalau tidak bisa lari :
- Kalau tidak takut mati, yah pasrah saja... bisa saja dibunuh atau bisa juga tidak dibunuh
- Kalau takut mati, bisa juga ngaku dan nunjuk arah-nya (bisa juga kemudian dibunuh atau bisa tidak dibunuh), atau bohongi orang-nya...

Inti-nya kembali ke citta masing-masing sewaktu kejadian tersebut berlangsung... Mana yang salah dan benar ? Terlalu debatable (dapat diperdebatkan) kalau mengenai salah dan benar-nya, tetapi setiap tindakan ada konsekuensi-nya.

misalnya orang pertama ngumpet di dekat tempat kita, dan orang kedua berkata heh tau ga di mana orang itu, saya mau bunuh dia sudah menipu saya. Kita sudah menyarankan agar lepaskan orang pertama saja tapi tidak berhasil, sehingga hanya ada opsi.
opsi 1: Saya tidak boleh berbohong nanti dapat karma buruk. Saya terpaksa harus memberitahu orang ini, itu adalah karmanya sendiri menipu orang bukan urusan saya.

opsi 2: Saya harus berbohong bila tidak akan terjadi pembunuhan.

opsi3: lari seribu langkah (smoga tidak membuat ia curiga dan mengejar)

opsi 4: diam seribu bahasa (mungkin akan membuat ia emosi, slh2 pisaunya melayang)

Menurut om dilbert opsi manakah yg terbaik?


Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: Tentang Membunuh
« Reply #78 on: 14 March 2014, 10:41:43 AM »
misalnya orang pertama ngumpet di dekat tempat kita, dan orang kedua berkata heh tau ga di mana orang itu, saya mau bunuh dia sudah menipu saya. Kita sudah menyarankan agar lepaskan orang pertama saja tapi tidak berhasil, sehingga hanya ada opsi.
opsi 1: Saya tidak boleh berbohong nanti dapat karma buruk. Saya terpaksa harus memberitahu orang ini, itu adalah karmanya sendiri menipu orang bukan urusan saya.

opsi 2: Saya harus berbohong bila tidak akan terjadi pembunuhan.

opsi3: lari seribu langkah (smoga tidak membuat ia curiga dan mengejar)

opsi 4: diam seribu bahasa (mungkin akan membuat ia emosi, slh2 pisaunya melayang)

Menurut om dilbert opsi manakah yg terbaik?


Kalau tidak takut mati, diam aja... Dan "SIAL-nya" para orang suci biasa-nya tidak takut mati, tetapi menghindari utk melakukan perbuatan/perkataan/pikiran yang ber-asosiasi dengan Lobha, Dosa dan Moha...

Jadi kalau saya sudah masuk ke tahapan kualitas bathin seperti itu, yah mungkin saja akan berlaku seperti itu... Kalau masih belum, mis : takut mati, mungkin aja kasih tahu...
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline melody

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 31
  • Reputasi: 3
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Tentang Membunuh
« Reply #79 on: 15 March 2014, 08:56:21 PM »
Kalau tidak takut mati, diam aja... Dan "SIAL-nya" para orang suci biasa-nya tidak takut mati, tetapi menghindari utk melakukan perbuatan/perkataan/pikiran yang ber-asosiasi dengan Lobha, Dosa dan Moha...

Jadi kalau saya sudah masuk ke tahapan kualitas bathin seperti itu, yah mungkin saja akan berlaku seperti itu... Kalau masih belum, mis : takut mati, mungkin aja kasih tahu...

kasih tahu tempat persembunyiannya? kalau orang pertama itu adalah orang terdekat yang om sayangi, apa om tega kasih tahu? Apakah dengan pikiran "lebih baik saya mengorbankan orang lain demi prinsip saya berkata jujur" termasuk perbuatan yang berlandaskan welas asih dan bijaksana menurut om?

Dan menurut TS, tindakan sadar dan sengaja terhadap makhluk yg hasilnya adalah kematian makhluk tersebut disebut pembunuhan.

Dalam teori Buddhis, melakukan hal dengan sadar dan sengaja terhadap makhluk yang hasilnya adalah kematian makhluk tersebut disebut membunuh, terlepas dari motivasi dan situasi yang melatar-belakanginya
.

Berarti kalau kita jujur juga termasuk membunuh. Apakah om setuju?

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: Tentang Membunuh
« Reply #80 on: 17 March 2014, 11:38:35 AM »
kasih tahu tempat persembunyiannya? kalau orang pertama itu adalah orang terdekat yang om sayangi, apa om tega kasih tahu?

Seharus-nya sikap kepada semua makhluk harus-nya sama... tidak hanya kepada orang terdekat, orang yang berhubungan darah atau kekerabatan. Jadi yah kalau tidak takut mati, gak usah kasih tahu...

Apakah dengan pikiran "lebih baik saya mengorbankan orang lain demi prinsip saya berkata jujur" termasuk perbuatan yang berlandaskan welas asih dan bijaksana menurut om?

Selain jujur, maka harus juga bijak... Jadi kalau-pun misalnya kita tahu persembunyiaan orang yang dicari-cari, kita bisa saja tetap jujur dengan ngomong begini : "Saya tahu, tetapi saya tidak akan memberitahu anda. Mungkin anda mau memberitahu masalah-nya, dan mungkin saya bisa memberikan masukkan kepada anda supaya ada solusi-nya."
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline will_i_am

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.163
  • Reputasi: 155
  • Gender: Male
Re: Tentang Membunuh
« Reply #81 on: 17 March 2014, 06:13:31 PM »
lucu yah gimana orang mempertahankan prinsip ga boleh bohong sampe harus mati..
kalau kejadian sebenarnya terjadi, entah bisa seperti itu ato enggak ??? ???
hiduplah hanya pada hari ini, jangan mengkhawatirkan masa depan ataupun terpuruk dalam masa lalu.
berbahagialah akan apa yang anda miliki, jangan mengejar keinginan akan memiliki
_/\_

Offline juanpedro

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 949
  • Reputasi: 48
  • Gender: Male
Re: Tentang Membunuh
« Reply #82 on: 17 March 2014, 08:03:57 PM »
lucu yah gimana orang mempertahankan prinsip ga boleh bohong sampe harus mati..
kalau kejadian sebenarnya terjadi, entah bisa seperti itu ato enggak ??? ???
:))
ragu juga, soalnya bagi saya bohong itu "cara yang paling alami dan cepat" dalam mempertahankan eksistensi :))

kalo sudah rumit begitu persoalannya, lebih baik mengandalkan kata hati saja ya :P

Offline melody

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 31
  • Reputasi: 3
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Tentang Membunuh
« Reply #83 on: 17 March 2014, 09:52:17 PM »
Seharus-nya sikap kepada semua makhluk harus-nya sama... tidak hanya kepada orang terdekat, orang yang berhubungan darah atau kekerabatan. Jadi yah kalau tidak takut mati, gak usah kasih tahu...

Selain jujur, maka harus juga bijak... Jadi kalau-pun misalnya kita tahu persembunyiaan orang yang dicari-cari, kita bisa saja tetap jujur dengan ngomong begini : "Saya tahu, tetapi saya tidak akan memberitahu anda. Mungkin anda mau memberitahu masalah-nya, dan mungkin saya bisa memberikan masukkan kepada anda supaya ada solusi-nya."

Untuk orang waras mungkin bisa menerima jawaban itu, tapi semoga saja orang tersebut bukan psycopat.

Pernah dengar cerita ayam dan bebek?

Quote
Terdengar lagi suara "Kuek! Kuek!" sebelum si cowo mengatakan sesuatu yang sebaiknya tak dikatakannya.

Si cewe sudah hampir mengangis, "Tetapi itu ayam…"
 
Si cowo melihat air mata yang mengambak di pelupuk mata istrinya, dan akhirnya, teringat kenapa dia menikahinya. Wajahnya melembut dan katanya dengan mesra, " Maafkan aku, Sayang. Kurasa kamu benar. Itu memang suara ayam kok."
 
"Terima Kasih, Sayang," kata si cewe sambil menggenggam tangan cowonya.
 
"Kuek! Kuek!" terdengar lagi suara di hutan, mengiringi mereka berjalan bersama dalam cinta.
 
Maksud dari cerita bahwa si cowo akhirnya sadar : siapa sih yang peduli itu ayam atau bebek? Yang lebih penting adalah keharmonisan mereka, yang membuat mereka dapat menikmati kebersamaan pada malam yang indah itu.
Berapa banyak hubungan pacaran atau pernikahan yang hancur hanya gara-gara persoalan yang sepele? Berapa banyak perceraian terjadi karena hal-hal "ayam atau bebek?"
 
Ketika kita memahami cerita tersebut, kita akan ingat apa yang menjadi prioritas kita. hubungan pacaran atau Pernikahan jauh lebih penting ketimbang mencari siapa yang benar tentang apakah itu ayam atau bebek.

Suaminya terpaksa berbohong tapi niatnya baik. kadang juga seperti ada orang menunjuk jalan tapi kita malah fokus pada jari telunjuknya?
 

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: Tentang Membunuh
« Reply #84 on: 18 March 2014, 10:15:07 AM »
Untuk orang waras mungkin bisa menerima jawaban itu, tapi semoga saja orang tersebut bukan psycopat.

Pernah dengar cerita ayam dan bebek?

Suaminya terpaksa berbohong tapi niatnya baik. kadang juga seperti ada orang menunjuk jalan tapi kita malah fokus pada jari telunjuknya?
 

hahahaha... lebay...
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline melody

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 31
  • Reputasi: 3
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Tentang Membunuh
« Reply #85 on: 18 March 2014, 02:50:34 PM »

Offline kullatiro

  • Sebelumnya: Daimond
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.153
  • Reputasi: 97
  • Gender: Male
  • Ehmm, Selamat mencapai Nibbana
Re: Tentang Membunuh
« Reply #86 on: 18 March 2014, 03:40:55 PM »
seingat ku Buddha gautama pernah mengomentari /mengecam sikap arahat (lupa sariputra atau mogalana) karena tidak mau berbicara tidak benar hingga satu bhikku yang hampir mencapai tingkat kesucian jatuh ke neraka karenanya setelah sang buddha memperingati bhikku tersebut 3 kali untuk mencabut tuduhan nya tapi tidak di indahkan oleh ke keras kepalan beliau (tuduhan berbuat asusila terhadap arahat sariputra atau mogalana)
« Last Edit: 18 March 2014, 03:48:53 PM by kullatiro »

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Tentang Membunuh
« Reply #87 on: 19 March 2014, 09:48:14 AM »
citta anda-lah yang menentukan. Jadi seperti apa citta anda ketika peristiwa itu terjadi, itu-lah yang terjadi...
Saya ingat beberapa tahun lalu ada kasus anak percaya pada satu ajaran yang mengatakan jika ia membunuh orangtuanya dengan cara tertentu, maka berarti telah membantu menyeberangkan mereka ke sorga dan dia sendiri sudah berbakti. Kemudian dengan citta "menyeberangkan ortu dari penderitaan di dunia ini langsung ke sorga" menghujam kapak ke leher orangtuanya dan mati.

Apakah itu citta 'membunuh' atau bukan?

-------

klo dari sudut pandang lain.. kek milih anatara anak/ibu yg harus di selamatkan.. "bukan mengorbankan" anak atau ibu, tp lebih condong mana yg di prioritaskan..seandainya 2-2 bisa yah 2-2..tp yg diselamatkan pertama yg mana..tidak ada niat untuk membunuh yg di selamatkan belakangan...

yah mirip2 juga klo ada 2-3 org tengelam.. dan kmu 1-1nya yg bisa berenang, dan punya kemampuan selamatkan 1,2 org sebelum akhirnya capek... org yg ke 3 ga terselamtkan bukan di "bunuh" kmu...krn memang ga berniat gitu
Dalam kasus memilih ibu/anak atau salah satu anak kembar, bukan seperti memilih orang tenggelam yang akan diselamatkan, tapi dengan memilih satu kadang berarti harus dengan sengaja "membunuh" yang lainnya. Misalnya dalam kasus kembar parasit di mana salah satunya tidak punya jantung, maka yang berkembang normal harus supply darah ke kembar parasitnya yang otomatis meningkatkan tekanan pada jantung, dan salah satu caranya adalah memisahkan keduanya, dan otomatis yang gagal berkembang ini tidak lagi dapat support dari kembarannya dan mati.

Jadi dalam kasus tenggelam adalah "tidak bertindak" yang menyebabkan kematian. Namanya tidak bertindak tidak mungkin jadi pembunuhan.
Sedangkan dalam kasus komplikasi adalah "tindakan" yang menyebabkan kematian (dan menyelamatkan yang lain).

-------

Jadi menurut saya kasus pastur tersebut bukanlah termasuk pembunuhan dilihat dari sisi sang pastur. Yang membunuh adalah prajuritnya.

Dari sisi pastur, mirip seperti kisah gempa bumi yang melibatkan 2 orang anak tertimpa beton reruntuhan di mana tim penyelamat memberikan pilihan kepada ibu kedua anak itu utk memilih anak mana yang mau diselamatkan (karena jika diangkat betonnya ke salah satu sisi akan mencelakakan (paling tinggi resikonya adalah mematikan) salah satu anaknya.

Dan ternyata sang Ibu dengan berat hati memilih menyelamatkan yang putra.
Tapi ternyata putrinya tidak mati (dikira mati) dan ditinggal begitu saja...
Andaikan mati maka menurut saya sang ibu tidaklah berniat membunuh putrinya.

Pilihan yang diberikan oleh team penyelamat sangat mendesak waktu gempa terjadi.
Jika tidak segera memutuskan, bisa-bisa membiarkan dua nyawa melayang.

Sang ibu yang maunya menyelamatkan keduanya dengan berat hati  mengatakan "selamatkan yang putra saja" bukan "korbankan yang putri saja".

Andaikan sang pastur menjawab, "jangan bunuh anak kecil", bukan berarti dia menyuruh prajurit untuk membunuh yang dewasa kan, jadi lebih sulit lagi kita mengatakan bahwa pastur tersebut terlibat dalam pembunuhan tersebut dibandingkan jika sang pastur menjawab "tembak yang dewasanya" ?

Yah ini mah bahasa diplomatis yang enak didengar saja. Kita dalam hal ini memahami benar konsekwensi dan akibat dari satu tindakan, sebab dan akibatnya. Mau dikemas dari sudut pandang apa -seperti yang suka dilakukan oleh media- sebetulnya sama saja.

Sama seperti anak cacingan, tentu lebih indah mengatakan, "saya akan selamatkan anak saya" ketimbang "saya akan bantai habis cacingnya". Namun tujuan dan tindakannya adalah sama: memberi obat cacing agar cacing mati dan anak bisa selamat.

Maka kembali lagi ke pertanyaan awal, apakah kalau kita (sesuai dengan 5 kriteria) mengetahui konsekwensi dari tindakan adalah kematian makhluk lain dan dengan sadar melakukannya, otomatis dikatakan membunuh?

-------

Ngarang cerita ah:

Umat: Saya mau dana makanan untuk bhante, bhante mau makan ayam atau bebek? Kalo bhante gak milih saya potong dua-duanya.

Kira-kira apa jawaban si bhante? Kalo dia diam saja, apakah dia ikut membunuh?
Dan yang pasti si bhante gak akan makan itu dana :)
Kalau dalam sutta, secara tradisi bhikkhu menerima permintaan umat dengan berdiam diri. Dalam kasus ini kalau bhikkhunya diam, berarti memang menerima persembahan ayam dan bebek.

Sama seperti kasus pastor, sebetulnya tinggal menolak memilih saja, maka apapun perbuatan orang lain adalah urusan orang lain itu sendiri. Tapi di sini kasusnya adalah si pastor dengan pertimbangan tertentu melakukan pemilihan. Apakah 5 kriteria itu mutlak berlaku dalam situasi apapun, ini yang jadi pertanyaan.

-------

lucu yah gimana orang mempertahankan prinsip ga boleh bohong sampe harus mati..
kalau kejadian sebenarnya terjadi, entah bisa seperti itu ato enggak ??? ???
Ini memang dilema karena ada konsep kesempurnaan sila dan kriteria mutlak "sila" untuk segala situasi. Jadi dalam situasi tertentu, tetap bisa sila sempurna tapi terkesan aneh saja.



Offline cumi polos

  • Sebelumnya: Teko
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.130
  • Reputasi: 82
  • Gender: Male
  • mohon transparansinya
Re: Tentang Membunuh
« Reply #88 on: 19 March 2014, 10:54:28 AM »
apakah jalan berlubang yg tidak diperbaikin dan
  membuat pengendara meninggal merupakan
  salah satu pembunuhan yg diperbolehkan ?

apakah kematian manusia diinvestigasi tuntas apa
   penyebab dari kematian tsb ?

bagaimana juga jenis2 pembunuhan spt banjir bandang yg
  tidak diberitahukan LEBIH AWAL ?

bagaimana dgn tanah longsor, kebakaran hutan dst dst...

 _/\_
merryXmas n happyNewYYYY 2018

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: Tentang Membunuh
« Reply #89 on: 19 March 2014, 11:02:51 AM »
Dalam kasus kejahatan tertentu kadang pelaku pembunuhannya berniat membunuh A, namun karena suatu hal, yang terbunuh malah B. Apakah itu termasuk melanggar sila membunuh?
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline btj

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 183
  • Reputasi: 5
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Tentang Membunuh
« Reply #90 on: 19 March 2014, 11:04:47 AM »
Yang umum beredar tentang uraian pembunuhan (panatipata) adalah:
1. Ada makhluk hidup
2. Mengetahui adanya makhluk tersebut
3. Niat untuk membunuh
4. Tindakan membunuh dilakukan
5. Makhluk yang dimaksud mati oleh tindakan pembunuhan itu
NB: Referensinya lupa, kalau ada yang tahu mungkin bisa bantu

Yang ingin saya tanyakan apakah istilah "membunuh" ini mencakup semua tindakan sadar mengetahui konsekwensi 'jika saya lakukan tindakan ini, maka makhluk ini akan mati', ataukah ada pengecualian yang berdasarkan faktor lain?



Jika rujukannya adalah pada kelima poin tersebut, dengan asumsi poin ke-4nya berlaku sama baik dilakukan langsung oleh diri sendiri maupun melalui perantara, maka saya setuju bahwa kasus dalam film tersebut dikategorikan sebagai pembunuhan.

Offline btj

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 183
  • Reputasi: 5
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Tentang Membunuh
« Reply #91 on: 19 March 2014, 11:08:51 AM »
Sy rasa asalkan terpenuhi kelima poin tersebut, maka sudah pasti dikategorikan pembunuhan.

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: Tentang Membunuh
« Reply #92 on: 19 March 2014, 11:29:52 AM »
lucu yah gimana orang mempertahankan prinsip ga boleh bohong sampe harus mati..
kalau kejadian sebenarnya terjadi, entah bisa seperti itu ato enggak ??? ???

Bodhisatva melakukan hal itu...
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: Tentang Membunuh
« Reply #93 on: 19 March 2014, 11:31:49 AM »
Saya ingat beberapa tahun lalu ada kasus anak percaya pada satu ajaran yang mengatakan jika ia membunuh orangtuanya dengan cara tertentu, maka berarti telah membantu menyeberangkan mereka ke sorga dan dia sendiri sudah berbakti. Kemudian dengan citta "menyeberangkan ortu dari penderitaan di dunia ini langsung ke sorga" menghujam kapak ke leher orangtuanya dan mati.

Apakah itu citta 'membunuh' atau bukan?


ajaran yang mana ?
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline cumi polos

  • Sebelumnya: Teko
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.130
  • Reputasi: 82
  • Gender: Male
  • mohon transparansinya
Re: Tentang Membunuh
« Reply #94 on: 19 March 2014, 12:37:37 PM »
Quote
3. Niat untuk membunuh

org yg cintanya ditolak trus bunuh diri kan sulit ditentukan.....
  apakah cowok nya punya niat atao tidak ?... bagaimana penolakannya...
  bagaimana  peluang yg diberikan... dst dst ^-^
merryXmas n happyNewYYYY 2018

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: Tentang Membunuh
« Reply #95 on: 19 March 2014, 03:36:10 PM »
org yg cintanya ditolak trus bunuh diri kan sulit ditentukan.....
  apakah cowok nya punya niat atao tidak ?... bagaimana penolakannya...
  bagaimana  peluang yg diberikan... dst dst ^-^

yah urusannya dengan citta masing-masing... dan menurut "kabar" hanya seorang sammasambuddha yang pasti bisa menentukan citta makhluk lain.
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline Rico Tsiau

  • Kebetulan terjoin ke DC
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.976
  • Reputasi: 117
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Tentang Membunuh
« Reply #96 on: 19 March 2014, 03:40:37 PM »
yah urusannya dengan citta masing-masing... dan menurut "kabar" hanya seorang sammasambuddha yang pasti bisa menentukan citta makhluk lain.

mungkin maksudnya bukan menentukan, tapi mengetahui.

CMIIW

Offline kullatiro

  • Sebelumnya: Daimond
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.153
  • Reputasi: 97
  • Gender: Male
  • Ehmm, Selamat mencapai Nibbana
Re: Tentang Membunuh
« Reply #97 on: 19 March 2014, 07:28:43 PM »
lucu yah gimana orang mempertahankan prinsip ga boleh bohong sampe harus mati..
kalau kejadian sebenarnya terjadi, entah bisa seperti itu ato enggak ??? ???

tidak bisa menggeneralisasikan semua kasus seperti itu, ini ada hubungan dengan latihan latihan dhamma (yang mungkin berpuluh puluh ribu kelahiran  hingga seperti butiran butiran pasir yang tersebar di pantai) dan tingkat percepition [ (citta) hasil latihan dari puluhan ribu kelahiran hingga seperti butiran butiran pasir yang tersebar di pantai] dari mahluk yang melakukan nya, misalnya di tipitaka ada yang bunuh diri sebelum ajal tiba bisa mencapai tingkat tingkat kesucian hinga mencapai tingkat Arahat, apakah hal ini bisa di tiru bila di tiru kemungkunan bukan mencapai kesucian malah jatuh dalam neraka.
« Last Edit: 19 March 2014, 07:45:52 PM by kullatiro »

Offline kullatiro

  • Sebelumnya: Daimond
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.153
  • Reputasi: 97
  • Gender: Male
  • Ehmm, Selamat mencapai Nibbana
Re: Tentang Membunuh
« Reply #98 on: 19 March 2014, 08:06:57 PM »
misalnya orang pertama ngumpet di dekat tempat kita, dan orang kedua berkata heh tau ga di mana orang itu, saya mau bunuh dia sudah menipu saya. Kita sudah menyarankan agar lepaskan orang pertama saja tapi tidak berhasil, sehingga hanya ada opsi.
opsi 1: Saya tidak boleh berbohong nanti dapat karma buruk. Saya terpaksa harus memberitahu orang ini, itu adalah karmanya sendiri menipu orang bukan urusan saya.

opsi 2: Saya harus berbohong bila tidak akan terjadi pembunuhan.

opsi3: lari seribu langkah (smoga tidak membuat ia curiga dan mengejar)

opsi 4: diam seribu bahasa (mungkin akan membuat ia emosi, slh2 pisaunya melayang)

Menurut om dilbert opsi manakah yg terbaik?



wa akan mengambil opsi ke 2, wa pikir wa rela menanggung kamma berbohong demi melindungi hak hidup orang tersebut juga mencegah terjadi nya pembunuhan yang mana kamma melakukan pembunuh lebih berat tentu nya daripada kamma dari berbohong; perbuatan (dalam hal ini orang bisa mengatakan sebuah kesalahan atau noda) yang di lakukan dengan sengaja untuk mencegah kesalahan yang lebih besar yang tidak di sadari sang pelakunya.


seingat ku seorang  sammasambuddha mempunyai sebuah abinya (uphagataka kamma, lupa lupa ingat) yang dapat menghancurkan kamma buruk sesorang seperti kejadian Angulimala dimana sang Buddha hadir lebih dulu dari sang ibu angulimala hingga angulimala tidak sampai membunuh ibunya sendiri (hingga tidak terjadi akusala garuka kamma dalam hal ini membunuh orangtua) dan dengan cara nya Sang Buddha berhasil membawa Angulima kembali ke jalan yang benar dan mampu membuatnya mencapai tingkat kesucian.
« Last Edit: 19 March 2014, 08:37:00 PM by kullatiro »

Offline will_i_am

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.163
  • Reputasi: 155
  • Gender: Male
Re: Tentang Membunuh
« Reply #99 on: 19 March 2014, 09:30:40 PM »
Bodhisatva melakukan hal itu...
apakah kualitas kita setara bodhisattva? entah dengan anda, tapi saya tidak...
tidak bisa menggeneralisasikan semua kasus seperti itu, ini ada hubungan dengan latihan latihan dhamma (yang mungkin berpuluh puluh ribu kelahiran  hingga seperti butiran butiran pasir yang tersebar di pantai) dan tingkat percepition [ (citta) hasil latihan dari puluhan ribu kelahiran hingga seperti butiran butiran pasir yang tersebar di pantai] dari mahluk yang melakukan nya, misalnya di tipitaka ada yang bunuh diri sebelum ajal tiba bisa mencapai tingkat tingkat kesucian hinga mencapai tingkat Arahat, apakah hal ini bisa di tiru bila di tiru kemungkunan bukan mencapai kesucian malah jatuh dalam neraka.
benar sekali om, banyak orang yang ngikut2 tindakan bodhisattva atau arahant, padahal kualitas batinnya beda, maka yang ada malah celaka...
hiduplah hanya pada hari ini, jangan mengkhawatirkan masa depan ataupun terpuruk dalam masa lalu.
berbahagialah akan apa yang anda miliki, jangan mengejar keinginan akan memiliki
_/\_

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: Tentang Membunuh
« Reply #100 on: 20 March 2014, 02:46:01 PM »
wa akan mengambil opsi ke 2, wa pikir wa rela menanggung kamma berbohong demi melindungi hak hidup orang tersebut juga mencegah terjadi nya pembunuhan yang mana kamma melakukan pembunuh lebih berat tentu nya daripada kamma dari berbohong; perbuatan (dalam hal ini orang bisa mengatakan sebuah kesalahan atau noda) yang di lakukan dengan sengaja untuk mencegah kesalahan yang lebih besar yang tidak di sadari sang pelakunya.


seingat ku seorang  sammasambuddha mempunyai sebuah abinya (uphagataka kamma, lupa lupa ingat) yang dapat menghancurkan kamma buruk sesorang seperti kejadian Angulimala dimana sang Buddha hadir lebih dulu dari sang ibu angulimala hingga angulimala tidak sampai membunuh ibunya sendiri (hingga tidak terjadi akusala garuka kamma dalam hal ini membunuh orangtua) dan dengan cara nya Sang Buddha berhasil membawa Angulima kembali ke jalan yang benar dan mampu membuatnya mencapai tingkat kesucian.

Jika begitu, kenapa Buddha tidak berhasil "mencegah" Raja Vitatubha untuk memusnahkan Suku Sakya karena dendam-nya ?
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline The Ronald

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.231
  • Reputasi: 89
  • Gender: Male
Re: Tentang Membunuh
« Reply #101 on: 20 March 2014, 03:12:05 PM »

seingat ku seorang  sammasambuddha mempunyai sebuah abinya (uphagataka kamma, lupa lupa ingat) yang dapat menghancurkan kamma buruk sesorang seperti kejadian Angulimala dimana sang Buddha hadir lebih dulu dari sang ibu angulimala hingga angulimala tidak sampai membunuh ibunya sendiri (hingga tidak terjadi akusala garuka kamma dalam hal ini membunuh orangtua) dan dengan cara nya Sang Buddha berhasil membawa Angulima kembali ke jalan yang benar dan mampu membuatnya mencapai tingkat kesucian.

pertanyaan..
1. apakah seseorg blm membunuh org tuanya..sudah memiliki kamma (perbuatan) buruk akibat membunuh orgtua nya?
2. jika tidak.. trus katanya sang Buddha dpt menghancurkan kamma buruk seseorg..kamma buruk mana yg di hancurkan?
...

Offline juanpedro

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 949
  • Reputasi: 48
  • Gender: Male
Re: Tentang Membunuh
« Reply #102 on: 20 March 2014, 08:16:42 PM »
tanya,
posisi pancasila dalam Buddhisme apakah sama dengan posisi 10 commandments di agama tetangga? ;D

Offline kullatiro

  • Sebelumnya: Daimond
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.153
  • Reputasi: 97
  • Gender: Male
  • Ehmm, Selamat mencapai Nibbana
Re: Tentang Membunuh
« Reply #103 on: 20 March 2014, 08:24:34 PM »
pertanyaan..
1. apakah seseorg blm membunuh org tuanya..sudah memiliki kamma (perbuatan) buruk akibat membunuh orgtua nya?
2. jika tidak.. trus katanya sang Buddha dpt menghancurkan kamma buruk seseorg..kamma buruk mana yg di hancurkan?

mungkin yang di maksud adalah kamma buruk yang menghalangi seseorang untuk mencapai tingkat tingkat kesucian seperti YA Angulimala ini kan sudah membunuh 999 orang tinggal satu orang lagi untuk menggenapi kalung jari manusia.

Offline The Ronald

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.231
  • Reputasi: 89
  • Gender: Male
Re: Tentang Membunuh
« Reply #104 on: 21 March 2014, 09:13:22 AM »
jd sekarang menurut mu..krn membunuh 999 org maka jd penghalang mencapai tingkat kesician.. dan kamma itu lah yg hapus?? klo baca di suttanya..kamma itu pun akhirnya sempat berbuah....

di buddhist yg benar2 menghalagi cuma garuka kamma... membunuh 999 org sebelumnya tidak termasuk garuka kamma...

AN 5
129 (9) Luka

“Para bhikkhu, ada lima luka ini yang tidak dapat disembuhkan<1128> mengarah menuju alam sengsara; yang mengarah menuju neraka. Apakah lima ini? Seseorang membunuh ibunya; ia membunuh ayahnya; ia membunuh seorang Arahant; dengan pikiran kebencian ia melukai Sang Tathāgata hingga berdarah; ia memecah belah Saṅgha. Ini adalah kelima luka itu yang tidak dapat disembuhkan.” [147]

jd tentu 999 org sebelumnya bukan halangan...


klo bisa di "cabut" maka ga akan ada kalimat ini di DN 2

Kemudian Raja Ajātasattu, senang dan gembira atas kata-kata ini, bangkit dari duduknya, memberi hormat kepada Sang Bhagavā, dan pergi dengan sisi kanannya menghadap Sang Bhagavā.

102. Segera setelah Raja pergi, [86] Sang Bhagavā berkata: ‘Sang Raja telah hancur, takdirnya telah tertutup![49] Tetapi jika Sang Raja tidak melenyapkan ayahnya, seorang yang baik dan seorang raja, maka sewaktu ia duduk di sana, Mata-Dhamma[50] yang murni tanpa noda akan muncul dalam dirinya.’
Demikianlah Sang Bhagavā berkata, dan para bhikkhu, senang, gembira mendengar kata-kata-Nya.
« Last Edit: 21 March 2014, 09:25:28 AM by The Ronald »
...

Offline Kelana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.225
  • Reputasi: 142
Re: Tentang Membunuh
« Reply #105 on: 28 March 2014, 10:25:03 AM »
Yang umum beredar tentang uraian pembunuhan (panatipata) adalah:
1. Ada makhluk hidup
2. Mengetahui adanya makhluk tersebut
3. Niat untuk membunuh
4. Tindakan membunuh dilakukan
5. Makhluk yang dimaksud mati oleh tindakan pembunuhan itu
NB: Referensinya lupa, kalau ada yang tahu mungkin bisa bantu

Yang ingin saya tanyakan apakah istilah "membunuh" ini mencakup semua tindakan sadar mengetahui konsekwensi 'jika saya lakukan tindakan ini, maka makhluk ini akan mati', ataukah ada pengecualian yang berdasarkan faktor lain?

IMO. Apa yang kita sebut membunuh adalah tindakan, usaha aktif menghilangkan, memadamkan energi vital / hidup.

Jadi kriteria pembunuhan (proses membunuh) adalah:
1. Adanya makhluk hidup
2. Mengetahui adanya makhluk tersebut
3. Niat untuk menghilangkan, memadamkan energi vital / hidup makhluk tersebut
4. Tindakan, usaha aktif menghilangkan, memadamkan energi vital / hidup.
5. Makhluk yang dimaksud mati atau hilang energi vital / hidupnya oleh tindakan aktif tersebut.

Dalam kasus film di atas, pastor tersebut tidak melakukan pembunuhan karena tidak melakukan tindakan aktif menghilangkan energi vital (no.4), ia hanya menunjuk ini yang pantas mati dan itu yang tidak. Apakah hanya karena ditunjuk seseorang akan mati (no.5)? Tidak, ia mati karena tindakan yang lainnya. Lagi pula ada kemungkinan apa yang ditunjuk olehnya tidak dilaksanakan oleh pengeksekusi (jika di dalam kehidupan nyata).

Jadi yang dimaksud membunuh adalah tindakan itu sendiri yang dapat menghilangkan energi hidup, bukan tindakan yang mengundang tindakan lain yang baru dapat menghilangkan energi hidup.

Apakah pastor tersebut menerima karma buruk? Ya jika ia menentukan pilihannya berdasarkan ketidaksukaan (kebencian) pada kelompok manusia tertentu.

IMO, hasil dari niat dan perbuatan buruk dalam hal ini membunuh terlepas dari motivasi. Sebaik apapun motivasi dibalik niat dan perbuatan buruk tetap  niat dan perbuatan buruk tersebut menghasilkan hal yang buruk. Sebagai contoh, dalam kepustakaan Mahayana, Upaya Kausalya Sutra (cmiiw), dikisahkan Bodhisattva sebagai seorang nahkoda berusaha menyelamatkan 500 pedagang dengan terpaksa membunuh perompak yang mengancam keselamatan 500 pedagang tersebut. Di akhir kisah Bodhisattva dilahirkan di neraka akibat membunuh tersebut. Ini mengisyaratkan bahwa motivasi baik apapun tidak mempengaruhi hasil dari perbuatan buruk.

Demikian
GKBU
 
_/\_ suvatthi hotu


- finire -

Offline Rico Tsiau

  • Kebetulan terjoin ke DC
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.976
  • Reputasi: 117
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Tentang Membunuh
« Reply #106 on: 28 March 2014, 11:29:58 AM »
IMO. Apa yang kita sebut membunuh adalah tindakan, usaha aktif menghilangkan, memadamkan energi vital / hidup.

Jadi kriteria pembunuhan (proses membunuh) adalah:
1. Adanya makhluk hidup
2. Mengetahui adanya makhluk tersebut
3. Niat untuk menghilangkan, memadamkan energi vital / hidup makhluk tersebut
4. Tindakan, usaha aktif menghilangkan, memadamkan energi vital / hidup.
5. Makhluk yang dimaksud mati atau hilang energi vital / hidupnya oleh tindakan aktif tersebut.

Dalam kasus film di atas, pastor tersebut tidak melakukan pembunuhan karena tidak melakukan tindakan aktif menghilangkan energi vital (no.4), ia hanya menunjuk ini yang pantas mati dan itu yang tidak. Apakah hanya karena ditunjuk seseorang akan mati (no.5)? Tidak, ia mati karena tindakan yang lainnya. Lagi pula ada kemungkinan apa yang ditunjuk olehnya tidak dilaksanakan oleh pengeksekusi (jika di dalam kehidupan nyata).

Jadi yang dimaksud membunuh adalah tindakan itu sendiri yang dapat menghilangkan energi hidup, bukan tindakan yang mengundang tindakan lain yang baru dapat menghilangkan energi hidup.

Apakah pastor tersebut menerima karma buruk? Ya jika ia menentukan pilihannya berdasarkan ketidaksukaan (kebencian) pada kelompok manusia tertentu.

IMO, hasil dari niat dan perbuatan buruk dalam hal ini membunuh terlepas dari motivasi. Sebaik apapun motivasi dibalik niat dan perbuatan buruk tetap  niat dan perbuatan buruk tersebut menghasilkan hal yang buruk. Sebagai contoh, dalam kepustakaan Mahayana, Upaya Kausalya Sutra (cmiiw), dikisahkan Bodhisattva sebagai seorang nahkoda berusaha menyelamatkan 500 pedagang dengan terpaksa membunuh perompak yang mengancam keselamatan 500 pedagang tersebut. Di akhir kisah Bodhisattva dilahirkan di neraka akibat membunuh tersebut. Ini mengisyaratkan bahwa motivasi baik apapun tidak mempengaruhi hasil dari perbuatan buruk.

Demikian

jika kemudian saya ke pasar, lalu jari saya menunjuk ke seekor ayam lalu bilang "yang ini saja", tanpa babibu, ayamnya disembelih oleh tukang jual.

apakah saya tidak membunuh?
hanya terlibat pembunuhan? atau bagaimana?

Offline Kelana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.225
  • Reputasi: 142
Re: Tentang Membunuh
« Reply #107 on: 28 March 2014, 12:36:41 PM »
jika kemudian saya ke pasar, lalu jari saya menunjuk ke seekor ayam lalu bilang "yang ini saja", tanpa babibu, ayamnya disembelih oleh tukang jual.

apakah saya tidak membunuh?
hanya terlibat pembunuhan? atau bagaimana?

Berdasarkan kriteria membunuh, Anda tidak membunuh tetapi terlibat di dalamnya karena menjadi otak/dalang saat perbuatan menunjuk tersebut didasari dengan niat untuk menyingkirkan, menghilangkan hidup si ayam. Dan jelas tetap akan mendapatkan dampak buruknya, karena ada niat buruk yang muncul.

Demikian
GKBU
 
_/\_ suvatthi hotu


- finire -

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: Tentang Membunuh
« Reply #108 on: 28 March 2014, 12:51:49 PM »

IMO, hasil dari niat dan perbuatan buruk dalam hal ini membunuh terlepas dari motivasi. Sebaik apapun motivasi dibalik niat dan perbuatan buruk tetap  niat dan perbuatan buruk tersebut menghasilkan hal yang buruk. Sebagai contoh, dalam kepustakaan Mahayana, Upaya Kausalya Sutra (cmiiw), dikisahkan Bodhisattva sebagai seorang nahkoda berusaha menyelamatkan 500 pedagang dengan terpaksa membunuh perompak yang mengancam keselamatan 500 pedagang tersebut. Di akhir kisah Bodhisattva dilahirkan di neraka akibat membunuh tersebut. Ini mengisyaratkan bahwa motivasi baik apapun tidak mempengaruhi hasil dari perbuatan buruk.

Demikian

Saya sepaham dengan pendapat sdr. Kelana, kisah/penjelasan dari Upaya Kausalya Sutra masih bisa diterima, namun dalam Mahayana ada juga tindakan upaya kausalya tertentu di mana seorang guru yang telah mencapai tingkat spiritual tertentu membunuh orang untuk "diseberangkan" ke alam bahagia dan ini tidak dianggap karma buruk. Bagaimana menurut pendapat anda?
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline Rico Tsiau

  • Kebetulan terjoin ke DC
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.976
  • Reputasi: 117
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Tentang Membunuh
« Reply #109 on: 28 March 2014, 01:49:36 PM »
Berdasarkan kriteria membunuh, Anda tidak membunuh tetapi terlibat di dalamnya karena menjadi otak/dalang saat perbuatan menunjuk tersebut didasari dengan niat untuk menyingkirkan, menghilangkan hidup si ayam. Dan jelas tetap akan mendapatkan dampak buruknya, karena ada niat buruk yang muncul.

Demikian

setuju jika ditinjau dari kamma-vipaka. namun sebelum dilanjutkan, menurut bro kelana hal tersebut melanggar sila atau tidak?

Offline xenocross

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.189
  • Reputasi: 61
  • Gender: Male
Re: Tentang Membunuh
« Reply #110 on: 28 March 2014, 09:04:50 PM »

IMO, hasil dari niat dan perbuatan buruk dalam hal ini membunuh terlepas dari motivasi. Sebaik apapun motivasi dibalik niat dan perbuatan buruk tetap  niat dan perbuatan buruk tersebut menghasilkan hal yang buruk. Sebagai contoh, dalam kepustakaan Mahayana, Upaya Kausalya Sutra (cmiiw), dikisahkan Bodhisattva sebagai seorang nahkoda berusaha menyelamatkan 500 pedagang dengan terpaksa membunuh perompak yang mengancam keselamatan 500 pedagang tersebut. Di akhir kisah Bodhisattva dilahirkan di neraka akibat membunuh tersebut. Ini mengisyaratkan bahwa motivasi baik apapun tidak mempengaruhi hasil dari perbuatan buruk.

Demikian


bro gak salah? Dalam Upaya Kausalya Sutra yang pernah saya baca justru dikatakan bodhisattva mendapatkan karma baik yang besar. Karena motivasi dan keadaan pikiran tanpa kilesa.
Maka salah satu sila bodhisattva mengatakan "pelanggaran karena tidak melanggar aturan vinaya demi menyelamatkan makhluk lain"
Satu saat dari pikiran yang dikuasai amarah membakar kebaikan yang telah dikumpulkan selama berkalpa-kalpa.
~ Mahavairocana Sutra

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: Tentang Membunuh
« Reply #111 on: 29 March 2014, 09:00:56 AM »

bro gak salah? Dalam Upaya Kausalya Sutra yang pernah saya baca justru dikatakan bodhisattva mendapatkan karma baik yang besar. Karena motivasi dan keadaan pikiran tanpa kilesa.
Maka salah satu sila bodhisattva mengatakan "pelanggaran karena tidak melanggar aturan vinaya demi menyelamatkan makhluk lain"

Ternyata benar, menurut Upaya Kausalya Sutra, Bodhisattva tidak terlahir di neraka karena membunuh penjahat tsb:
« Last Edit: 29 March 2014, 09:04:13 AM by Shinichi »
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline Kelana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.225
  • Reputasi: 142
Re: Tentang Membunuh
« Reply #112 on: 29 March 2014, 09:13:57 AM »
Saya sepaham dengan pendapat sdr. Kelana, kisah/penjelasan dari Upaya Kausalya Sutra masih bisa diterima, namun dalam Mahayana ada juga tindakan upaya kausalya tertentu di mana seorang guru yang telah mencapai tingkat spiritual tertentu membunuh orang untuk "diseberangkan" ke alam bahagia dan ini tidak dianggap karma buruk. Bagaimana menurut pendapat anda?

Jika berdasarkan Upaya Kausalya Sutra jelas akan berakibat buruk bagi niat dan perbuatan buruk apapun motivasinya. Di sisi lain, karena motivasi bisa berbentuk niat yang sifatnya mendorong munculnya niat lain, maka niat pendorong ini pun akan berbuah sesuai sifatnya, baik atau buruk. 

Jadi masing-masing niat akan berbuah sesuai dengan sifatnya, buruk atau baik. Begitu juga yang terjadi pada diri seorang guru yang telah mencapai “tingkat spiritual tertentu”. Dan bagi Bodhisattva dan  guru yang benar-benar telah mencapai “tingkat spiritual tertentu” ia akan sadar dan telah siap menerima akibat buruk dari perbuatan buruknya, ia telah siap menerima untuk masuk ke neraka. Untuk itu ada slogan dalam Mahayana “Jika bukan saya yang masuk ke neraka, siapa yang akan menyelamatkan makhluk hidup?”
GKBU
 
_/\_ suvatthi hotu


- finire -

Offline Kelana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.225
  • Reputasi: 142
Re: Tentang Membunuh
« Reply #113 on: 29 March 2014, 09:14:23 AM »
setuju jika ditinjau dari kamma-vipaka. namun sebelum dilanjutkan, menurut bro kelana hal tersebut melanggar sila atau tidak?

Berdasarkan kriteria membunuh, tindakan menunjuk ayam untuk dibunuh tersebut tidak memenuhi seluruh kriteria membunuh, jadi bukan merupakan tindakan membunuh. Sila pertama Pancasila Buddhis adalah absen dari membunuh. Dengan demikian tindakan menunjuk tesebut tidak melanggar sila. Tapi, tentu saja  melanggar Dhamma, ketika tindakan tersebut bersekutu dengan Dosa, Lobha dan Moha. Seperti yang kita ketahui bahwa Pancasila hanyalah bagian kecil dari kemoralan dalam Buddhisme.
GKBU
 
_/\_ suvatthi hotu


- finire -

Offline Kelana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.225
  • Reputasi: 142
Re: Tentang Membunuh
« Reply #114 on: 29 March 2014, 09:14:43 AM »

bro gak salah? Dalam Upaya Kausalya Sutra yang pernah saya baca justru dikatakan bodhisattva mendapatkan karma baik yang besar. Karena motivasi dan keadaan pikiran tanpa kilesa.
Maka salah satu sila bodhisattva mengatakan "pelanggaran karena tidak melanggar aturan vinaya demi menyelamatkan makhluk lain"

CMIIW, saya tidak tahu apakah kita membicarakan sutra yang sama atau bukan. Seingat  saya Bodhisattva masuk ke neraka karena niat dan perbuatan membunuh-Nya, namun setelah usai, Ia mendapatkan pahala besar dari niat-Nya yang lain, bukan dari niat dan perbuatan membunuhnya.
Jadi ini mengisyaratkan bahwa buah karma muncul berdasarkan satu niat per satu niat, bukan dijumlahkan atau dikurangi antar niat.   
GKBU
 
_/\_ suvatthi hotu


- finire -

Offline Kelana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.225
  • Reputasi: 142
Re: Tentang Membunuh
« Reply #115 on: 29 March 2014, 09:16:01 AM »
Ternyata benar, menurut Upaya Kausalya Sutra, Bodhisattva tidak terlahir di neraka karena membunuh penjahat tsb:


Seperti yang saya sampaikan kepada Sdr. xenocross , apakah sutra yang sama yang kita bicarakan. Kepustakaan Mahayana kadang memiliki beberapa versi dalam satu sutra, panjang atau pendek misalnya.
GKBU
 
_/\_ suvatthi hotu


- finire -

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: Tentang Membunuh
« Reply #116 on: 29 March 2014, 09:23:16 AM »
Seperti yang saya sampaikan kepada Sdr. xenocross , apakah sutra yang sama yang kita bicarakan. Kepustakaan Mahayana kadang memiliki beberapa versi dalam satu sutra, panjang atau pendek misalnya.

Setahuku Upaya Kausalya Sutra cuma ada satu versi seperti kutipan pada gambar attachment saya sebelumnya, tetapi kita tunggu konfirmasi dari yang lebih berkompeten saja ;D
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline Kelana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.225
  • Reputasi: 142
Re: Tentang Membunuh
« Reply #117 on: 29 March 2014, 09:30:12 AM »
Setahuku Upaya Kausalya Sutra cuma ada satu versi seperti kutipan pada gambar attachment saya sebelumnya, tetapi kita tunggu konfirmasi dari yang lebih berkompeten saja ;D

Jika kita bisa mendapatkan versi Sanskerta, saya rasa itu lebih baik.
GKBU
 
_/\_ suvatthi hotu


- finire -

Offline Kelana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.225
  • Reputasi: 142
Re: Tentang Membunuh
« Reply #118 on: 29 March 2014, 11:55:09 AM »
Nampaknya bukan sutranya yang berbeda tetapi bagaimana kita menginterpretasikannya.

Dalam sebuah sutra banyak interpretasi yang bisa terjadi termasuk dalam Upaya Kausalya Sutra, salah satunya adalah Bodhisattva dilahirkan di neraka.

Dalam sutra tsb dijelaskan dalam pernyataan dalam pikiran awal Bodhisattva bahwa Ia membiarkan dirinya akan masuk ke neraka yang sengsara dan menjalani penderitaan selama ratusan ribu kalpa ketika membunuh. Ini mengisyaratkan bahwa Ia memang tahu bahwa akibat membunuh adalah neraka.

Dan ketika teks mengatakan: “Karena saya menggunakan upaya kausalya dan welas asih yang sangar besar saya mampu menghindari kesengsaraan samsara selama seratus ribu kalpa”, ini merupakan pernyataan bahwa ada pahala berupa remisi waktu dari keberadaan-Nya di neraka. Dengan kata lain masa tinggalnya di neraka diperpendek yang seharusnya sangat panjang, mungkin lebih dari seratus ribu kalpa.

Ini menjelaskan bahwa usaha baik dan welas asih-Nyalah yang membuahkan pemotongan waktu  di neraka dan membunuh tetap berakibat ke neraka apapun motivasinya.

Sutra tersebut tidak menyatakan bahwa Bodhisattva terhindar dari neraka atau SELURUH sengsara ketika Ia melakukan pembunuhan meski menggunakan upaya kausalya.

Menurut John D. Dunne, Associate Professor Departemen Agama Universitas Emory, berdasarkan komentar-komentar Tibet, Bodhisatta dalam kisah tersebut dilahirkan di neraka akibat membunuh*.

Jadi, untuk saat ini, berdasarkan alasan di atas tetap saya menyatakan bahwa Bodhisattva dalam kisah tersebut dilahirkan di neraka akibat membunuh.

*An Introduction to Buddhist Ethics: Foundations, Values and Issues  By Peter Harvey

Demikian
GKBU
 
_/\_ suvatthi hotu


- finire -

Offline xenocross

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.189
  • Reputasi: 61
  • Gender: Male
Re: Tentang Membunuh
« Reply #119 on: 30 March 2014, 08:04:10 AM »
ok, masuk akal penjelasannya. Interpretasi yang pernah saya baca mengatakan Bodhisattva itu tidak lahir di neraka. Karena sutra itu gak bilang ia lahir di neraka kan? Hanya mengatakan bahwa masa ia mengembara di samsara berkurang 100.000 kalpa
Satu saat dari pikiran yang dikuasai amarah membakar kebaikan yang telah dikumpulkan selama berkalpa-kalpa.
~ Mahavairocana Sutra

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: Tentang Membunuh
« Reply #120 on: 30 March 2014, 08:45:11 AM »
Hmmm... Lagi-lagi sutra yang multitafsir ya....
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline Kelana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.225
  • Reputasi: 142
Re: Tentang Membunuh
« Reply #121 on: 30 March 2014, 06:50:54 PM »
ok, masuk akal penjelasannya. Interpretasi yang pernah saya baca mengatakan Bodhisattva itu tidak lahir di neraka. Karena sutra itu gak bilang ia lahir di neraka kan? Hanya mengatakan bahwa masa ia mengembara di samsara berkurang 100.000 kalpa

Benar tidak telak-telak ada kalimat Bodhisattva masuk neraka, tapi sutra juga tidak mengatakan Ia bebas sepenuhnya dari neraka yang Ia tahu persis akibat dari membunuh tsb, Ia paham peraturan hukum karmanya memang begitu (berbuat buruk berakibat buruk, bukan berbuat buruk malah dapat kebaikan), dan Ia siap dan rela.

Itu saja yang bisa saya sampaikan.
GKBU
 
_/\_ suvatthi hotu


- finire -

Offline Kelana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.225
  • Reputasi: 142
Re: Tentang Membunuh
« Reply #122 on: 30 March 2014, 06:51:04 PM »
Hmmm... Lagi-lagi sutra yang multitafsir ya....


 :)
GKBU
 
_/\_ suvatthi hotu


- finire -

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Tentang Membunuh
« Reply #123 on: 04 April 2014, 08:50:46 AM »
OK, jadi kita masukkan ke sini konsep upaya kausalya di mana melakukan suatu keburukan dengan maksud menghalangi keburukan lebih buruk (yang belum terjadi), membuahkan vipaka buruk namun sekaligus vipaka baik yang jauh lebih banyak.

Jika ada yang seperti itu, apakah berlaku juga sebaliknya?

Kasusnya kita tahu si perompak mengancam keselamatan 99 penumpang yang kebetulan menjengkelkan kita. Lalu di tengah lautan tempat kumpul hiu, si perompak terpeleset dan akan jatuh ke laut. Lalu karena masih dongkol dengan 99 penumpang lainnya, kita selamatkan si perompak dengan harapan si perompak akan menghabisi mereka. Apakah tindakan menyelamatkan itu akan menghasilkan vipaka baik sekaligus vipaka buruk yang jauh lebih banyak juga?


Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: Tentang Membunuh
« Reply #124 on: 04 April 2014, 02:09:17 PM »
Bagaimana citta (kondisi bathin) ketika keluarga memutuskan melakukan euthanasia ?
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline Sostradanie

  • Sebelumnya: sriyeklina
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.375
  • Reputasi: 42
Re: Tentang Membunuh
« Reply #125 on: 28 November 2016, 03:20:10 AM »
Ya, topik ini memang sepertinya pernah dibahas sekilas di thread lain. Di sini saya mau coba bahas lebih luas.

Secara teori kamma, memang cetana yang membedakan berat-ringannya akibat. Tapi di sini saya tidak berniat bahas seberapa berat/ringan akibat dari perbuatan, tapi apakah suatu perbuatan ini termasuk kusala/akusala.

Misalnya ada Arahant yang sedang disiksa dan pilihan yang kita miliki hanyalah membiarkannya mati perlahan dan sangat menderita, atau mercy-killing. Jika 5 point adalah mutlak, maka mercy killing di sini pasti akusala. Entah vipakanya adalah avici 1 kappa atau 15 menit, tetap saja perbuatan itu tidak ada manfaatnya, dan harus selalu dihindari.

Saya tertarik mencari tau pendapat member-member di sini, apakah pendapatnya seragam atau bervariasi, apakah ada seperti saya yang merasa janggal jika diterapkan dalam kasus tertentu, dll.
=)) =))
PEMUSNAHAN BAIK ADANYA (2019)

Offline Sostradanie

  • Sebelumnya: sriyeklina
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.375
  • Reputasi: 42
Re: Tentang Membunuh
« Reply #126 on: 29 March 2019, 07:52:51 AM »
Ya, topik ini memang sepertinya pernah dibahas sekilas di thread lain. Di sini saya mau coba bahas lebih luas.

Secara teori kamma, memang cetana yang membedakan berat-ringannya akibat. Tapi di sini saya tidak berniat bahas seberapa berat/ringan akibat dari perbuatan, tapi apakah suatu perbuatan ini termasuk kusala/akusala.

Misalnya ada Arahant yang sedang disiksa dan pilihan yang kita miliki hanyalah membiarkannya mati perlahan dan sangat menderita, atau mercy-killing. Jika 5 point adalah mutlak, maka mercy killing di sini pasti akusala. Entah vipakanya adalah avici 1 kappa atau 15 menit, tetap saja perbuatan itu tidak ada manfaatnya, dan harus selalu dihindari.

Saya tertarik mencari tau pendapat member-member di sini, apakah pendapatnya seragam atau bervariasi, apakah ada seperti saya yang merasa janggal jika diterapkan dalam kasus tertentu, dll.

Tertarik membaca ulang tentang hal ini dan sedikit berkomentar dengan kasus berandai-andai ini.

Seorang arahant sudah tidak terganggu lagi dengan jasmani nya . Jadi dia tidak akan tersiksa. Dicabut ataupun tidak penunjang kehidupan nya itu tidak terlepas dari kamma yang harus berbuah.
PEMUSNAHAN BAIK ADANYA (2019)

 

anything