//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Show Posts

This section allows you to view all posts made by this member. Note that you can only see posts made in areas you currently have access to.


Messages - hendrako

Pages: 1 2 3 4 5 [6] 7 8 9 10 11 12 13 ... 81
76
Jurnal Pribadi / Re: [Diary] Experience is the best teacher
« on: 05 October 2011, 11:25:54 AM »
sampai sekarang tubuh saya maish segar bugar..badan saya sejuk..batin saya merasa senang sampai skrg...ga tau kenapa...itu update terbaru.. :)

Efek yang sama katanya juga dirasakan oleh yang mencapai jhana. So, kemungkinan dikarenakan konsentrasi yang baik.
Hati2 dengan rasa nyaman dan kedamaian yg anicca karena bisa mencandu dan merindukan. ;)

77
Jurnal Pribadi / Re: [Diary] Experience is the best teacher
« on: 05 October 2011, 11:22:16 AM »
Mengapa butuh bantuan dari sosok eksternal ini?

Karena jumlah mudra yang akan dibentuk oleh kita jumlahnya ada ratusan mungkin sampai ribuan bentuk dan kita sendiri tidak mungkin mengingat semua urutan mudra dan bentuk mudra yang harus dikeluarkan.  Jadi fungsi makhluk ini adalah untuk membimbing urutan mudra dan bentuk mudra yang bagaimana harus dikeluarkan.

Kalau di ibaratkan seorang guru sekolah mengajar anak muridnya membaca.
Setelah mengajarkan bentuk-bentuk alfabet, maka si guru akan mengajarkan cara merangkai alfabet itu sehingga membentuk suatu kata yang mempunyai arti.  Nah kalau sudah mahir merangkai abjad sampai bisa membaca, maka nantinya kemampuan membaca ini bisa digunakan untuk belajar hal2 yang lain.

Thanks jawabannya bro.

Ane jadi teringat lagi dengan tetangga di masa kecil dulu. Ibu teman saya ini berbadan amat subur, beliau memiliki altar di lantai 2 yang menghadap pintu yang mengarah ke balkon depan. Seingat saya patungnya mirip seperti patung deva siva hanya saja jumlah tangannya lebih banyak. Setiap beliau melakukan ritual, tangannya juga bergerak-gerak yg waktu itu saya liat seperti menari dalam posisi berdiri, tetapi benar2 hanya tangan yang bergerak, tubuhnya diam entah karena ukuran tubuh yang besar atau memang yang digerakkan hanya tangan.

Nah yang saya sedikit penasaran adalah apakah ini praktek yang sama walaupun dalam posisi berdiri, juga dengan praktek teman2 saya...?? Konon yang menggerakkan bukan mahluk tunggal yang sama, tetapi bisa dari berbagai tingkatan bisa alam deva atau alam neraka... nah karena begitu misterius maka saya memutuskan untuk tidak terjun, terlalu besar kemungkinan untuk tertipu karena tidak ada pengetahuan yang pasti siapa sebenarnya mahluk yang menuntun ini.


78
Jurnal Pribadi / Re: [Diary] Experience is the best teacher
« on: 05 October 2011, 11:11:01 AM »
saya tdk tau...hehe..yg pasti setelah saya bangkit dr meditasi mantra ini, kemudian beralih ke meditasi anapanasati, pikiran saya jd lbh jernih dr sebelumnya...dan badan lebih bugar..

Ok, thanks atas jawabannya. Kalo ane masi tidak ada ketertarikan untuk praktek ini, tapi tetap menarik untuk diketahui. Di waktu ke depan tetap update perkembangannya yah.

79
Jurnal Pribadi / Re: [Diary] Experience is the best teacher
« on: 05 October 2011, 09:10:33 AM »
hmmm...dicoba dulu saja...hehehehe...nanti jg bisa nilai sendiri...tidak ada gunanya berdiskusi mengenai hal beginian (yang belum anda coba sama sekali)...saya setelah tau efeknya bisa membantu meningkatkan konsentrasi, maka saya akan gunakan jika saya jenuh meditasi anapanasati atau pikiran saya lagi mampet...

Hehe... seperti yg saya bilang sebelumnya, saya hanya pengen tahu aja dari rekan2 yang praktek di DC, bener2 tidak pengen mendiskusikan atau bahkan didebat. Cukup satu jawaban tentang fungsi dan tujuan.

80
Kafe Jongkok / Re: Bhiksu yang 'melayang'
« on: 05 October 2011, 09:01:55 AM »
Konon, fenomena melayang ginian bukan ekslusif Buddhism, beberapa pastur dan suster (biarawati) ka****k karismatik juga dikabarkan melayang pada saat kontemplasi (baca meditasi).

Bagi ane hal2 beginian mending dikesampingkan, kalo emang dapet anggap aja bonus. Kalo gak juga gak apa2. Mending fokus pada pengembangan batin menuju kebijaksanaan ketimbang kesaktian, just my 2 cent worth....

81
Jurnal Pribadi / Re: [Diary] Experience is the best teacher
« on: 05 October 2011, 08:52:19 AM »
dicoba dl saja...pas setelah selesai coba..lagsg pake salah satu objek meditasi (misal: anapanasati)...saya yakin konsentrasi anda makin meningkat...

Nanya dulu aja deh, soalnya saya tidak melihat efek positif dari praktek beginian, banyak teman2 ane yg ane lihat dengan mata kepala sendiri berpraktek ginian, malah justru melangkah ke hal2 yang kurang baik. Tapi paradigmanya emang beda, mereka praktek untuk mendapatkan sesuatu, bukan melepaskan sesuatu.

82
Seremonial / Re: Happy Birthday om Indra yang ke-640 tahun
« on: 05 October 2011, 08:43:05 AM »
Selamat tambah tua om, be happy.  8)

83
Jurnal Pribadi / Re: [Diary] Experience is the best teacher
« on: 05 October 2011, 08:40:21 AM »
Maaf, pada thread sebelumnya ane masih belum mengerti fungsi dari "bantuan" mahluk avalokistesvara dari meditasi mantra ini, apa tujuan dari mahluk tersebut membantu bergerak posisi mudra dan apa yg dituju dari fenomena ini bagi sang meditator? Ane tidak akan mendebat, tapi emang cuman ingin tahu. Apapun jawabannya, thanks in advance.


84
Diskusi Umum / Re: Alam Surga bisa bertambah atau berkurang ?
« on: 19 September 2011, 08:55:53 AM »
Sabbe sankhara anicca.... mungkin banget dah, tapi (mungkin) perlu proses dengan waktu yang luaamaaa.....

85
Diskusi Umum / Re: PIKIRAN ITU DI MANA YAH...???
« on: 19 September 2011, 08:50:24 AM »
Kalo dipikir-pikir lucu juga yah... kita tiap hari berkutat ama pikiran..... tapi pas ditanya dimana letak pikiran ..... benar2 membingungkan.  :))

86
Pengalaman Pribadi / Re: Pertanyaan Untuk Dragon Hung n Meditator lainnya
« on: 04 September 2011, 11:20:30 AM »
Karena halaman sebelah ( http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=21022.0;all ) sudah tidak lanjut diskusi, maka gw buka halaman baru

Yang mengajari mudranya tuh siapa?
Bagi om yang udah mencapai jhana mungkin bisa melihat siapa dia.

Gw jadin sangat penasaran dengan sesosok orang yang mendatangi meditator.
Saat Ajahan Chah sebelum mendapat pencapaian juga didatangi Sesosok dah itu baru mencapai "pengetahuan" tetapi tidak dijelaskan siapa yang datang. Dan ada juga cerita lain tentang pencapaian juga mengkisahkan didatang seseorang.

Pencapaian jhana khan didapat dari usaha sendiri bukan dikasi dari siapa-siapa. Jadi gw penasaran sebenarnya siapa yang datang saat pencapaian "pengetahuan" tsb.

Mohon pencerahannya dari Dragon Hung dan teman meditator lainnya..

Yang dibold biru di atas ada referensinya bro? kalo ada tolong infonya dunk.

Selama ini yang saya ketahui dari buku2, Ajahn Chah bukan didatangi, tetapi mendatangi..., yaitu mendatangi Ajahn Mun yang walaupun hanya dapat bertemu dalam waktu yang singkat, memberi pengaruh besar pada proses perjalanan Ajahn Chah.

87
Mari kita kupas satu persatu dengan Mahasatipathana sutta,

Quote
Ketika dikatakan, "Kunyatakan, O para bhikkhu, bahwa penghancuran noda-noda muncul bergantung pada jhana pertama," dengan alasan apa dikatakan demikian? Di sini, para bhikkhu, terpisah dari kenikmatan indera, terpisah dari keadaan-keadaan tak-bajik, seorang bhikkhu masuk dan berdiam di dalam jhana pertama, yang diiringi dengan pemikiran dan pemeriksaan, dengan sukacita dan kebahagiaan yang terlahir karena keterpisahan ini. Apa pun keadaan yang termasuk di dalamnya terdiri dari bentuk, perasaan, persepsi, bentukan-bentukan kehendak atau kesadaran: dia memandang keadaan-keadaan itu sebagai tidak kekal, sebagai penderitaan, sebagai penyakit, sebagai borok, sebagai anak panah, sebagai kesedihan, sebagai penyebab penderitaan, sebagai sesuatu yang asing, sebagai sesuatu yang terpisah-pisah, sebagai sesuatu yang kosong, sebagai bukan-aku. 14 Setelah melihatnya demikian, kemudian pikirannya akan teralih dari keadaan-keadaan itu dan terpusat pada elemen-elemen tanpa-kematian: "Ini damai, ini amat indah: yaitu berhentinya segala bentukan, lepasnya semua perolehan, hancurnya nafsu, tanpa-nafsu, berhenti, Nibbana." 15 Jika dia mantap dalam hal ini, dia mencapai penghancuran noda-noda; tetapi jika dia tidak mencapai penghancuran noda-noda karena kemelekatannya pada Dhamma, dan kesenangannya pada Dhamma, maka dengan hancurnya lima penghalang yang rendah dia akan secara spontan terlahir kembali (di alam surga) dan di sana mencapai Nibbana, tanpa pernah kembali dari alam itu.

Pertama-tama, prosesnya masuk ke dalam Jhana (1) (bold biru),
kemudian melakukan satipathana (bold kuning)

Quote
‘Apakah empat itu? Di sini, para bhikkhu, seorang bhikkhu618 berdiam merenungkan jasmani sebagai jasmani619, tekun, dengan kesadaran jernih dan penuh perhatian, setelah menyingkirkan keinginan dan belenggu dunia;620 ia berdiam merenungkan perasaan sebagai perasaan621 …; ia berdiam merenungkan pikiran sebagai pikiran;622 ia berdiam merenungkan objek-pikiran sebagai objek-pikiran,623 tekun, dengan kesadaran jernih dan penuh perhatian, setelah menyingkirkan keinginan dan belenggu dunia.’

Pada kutipan Mahasatipathana di atas, obyek perenungannya sama dengan yang dibold kuning dan dijelaskan dengan rinci, kemudian satipathana dilakukan setelah menyingkirkan keinginan dan belenggu dunia, ini berarti setelah masuk dalam kondisi jhana yang terpisah dari nafsu dan belenggu dunia.

Kemudian yang di bold putih dan coklat masih dalam ranah satipathana, yaitu perenungan dengan hubungannya pada 4 KM.

Quote
17. ‘Kemudian, para bhikkhu, seorang bhikkhu berdiam merenungkan objek-objek pikiran sehubungan dengan Empat Kebenaran Mulia. Bagaimanakah ia melakukannya? Di sini, seorang bhikkhu mengetahui sebagaimana adanya: “Ini adalah penderitaan”; ia mengetahui sebagaimana adanya: “Ini adalah asal-mula penderitaan”; ia mengetahui sebagaimana adanya: “Ini adalah lenyapnya penderitaan”; ia mengetahui sebagaimana adanya: “Ini adalah jalan menuju lenyapnya penderitaan.”’

Bandingkan yang dibold ijo di atas dengan Mahasatipathana, keduanya identik dalam pencapaian minimal Anagami.

Quote
jika masih ada beberapa kekotoran tersisa, mencapai kondisi Yang-Tidak-Kembali.’


88
waduh, kelewatan nih…

Nah, kalau soal satipatthana merupakan landasan jhana kan sudah saya kasih rujukannya bro hen, utk yg menurut bro bisa kebalikannya, ada rujukannya ta'?

soal yg samatha&vipassana, yah susah kalau framework nya sudah menganggap itu adalah sebuah tehnik meditasi. let say kita kupas

samatha bhavana -> pengembanagan samatha
vipassana bhavana -> pengembangan vipassana

sampai situ sih kekna masih ok, tapi ketika di lanjutkan lagi definisi dari commy2 belakangan

samatha bhavana -> pengembangan samatha -> utk mencapai jhana
vipassana bhavana -> pengembangan vipassana -> utk pencerahan

nah terlihat perbedaannya dengan sutta. dikatakan syarat dari jhana adalah samatha+vipassana loh. dan samatha itu hal yg berbeda dengan jhana.

soal commy penjelasan sutta yah, anggap saja ada sebuah teks, lalu diucapkan ke orang lain, lalu orang lain lagi mengucapkan lagi, dst… ketika sudah 10 kali, coba dibandingkan dengan aslinya… biasanya ada perubahan2, meskipun mencoba utk menjelaskan tapi yah pergeseran bisa saja terjadi. maka itu menurut saya lebih baik kembali ke sumbernya dari si tukang bikin commy aja. lebih aman kan? lagi pula 10 commy, jg ada 10 jenis variasi karena pergeserannya. Yg populer yg menang dan lebih dikenal

soal definisi jhana ngeblok yah silahkan saja baca tentang tehnik pa auk sayadaw yg rely heavily sama visudhimagga

soal jhana yg bisa mengamati, kekna banyak. bahkan utk mengamati dengan "clear" itu perlu jhana

ini salah satunya


Jhana sebagai landasan satipathana rujukannya sama dengan kutipan bro medho di Anupadassutta,
berikut saya lampirkan sutta selengkapnya,

Quote
ANUPADA SUTTA

Majjhima Nikaya, Anupada Vagga, Bab 111


1. Demikian yang saya dengar.

Pada suatu ketika Yang Terberkahi berdiam di Savatthi di Hutan Jeta.

Di sana Beliau berbicara kepada para bhikkhu demikian :

“Para bhikkhu."

“Bhante," jawab mereka.

Yang Terberkahi mengatakan hal ini:

2. "Para bhikkhu, Sariputta memang bijaksana;

Sariputta memiliki kebijaksanaan yang besar;

Sariputta memiliki kebijaksanaan yang luas;

Sariputta memiliki kebijaksanaan yang gembira;

Sariputta memiliki kebijaksanaan yang cepat;

Sariputta memiliki kebijaksanaan yang tajam;

Sariputta memiliki kebijaksanaan yang menembus.

Selama setengah bulan, para,bhikkhu, Sariputta telah memiliki pandangan terang ke dalam keadaan-keadaan satu demi satu ketika keadaan itu muncul.

Inilah pandangan terang Sariputta ke dalam keadaan-keadaan satu demi satu ketika muncul itu.

3. “Disini, para bhikkhu, sangat terpisah dari kesenangan indera, terpisah dari keadaan-keadaan tak-bajik, Sariputta masuk dan berdiam di dalam jhana pertama, yang dibarengi oleh pemikiran pemicu dan pemikiran bertahan, dengan kegiuran dan kesenangan yang terlahir dari kesendirian.

4. "Dan keadaan-keadaan di dalam jhana pertama, pemikiran pemicu, pemikiran bertahan, kegiuran, kesenangan, dan kemanunggalan pikiran;

kontak, perasaan, persepsi, kehendak, dan pikiran;

semangat, tekad, energi, kewaspadaan, ketenang-seimbangan, dan perhatian - keadaan-keadaan ini telah didefinisikan olehnya satu demi satu ketika muncul; dengan diketahui olehnya keadaan-keadaan itu muncul, dengan diketahui semua itu ada, dengan diketahui semua itu lenyap.

Dia memahami demikian: 'Memang demikian, keadaan-keadaan ini, yang tadinya belum ada, lalu menjadi ada; setelah ada, mereka lenyap.'

Dengan memperhatikan keadaan-keadaan itu, dia berdiam tak-tertarik, tak-jijik, tak-bergantung, tak-melekat, bebas, tak-berhubungan, dengan pikiran yang bebas dari penghalang.

Dia memaharni:

'Ada jalan keluar yang melampaui,' dan dengan pengembangan [pencapaian] itu, dia telah memastikan bahwa memang ada.

5. "Sekali lagi, para bhikkhu, dengan berhentinya pemikiran pemicu dan pemikiran bertahan, Sariputta masuk dan berdiam di dalam jhana kedua, yang memiliki keyakinan dan kemanunggalan-pikiran tanpa pemikiran pemicu dan pemikiran bertahan, dengan kegiuran dan kesenangan yang terlahir dari konsentrasi.

6. "Dan keadaan-keadaan didalam jhana kedua -keyakinan diri, kegiuran, kesenangan, dan kemanunggalan pikiran;

kontak, perasaan, persepsi, kehendak, dan pikiran;

semangat, tekad, energi, kewaspadaan, ketenang seimbangan, dan perhatian keadaan-keadaan ini telah didefinisikan olehnya satu demi satu ketika muncul ;

dengan diketahui olehnya keadaan-keadaan itu muncul, dengan diketahui semua itu ada, dengan diketahui semua itu lenyap.

Dia memahami demikian:

‘Ada jalan keluar yang melampaui,’ dan dengan pengembangan [pencapaian] itu, dia telah memastikan bahwa memang ada.

7. "Sekali lagi, para bhikkhu, dengan juga melemahnya kegiuran, Sariputta berdiam di dalam ketenang-seimbangan.

Dan dengan waspada dan sepenuhnya sadar, masih merasakan kesenangan dengan tubuh, dia masuk dan berdiam di dalam jhana ketiga, yang oleh para agung dinyatakan:

'Dia yang memiliki ketenang-seimbangan dan waspada berarti memiliki kediaman yang menyenangkan.'

8. "Dan keadaan-keadaan di dalam jhana ketiga -ketenangseimbangan, kesenangan, kewaspadaan, dan kesadaran yang penuh, dan kemanunggalan pikiran; kontak, perasaan, persepsi, kehendak, dan pikiran;

semangat, tekad, energi, kewaspadaan, ketenang-seimbangan, dan perhatian -keadaan-keadaan ini telah didefinisikan olehnya satu demi satu ketika muncul;

dengan diketahui olehnya keadaan-keadaan itu muncul, dengan diketahui semua itu ada, dengan diketahui semua itu lenyap.

Dia memahami demikian:

‘Ada jalan keluar yang melampaui,’ dan dengan pengembangan [pencapaian] itu, dia telah memastikan bahwa memang ada.

9. "Sekali lagi, para bhikkhu, dengan ditinggalkannya kesenangan dan penderitaan, dan dengan telah lenyapnya kegembiran serta kesedihan, Sariputta masuk dan berdiam di dalam jhana keempat, yang memiliki bukan-penderitaan-pun-bukan-kesenangan dan kemurnian kewaspadaan yang disebabkan oleh ketenang-seimbangan.

10. "Dan keadaan-keadaan di dalam jhana keempat -ketenang-seimbangan, perasaan bukan-menyakit-pun-bukan menyenangkan, ketidak-khawatiran mental yang disebabkan karena ketenangan, kemurnian kewaspadaan, dan kemanunggalan pikiran;

kontak, perasaan, persepsi, kehendak, dan pikiran;

semangat, tekad, energi, kewaspadaan, ketenangseimbangan, dan perhatian – keadaan-keadaan ini telah didefinisikan olehnya satu demi satu ketika muncul;

dengan diketahui olehnya keadaan-keadaan itu muncul, dengan diketahui semua itu ada, dengan diketahui semua itu lenyap.

Dia memahami demikian:

‘Ada jalan keluar yang melampaui,’ dan dengan pengembangan [pencapaian] itu, dia telah memastikan bahwa memang ada.

11 . "Sekali lagi, para bhikkhu, dengan terlampauinya persepsi tentang bentuk secara total, dengan lenyapnya persepsi tentang pengaruh indera, dengan tanpa-perhatian pada persepsi keragaman, menyadari bahwa 'ruang adalah tak-terbatas,’ Sariputta masuk dan berdiam di dalam landasan ruang tak terbatas.

12. "Dan keadaan-keadaan di dalam landasan ruang terbatas -persepsi tentang landasan ruang tak-terbatas dan kemanunggalan pikiran;

kontak, perasaan, persepsi, kehendak dan pikiran;

semangat, tekad, energi, kewaspadaan, ketenangan seimbangan, dan perhatian - keadaan-keadaan ini didefinisikan olehnya satu demi satu ketika muncul;

dengan diketahui olehnya keadaan-keadaan itu muncul, dengan diketahui semua itu ada, dengan diketahui semua itu lenyap.

Dia memahami demikian:

‘Ada jalan keluar yang melampaui,’ dan dengan pengembangan [pencapaian] itu, dia telah memastikan bahwa memang ada.

13. "Sekali lagi, para bhikkhu, dengan sepenuhnya melampaui landasan ruang tak-terbatas, menyadari bahwa 'kesadaran adalah tak-terbatas,' Sariputta masuk dan berdiam di dalam landasan kesadaran tak-terbatas.

14. "Dan keadaan-keadaan di dalam landasan kesadaran tak-terbatas -persepsi tentang landasan kesadaran tak-terbatas dan kemanunggalan pikiran;

kontak, perasaan, persepsi, kehendak, dan pikiran;

semangat, tekad, energi, kewaspadaan, ketenang-seimbangan, dan perhatian - keadaan-keadaan ini telah didefinisikan olehnya satu demi satu ketika muncul;

dengan diketahui olehnya keadaan-keadaan itu muncul, dengan diketahui semua itu ada, dengan diketahui semua itu lenyap.

Dia memahami demikian:

‘Ada jalan keluar yang melampaui,’ dan dengan pengembangan [pencapaian] itu, dia telah memastikan bahwa memang ada.

15. "Sekali lagi, para bhikkhu, dengan sepenuhnya melampaui landasan kesadaran tak-terbatas, menyadari bahwa 'tidak ada apa-apa,' Sariputta masuk dan berdiam di dalam landasan ketiadaan.

16. "Dan keadaan-keadaan di dalam landasan ketiadaan - persepsi tentang landasan ketiadaan dan kemanunggalan pikiran;

kontak, perasaan, persepsi, kehendak, dan pikiran; semangat, tekad, energi, kewaspadaan, ketenang seimbangan, dan perhatian - keadaan-keadaan ini telah didefinisikan olehnya satu demi satu ketika muncul;

dengan diketahui olehnya keadaan-keadaan itu muncul, dengan diketahui semua itu ada, dengan diketahui semua itu lenyap.

Dia memahami demikian:

‘Ada jalan keluar yang melampaui,’ dan dengan pengembangan [pencapaian] itu, dia telah memastikan bahwa memang ada.

17. "Sekali lagi, para bhikkhu, dengan sepenuhnya melampaui landasan ketiadaan, Sariputta masuk dan berdiam di dalam landasan bukan-persepsi-pun-bukan- tanpa-persepsi.

18. "Dia keluar dengan waspada dari pencapaian itu.

Setelah melakukan hal ini, dia merenungkan keadaan-keadaan yang sudah berlalu, yang telah berhenti dan berubah, demikian 'Memang demikian, keadaan-keadaan ini, yang tadinya belum ada, lalu menjadi ada; setelah ada, mereka lenyap.'

Dengan memperhatikan keadaan-keadaan itu, dia berdiam tak-tertarik, tak-jijik, tak-bergantung, tak-melekat, bebas, tak-berhubungan dengan pikiran yang bebas dari penghalang.

Dia memahami:

'Ada jalan keluar yang melampaui,' dan dengan pengembangan [pencapaian] itu, dia telah memastikan bahwa memang ada.

19. "Sekali lagi, para bhikkhu, dengan sepenuhnya melampaui landasan bukan persepsi-pun-bukan-tanpa-persepsi, Sariputta masuk dan berdiam di dalam berhentinya persepsi dan perasaan.

Dan noda-nodanya hancur karena dia melihat kebijaksanaan.

20. “Dia keluar dengan waspada dari pencapaian itu.

Setelah melakukan hal ini, dia mengingat keadaan-keadaan yang sudah berlalu, yang telah berhenti dan berubah, demikian:

'Memang demikian, keadaan keadaan ini, yang tadinya belum ada, lalu menjadi ada; setelah ada, mereka lenyap .’

Dengan memperhatikan keadaan-keadaan itu, dia berdiam tak-tertarik, tak-jijik, tak-bergantung, tak-melekat, bebas, tak berhubungan, dengan pikiran yang bebas dari penghalang.

Dia memahami:

'Tidak ada jalan keluar yang melampaui,' dan dengan pengembangan [pencapaian] itu, dia telah memastikan bahwa memang tidak ada.

21. "Para bhikkhu, merupakan pembicaraan yang benar, seandainya hal ini harus dikatakan tentang siapa pun:

'Dia telah mencapai penguasaan dan kesempurnaan di dalam moralitas agung,

telah mencapai penguasaan dan kesempurnaan di dalam konsentrasi agung,

telah mencapai penguasaan dan kesempurnaan di dalam kebijaksanaan agung,

telah mencapai penguasaan dan kesempurnaan di dalam pembebasan agung,'

maka tentang Sariputta-lah pembicaraan yang benar itu seharusnya dikatakan.

22. "Para bhikkhu, merupakan pembicaraan yang benar, seandainya hal ini harus dikatakan tentang siapa pun:

"Dia adalah Putra dari Yang Terberkahi, yang terlahir dari dada Beliau, yang terlahir dari mulut Beliau, yang terlahir dari Dhamma, diciptakan oleh Dhamma, ahli waris di dalam Dhamma, bukan ahli waris di dalam benda-benda materi,' maka tentang Sariputtalah pembicaraan yang benar itu seharusnya dikatakan.

23. "Para bhikkhu, Roda Dhamma yang tiada bandingnya, yang telah diputar oleh Tathagata, masih terus diputar dengan benar oleh Sariputta."

Demikianlah yang dikatakan oleh Yang Terberkahi.

Para bhikkhu merasa puas dan bergembira di dalam kata-kata Yang Terberkahi.

Sutta yang mirip dan menjadi acuan saya pada diskusi adalah sbb:

Quote
181. Penghancuran Noda-noda

Kunyatakan, O para bhikkhu, bahwa penghancuran noda-noda muncul bergantung pada jhana pertama, jhana kedua, jhana ketiga, jhana keempat; bergantung pada landasan dari ketidakterbatasan ruang, landasan dari ketidakterbatasan kesadaran, landasan dari ketiadaan, landasan dari bukan-persepsi-pun-bukan-tanpa-persepsi; bergantung pada berhentinya persepsi dan perasaan.13

Ketika dikatakan, "Kunyatakan, O para bhikkhu, bahwa penghancuran noda-noda muncul bergantung pada jhana pertama," dengan alasan apa dikatakan demikian? Di sini, para bhikkhu, terpisah dari kenikmatan indera, terpisah dari keadaan-keadaan tak-bajik, seorang bhikkhu masuk dan berdiam di dalam jhana pertama, yang diiringi dengan pemikiran dan pemeriksaan, dengan sukacita dan kebahagiaan yang terlahir karena keterpisahan ini. Apa pun keadaan yang termasuk di dalamnya terdiri dari bentuk, perasaan, persepsi, bentukan-bentukan kehendak atau kesadaran: dia memandang keadaan-keadaan itu sebagai tidak kekal, sebagai penderitaan, sebagai penyakit, sebagai borok, sebagai anak panah, sebagai kesedihan, sebagai penyebab penderitaan, sebagai sesuatu yang asing, sebagai sesuatu yang terpisah-pisah, sebagai sesuatu yang kosong, sebagai bukan-aku. 14 Setelah melihatnya demikian, kemudian pikirannya akan teralih dari keadaan-keadaan itu dan terpusat pada elemen-elemen tanpa-kematian: "Ini damai, ini amat indah: yaitu berhentinya segala bentukan, lepasnya semua perolehan, hancurnya nafsu, tanpa-nafsu, berhenti, Nibbana." 15 Jika dia mantap dalam hal ini, dia mencapai penghancuran noda-noda; tetapi jika dia tidak mencapai penghancuran noda-noda karena kemelekatannya pada Dhamma, dan kesenangannya pada Dhamma, maka dengan hancurnya lima penghalang yang rendah dia akan secara spontan terlahir kembali (di alam surga) dan di sana mencapai Nibbana, tanpa pernah kembali dari alam itu.

Sama halnya, para bhikkhu, seorang pemanah atau muridnya yang berlatih dengan orang-orangan jerami atau seonggok tanah liat yang kemudian menjadi sasaran jarak jauh, seorang pembidik jitu yang bisa menjatuhkan sasaran yang besar, demikian pula halnya dengan seorang bhikkhu yang mencapai hancurnya noda-noda bergantung pada jhana pertama.16

(Perumusan yang sama diterapkan pada tiga jhana yang lain dan tiga pencapaian tanpa-bentuk yang lebih rendah, hanya saja di pencapaian tanpa-bentuk tidak ada pandangan akan keadaan-keadaan yang terdiri atas bentuk.)

Demikian, para bhikkhu, penembusan pada pengetahuan akhir terjadi sampai pada tahap adanya pencapaian dengan persepsi. Tetapi mengenai dua landasan ini - pencapaian landasan bukan-persepsi-pun-bukan-tanpa-persepsi, dan berhentinya persepsi dan perasaan - kukatakan bahwa keduanya ini harus dijunjung tinggi oleh para bhikkhu yang bermeditasi, yang terampil dalam pencapaian dan terampil keluar dari pencapaian itu, setelah mereka mencapainya dan keluar darinya.17

Pada bagian yang dibold biru diatas,coba bandingkan dengan Mahasatipathana sutta di DN,  sama atau beda?
Kalo menurut saya bagian yang dibold biru diatas identik dengan Mahasatipathana Sutta yang merupakan penjelasan rinci mengenai penjelasan singkat yang di bold biru di atas. Dan hal ini juga identik dengan yang dilakukan oleh B. Sariputta dalam Anupada sutta.


89
dari om medho di atas, apakah ini bisa termasuk kriteria anda?

http://www.accesstoinsight.org/tipitaka/sn/sn45/sn45.008.than.html
...
"And what, monks, is right concentration? (i) There is the case where a monk — quite withdrawn from sensuality, withdrawn from unskillful (mental) qualities — enters & remains in the first jhana: rapture & pleasure born from withdrawal, accompanied by directed thought & evaluation. (ii) With the stilling of directed thoughts & evaluations, he enters & remains in the second jhana: rapture & pleasure born of concentration, unification of awareness free from directed thought & evaluation — internal assurance. (iii) With the fading of rapture, he remains equanimous, mindful, & alert, and senses pleasure with the body. He enters & remains in the third jhana, of which the Noble Ones declare, 'Equanimous & mindful, he has a pleasant abiding.' (iv) With the abandoning of pleasure & pain — as with the earlier disappearance of elation & distress — he enters & remains in the fourth jhana: purity of equanimity & mindfulness, neither pleasure nor pain. This, monks, is called right concentration."


Sangat jelas bahwa kutipan diatas tentang konsentrasi benar, Jhana, bukan vipassana. Tidak ada indikasi yang menunjukkan bahwa di dalam jhana ada pengamatan fenomena menuju pada kebijaksanaan.


ps: ternyata pernah ada thread menarik lainnya yg mungkin berkaitan:
http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=19305.0


Mungkin jawaban pada thread tsb ada di dalam link sutta yang om medho kutipkan, bahwa jhana memang termasuk pembebasan, yaitu pembebasan pikiran, sementara panna adalah pembebasan melalui kebijaksanaan.

Quote
Vijja-bhagiya Sutta ( AN 2.32) Samatha and Vipassana

32. Bhikkhus, these two things have a share in supreme knowledge. Which two? Tranquility ( Samatha)  and Insight ( Vipassana) .

“Bhikkhus, if Samatha ( tranquility) is developed, what result/ benefit does it bring? The mind becomes developed ( cittam bhavitam) . What is the result of a developed mind? Whatever passion is abandoned (yo  rago so pahiyat) .

“Bhikkhus, if Vipassana ( insight)  is developed, what result/ benefit does it bring ? Wisdom becomes developed ( panna bhaviyati) . What is the benefit of developed wisdom? Whatever ignorance is abandoned ( ya avijja sa pahiyati) .

“Defiled by passion ( raga) , the mind is not freed. Defiled by ignorance, wisdom  does not develop.

 Thus,  bhikkhus, with the fading of passion there is cetovimutti  (liberation of the heart or liberation of mind or awareness-release).   With the fading of ignorance there is pannavimutti (liberation of wisdom or liberation in wisdom ). sumber: http://www.buddhagautama.com/apps/blog/show/6162522-vijja-bhagiya-sutta-an-2-32-samatha-and-vipassana

Hmm... terjemahan di atas (B. Bodhi?) rada beda penggunaan kata_nya dengan accesstoinsight (B. Thanissaro), diantaranya bukan 2 qualities, tapi 2 things. Mana yang lebih pas dengan pali-nya?

Versi di atas keknya adalah versi yang diterjemahkan oleh wisma Sambodhi:

Quote
14. Ketenangan dan Pandangan Terang

Ada dua hal, O para bhikkhu, yang merupakan bagian dari pengetahuan tertinggi.3 Apakah dua hal itu? Ketenangan dan pandangan terang.4

Jika ketenangan dikembangkan, manfaat apa yang dihasilkannya? Pikiran menjadi berkembang. Dan apakah manfaat dari pikiran yang berkembang? Semua nafsu ditinggalkan.5

Jika pandangan terang dikembangkan, manfaat apa yang diperoleh? Kebijaksanaan menjadi berkembang, Dan apa manfaat dari kebijaksanaan yang berkembang? Semua kebodohan ditinggalkan.6

Pikiran yang dikotori oleh nafsu tidak terbebas; dan kebijaksanaan yang dikotori oleh kebodohan tidak dapat berkembang. Karena itu, para bhikkhu, melalui pudarnya nafsu terdapat pembebasan pikiran; dan melalui pudarnya kebodohan terdapat pembebasan oleh kebijaksanaan.7
(II, iii, 10) sumber: http://www.samaggi-phala.or.id/tipitaka/duka/

90
om hendrako, sori nih, saya mengundurkan diri dari diskusi.
silakan diteruskan dengan yg lain.




Ok om morpheus, no problem.
Tapi kalo bisa, tolong jawab dulu dong pertanyaan ane yang terakhir, kalo sutta-nya ada tentu sangat membantu, thanks sebelumnya.

Quote
Btw, apakah menurut anda seseorang dapat mengamati fenomena dalam keadaan jhana (1 misalnya)? Apakah ada sutta yang mengatakan demikian (kalo ada tolong infonya)?


Pages: 1 2 3 4 5 [6] 7 8 9 10 11 12 13 ... 81
anything