Benar sekali... Para Aya telah melanggar vinaya, apakah hanya dengan berjalan sesuai vinaya akan bisa membuat seseorg mencapai tingkat kesucian arahat?
"Berjalan sesuai vinaya tanpa dhamma hanya peraturan kosong dengan secerca manfaat sebaliknya juga Dhamma tanpa vinaya hanyalah kata2 kosong tanpa arti"...."Berjalan sesuai vinaya" bukanlah menghapal mati semua peraturan yang ada,tetapi memahami dan mempraktekannya sesuai dengan kondisi.....Setiap manusia membawa kammanya sendiri,kehidupan setiap manusia berbeda2....Lika liku kehidupan makhluk didunia ini tidak akan pernah
SAMA....Setiap orang mempunyai "tujuan" dan "kepentingannya" masing2....
Saya tidak pernah mengatakan bahwa seseorang yang menjalankan vinaya dengan
ketat sekalipun akan terbebas dr lingkaran Samsara....
Vinaya adalah hal yang flexibel sesuai dengan kejadian2 yang ada,vinaya bukanlah peraturan yang "mengancam" "mengharuskan" "wajib"......
Kemudian jika vinaya awal sudah dilanggar apakah menurut anda bisa mencapai tingkat kesucian??Menurut saya
tidak,Dia yang Suci maka tahu jalan yang
Benar....
"Namun, dgn niat dan tekadnya yg kuat utk menjlnkan khdpn ke-Bhikkhuni-an maka dia tetap menjadi seorg Bhikkhuni walau tidak diakui oleh STI"
Ya...Saya tidak akan menpungkirinya bahwa dia akan tetap menjadi seorang Bhikkhuni walau tidak diakui oleh STI tapi dia hanya menjadi Bhikkhuni secara fisik,secara luar...Tetapi didalamnya dia sudah "lepas jubah".....Believe it or not?That's ur choice....
Pernyataan bro Riky yg ini juga benar, memang kl tdk diakui ya... So what? Life goes on.... STI memank tdk mengakui para Bhikkhuni, namun ada sebagian umat yng mengakui mereka. Mknya mereka tetaplah Bhikkhuni... Memang para Bhikkhuni sampai hr ini tidak "jualan obat" Dengan cinta kasih mereka yg bsr, mereka berbagi dhamma kepada para umat. Para Bhikkhuni pun sbnrnya tdk ingin status mereka diperdebatkan. Diperdebatkan atau tidak pun, mereka tetaplah Bhikkhuni. Niat mereka adalah baik, namun STI dan masyarakat menanggapinya lain. Y... gimana?
Saya heran sekali...Sampai saat ini semua pernyataan yang saya katakan kepada anda maupun pembaca bukanlah soal "diakui" maupun "tdk diakui"...Yang menjadi permasalahan utama bukanlah itu...Tidak diakui,anda berkata so what?Saya setuju,memang
so what....Tapi lebih drpd itu saya rasa tidak lah mungkin Bhikkhuninya tidak mau membentuk SANGHA BHIKKHUNI,jika memang Bhikkhuni seperti yang anda katakan bahwa dia juga tidak memusingkan hal tersebut...Silakan konfirmasi kepada Bhikkhuninya untuk mengakhiri segala perdebatan yang ada dan menerima setiap keputusan yang ada,bukankah ini salah satu praktek Dhamma Bhagava?Kita harus bisa melepas dan menerima....Ingat kan lah kepada para Bhikkuni
tujuan awalnya...Jika belum mencapai tingkat kesucian
arahat(Apalagi sampai saat ini Sangha Bhikkhuni tidak diakui) mending janganlah memancing persoalan yang tidak berguna lagi...Lebih baik selami batin sendiri dan mencari "kebenaran"....
Setuju, sy br menyadari bahwa inilah salah satu bentuk "keakuan". Namun, kl tdk ada yg berjuang utk menjd seorg Bhikkhuni. Maka, sampai hr ini mngkn tdk ada PERBHIKTIN dan mungkin Aya Sila..... dan Aya DhammaKumari masihlah dua org umat biasa yg menjlnkan kehidupan mereka layaknya umat awam. Tapi, krn adanya plerjuangan dari Aya Santinilah maka timbul niat dan keinginan dari dua org Aya lainnya utk menjlnkan kehidupan Ke-Bhikkuni-an. Memang kita tdk bisa mengatur org bertanggapan, ya... niat mereka baik, namun tanggapan org berbeda. Jika kita lht dr sisi positif tentu hal ini juga positif, namun keitka kita mlht dr sisi negatif maka negatiflah hasilnya.
Maaf saya harap anda jangan tersinggung dengan perkataan saya ini.Saya rasa anda sebagai pihak perempuan melihat kasus ini secara Objektif...Anda hanya melihat dan mendukung Bhikkuni tanpa tau apa yang sebenarnya terjadi dan dipermasalahkan...(Saya memang tahu niat anda baik dan saya juga mendukung bila benar2 sesuai dengan vinaya,sayangnya tidak sesuai vinaya dan saya juga tidak mengatakan saya tidak setuju...Kembalilah pada kebijaksaan para Bhikkhuni itu sendiri...)
Masih ada cara lain bukan selain Bhikkhu?Seperti kata sis Chandra Resmi menjadi mei ci sama aja bukan?Bukankah tujuan nya untuk menjalani kehidupan suci?Atau ada makna lain dari persoalan ini?Mungkin sebuah "status sosial"?Silakan anda ehipassiko sendiri....
Kemudian ingatlah bahwa menjadi Bhikkuni bukanlah syarat
Mutlak untuk mencapai Nibbana...Masih banyak cara lain seperti menjadi seorang pertapa hutan,umat awam juga bisa mencapai Nibbana...
Kembali lagi pertanyakanlah kepada Bhikkhuninya apa yang "diinginkannya?" dan "tujuannya" sebagai seorang Bhikkhuni...(Jujur saya sangat kecewa terhadap semua Bhikkhu maupun Bhikkhuni saat ini...Mereka hanya mengejar kepuasaan lokiya dan terikat didalamnya...Upacara keagamaan,membabarkan Dhamma kesana kemari,upacara kematian,dll.Padahal "tugas" utama Bhikkhu maupun Bhikkhuni adalah merealisasikan Nibbana bukan menjual "obat" kesana kemari)...
Salam,
Riky