//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Show Posts

This section allows you to view all posts made by this member. Note that you can only see posts made in areas you currently have access to.


Messages - hendrako

Pages: 1 2 [3] 4 5 6 7 8 9 10 ... 81
31
Arsitektur Buddhis / Re: Arsitektur
« on: 01 December 2012, 11:59:12 AM »
mungkin mesti tanya orangnya yang udah merasakan langsung kali yah. ;D
greenhouse = efek rumah kaca??

Iya sis efek rumah kaca:


Panas yang masuk ke dalam terperangkap tidak bisa keluar, seperti efek rumah kaca yang biasanya dibuat di negara subtropis untuk pemanasan alami. Jadi bayangan saya apabila botolnya menyimpan panas, seandainya ada angin yang melewatinya masuk ke rumah atau ke mengenai dinding rumah, efeknya malah seperti heater, bukan sun blocker/shading.

32
Arsitektur Buddhis / Re: Arsitektur
« on: 01 December 2012, 07:59:04 AM »


Ane salut dengan proyek ini, namun ada 1 yg bikin ane penasaran, yaitu suhu botol2 pada siang hari, karena bahan botolnya kaca dan diberi sumbat, logikanya apabila terkena sinar matahari akan terjadi efek greenhouse, panas masuk namun tidak bisa keluar. ??

Apabila ternyata panas? fungsi botol2 sebagai tabir matahari malah akan semakin memberikan efek pemanasan bagi rumah.

33
Arsitektur Buddhis / Re: Arsitektur
« on: 01 December 2012, 07:49:25 AM »
kan ada dijual semen penyambung semen lama....

Setahu ane yang ada di pasaran adalah zat aditif yang berfungsi sebagai lem penyambung beton lama dan baru, bentuknya cairan, penggunaannya cairan dikuaskan pada bidang yang hendak ditambahkan beton dan/atau dicampurkan pada adonan beton yang baru.

Solusi di atas keknya cocok untuk kasus Tesla yang atap dak betonnya menggenang dan rembes.

34
Jurnal Pribadi / Re: tentang neraka???
« on: 23 June 2012, 06:32:42 PM »
makhluk yg anda gambarkan itu sptnya lebih kepada makhluk peta yg sering diterjemahkan sebagai hantu kelaparan, karena menurut devaduta sutta, adegan membuka paksa mulutnya dan menuangkan cairan panas ke mulut tentu sangat sulit dilakukan jika mulutnya hanya sebesar lubang jarum.

Yup, saya memang merujuk pada gambaran hantu/setan kelaparan, bukan pada devaduta sutta.

Gambaran neraka pada sutta tersebut memang sulit diterima oleh akal saya yang terbatas, sejauh ini saya anggap sebagai keterbatasan saya dalam mengetahui apakah yang disampaikan oleh Buddha pada sutta ini memang benar seperti deskripsinya atau sekedar kiasan tentang hal yang tidak dapat dipahami manusia karena keterbatasan2 yang ada. ( kek kasus deskripsi bunga mawar pada orang yang belum pernah menciumnya).

Kalo soal paksaan membuka mulut, menurut ane kejadiannya seperti menerima hal yang memang sulit untuk dihindari, dalam alam manusia misalnya penumpang pada kecelakaan pesawat yang tidak dapat menghindari kejadiannya.

Dalam Devaduta sutta, salah satu hal yang sulit saya terima adalah perkataan dari Raja Yama yang kesannya beliau sudah sangat mengenal ajaran Buddha, tapi kesannya kerjaannya sebagai hakim yang karena alamnya alam neraka berarti beliau memberi hukuman kepada semua mahluk yang terlahir disana. Dan masih banyak tanda "?" lainnya pada sutta tersebut, oleh karena itulah saya merasa ada keterbatasan yang cukup besar yang menghalangi pemahaman akan hal ini.

Tapi hal yang dapat ditangkap adalah dalam hal perasaan-nya. Bahwa gambaran yang ada di dalam sutta tersebut penderitaan yang dirasakan oleh mahluk yang terlahir disana adalah jauh lebih besar daripada penderitaan yang diterima oleh mahluk manusia.

35
Jurnal Pribadi / Re: tentang neraka???
« on: 23 June 2012, 12:33:58 PM »
[at] Hendrako,

interpretasi yg menarik, tapi bagaimana anda menghubungkannya dengan konsep Neraka dalam MN 130 Devaduta Sutta

Tentang bagaimana situasi "alam"nya terus terang saya tidak yakin, jadi sejauh ini yang sedikit dapat saya bayangkan adalah perasaannya. Salah satu gambaran mahluk alam neraka yaitu setan kelaparan adalah berperut buncit dan bermulut sangat kecil seperti lubang jarum, bagi saya entah ini benar atau hanya kiasan, yang jelas sebagaimana namanya yaitu hantu/setan kelaparan yang saya bayangkan adalah rasa lapar yang berkepanjangan tanpa ada pemuasan pada rasa lapar tersebut walaupun di depan mahluk itu terdapat 1001 macam makanan yang lezat dan nikmat serta indah penampilan..... so pasti, menderita banget.


36
Jurnal Pribadi / Re: tentang neraka???
« on: 23 June 2012, 12:17:37 PM »
Intermezzo...........
Numpang nimbrung soal neraka (yang katanya panas... ;D biar rada adem)

Ngomong2 soal neraka, kalo saya pribadi membayangkannya sebagai perasaan negatif yang lebih besar daripada yang kita rasakan sekarang dan berlangsung dalam waktu yang lama. Contohnya rasa lapar, di alam neraka rasa lapar ini lebih besar lagi beserta perasaan pengikut lainnya seperti gelisah yang juga lebih besar daripada kegelisahan yang paling besar yang pernah kita rasakan sebagai manusia yang mana perasaan ini berlangsung dalam waktu yang sangat lama tanpa ada pemuasan yang berarti. Kalo surga saya bayangkan sebaliknya. Jadi sebenarnya dalam kehidupan sebagai manusia kita sudah merasakan neraka dan sekaligus surga, mungkin karena hal inilah (salah satunya) alam manusia disebut sebagai alam tengah.

Untuk perbandingan, saya mencoba melihat pada anak2 yang terlahir pada saat bencana kelaparan (di salah satu tempat di afrika misalnya), dihantui rasa lapar dan ketidakberdayaan fisik bahkan pikiran, karena yang dirasakan hanyalah penderitaan berkepanjangan tanpa ada pemuasan rasa lapar yang berarti, lingkungan tempat tinggal juga tidak memadai, aroma sekitar juga tidak nyaman, suhu lingkungan tidak bersahabat, berkumpul dengan orang2 lain yang nasibnya juga kurang lebih sama..... tapi juga belum mati.


Sedangkan alam surga sebaliknya, terlahir di keluarga berada dengan fisik yang indah, berada dalam lingkungan yang indah dan nyaman, kebutuhan pokok selalu terpenuhi dengan kualitas tinggi serta jarang mendapatkan gangguan baik dari tubuh maupun dari lingkungan luar dan berkumpul dalam komunitas yang kurang lebih sama.

Nah ........pada alam neraka dan surga, gambaran di atas harus dikalikan beberapa kali lipat tergantung tingkatannya.

Mengalikannya bukan jadi seperti ini yah... ;D
Maksudnya perasaan senang dan derita nya.

Just my imagination.......

37
Studi Sutta/Sutra / Re: (ask) Cara membaca Sutta/Sutra
« on: 23 June 2012, 11:24:18 AM »
Mungkin kata pengantar dari Ajahn Sumedho pada terjemahan Digha Nikaya yang dikutip di bawah ini, ada hubungan dengan topik di atas,

Prakata

Dengan sangat senang, saya menulis prakata singkat ini untuk terjemahan Dīgha Nikāya oleh Mr. Walshe. Penerjemah buku ini adalah seorang Buddhis taat yang merupakan seorang pelajar bahasa Pāḷi yang didukung oleh latihan meditasi. Karena itu, karya terjemahan beliau merupakan sebuah kontribusi terpenting pada materi Buddhisme.

Mr. Walshe telah bertahun-tahun aktif di dunia Buddhis Inggris. Jauh sebelum saya datang ke Inggris, nama beliau, saya kenal lewat karya esai-esainya pada seri ‘The Wheel’ dari Buddhist Publication Society Sri Lanka. Pada tahun 1977, guru saya, Yang Mulia Tan Ajahn Chah Subhatto dan saya sampai di London untuk menghadiri undangan organisasi English Sangha Trust di mana Mr. Walshe adalah salah satu pengurusnya. Organisasi ini telah didirikan pada 1956 untuk mendirikan Western Sangha di Inggris, dan sampai hari ini, Mr. Walshe masih konsisten aktif hampir selama tiga puluh tahun. Pada saat yang sama, beliau juga merupakan wakil presiden dari Buddhist Society of Great Britain, berkarir pada Institute of Germanic Studies di London University (di mana terjemahan-terjemahan khotbah-khotbah Meister Eckhart oleh beliau diakui), juga mempelajari Pāḷi pada waktu luangnya.

Meskipun pelajar-pelajar Pāḷi telah menghasilkan penerjemahan langsung Kanon Pāḷi yang cukup akurat, kita sering kali merasakan kurang “mendalam” pada teks-teks yang hebat ini. Sutta-sutta perlu dipelajari, direnungkan, dan dipraktikkan untuk mengerti arti sesungguhnya. Sutta-sutta tersebut adalah ‘khotbah Dhamma’, atau perenungan pada ‘apa adanya’. Sutta-sutta tersebut bukanlah sebagai ‘kitab suci’ yang memberitahu apa yang harus diyakini. Ia seharusnya membaca, mendengar, memikirkan, merenungkan, dan menyelidiki realita saat ini, pengalaman saat ini pada Sutta-sutta tersebut. Kemudian, dan hanya demikian, seseorang dapat memahami secara mendalam kebenaran di luar kata-kata.

Pada terjemahan khotbah-khotbah panjang ini, Mr. Walshe telah memberikan kesempatan lagi untuk membaca dan merenungkan ajaran-ajaran Buddha.

Semoga semua yang membacanya mendapatkan manfaat dan mengembangkan latihan Dhamma.

Semoga semua makhluk terbebas dari segala penderitaan.

Semoga semua makhluk tercerahkan.


Yang Mulia Sumedho Thera
Amaravati
Great Gaddesden
Hertfordshire
England
Januari, 1986


Sumber: http://dhammacitta.org/dcpedia/Khotbah-Khotbah_Panjang_Sang_Buddha_%28Walshe%29#Prakata

38
Meditasi / Re: (ask) hubungan meditasi dengan indera ke 6
« on: 23 June 2012, 11:17:17 AM »
tetapi bknnya Y.A Ananda hanya berlatih meditasi anpanasati saja?
berarti anapanasati bisa membawa ke kesempurnaan dong?
hmmm  :-? :-?

Saya tidak tahu apabila Bhante Ananda "hanya" melakukan anapanasati bhavana.

Tapi sejauh yang saya ketahui anapanasati bisa termasuk dalam samatha dan vipassana, tergantung kecenderungannya. Apabila nafas hanya diperhatikan pada satu titik (ujung bibir atas atau hidung atau bagian lain di dalam hidung yang peka terhadap nafas) maka cenderung pada samatha, sedangkan apabila mengamati proses keluar masuk nafas hal ini cenderung pada vipassana, yaitu mengamati timbul dan tenggelamnya fenomena (annica). Samatha membawa pada pembebasan lewat pikiran (samadhi), sedangkan vipassana membawa pada pembebasan lewat kebijaksanaan (panna) dimana keduanya ini ditopang dan menopang moralitas (sila-samadhi-panna, ketiganya saling berhubungan) yang pada puncaknya adalah kebebasan dari nafsu (tanha).

Kalo untuk mendapatkan abhinna keknya obyeknya bukan hanya nafas tetapi obyek yang lain, tapi saya kurang mengerti tentang hal ini.

39
Meditasi / Re: (ask) hubungan meditasi dengan indera ke 6
« on: 22 June 2012, 12:34:41 PM »
cerita ini ada di sutta mana ?

Cerita ini keknya bukan dari sutta, mungkin dari atthakhata atau dari sumber lain. Mungkin ada rekan yang lain yang mengetahui sumber valid dari cerita ini. http://www.dhammacakratra.org/articles/98-kebijaksanaan-dhamma
hmm.. berarti apabila mendapat bonus tersebut, hanya dapat membawa kita ke dukkha bgtu ya ?  :-?

meditasi pengembangan batin itu sama gak dengan meditasi anapanasati

Mempunyai kesaktian namun belum mencapai kesucian ibarat anak kecil yang mempunyai sekotak korek api, lebih cenderung membahayakan diri sendiri dan orang lain daripada sebaliknya.

Dalam Buddhism, meditasi = bhavana. Anapanasati adalah salah satu jenis bhavana, jenis ini paling umum disarankan dan digunakan.

40
Yang jelas.... upil sifatnya memang melekat....... :hammer:



 :))

41
Meditasi / Re: (ask) hubungan meditasi dengan indera ke 6
« on: 21 June 2012, 07:24:24 PM »
Secara umum di dalam Buddhism, yang disebut indera ke 6 ( selain pancaindera, mata, hidung, lidah, telinga, tubuh (kulit)) adalah batin. Berbeda dengan pancaindera lainnya, indera yang satu ini bukan bersifat jasmani, namun selayaknya indera yang lain batin juga berhubungan dengan obyek-kontak-subyek, apabila dalam suatu penglihatan terdapat hubungan obyek bentuk - kontak - mata. maka dalam suatu kegiatan batin ada obyek pikiran (misalnya ide/gagasan)- kontak - batin, masing2 bergantung pada kesadaran, pada penglihatan disebut kesadaran mata, pada kegiatan batin disebut kesadaran batin.

Meditasi disebut sebagai pengembangan batin, jadi jelas sangat berhubungan dengan indera ke 6.

Mungkin yang anda maksud  di atas sebagai indera ke 6 adalah kemampuan luar biasa dari batin atau kesaktian yang biasa disebut dengan "abbhinna", contohnya seperti kemampuan antigravitasi (terbang maksudnya), menembus benda padat, dll. Dalam Buddhism meditasi samattha yang berhubungan dengan Jhana-jhana dikatakan dapat mengantar pada Abbhinna. Namun pencapaian Abhinna ini lebih cenderung dianggap bonus daripada tujuan. Seseorang yang belum mencapai kesucian dikatakan mampu mencapai hal ini, dan apabila  terjadi demikian, maka abhinna ini lebih berpotensi sebagai racun atau alkohol yang memabukkan yang bisa membawa orang tersebut menjadi melenceng dari jalan menuju kesucian, dalam Tipitaka contoh sosok yang demikian adalah Bhante Devadatta. Dikatakan bahwa pada jaman Buddha Gotama banyak petapa lain yang mempunyai kesaktian, contohnya kisah petapa yang dapat berjalan di atas permukaan air setelah berusaha selama 5 tahun, namun Buddha mengatakan bahwa hal tersebut absurd, karena seseorang dapat menyeberangi sungai dengan ongkos minim (katakanlah goceng) tanpa harus bersusah payah berlatih selama bertahun-tahun.


42
sepertinya versi Indonesia itu diterjemahkan dari versi Buddharakhita dan menerjemahkan "sacred texts" sebagai "kitab suci"

Keknya begitu, saya tidak terlalu ahli dalam bahasa inggris, mungkin "texts" artinya tidak hanya kalimat tertulis tapi juga kalimat lisan? hmm... tapi ada kata sacred-nya juga ya?

Musti merujuk ke bahasa pali......

43
untuk Teks Dhammapada di atas, versi english:

-----------Versi Thanissaro
If he recites many teachings, but
   — heedless man —
doesn't do what they say,
like a cowherd counting the cattle of
          others,
he has no share in the contemplative life.

If he recites next to nothing
but follows the Dhamma
in line with the Dhamma;
   abandoning passion,
      aversion, delusion;
   alert,
   his mind well-released,
      not clinging
   either here or hereafter:
he has his share in the contemplative life.

------------------- versi Buddharakkhita
19. Much though he recites the sacred texts, but acts not accordingly, that heedless man is like a cowherd who only counts the cows of others — he does not partake of the blessings of the holy life.

20. Little though he recites the sacred texts, but puts the Teaching into practice, forsaking lust, hatred, and delusion, with true wisdom and emancipated mind, clinging to nothing of this or any other world — he indeed partakes of the blessings of a holy life.

http://www.accesstoinsight.org/tipitaka/kn/dhp/index.html

Sip. Keknya artinya lebih ke "ajaran"?

44

berdasarkan pengetahuan atheis itu adalah orang yg tidak mempercayai tntg adanya tuhan,
karena pengetahuan ttg atheis itu lah orang-orang mengganggap penganut atheis itu jahat/memandang rendah seorang atheis.
padahal disisi lain (saya pernah mendengar) bahwa penganut atheis tidaklah jahat, beberapa dari mereka berpandangan saya atheis tapi saya harus terus menolong/membantu orang lain, dan pernyataan seperti ini juga pernah saya dengar dari cukup banyak orang walaupun tanpa diketahui seberapa besar persentase kebenarannya.

_/|\_ Namo Buddhaya

Orang disebut jahat atau baik bukan karena atheis atau bukan, melainkan dari ucapan dan perbuatan (serta pikiran, yang hanya diketahui oleh orang itu sendiri). Buddha sering mengajarkan bahwa yang membuat orang menjadi rendah atau tinggi bukan karena kelahiran, status, jabatan, dan label lainnya melainkan oleh pikiran, ucapan dan perbuatan orang tersebut.

45
Dari KBBI:

ki·tab n 1 buku: -- bacaan; 2 wahyu Tuhan yg dibukukan; kitab suci: Alquran adalah -- yg harus dijadikan pedoman oleh seluruh umat Islam;

sumber: http://bahasa.kemdiknas.go.id/kbbi/index.php

Kalo merujuk pada arti kedua (lihat atas), maka dalam konvensi bahasa Indonesia, Tipitaka/Tripitaka memang dapat disebut sebagai kitab suci, yaitu pedoman (suatu agama). Jadi kitab suci disini hanyalah sebutan dalam bahasa Indonesia untuk naskah yang dianggap utama dalam suatu agama yang telah dibuku-kan (bacaan).

Pada masa sekarang kata kitab suci juga tidak jarang digunakan pada konteks di luar keagamaan. Misal, Buku "Success in love" karangan Don Pedros adalah kitab suci si Anu dalam memikat wanita. Yang artinya adalah "pedoman" (yang berupa bacaan).

Dari Dhammapada:
19. (19) Biarpun seseorang banyak membaca kitab suci, tetapi tidak berbuat sesuai ajaran, maka orang lengah itu, sama seperti gembala sapi yang menghitung sapi milik orang lain. Ia tak akan memperoleh, manfaat kehidupan suci.

20. (20) Biarpun seseorang sedikit membaca kitab suci, tetapi berbuat sesuai dengan ajaran, menyingkirkan nafsu indria, kebencian dan ketidaktahuan, memiliki pengetahuan benar, dan batin yang bebas dari nafsu, tidak melekat pada apapun, baik di sini maupun di sana; maka ia akan memperoleh, manfaat kehidupan suci.

Apakah kata dalam naskah aslinya memang benar2 berarti "kitab suci"?, mengingat tipitaka baru di"buku"-kan setelah kurang lebih 500 tahun kemudian?

Pages: 1 2 [3] 4 5 6 7 8 9 10 ... 81
anything