//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: SUTRA SERATUS PERUMPAMAAN  (Read 5548 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline sobat-dharma

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.286
  • Reputasi: 45
  • Gender: Male
  • sharing, caring, offering
SUTRA SERATUS PERUMPAMAAN
« on: 12 July 2009, 12:52:30 AM »
SUTRA SERATUS PERUMPAMAAN

Diterjemahkan oleh Tetcheng Liao

Pendahuluan

Cerita perumpamaan (fabel) Aesop menikmati ketenaran di dunia, sedangkan fabel Sakyamuni hampir tidak dikenal orang. Sesungguhnya terdapat perbedaan di antara mereka sejauh sifat kedua buku yang terkait. Buku yang pertama mengisahkan cerita untuk mengajarkan prinsip-prinsip moral, sedangkan yang terakhir menggambarkan ajaran agama untuk mencerminkan sifat dasar manusia. Oleh sebab itu, buku yang terakhir merupakan sebuah literatur agama yang sebenarnya.

Judul sutra ini, “Seratus Perumpamaan dari Sakyamuni” tidak sepenuhnya tepat. Sebenarnya, ia dikurangi oleh dua perumpamaan. Satu cara untuk menjelaskan hal ini adalah bahwa adalah lebih cocok untuk menyebut dalam bilangan bulat. Cara lain untuk menjelaskan ini adalah kata pembuka dan penutup menambah jumlahnya menjadi seratus.

Dalam istilah penulisan, kadangkala kejelasan pengungkapan tidak kelihatan sesuai dengan ketenangan sutra. Ini mungkin dengan mudah dijelaskan dengan mengatakan bahwa ajaran agama Buddha adalah sangat mendalam sehingga kebanyakan orang, khususnya para pemula, tidak dapat menyerap maknanya dalam uraian yang abstrak. Seperti anak-anak, mereka menyukai cerita-cerita dengan ungkapan yang santai dan penuh canda. Oleh karena itu, Sakyamuni Buddha berkata pada mereka dalam bahasa mereka sendiri melalui cerita-cerita perumpamaan, sehingga mereka dapat dengan mudah memahami kebenaran. Sang Buddha membantu mereka untuk menembus lebih jauh ke dalam semangat ajaran agama Buddha.

Sutra ini hampir berumur seribu lima ratus tahun sampai sekarang. Ia mula-mula disusun dalam bahasa Sansekerta dari ajaran Sakyamuni Buddha oleh Bhikshu Sangha Suna dan diterjemahkan ke dalam bahasa Cina dalam gaya yang singkat, kuno, dan mendalam oleh bhikshu terkenal Gunavrddhi, dari India. Sekarang agak sulit, jika bukan tidak mungkin, untuk memahami maksud ungkapan-ungkapannya. Lebih sulit lagi untuk menerjemahkannya ke bahasa Inggris. Akibatnya, komentar dan koreksi apa pun pada terjemahan ini akan sangat dihargai.

Terima kasih sedalam-dalamnya kepada Mr. Mou Wen Kai, seorang kolega lama saya, yang pertama-tama mendorong saya untuk mengerjakan tugas ini, dan yang telah dengan cukup baik dan sabar memberikan saya uraian rinci dari teks kuno untuk membuat tugas ini lebih mudah. Tanpa bantuan beliau yang tidak ternilai, saya tidak akan dapat menyelesaikan pekerjaan ini.


Saya juga harus mengingat utang pribadi saya pada Mr. Ben Wang, M. A. atas penyuntingan beliau yang hati-hati terhadap hasil terjemahan asli saya. Walaupun kehidupan beliau sibuk, Miss Chiu-ying Chang telah meluangkan waktunya untuk membuat salinan yang baik dari seluruh pekerjaan ini. Demikianlah saya merasa merasa harus menyatakan di sini rasa terima kasih saya yang tulus atas bantuan beliau.

Tetcheng Liao,
Penerjemah
Januari 1981
Desa Baru Chih Yuan
Fushingkang, Peitou
Taipe, Taiwan
Republik Cina
Mereka yang melihat-Ku dari wujud dan mengikuti-Ku dari suara terlibat dalam upaya salah. Mereka takkan melihat Aku. Dari Dharma-lah mestinya ia melihat Para Buddha. Dari Dharmakaya datang tuntunan baginya. Namun hakikat sejati Dharma tak terlihat dan tiada seorangpun bisa menyadarinya sebagai obyek

Offline sobat-dharma

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.286
  • Reputasi: 45
  • Gender: Male
  • sharing, caring, offering
Re: SUTRA SERATUS PERUMPAMAAN
« Reply #1 on: 12 July 2009, 01:00:08 AM »
Kata Pembuka

Demikianlah telah kudengar. Suatu ketika Sakyamuni Buddha sedang berdiam di sebuah taman bernama Hutan Bambu Karanda, dekat Kota Rajagraha. Beliau mengadakan pertemuan dengan tiga puluh enam orang termasuk para mahabhikshu, para Bodhisattva Mahasattva, dan delapan kelompok makhluk-makhluk gaib. Pada kesempatan itu, terdapat lima ratus brahmana di dalam perkumpulan itu. Salah seorang dari mereka bangkit dari tempat duduknya dan berkata kepada Sakyamuni Buddha:

“Kami telah mempelajari bahwa ajaran Buddha adalah sangat mendalam sehingga tidak ada yang sejajar dengannya. Maka kami datang untuk meminta Anda menjelaskannya kepada kami.”

“Baiklah,” kata Sang Buddha.

“Apakah alam semesta itu nyata atau tidak nyata?” tanya sang brahmana.

“Ia nyata dan tidak nyata,” jawab Sang Buddha.

Sang brahmana berkata, “Bagaimana mungkin Anda mengatakan tidak nyata dari apa yang sekarang nyata? Bagaimana mungkin Anda mengatakan nyata dari apa yang sekarang tidak nyata?”

Sang Buddha menjawab, “Kehidupan dikatakan nyata, tetapi kematian dikatakan tidak nyata. Oleh karenanya, Aku mengatakan alam semesta itu nyata dan tidak nyata.”

Brahmana itu bertanya, “Dari apakah manusia hidup?”

Sang Buddha menjawab, “Manusia hidup dari biji-bijian.”

Brahmana itu bertanya, “Dari manakah lima jenis biji-bijian berasal?”

“Mereka berasal dari empat unsur: api, angin, air, dan tanah,” jawab Sang Buddha.

“Dari manakah empat unsur berasal?” tanya sang brahmana.

“Mereka berasal dari ketiadaan,” jawab Sang Buddha.

“Dari manakah ketiadaaan berasal?” tanya sang brahmana.

“Ia berasal dari kekosongan,” jawab Sang Buddha.

“Dari manakah kekosongan berasal?” tanya sang brahmana.

“Dari alam,” jawab Sang Buddha.

“Dari manakah alam berasal?” tanya sang brahmana.

“Dari Nirvana,” jawab Sang Buddha.

“Dari manakah Nirvana berasal?” tanya sang brahmana.

“Mengapa kamu bertanya tentang hal-hal yang sangat mendalam. Nirvana adalah hukum dari yang tidak dilahirkan dan tanpa kematian,” jawab Sang Buddha.

“Apakah Anda telah mencapai Nirvana?” tanya brahmana itu.

“Aku belum mencapai Nirvana,” jawab Sang Buddha.

“Jika Anda belum mencapai Nirvana, bagaimana Anda mengetahui Nirvana adalah suatu kebahagiaan abadi?” tanya sang brahmana.

“Sekarang izinkan Aku bertanya padamu apakah kehidupan makhluk-makhluk di dunia ini bahagia atau menderita,” kata Sang Buddha.

“Aku melihatnya sebagai sangat menderita,” jawab sang brahmana.

“Apakah yang kamu maksud dengan menderita?” kata Sang Buddha.

“Setelah melihat semua orang yang sekarat yang penderitaannya tak tertahankan. Aku mengetahui kematian adalah menderita,” jawab brahmana itu.

“Sekarang kamu belum meninggal, namun kamu mengetahui kematian adalah menderita. Aku telah melihat semua Buddha di sepuluh arah di angkasa tidak mengalami kelahiran kembali ataupun kematian. Oleh sebab itu, Aku mengetahui Nirvana adalah kebahagiaan abadi,” kata Sang Buddha.

Kelima ratus brahmana itu puas dan dengan demikian memahami apa yang dikatakan Sang Buddha. Kemudian mereka menerima lima sila dan meminta untuk menjadi siswa Buddha Gautama. Akhirnya, mereka mencapai pencerahan dari tingkat Sotapanna. Mereka duduk seperti sebelumnya. Sang Buddha berkata, “Kalian semua dengarkan Aku baik-baik. Aku akan memberikan kalian penuturan cerita-cerita perumpamaan yang luas.”
Mereka yang melihat-Ku dari wujud dan mengikuti-Ku dari suara terlibat dalam upaya salah. Mereka takkan melihat Aku. Dari Dharma-lah mestinya ia melihat Para Buddha. Dari Dharmakaya datang tuntunan baginya. Namun hakikat sejati Dharma tak terlihat dan tiada seorangpun bisa menyadarinya sebagai obyek

 

anything