//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Sutra Bakti (II)  (Read 50713 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline Tan

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 510
  • Reputasi: 31
Sutra Bakti (II)
« on: 04 June 2009, 01:27:04 PM »
Pertanyaan Ryu adalah:

Ketika itu, setelah mendengar penjelasan Buddha tentang kebajikan orang tua, setiap orang dalam kumpulan besar itu menangis dan merasakan kepedihan dalam hatinya. Mereka merenungkannya dan segera merasa malu dan berkata kepada Sang Bhagava, "Oh, Sang Bhagava, bagaimana kami dapat membalas kebaikan yang dalam dari orang tua kami?" Hyang Buddha menjawab, "Wahai siswa siswaku, jika kalian ingin membalas jasa kebajikan budi baik dari kedua orang tua..."

"Demi mereka tulis dan perbanyaklah Sutra ini, sebarluaskan demi kebajikan semua mahluk serta kumandangkanlah Sutra ini. Segeralah bertobat atas pelanggaran-pelanggaran dan kesalahan-kesalahan. Atas nama orang tua kalian, berikanlah persembahan kepada Buddha, Dharma, Sangha." Demi orang tua, patuhlah kepada perintah dan hanya memakan makanan suci dan bersih. Tumbuh kembangkan kebajikan dari praktek berdana. Inilah kekuatan yang diperoleh, semua Buddha akan selalu melindungi orang yang demikian itu dan dapat dengan segera menyebabkan orang-orang tua mereka lahir kembali di surga, untuk menikmati segala kebahagiaan dan meninggalkan penderitaan-penderitaan neraka.

Selain ini mau tanya juga, berarti berbohong demi kebenaran boleh ya? membuat sutra palsu dan di sebarkan sehingga mungkin saja orang yang membacanya malah semakin tersesat dan jauh dari Dhamma Buddha yang sebenarnya

Takut terlewatkan nih pertanyaan aye

Jawaban saya adalah:

1)Pertama-tama kita susun kronologisnya dulu.

a.Ryu menanyakan: "Apakah sutra bakti sesuai dengan Empat Kesunyataan Mulia dan Delapan Jalan Mulia?"
b.Saya jawab: "Begini. Anda silakan tunjukkan bagian mana yang tidak sesuai dengan 4 KM dan JMB8? Nanti coba kita kupas sama2."

Jadi intinya perlu dikembalikan pada apakah ada bagian Sutra tersebut yang bertentangan dengan 4 KM dan JMB8. Hal ini sangat perlu agar pembicaraan tidak melebar ke-mana-mana.

2)Agar diskusi lebih jelas saya akan kutipkan apa itu 4 KM dan JMB8:

a.4 KM adalah:

-dukkha ariya sacca (Kebenaran Mulia akan dukkha)
-dukkha samudaya ariya sacca (Kebenaran Mulia tentang Penyebab dukkha)
-dukkha nirodha ariya sacca (Kebenaran Mulia tentang berhentinya dukkha)
-dukkha nirodha gamini patipada ariya sacca (Kebenaran Mulia tentang jalan menuju lenyapnya dukkha)

b.JMB8 adalah:

-Samma ditthi (Samyak drsthi) - Pandangan benar
-Samma sankappa (Samyak sankalpa) - Pemikiran benar
-Samma vaca (Samyak vak) - Ucapan Benar
-Samma kammanta (Samyak karmanta) - Perbuatan benar
-Samma ajiva (Samyak ajiva) - Mata pencaharian benar
-Samma vayama (Samyak vyayama) - Daya upaya benar
-Samma sati (Samyak sati) - Perhatian benar
-Samma Samadhi (Samyak samadhi) - Konsentrasi benar

3)Menimbang poin (1) dan (2) beserta sub poinnya masing2, saya membaca kutipan yang ditampilkan saudara Ryu, tetapi tidak menemukan adanya hal2 yang bertentangan dengan 4 KM dan JMB8.

4)Untuk membuktikan apakah ada pertentangan dengan 4 KM dan JMB8, Sdr. Ryu dapat mencoba mencari apakah ada kalimat2 atau ajaran dalam Sutra tersebut yang intinya secara kasar umpamanya berbunyi:

-4 KM adalah salah
-JMB 8 adalah sesat
-dukkha tidak dapat dilenyapkan

dan lain sebagainya.

5)Sementara ini, belum terbukti bahwa Sutra di atas bertentangan dengan 4 KM dan JMB 8.

Amiduofo,

Tan

Offline naviscope

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.084
  • Reputasi: 48
Re: Sutra Bakti (II)
« Reply #1 on: 04 June 2009, 01:35:43 PM »
^
^
sutra yang membuat agama kita bangga
sutra bakti, agama lain mana ada yang ngajarin gitu2 an

so far, i masih mengganggap sutra ini sutra is the best....

no offense, walau yang asli tidak ada demikian, kita ada loh  ^-^

 _/\_
Tinggalkan masa lalu, lepaskan beban akan masa depan, tidak terikat dengan yang sekarang maka kamu akan merasakan kedamain batin.

Leave the past alone, do not worry about the future, do not cling to the present and you will achieve calm.

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Sutra Bakti (II)
« Reply #2 on: 04 June 2009, 02:10:33 PM »
apakah termasuk -Samma vaca (Samyak vak) - Ucapan Benar    ??

yakin Itu ucapan Buddha? kalau itu merupakan benar ucapan buddha berarti termasuk dalam ucapan benar, kalau tidak berarti suatu pembodohan ;D



Sekarang ke   -Samma ditthi (Samyak drsthi) - Pandangan benar

Apakah dengan memperbanyak sutra ini maka dapat dengan segera menyebabkan orang-orang tua mereka lahir kembali di surga?? apakah Buddha pernah mengajarkan begitu??



"Demi mereka tulis dan perbanyaklah Sutra ini, sebarluaskan demi kebajikan semua mahluk serta kumandangkanlah Sutra ini. Segeralah bertobat atas pelanggaran-pelanggaran dan kesalahan-kesalahan. Atas nama orang tua kalian, berikanlah persembahan kepada Buddha, Dharma, Sangha." Demi orang tua, patuhlah kepada perintah dan hanya memakan makanan suci dan bersih. Tumbuh kembangkan kebajikan dari praktek berdana. Inilah kekuatan yang diperoleh, semua Buddha akan selalu melindungi orang yang demikian itu dan dapat dengan segera menyebabkan orang-orang tua mereka lahir kembali di surga, untuk menikmati segala kebahagiaan dan meninggalkan penderitaan-penderitaan neraka.
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Sutra Bakti (II)
« Reply #3 on: 04 June 2009, 02:17:06 PM »
^
^
sutra yang membuat agama kita bangga
sutra bakti, agama lain mana ada yang ngajarin gitu2 an

so far, i masih mengganggap sutra ini sutra is the best....

no offense, walau yang asli tidak ada demikian, kita ada loh  ^-^

 _/\_
Pada mulanya saya pun bangga terhadap sutra ini, tapi setelah tahu sutra ini palsu apakah ada yang perlu dibanggakan?

Contoh, apabila ada suatu kesaksian palsu apakah anda akan menyenangi atau tidak?
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline Tan

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 510
  • Reputasi: 31
Re: Sutra Bakti (II)
« Reply #4 on: 04 June 2009, 02:17:40 PM »
RYU:

yakin Itu ucapan Buddha? kalau itu merupakan benar ucapan buddha berarti termasuk dalam ucapan benar, kalau tidak berarti suatu pembodohan

TAN:

Yakin juga bahwa itu BUKAN ucapan Buddha? Jawabnya kita tidak pernah tahu secara pasti kalau tidak pakai lorong waktu.
Kedua, dalam Mahayana hal itu tidak dapat disebut pembodohan, karena hasilnya tidak merugikan siapapun. Kecuali Bro. Ryu merasa ada yang dirugikan di sini. Namun masalahnya akan menjadi subyektif kalau kita sudah masuk ke ranah ini.

RYU:

Apakah dengan memperbanyak sutra ini maka dapat dengan segera menyebabkan orang-orang tua mereka lahir kembali di surga?? apakah Buddha pernah mengajarkan begitu??

TAN:

Bagaimana Anda tahu bahwa Buddha tidak pernah mengajarkan begitu? Mungkin dalam Sutta2 Pali memang tidak ada pernyataan semacam itu. Namun Mahayana tidak hanya pakai Sutta Pali saja, kita juga pakai Sutra Mahayana, nah Sutra Mahayana juga "diyakini" sebagai "pembabaran" Buddha. Jadi kendati sesuatu tidak terdapat dalam Sutta Pali, tetapi asalkan ada di Sutra Mahayana, kaum Mahayanis masih menganggapnya sebagai sabda Buddha.

Demikian tanggapan saya semoga bermanfaat.

Amiduofo,

Tan

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Sutra Bakti (II)
« Reply #5 on: 04 June 2009, 02:21:02 PM »
RYU:

yakin Itu ucapan Buddha? kalau itu merupakan benar ucapan buddha berarti termasuk dalam ucapan benar, kalau tidak berarti suatu pembodohan

TAN:

Yakin juga bahwa itu BUKAN ucapan Buddha? Jawabnya kita tidak pernah tahu secara pasti kalau tidak pakai lorong waktu.
Kedua, dalam Mahayana hal itu tidak dapat disebut pembodohan, karena hasilnya tidak merugikan siapapun. Kecuali Bro. Ryu merasa ada yang dirugikan di sini. Namun masalahnya akan menjadi subyektif kalau kita sudah masuk ke ranah ini.

RYU:

Apakah dengan memperbanyak sutra ini maka dapat dengan segera menyebabkan orang-orang tua mereka lahir kembali di surga?? apakah Buddha pernah mengajarkan begitu??

TAN:

Bagaimana Anda tahu bahwa Buddha tidak pernah mengajarkan begitu? Mungkin dalam Sutta2 Pali memang tidak ada pernyataan semacam itu. Namun Mahayana tidak hanya pakai Sutta Pali saja, kita juga pakai Sutra Mahayana, nah Sutra Mahayana juga "diyakini" sebagai "pembabaran" Buddha. Jadi kendati sesuatu tidak terdapat dalam Sutta Pali, tetapi asalkan ada di Sutra Mahayana, kaum Mahayanis masih menganggapnya sebagai sabda Buddha.

Demikian tanggapan saya semoga bermanfaat.

Amiduofo,

Tan
Berarti menurut kepercayaan Ko Tan sutra ini asli?

Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline naviscope

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.084
  • Reputasi: 48
Re: Sutra Bakti (II)
« Reply #6 on: 04 June 2009, 02:33:43 PM »
[at] mr. Tan & cogan ryu

diskus dengan baik dan sehat ya
ga bole berantem ya...

y ud, kalian diskus ya... gw ga ganggu lg ya hehehe....
Tinggalkan masa lalu, lepaskan beban akan masa depan, tidak terikat dengan yang sekarang maka kamu akan merasakan kedamain batin.

Leave the past alone, do not worry about the future, do not cling to the present and you will achieve calm.

Offline Elin

  • DhammaCitta Press
  • KalyanaMitta
  • *
  • Posts: 4.377
  • Reputasi: 222
  • Gender: Female
Re: Sutra Bakti (II)
« Reply #7 on: 04 June 2009, 02:59:08 PM »
nih hanya discuss antara 2 org aja ya?
mau komen nih.. ;D

Offline naviscope

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.084
  • Reputasi: 48
Re: Sutra Bakti (II)
« Reply #8 on: 04 June 2009, 03:03:49 PM »
^
^
seharusnya terbuka untuk umum sech

I think TS nya ama cogan ryu, tidak akan marah koq
mereka berdua kan baik2, mereka berdua kan idola aku ^_^
so, kalau mereka berantem, jd bingung nech, mo bela yg mana....

jd netral aja ah, object itu netral
Tinggalkan masa lalu, lepaskan beban akan masa depan, tidak terikat dengan yang sekarang maka kamu akan merasakan kedamain batin.

Leave the past alone, do not worry about the future, do not cling to the present and you will achieve calm.

Offline hatRed

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 7.400
  • Reputasi: 138
  • step at the right place to be light
Re: Sutra Bakti (II)
« Reply #9 on: 04 June 2009, 03:17:50 PM »
kalo gitu mo Komen........


Bagi i Hanya salah satu dari statement ini yg benar:

1. Bila Sutra itu benar, maka apa yg dikatakan sebelummnya mengenai Buddha adalah Tidak Benar

2. Bila apa yg dikatakan sebelumnya mengenai Buddha adalah Benar, maka Sutra itu tidak Benar..

;D
i'm just a mammal with troubled soul



Offline marcedes

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.528
  • Reputasi: 70
  • Gender: Male
  • May All Being Happinesssssssss
Re: Sutra Bakti (II)
« Reply #10 on: 04 June 2009, 03:30:11 PM »
untuk saudara Tan,

Quote
Bagaimana Anda tahu bahwa Buddha tidak pernah mengajarkan begitu? Mungkin dalam Sutta2 Pali memang tidak ada pernyataan semacam itu. Namun Mahayana tidak hanya pakai Sutta Pali saja, kita juga pakai Sutra Mahayana, nah Sutra Mahayana juga "diyakini" sebagai "pembabaran" Buddha. Jadi kendati sesuatu tidak terdapat dalam Sutta Pali, tetapi asalkan ada di Sutra Mahayana, kaum Mahayanis masih menganggapnya sebagai sabda Buddha.

diskusi saja yang tertulis dalam sutta atau sutra....karena yang tertulis sesuai acuan yang dipegang oleh Mahayana maupun Theravada.thx

dan lagi setahu saya, sutta Theravada dan Sutra dari Mahayana ada beberapa tidak sesuai...
« Last Edit: 04 June 2009, 03:40:02 PM by marcedes »
Ada penderitaan,tetapi tidak ada yang menderita
Ada jalan tetapi tidak ada yang menempuhnya
Ada Nibbana tetapi tidak ada yang mencapainya.

TALK LESS DO MOREEEEEE !!!

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Sutra Bakti (II)
« Reply #11 on: 04 June 2009, 03:36:59 PM »
nih hanya discuss antara 2 org aja ya?
mau komen nih.. ;D
silahkan aja kalau mau komen, tidak ada yang melarang.
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline Elin

  • DhammaCitta Press
  • KalyanaMitta
  • *
  • Posts: 4.377
  • Reputasi: 222
  • Gender: Female
Re: Sutra Bakti (II)
« Reply #12 on: 04 June 2009, 04:27:02 PM »
Atas nama orang tua kalian, berikanlah persembahan kepada Buddha, Dharma, Sangha.

IMO ini sih bener..
pernah denger Dhamma dari Ayya Santini..
Bagaimana kita bisa berbakti ke ortu jika kita sudah yatim piatu sejak kecil & gak pernah ketemu mereka?
Ayya Santini jawab :
Dengan menjadi anak yang baik, melaksanakan Dhamma pada kehidupan sehari2.
niscaya akan ada pelimpahan jasa kepada ortu krn mereka lah kita ada di dunia...

Offline Tan

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 510
  • Reputasi: 31
Re: Sutra Bakti (II)
« Reply #13 on: 04 June 2009, 07:31:55 PM »
RYU:

Berarti menurut kepercayaan Ko Tan sutra ini asli?

TAN:

Sdr. Ryu. Sampai sejauh ini kita belum mendiskusikan asli atau palsunya. Agar tidak ke mana2 coba batasi pembicaraan pada apakah Sutra ini bertentangan dengan 4 KM dan JMB8 atau tidak? Sejauh ini, saya belum menemukan bukti yang kuat akan hal itu.

Amiduofo,

Tan

Offline Tan

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 510
  • Reputasi: 31
Re: Sutra Bakti (II)
« Reply #14 on: 04 June 2009, 07:34:25 PM »
MARCEDES:

diskusi saja yang tertulis dalam sutta atau sutra....karena yang tertulis sesuai acuan yang dipegang oleh Mahayana maupun Theravada.thx

dan lagi setahu saya, sutta Theravada dan Sutra dari Mahayana ada beberapa tidak sesuai...

TAN:

Baik. Meskipun tidak sama. Tetapi umat non Mahayana jangan mengatakan bahwa apa yang tertulis di Sutra Mahayana BUKAN sabda Buddha.
Saya kira sikap menghormati masing2 pihak perlu dibina.

Amiduofo,

Tan

Offline Tan

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 510
  • Reputasi: 31
Re: Sutra Bakti (II)
« Reply #15 on: 04 June 2009, 07:36:43 PM »
HATRED:

kalo gitu mo Komen........


Bagi i Hanya salah satu dari statement ini yg benar:

1. Bila Sutra itu benar, maka apa yg dikatakan sebelummnya mengenai Buddha adalah Tidak Benar

2. Bila apa yg dikatakan sebelumnya mengenai Buddha adalah Benar, maka Sutra itu tidak Benar..

TAN:

Coba silakan berikan uraian secara lebih terperinci mengapa Anda berpendapat demikian? Acuan yang terbaik adalah 4KM dan JMB8 yang diterima oleh aliran apapun. Jika benar terbukti ada yang bertentangan dengan 4KM dan JMB8, maka saya mengakui bahwa Sutra tersebut memang "sesat."

Amiduofo,

Tan

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Sutra Bakti (II)
« Reply #16 on: 05 June 2009, 07:13:10 AM »
RYU:

Berarti menurut kepercayaan Ko Tan sutra ini asli?

TAN:

Sdr. Ryu. Sampai sejauh ini kita belum mendiskusikan asli atau palsunya. Agar tidak ke mana2 coba batasi pembicaraan pada apakah Sutra ini bertentangan dengan 4 KM dan JMB8 atau tidak? Sejauh ini, saya belum menemukan bukti yang kuat akan hal itu.

Amiduofo,

Tan
Ok kalau gitu, menurut Ko Tan Inti Sutra ini apa? dan tujuan Sutra ini apa?
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline marcedes

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.528
  • Reputasi: 70
  • Gender: Male
  • May All Being Happinesssssssss
Re: Sutra Bakti (II)
« Reply #17 on: 05 June 2009, 07:56:22 AM »
Coba silakan berikan uraian secara lebih terperinci mengapa Anda berpendapat demikian? Acuan yang terbaik adalah 4KM dan JMB8 yang diterima oleh aliran apapun. Jika benar terbukti ada yang bertentangan dengan 4KM dan JMB8, maka saya mengakui bahwa Sutra tersebut memang "sesat."


kan ada ucapan benar, pandangan benar.

apa yang tertulis itu memiliki pandangan benar?
dikatakan buddha menghormat kepada Tulang, padahal orang tua sendiri buddha tidak pernah melakukan penghormatan.

Semua Buddha akan selamanya melindungi orang yang demikian itu dan dapat dengan segera menyebabkan orang-orang tua mereka lahir kembali di surga, untuk menikmati segala kebahagiaan dan meninggalkan penderitaan-penderitaan neraka.

Sang Buddha menjawab, "Wahai siswa-siswa Buddha, bila engkau ingin membalas kebaikan orang tuamu, tulislah Sutra ini untuk mereka. Kumandangkanlah Sutra ini untuk mereka. bertobatlah atas pelanggaran-pelanggaran dan kesalahan-kesalahan demi mereka. untuk kepentingan orang tua berikanlah persembahan kepada Tri Ratna. demi orang tua, patuhlah kepada perintah untuk hanya memakan makanan suci dan bersih. Demi orang tua biasakanlah berdana dan mencari keberkahan. Bila engkau dapat melakukan ini, engkau adalah anak yang berbakti. bila engkau tidak melakukannya, engkau adalah orang yang akan menuju pada alam sengsara".

apa seperti itu pandangan benar?
1.tulis sutra untuk orang tua
2.kumandankang sutra ini untuk orang tua
3.bertobatlah atas kesalahan-kesalahan demi orang tua
4.beri persembahan pada tri ratna demi orang tua
5.makan makanan bersih dan suci.
6.berdana dan cari berkah.

kalau tidak melakukannya bisa menuju alam sengsara?
jadi kalau anak kecil yg berumur 10 tahun belum tahu apa-apa....sudah langsung beli tiket gratis itu.

saya rasa ucapan benar dan pandangan benar sudah tidak begini.



Quote
Baik. Meskipun tidak sama. Tetapi umat non Mahayana jangan mengatakan bahwa apa yang tertulis di Sutra Mahayana BUKAN sabda Buddha.
Saya kira sikap menghormati masing2 pihak perlu dibina.

Amiduofo,

Tan
saudara Tan,
maksud saya, ketika sesuatu tidak tertulis dalam Tripitaka dan Tipitaka, jangan mengatakan bahwa "siapa tahu buddha tidak berkata demikian/ataupun berkata demikian,karena untuk meng-check kebenaran mesti pakai lorong waktu"

jadi apa yang tertulis yah di bahas sesuai yang tertulis....
kalau mau membahas yang tidak tertulis bisa jadi semua maybe dan maybe.

salam metta.
Ada penderitaan,tetapi tidak ada yang menderita
Ada jalan tetapi tidak ada yang menempuhnya
Ada Nibbana tetapi tidak ada yang mencapainya.

TALK LESS DO MOREEEEEE !!!

Offline hatRed

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 7.400
  • Reputasi: 138
  • step at the right place to be light
Re: Sutra Bakti (II)
« Reply #18 on: 05 June 2009, 08:50:28 AM »
HATRED:

kalo gitu mo Komen........


Bagi i Hanya salah satu dari statement ini yg benar:

1. Bila Sutra itu benar, maka apa yg dikatakan sebelummnya mengenai Buddha adalah Tidak Benar

2. Bila apa yg dikatakan sebelumnya mengenai Buddha adalah Benar, maka Sutra itu tidak Benar..

TAN:

Coba silakan berikan uraian secara lebih terperinci mengapa Anda berpendapat demikian? Acuan yang terbaik adalah 4KM dan JMB8 yang diterima oleh aliran apapun. Jika benar terbukti ada yang bertentangan dengan 4KM dan JMB8, maka saya mengakui bahwa Sutra tersebut memang "sesat."

Amiduofo,

Tan

1.     Pengertian Benar (sammä-ditthi)
menembus arti dari :
a.    Empat Kesunyataan Mulia
b.    Hukum Tilakkhana (Tiga Corak Umum)
c.    Hukum Paticca-Samuppäda
d.    Hukum Kamma
i'm just a mammal with troubled soul



Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Sutra Bakti (II)
« Reply #19 on: 05 June 2009, 09:33:14 AM »
Sungguh berarti sang Buddha itu bapak MLM pertama, beliau yang pertama menyuruh murid2nya untuk memperbanyak sutra ini, Btw apakah sutra ini langsung disebarkan oleh murid2nya? Apakah ditemukan sutra2 ini yang telah diperbanyak oleh murid2nya pada jaman sang Buddha?
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline nyanadhana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.903
  • Reputasi: 77
  • Gender: Male
  • Kebenaran melampaui batas persepsi agama...
Re: Sutra Bakti (II)
« Reply #20 on: 05 June 2009, 09:42:33 AM »
gimana cara memperbanyak Sutra sedangkan pada zaman Sang Buddha waktu itu blm ada penulisan Sutra?
Sadhana is nothing but where a disciplined one, the love, talks to one’s own soul. It is nothing but where one cleans his own mind.

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Sutra Bakti (II)
« Reply #21 on: 05 June 2009, 09:46:00 AM »
gimana cara memperbanyak Sutra sedangkan pada zaman Sang Buddha waktu itu blm ada penulisan Sutra?
itulah, sang Buddha di sutra ini sudah menyuruh muridnya untuk menulis sutra, dalam hal ini berarti sutra ini ditulis bukan atas kesadaran muridnya tapi atas suruhan Buddha.
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline Edward

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.968
  • Reputasi: 85
  • Gender: Male
  • Akulah yang memulai penderitaan ini.....
Re: Sutra Bakti (II)
« Reply #22 on: 05 June 2009, 09:59:56 AM »
Menurut gw, diskusi ini kaga relevan lagi...
Sudah ada 2 thread mengenai sutra bhakti ini...
Dan sutra bhakti yg dijadikan bahan diskusi bukan sutra bhakti yang bener menurut thread2 di sebelumnya...
“Hanya dengan kesabaran aku dapat menyelamatkan mereka....."

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Sutra Bakti (II)
« Reply #23 on: 05 June 2009, 10:02:19 AM »
Menurut gw, diskusi ini kaga relevan lagi...
Sudah ada 2 thread mengenai sutra bhakti ini...
Dan sutra bhakti yg dijadikan bahan diskusi bukan sutra bhakti yang bener menurut thread2 di sebelumnya...
Yang ingin didiskusikan sebenarnya apakah Sutra bakti yang beredar sekarang ini di kalangan Budhis apakah benar atau tidak dan itu merupakan kebenaran atau pembenaran. sesuai dengan ajaran Buddha atau tidak, dll deh ;D
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline Edward

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.968
  • Reputasi: 85
  • Gender: Male
  • Akulah yang memulai penderitaan ini.....
Re: Sutra Bakti (II)
« Reply #24 on: 05 June 2009, 10:06:55 AM »
owhhh...
kalo gtu, ada baiknya kita masukin jg, sutra bhakti yg aseli sesuai Taisho maupun sutta, biar diskusi berimbang..
Dan bearti thread ini sudah salah kamar, karena sutra bhakti tidak hanya berkembang di dalam mahayana aja...
“Hanya dengan kesabaran aku dapat menyelamatkan mereka....."

Offline Edward

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.968
  • Reputasi: 85
  • Gender: Male
  • Akulah yang memulai penderitaan ini.....
Re: Sutra Bakti (II)
« Reply #25 on: 05 June 2009, 10:08:45 AM »
Nih, tak quote sutra Bhakti yg aseli menurut thread sebelumnya..
Versi asli dalam koleksi Mahayana Tiongkok :
3. 佛說父母恩難報經 Fo Shuo Fu Mu En Nan Bao Jing
No.0684, kategori: Kumpulan Sutra.
Penerjemah: AnShiKao, masa dinasti Han

Sutra Hyang Buddha Mewejangkan Sulitnya Membalas Jasa Orang Tua
(佛說父母恩難報經 Fo Shuo Fu Mu En Nan Bao Jing)
Penerjemah sanskerta ke bahasa Tiongkok : Master Tripitaka AnShigao , Masa Dinasti Han Timur.

Demikianlah yang aku dengar.

Pada suatu ketika, Hyang Bhagava berdiam di Kota Sravasti, Hutan Jeta, Taman Anathapindika. Pada saat itu, Hyang Bhagava berkata kepada para bhiksu, “Orang tua dari anak memiliki jasa yang besar. Mereka menyusui, merawat dan mendidik anak setiap saat hingga tumbuh besar. Sedangkan bila seorang anak memikul ayahnya dipundak kiri dan memikul ibunya dipundak kanan selama ribuan tahun, walau orang tua nya membuang kotoran di atas pundaknya, sang anak tetap tidak merasa marah. Meskipun [sang anak telah berbuat demikian], jasa baik orang tua tetap tidak cukup terbalaskan."

Seorang anak sepatutnya mengajarkan praktik cinta kasih kepada orang tua,  bila orang tua tidak memiliki keyakinan pada ajaran [dharma], hendaknya mengajarkannya hingga memiliki keyakinan pada ajaran [dharma], agar mereka memperoleh kedamaian [nibbana]. Bila mereka tidak memiliki sila, hendaknya mengajarkan praktik sila, agar memperoleh kedamaian [nibbana]. Bila mereka tidak pernah mendengar [dharma], hendaknya mengusahakan mereka mendengarkan [dharma], agar memperoleh kedamaian [nibbana]. Bila mereka memiliki watak serakah, hendaknya mengajarkan praktik dana, hingga mereka dapat berdana dengan sukacita, agar memperoleh kedamaian. Hendaknya mengajarkan mereka agar dapat memiliki keyakinan bahwa Tathagata telah mencapai Pencerahan sempurna, Sang Sugata, Yang telah sempurna tindak tanduknya, Pengenal segenap alam, Yang tiada bandingannya, Guru para dewa dan manusia, Yang tercerahkan, Yang maha mulia. Agar mereka memperoleh kedamaian. Hendaknya mengajarkan mereka memiliki keyakinan pada sangha suci. Dharma memiliki makna yang dalam dan halus, dengan mempraktikkannya maka pada kehidupan sekarang akan memperoleh buahnya, yang mana para bijak memahami dan menembus makna tentang praktik ini. Demikianlah Sangha suci dari Sang Tathagata yang mana tindak tanduk mereka telah suci, batin mereka lurus, hidup dalam keharmonisan, mereka telah berhasil dalam dharma, berhasil dalam sila, berhasil dalam samadhi, berhasil dalam prajna, berhasil dalam pembebasan, berhasil dalam pengetahuan pembebasan, berhasil dalam kebijaksanaan, demikianlah mereka disebut Sangha suci, yang terdiri atas 4 pasang makhluk  8 jenis makhluk ariya dalam Sangha suci Sang Tathagata yang maha mulia. Dengan memberi hormat pada perkumpulan demikian merupakan ladang kebajikan yang tiada bandingannya di dunia ini.

Ada dua jenis anak dalam diri seorang bhiksu, yakni anak kandung dan anak adopsi, demikianlah ada dua jenis anak dalam diri para bhiksu. Oleh karena itu, oh para bhiksu, hendaknya belajar seperti anak kandung dan anak adopsi yang dapat mengeluarkan cita rasa dharma dari mulut mereka. Demikianlah oh para bhiksu hendaknya belajar seperti itu.

Setelah para bhiksu mendengarkan wejangan Hyang Buddha, mereka merasa bergembira dan mempraktikkannya.

“Hanya dengan kesabaran aku dapat menyelamatkan mereka....."

Offline Edward

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.968
  • Reputasi: 85
  • Gender: Male
  • Akulah yang memulai penderitaan ini.....
Re: Sutra Bakti (II)
« Reply #26 on: 05 June 2009, 10:10:03 AM »
Kalo ini yang menurut bro Gandalf,....
Nambah ya.....

Bakti kepada orang tua juga ada dalam kitab Divyavadana (abad 2-3 M), bagian Purna Avadana. Perlu diketahui Divyadana ini ditemukan versi Sansekertanya di Nepal, dan berasal dari sekte Sarvastivada. Divyavadana ini juga telah diterjemahkan ke dalam bahasa Tionghoa.

Bhiksu An Shigao yang menterjemahkan Foshuo Fumu Ennan Baojing juga dalah Bhiksu Sarvastivada. Oleh karena itu apabila asal muasal Sutra Bakti Seorang Anak mau ditelusuri lebih jauh lagi, maka asalnya bukan Theravada, tetapi Sarvastivada.

Berikut kutipan dari Purnaavadana bagian Maudgalyayana dan ibunya:

Kemudian Arya Mahamaudgalyayana berpikir, “Di waktu yang lalu Sang Buddha berkata, ‘Bhiksu, ibu dan ayah dari seorang anak tentu adalah pelaku tugas yang berat. Mereka mengasuh dan merawat anak, mereka membesarkannya, memberinya susu dan orang tua adalah pembimbing anaknya dalam [memperkenalkan] berbagai macam keindahan dari Jambudvipa ini. Meskipun seorang anak melayani ibunya dengan setengah kekuatannya dan setengah satunya untuk melayani ayahnya selama 100 tahun penuh; meskipun ia memberikan pada mereka semua perhiasan, permata, lazuardi, ibu permata, koral, perak, emas, jamrud, batu mata harimau, batu delima dan cangkang kerang yang spiralnya berputar kea rah kanan [yang ditemukan] di bumi yang besar ini; meskipun ia membuat kedua orang tuanya berada dalam kekuasaan agung dan tahta kerajaan – bahkan setelah melakukan hal-hal sebanyak itu, anak tersebut belum dapat membalas kebaikan yang sangat besar yang diberikan oleh ibu dan ayahnya.

“Namun seorang anak yang yang mengenalkan kebajikan keyakinan [pada Dharma] pada ibu dan ayahnya yang belum berkeyakinan; anak yang menginspirasi kedua orang tua mereka dengan keyakinan, membimbing mereka dalam keyakinan dan  meneguhkan mereka dalam keyakinan; anak yang mengenalkan kebajikan berdana pada ibu dan ayahnya yang tamak dan pencemburu; anak yang mengenalkan kebajikan Dharma pada ibu dan ayahnya yang tidak memiliki pemahaman; anak yang menginspirasi kedua orang tuanya dengan kualitas-kualitas ini, membimbing mereka dalam kualitas-kualitas ini dan meneguhkan mereka di dalamnya – anak yang melakukan hal-hal ini pada ibu dan ayahnya telah membalas budi baik yang telah dilakukan oleh ibu dan ayahnya”.

"Namun aku tidak pernah menunjukkan pelayanan seperti itu pada ibuku! Sekiranya sekarang aku memusatkan pikiranku pada alam amnakah ibuku terlahir kembali.” Dan dalam memusatkan pikirannya, Maudgalyayana melihat ibunya telah terlahir kembali di alam bernama Maricika. Ia berpikir, “Siapa yang akan memberinya bimbingan Dharma?” Maka ia melihat bahwa bimbingan tersebut akan dilakukan oleh Sang Buddha. Ia berkata pada dirinya sendiri, “Kita di dunia ini sangat jauh dengan alam di mana ibuku terlahirkan. Sekiranya sekarang aku memberitahu Sang Buddha tentang persoalan ini.” Dan maka ia berbicara seperti ini pada Sang Buddha: “Bhagava, pada waktu yang lalu Sang Buddha berkata, ‘Bhiksu, ibu dan ayah dari seorang anak tentu adalah pelaku tindakan yang berat!’ Ibuku telah terlahir di Alam Maricika dan ia akan mendapatkan bimbingan Dharma dari Sang Buddha. Maka dari itu, Sang Bhagava sebaiknya membimbingnya. Mohon tunjukkanlah welas asih-Mu!”

Sang Buddha berkata, “Maudgalyayana, dengan kekuatan abhijna siapakah kita akan berkelana menuju dunia itu?
“Dengan abhijnaku, Sang Bhagava.” Maka Sang Buddha dan Arya Mahamaudgalyayana menginjakkan kaki mereka di puncak Gunung Sumeru, pergi, dan dalam tujuh hari sampai du dunia Maricika.
Seorang gadis bernama Bhadrakanya melihat Arya Mahamaudgalyayana datang dari kejauhan dan, melihatnya sekali lagi, ia dengan gembira lari menuju Maudgalyayana, berkata, ‘Ah! Setelah waktu yang lama aku melihat putraku lagi!”

Setelah itu, sekumpulan besar orang memberitahu: “Tuan-tuan, orang ini adalah seorang bhiksu yang telah berumur sedangkan wanita ini masihlah gadis muda! Bagaimana bisa ia adalah ibunya?”
Jawab Arya Mahamaudgalyayana, “Tuan-tuan, elemen-elemen tubuhku berasal darinya. Maka perempuan muda ini adalah ibuku.”

Kemudian Sang Buddha, mengetahui watak Bhadrakanya yang berasal dari jejak karma lampau, karakternya dan sifatnya, memberikan wejangan Dharma menjelaskan tentang Empat kebenaran Mulia sedemikian rupa, mendengarnya, Bhadrakanya, bagaikan halilintar  pemahaman menghancurkan dua puluh empat puncak gunung pandangan salah tentang ‘aku’ (atman), mencapai tingkatan Srotapanna.

Merealisasikan Dharma, Bhadrakanya menyerukan tiga kali ungkapan kegembiraan ini: “Pertolonganmu yang penuh welas asih telah kau lakukan untukku, Bhante, tidak pernah dilakukan oleh ibuku maupun ayahku, tidak juga oleh para dewa dan para leluhurku, oleh pendeta atau petapa. Samudra darah dan tangisan telah mongering! Pegunungan kerangka telah dutaklukkan! Gerbang penderitaan telah dengan cepat tertutup! Aku telah melampai mereka yang paling sempurna di antara dewa-dewa dan amnesia!” Dan Bhadrakanya kemudian mendeklamasikan syair ini:


Melalui kekuatan spiritualmu, maka tertutuplah jalan menuju kelahiran-kelahiran rendah, sangat menakutkan, sangat penuh dengan karma buruk dan kejahatan;
Terbukalah bagiku jalan menuju Surga; telah kudapatkan jalan menuju Nirvana, penuh dengan kebajikan.
Melalui perlindunganku padamu, hari ini aku telah mencapai kebebasan dari karma buruk, memperoleh kesempurnaan, pandangan sepenuhnya terang.
Dan telah mencapai tujuan yang diinginkan yang dicapai oleh para Buddha – aku telah menyebrang ke pantai seberang dari samudra penderitaan.

O engkau yang di dunia ini dihormati oleh para dewa, manusia dan iblis, yang terbebas dari lahir, tua, sakit dan mati. Ia yang sangat jarang muncul bahkan di ribuan kelahiran – O Suciwan, melihatmu hari ini telah membuahkan buah yang agung!


“Aku telah melampaui [roda kehidupan dan kematian], Bhante, aku telah pergi ke pantai seberang! Aku, diriku ini, pergi berlindung pada Buddha, Dharma dan Sangha. Mohon terimalah aku sebagai upasika mulai hari ini sampai selama aku hidup – aku, makhluk hidup yang telah pergi berlindung dan mempunyai keyakinan yang kuat. Semoga Sang Buddha, bersama-sama dengan Mahamaudgalyayana Yang Suci, sekarang setuju untuk menerima dana dariku.” Sang Buddha mengindikasikan persetujuannya terhadap permintaan Bhadrakanya dengan tetap diam.

Kemudian, setelah memastikan bahwa Sang Buddha dan Arya Mahamaudgalyayana telah duduk dengan nyaman, dengan kedua tangannya sendiri Bhadrakanya melayani dan memuaskan mereka dengan makanan-makanan bersih yang paling lezat, baik keras maupun lembut. Ketika ia melihat Sang Buddha telah seselsai makan, telah mencuci tangannya dan telah menaruh mangkuk dana di sisinya, Bhadrakanya mengambil kursi dan duduk di hadapan Sang Buddha untuk mendengarkan Dharma. Sang Buddha kemudian membabartkan Dharma padanya. Arya Mahamaudgalyayana mendapatkan kembali mangkuk dana Sang Buddha [ yang telah dicuci] dan mengembalikannya pada sang Buddha. Kemudian Sang Buddha berkata, “Maudgalyayana, ayo kita pergi.”


 _/\_
The Siddha Wanderer
“Hanya dengan kesabaran aku dapat menyelamatkan mereka....."

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Sutra Bakti (II)
« Reply #27 on: 05 June 2009, 10:10:49 AM »
owhhh...
kalo gtu, ada baiknya kita masukin jg, sutra bhakti yg aseli sesuai Taisho maupun sutta, biar diskusi berimbang..
Dan bearti thread ini sudah salah kamar, karena sutra bhakti tidak hanya berkembang di dalam mahayana aja...
Silahkan saja, tapi sangat disayangkan kenapa kalau ada yang asli tapi yang palsu malah lebih terkenal dan dicetak terus, sungguh menggenaskan, nanti lama2 tripitaka pun akan hilang diganti tripitaka2 palsu yang lebih poluler dengan ditambah2kan isinya ;D
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline Edward

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.968
  • Reputasi: 85
  • Gender: Male
  • Akulah yang memulai penderitaan ini.....
Re: Sutra Bakti (II)
« Reply #28 on: 05 June 2009, 10:15:10 AM »
Ini yang menurut Kanon Pali...
bagi yg kemaren kurang sreg dengan cetak / salin buku:
http://www.accesstoinsight.org/tipitaka/an/an02/an02.031.than.html

"Monks, I will teach you the level of a person of no integrity and the level of a person of integrity. Listen & pay close attention. I will speak."

"As you say, lord," the monks responded.

The Blessed One said: "Now what is the level of a person of no integrity? A person of no integrity is ungrateful, doesn't acknowledge the help given to him. This ingratitude, this lack of acknowledgment is second nature among rude people. It is entirely on the level of a person of no integrity.

"A person of integrity is grateful & acknowledges the help given to him. This gratitude, this acknowledgment is second nature among fine people. It is entirely on the level of a person of integrity.

{II,iv,2} "I tell you, monks, there are two people who are not easy to repay. Which two? Your mother & father. Even if you were to carry your mother on one shoulder & your father on the other shoulder for 100 years, and were to look after them by anointing, massaging, bathing, & rubbing their limbs, and they were to defecate & urinate right there [on your shoulders], you would not in that way pay or repay your parents. If you were to establish your mother & father in absolute sovereignty over this great earth, abounding in the seven treasures, you would not in that way pay or repay your parents. Why is that? Mother & father do much for their children. They care for them, they nourish them, they introduce them to this world. But anyone who rouses his unbelieving mother & father, settles & establishes them in conviction; rouses his unvirtuous mother & father, settles & establishes them in virtue; rouses his stingy mother & father, settles & establishes them in generosity; rouses his foolish mother & father, settles & establishes them in discernment: To this extent one pays & repays one's mother & father."

“Hanya dengan kesabaran aku dapat menyelamatkan mereka....."

Offline nyanadhana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.903
  • Reputasi: 77
  • Gender: Male
  • Kebenaran melampaui batas persepsi agama...
Re: Sutra Bakti (II)
« Reply #29 on: 05 June 2009, 10:18:17 AM »
mirip The gospel of Mary itu yah yang dimusnahkan ama K en diganti versi mereka...hihihihi...
Sadhana is nothing but where a disciplined one, the love, talks to one’s own soul. It is nothing but where one cleans his own mind.

Offline Edward

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.968
  • Reputasi: 85
  • Gender: Male
  • Akulah yang memulai penderitaan ini.....
Re: Sutra Bakti (II)
« Reply #30 on: 05 June 2009, 10:19:03 AM »
Silahkan saja, tapi sangat disayangkan kenapa kalau ada yang asli tapi yang palsu malah lebih terkenal dan dicetak terus, sungguh menggenaskan, nanti lama2 tripitaka pun akan hilang diganti tripitaka2 palsu yang lebih poluler dengan ditambah2kan isinya ;D
yup, setuju brow..
Tp mksdnya salah kamar, seharusnya di bagian studi sutta/sutra...
Gw setuju jg kalo ini bisa menjadi informasi yang sangat penting, karena untuk memberikan penjelasan yang sebenarnya...
Ato gini aja brow, kita cetak buku tandingan bwt sutra bhakti yg beredar selama ini?
tapi susah jg, yg versi bajakan udh beredar sangat lama dan sangat banyak....
“Hanya dengan kesabaran aku dapat menyelamatkan mereka....."

Offline Edward

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.968
  • Reputasi: 85
  • Gender: Male
  • Akulah yang memulai penderitaan ini.....
Re: Sutra Bakti (II)
« Reply #31 on: 05 June 2009, 10:19:45 AM »
mirip The gospel of Mary itu yah yang dimusnahkan ama K en diganti versi mereka...hihihihi...
:o :o :o di K jg ada versi beginian jg brow?
“Hanya dengan kesabaran aku dapat menyelamatkan mereka....."

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Sutra Bakti (II)
« Reply #32 on: 05 June 2009, 10:23:40 AM »
Silahkan saja, tapi sangat disayangkan kenapa kalau ada yang asli tapi yang palsu malah lebih terkenal dan dicetak terus, sungguh menggenaskan, nanti lama2 tripitaka pun akan hilang diganti tripitaka2 palsu yang lebih poluler dengan ditambah2kan isinya ;D
yup, setuju brow..
Tp mksdnya salah kamar, seharusnya di bagian studi sutta/sutra...
Gw setuju jg kalo ini bisa menjadi informasi yang sangat penting, karena untuk memberikan penjelasan yang sebenarnya...
Ato gini aja brow, kita cetak buku tandingan bwt sutra bhakti yg beredar selama ini?
tapi susah jg, yg versi bajakan udh beredar sangat lama dan sangat banyak....
Itu maksud yang inign saya katakan, bahkan sampai ada filmnya dan itu versi bajakan lho ;D

Intinya apakan dalam buddhis di perbolehkan memberikan informasi yang tidak benar? walaupun arti kata itu tidak ada yang salah dan bertentangan tetap saja itu adalah pembenaran lho, itu pembodohan, dan orang2 yang menyalin sutra itu bukankah telah di bodohi juga?
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline Edward

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.968
  • Reputasi: 85
  • Gender: Male
  • Akulah yang memulai penderitaan ini.....
Re: Sutra Bakti (II)
« Reply #33 on: 05 June 2009, 10:30:22 AM »
ato yg membajak tersebut sebenernya kga tau jg kalo itu versi bajakan?
ato yg menggembar-gemborkan sutra versi bajakan tersebut lebih kga tau lg klo itu bajakan?
ato karena udh kga tau versi bajakan, umat pun pas baca sutra bajakan tersebut, cma manggut2 aja menjadi bagian dlm rantai pembajakan sutra ini?
“Hanya dengan kesabaran aku dapat menyelamatkan mereka....."

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Sutra Bakti (II)
« Reply #34 on: 05 June 2009, 10:33:35 AM »
ato yg membajak tersebut sebenernya kga tau jg kalo itu versi bajakan?
ato yg menggembar-gemborkan sutra versi bajakan tersebut lebih kga tau lg klo itu bajakan?
ato karena udh kga tau versi bajakan, umat pun pas baca sutra bajakan tersebut, cma manggut2 aja menjadi bagian dlm rantai pembajakan sutra ini?
Ato mahayana hanya ingin memuaskan umatnya?
ato mahayana tidak mau tahu hal ini?
ato mahayana ....................
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline naviscope

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.084
  • Reputasi: 48
Re: Sutra Bakti (II)
« Reply #35 on: 05 June 2009, 10:39:45 AM »
^
^

kalau versi yang bajakan lebih bagus dari asli-nya.
gimana donk? hehehe...
Tinggalkan masa lalu, lepaskan beban akan masa depan, tidak terikat dengan yang sekarang maka kamu akan merasakan kedamain batin.

Leave the past alone, do not worry about the future, do not cling to the present and you will achieve calm.

Offline naviscope

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.084
  • Reputasi: 48
Re: Sutra Bakti (II)
« Reply #36 on: 05 June 2009, 10:43:51 AM »
kalau tidak ada yang menyalin ato menyebarkan sutra
sutra itu jadi kurang dikenal orang dan terakhir alih alih dilupakan oleh orang

inti-nya itu sech
Tinggalkan masa lalu, lepaskan beban akan masa depan, tidak terikat dengan yang sekarang maka kamu akan merasakan kedamain batin.

Leave the past alone, do not worry about the future, do not cling to the present and you will achieve calm.

Offline Edward

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.968
  • Reputasi: 85
  • Gender: Male
  • Akulah yang memulai penderitaan ini.....
Re: Sutra Bakti (II)
« Reply #37 on: 05 June 2009, 11:08:50 AM »
Ato mahayana hanya ingin memuaskan umatnya?
ato mahayana tidak mau tahu hal ini?
ato mahayana ....................

walaupun gw kga tau, tp klo subjeknya mahayana,ini udah termasuk judgemental..
paradigma bahwa manayana begini, mahayana begitu...
padahal yg berbuat hanya "oknum"...

devadatta aja yg hidup pada masa Buddha Gotama dan mendapat bimbingan langsung aja masih bisa terjerumus ke neraka avicci...Kalo kyk gtu, yg slh ajarannya, Sang Buddha yang kga bisa bimbing, ato gmn? ;D
“Hanya dengan kesabaran aku dapat menyelamatkan mereka....."

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Sutra Bakti (II)
« Reply #38 on: 05 June 2009, 11:15:28 AM »
Ato mahayana hanya ingin memuaskan umatnya?
ato mahayana tidak mau tahu hal ini?
ato mahayana ....................

walaupun gw kga tau, tp klo subjeknya mahayana,ini udah termasuk judgemental..
paradigma bahwa manayana begini, mahayana begitu...
padahal yg berbuat hanya "oknum"...

devadatta aja yg hidup pada masa Buddha Gotama dan mendapat bimbingan langsung aja masih bisa terjerumus ke neraka avicci...Kalo kyk gtu, yg slh ajarannya, Sang Buddha yang kga bisa bimbing, ato gmn? ;D
Karena nampak dipermukaan di mahayana lebih berkembang sutra ini, bukan di theravada keknya.

Mau tanya juga, kalau berbohong memakai nama Buddha boleh yak?

Apakah orang yang menyalin sutra ini akan mendapatkan apa yang dijanjikan oleh sutra ini, atau malah menjerumuskan kedalam neraka (karena telah meneruskan kebohongan terus)?
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline nyanadhana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.903
  • Reputasi: 77
  • Gender: Male
  • Kebenaran melampaui batas persepsi agama...
Re: Sutra Bakti (II)
« Reply #39 on: 05 June 2009, 11:26:42 AM »
bajakan selalu menarik sih...
Sadhana is nothing but where a disciplined one, the love, talks to one’s own soul. It is nothing but where one cleans his own mind.

Offline sobat-dharma

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.286
  • Reputasi: 45
  • Gender: Male
  • sharing, caring, offering
Re: Sutra Bakti (II)
« Reply #40 on: 05 June 2009, 11:35:46 AM »
Jika kita jujur, apakah baik Theravada maupun Mahayana dapat menjamin 100% semua sutta/sutra yang yang ada dalam kumpulan Tripitaka/Tipitaka adalah otentik. Kenyataannya usaha untuk memilah-milah mana sutra/sutta yang otentik mana yang tidak bukankah seringkali hanyalah kerja intelektual belaka.

Dalam Theravada sendiri muncul pada sebagian penganutnya pandangan yang tidak mengijinkan untuk mempertanyakan keaslian sutta-sutta dalam kumpulan Tipitaka? Bukankah pandangan ini menolak bahwa jika seorang dengan sewenang2 menggunakan logika memilah-milah sutta mana yang asli dan palsu dianggap sebagai hal yang tidak dapat dipertanggungjawabkan? Bukankah kemudian dianjurkan ehipassiko dan praktik sebagai sarana yang valid untuk menilai keotentikan sutta dibandingkan hanya mengandalkan logika?

Saya heran, mengapa pandangan demikian tidak bisa diterapkan juga untuk sutra-sutra dalam Mahayana? 

Dalam hal ini saya melihat Mahayanis seperti bro. Tan adalah yang cukup terbuka dengan pandangan bahwa kemungkinan adanya sutra aspal dalam Mahayana. Pemikiran ini jujur dan tidak menipu diri sendiri. Secara terbuka, bro Tan bahkan mengakui bahwa tidak masalah apakah sebuah sutra itu aspal namun isinya lebih penting daripada otentisitasnya. Ini sangat bebeda dengan orang-orang yang dalam dirinya mempertanyakan keotentikan sutra/sutta namun harus terus-menerus menepis keraguannya secara diam-diam semata-mata di lingkungannya menganut superioritas kebenaran sutra/sutta sebagai yang tertinggi. Orang yang demikian justru menipu diri sendiri dan terjebak dalam kebohongan tanpa akhir...

Paham tentang superioritas sutra yang mengatasi segala-galanya yang demikian, saya khawatir akan menyebabkan seseorang menjadi "fundamentalis kitab suci." Mereka kemudian menjadikan isi kitab suci sebagai doktrin yang tak terbantahkan dan aturan baku sebagaimana dalam ajaran-ajaran samawi. Hal demikian dapat menyebabkan seseorang melupakan bahwa hakikat dari kitab suci yang hanya merupakan petunjuk, bukan kebenaran itu sendiri.  Sebagai sebuah petunjuk, maka apa yang ditunjuk olehnya lebih penting ketimbang alat untuk menunjuk itu sendiri. Dalam hal ini, untuk meraih kebenaran Buddhadharma seseorang harus melampaui kitab suci apapun.

Oleh karena itu, saya sangat menghargai sikap bro. Tan yang berpegangan pada anggapan bahwa jika suatu kitab suci tidak bertentangan dengan hakikat Buddhadharma, maka otentik atau tidak otentik bukanlah masalah. Buddhisme hakikatnya hanya mengenal "fundamentalisme nirvana", bukan fundamentalisme kitab suci ataupun metode praktik tertentu. Menentukan otentik atau tidak otentiknya suatu karya adalah kerja ilmuwan forensik dan filologi (ilmu tetang teks kuno), bukan urusan seseorang yang berniat mempraktikkan Buddhadharma...

Demikianlah pandangan saya tentang Sutra Bakti dan pendapat Bro Tan tentangnya.
« Last Edit: 05 June 2009, 11:38:39 AM by sobat-dharma »
Mereka yang melihat-Ku dari wujud dan mengikuti-Ku dari suara terlibat dalam upaya salah. Mereka takkan melihat Aku. Dari Dharma-lah mestinya ia melihat Para Buddha. Dari Dharmakaya datang tuntunan baginya. Namun hakikat sejati Dharma tak terlihat dan tiada seorangpun bisa menyadarinya sebagai obyek

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Sutra Bakti (II)
« Reply #41 on: 05 June 2009, 11:57:28 AM »
Jika kita jujur, apakah baik Theravada maupun Mahayana dapat menjamin 100% semua sutta/sutra yang yang ada dalam kumpulan Tripitaka/Tipitaka adalah otentik. Kenyataannya usaha untuk memilah-milah mana sutra/sutta yang otentik mana yang tidak bukankah seringkali hanyalah kerja intelektual belaka.

Dalam Theravada sendiri muncul pada sebagian penganutnya pandangan yang tidak mengijinkan untuk mempertanyakan keaslian sutta-sutta dalam kumpulan Tipitaka? Bukankah pandangan ini menolak bahwa jika seorang dengan sewenang2 menggunakan logika memilah-milah sutta mana yang asli dan palsu dianggap sebagai hal yang tidak dapat dipertanggungjawabkan? Bukankah kemudian dianjurkan ehipassiko dan praktik sebagai sarana yang valid untuk menilai keotentikan sutta dibandingkan hanya mengandalkan logika?

Saya heran, mengapa pandangan demikian tidak bisa diterapkan juga untuk sutra-sutra dalam Mahayana? 

Dalam hal ini saya melihat Mahayanis seperti bro. Tan adalah yang cukup terbuka dengan pandangan bahwa kemungkinan adanya sutra aspal dalam Mahayana. Pemikiran ini jujur dan tidak menipu diri sendiri. Secara terbuka, bro Tan bahkan mengakui bahwa tidak masalah apakah sebuah sutra itu aspal namun isinya lebih penting daripada otentisitasnya. Ini sangat bebeda dengan orang-orang yang dalam dirinya mempertanyakan keotentikan sutra/sutta namun harus terus-menerus menepis keraguannya secara diam-diam semata-mata di lingkungannya menganut superioritas kebenaran sutra/sutta sebagai yang tertinggi. Orang yang demikian justru menipu diri sendiri dan terjebak dalam kebohongan tanpa akhir...

Paham tentang superioritas sutra yang mengatasi segala-galanya yang demikian, saya khawatir akan menyebabkan seseorang menjadi "fundamentalis kitab suci." Mereka kemudian menjadikan isi kitab suci sebagai doktrin yang tak terbantahkan dan aturan baku sebagaimana dalam ajaran-ajaran samawi. Hal demikian dapat menyebabkan seseorang melupakan bahwa hakikat dari kitab suci yang hanya merupakan petunjuk, bukan kebenaran itu sendiri.  Sebagai sebuah petunjuk, maka apa yang ditunjuk olehnya lebih penting ketimbang alat untuk menunjuk itu sendiri. Dalam hal ini, untuk meraih kebenaran Buddhadharma seseorang harus melampaui kitab suci apapun.

Oleh karena itu, saya sangat menghargai sikap bro. Tan yang berpegangan pada anggapan bahwa jika suatu kitab suci tidak bertentangan dengan hakikat Buddhadharma, maka otentik atau tidak otentik bukanlah masalah. Buddhisme hakikatnya hanya mengenal "fundamentalisme nirvana", bukan fundamentalisme kitab suci ataupun metode praktik tertentu. Menentukan otentik atau tidak otentiknya suatu karya adalah kerja ilmuwan forensik dan filologi (ilmu tetang teks kuno), bukan urusan seseorang yang berniat mempraktikkan Buddhadharma...

Demikianlah pandangan saya tentang Sutra Bakti dan pendapat Bro Tan tentangnya.
Berarti di kemudian hari saya membuat sutra yang di atas namakan Buddha tidak masalah ya?
Yang penting tidak bertentangan gitu?
misalnya, saya mencomot ajaran sana dan sini kemudian di satukan dan seakan2 Buddha yang berkata boleh ya?

pada akhirnya maka :
"Ada penderitaan, tapi tidak ada yang menderita,
Ada jalan, tapi tidak ada yang menempuhnya,
Ada nibbana, tapi tidak ada yang mencapainya."
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline marcedes

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.528
  • Reputasi: 70
  • Gender: Male
  • May All Being Happinesssssssss
Re: Sutra Bakti (II)
« Reply #42 on: 05 June 2009, 12:18:17 PM »
Ato mahayana hanya ingin memuaskan umatnya?
ato mahayana tidak mau tahu hal ini?
ato mahayana ....................

walaupun gw kga tau, tp klo subjeknya mahayana,ini udah termasuk judgemental..
paradigma bahwa manayana begini, mahayana begitu...
padahal yg berbuat hanya "oknum"...

devadatta aja yg hidup pada masa Buddha Gotama dan mendapat bimbingan langsung aja masih bisa terjerumus ke neraka avicci...Kalo kyk gtu, yg slh ajarannya, Sang Buddha yang kga bisa bimbing, ato gmn? ;D
eh,dulu kan devadatta sebagai pertapa yang mengajarkan sang buddha sewaktu masih seorang raja mengenai dharma, sekarang devadatta jadi jahat, dan buddha nya jadi baik....apakah nanti buddha nya jadi jahat, devadatta nya jadi baik...?
bingung saya..

saudara Ryu,
memang bakalan sesuai signature saya

salam metta.
Ada penderitaan,tetapi tidak ada yang menderita
Ada jalan tetapi tidak ada yang menempuhnya
Ada Nibbana tetapi tidak ada yang mencapainya.

TALK LESS DO MOREEEEEE !!!

Offline Tan

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 510
  • Reputasi: 31
Re: Sutra Bakti (II)
« Reply #43 on: 05 June 2009, 12:22:54 PM »
RYU:

Berarti di kemudian hari saya membuat sutra yang di atas namakan Buddha tidak masalah ya?
Yang penting tidak bertentangan gitu?
misalnya, saya mencomot ajaran sana dan sini kemudian di satukan dan seakan2 Buddha yang berkata boleh ya?

TAN:

Bukan masalah boleh dan tidak boleh. Kalau memang ada orang atau beberapa orang yang mendapatkan manfaat dari "karya" comot sana comot sini Anda, mengapa saya harus melarang? Jujur saja, dalam melakukan posting kita (setidaknya saya) juga pernah comot sini dan comot sana, bukan? Dalam menulis sesuatu saya juga comot dari buku ini buku itu, Sutra ini Sutra itu, Sutta ini Sutta itu. Tetapi selama ada yang mendapatkan manfaat, mengapa harus dilarang? Begitu pula dengan Sutra2 "aspal" di atas. Di sini kita berbeda persepsi lagi. Bagi Anda itu adalah suatu "pembodohan." Bagi saya itu bukan "pembodohan," karena saya tidak merasa "dibodohi." Pembodohan dapat dianggap terjadi kalau ada yang merasa dibodohi. Nah, dalam hal ini saya tidak merasa "dibodohi." Sebagai tambahan, melarang dan memperbolehkan sesuatu jelas di luar wewenang saya (entah kalau Anda). Jadi pertanyaan boleh dan tidak boleh itu tidak dapat saya jawab (karena di luar wewenang saya).

Demikian pandangan saya.

Amiduofo,

Tan
« Last Edit: 05 June 2009, 12:26:57 PM by Tan »

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Sutra Bakti (II)
« Reply #44 on: 05 June 2009, 12:26:58 PM »
RYU:

Berarti di kemudian hari saya membuat sutra yang di atas namakan Buddha tidak masalah ya?
Yang penting tidak bertentangan gitu?
misalnya, saya mencomot ajaran sana dan sini kemudian di satukan dan seakan2 Buddha yang berkata boleh ya?

TAN:

Bukan masalah boleh dan tidak boleh. Kalau memang ada orang atau beberapa orang yang mendapatkan manfaat dari "karya" comot sana comot sini Anda, mengapa saya harus melarang? Jujur saja, dalam melakukan posting kita (setidaknya saya) juga pernah comot sini dan comot sana, bukan? Dalam menulis sesuatu saya juga comot dari buku ini buku itu, Sutra ini Sutra itu, Sutta ini Sutta itu. Tetapi selama ada yang mendapatkan manfaat, mengapa harus dilarang? Melarang dan memperbolehkan sesuatu jelas di luar wewenang saya (entah kalau Anda).

Demikian pandangan saya.

Amiduofo,

Tan
Yang mau ditekankan disini, bolehkah berbohong atas nama Buddha? ini sudah termasuk ucapan benar atau tidak?
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline Tan

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 510
  • Reputasi: 31
Re: Sutra Bakti (II)
« Reply #45 on: 05 June 2009, 12:31:17 PM »
RYU:

Karena nampak dipermukaan di mahayana lebih berkembang sutra ini, bukan di theravada keknya.

Mau tanya juga, kalau berbohong memakai nama Buddha boleh yak?

Apakah orang yang menyalin sutra ini akan mendapatkan apa yang dijanjikan oleh sutra ini, atau malah menjerumuskan kedalam neraka (karena telah meneruskan kebohongan terus)?

TAN:

Bukannya saya setuju dengan Sutra itu. Tapi ingin memberikan bahan pertimbangan lain. Saya ingin komen masalah yang ini: "Apakah orang yang menyalin sutra ini akan mendapatkan apa yang dijanjikan oleh sutra ini, atau malah menjerumuskan kedalam neraka (karena telah meneruskan kebohongan terus)?" Jawabnya kita (atau setidaknya saya) tidak tahu. Kita tidak tahu apakah orang yang menyalin sutra itu akan mendapatkan janji Sutra tersebut atau malah masuk ke neraka; KECUALI Anda dapat memberikan bukti DEFINITIF yang teruji, bahwa orang yang menyalin Sutra memang mendapatkan janji seperti yang termaktub di sana atau malah masuk neraka. Selama belum ada bukti definitif saya memilih diam saja.

Amiduofo,

Tan

Offline Tan

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 510
  • Reputasi: 31
Re: Sutra Bakti (II)
« Reply #46 on: 05 June 2009, 12:34:02 PM »
RYU:

Yang mau ditekankan disini, bolehkah berbohong atas nama Buddha? ini sudah termasuk ucapan benar atau tidak?

TAN:

Berbohong dalam artian apa dulu. Anda tidak jelas dan spesifik di sini. Berbohong atas nama Buddha bisa juga dalam artian:

1)Menggelapkan uang umat
2)Menarik dana umat untuk kepentingan diri sendiri
3)Membabarkan suatu ajaran Dhamma, tetapi punya maksud2 terselubung demi kepentingan diri sendiri.

dll.

Nah, Anda perlu paparkan terlebih dahulu secara jelas, apakah maksud "berbohong" itu.

Amiduofo,

Tan

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Sutra Bakti (II)
« Reply #47 on: 05 June 2009, 12:37:16 PM »
RYU:

Yang mau ditekankan disini, bolehkah berbohong atas nama Buddha? ini sudah termasuk ucapan benar atau tidak?

TAN:

Berbohong dalam artian apa dulu. Anda tidak jelas dan spesifik di sini. Berbohong atas nama Buddha bisa juga dalam artian:

1)Menggelapkan uang umat
2)Menarik dana umat untuk kepentingan diri sendiri
3)Membabarkan suatu ajaran Dhamma, tetapi punya maksud2 terselubung demi kepentingan diri sendiri.

dll.

Nah, Anda perlu paparkan terlebih dahulu secara jelas, apakah maksud "berbohong" itu.

Amiduofo,

Tan
Membabarkan Dhamma tapi malah menyesatkan Dhamma tersebut.
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Sutra Bakti (II)
« Reply #48 on: 05 June 2009, 12:38:28 PM »
RYU:

Karena nampak dipermukaan di mahayana lebih berkembang sutra ini, bukan di theravada keknya.

Mau tanya juga, kalau berbohong memakai nama Buddha boleh yak?

Apakah orang yang menyalin sutra ini akan mendapatkan apa yang dijanjikan oleh sutra ini, atau malah menjerumuskan kedalam neraka (karena telah meneruskan kebohongan terus)?

TAN:

Bukannya saya setuju dengan Sutra itu. Tapi ingin memberikan bahan pertimbangan lain. Saya ingin komen masalah yang ini: "Apakah orang yang menyalin sutra ini akan mendapatkan apa yang dijanjikan oleh sutra ini, atau malah menjerumuskan kedalam neraka (karena telah meneruskan kebohongan terus)?" Jawabnya kita (atau setidaknya saya) tidak tahu. Kita tidak tahu apakah orang yang menyalin sutra itu akan mendapatkan janji Sutra tersebut atau malah masuk ke neraka; KECUALI Anda dapat memberikan bukti DEFINITIF yang teruji, bahwa orang yang menyalin Sutra memang mendapatkan janji seperti yang termaktub di sana atau malah masuk neraka. Selama belum ada bukti definitif saya memilih diam saja.

Amiduofo,

Tan
Hanya membiarkan? tanpa memberikan pandangan benar?
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Sutra Bakti (II)
« Reply #49 on: 05 June 2009, 12:41:16 PM »
RYU:

Berarti di kemudian hari saya membuat sutra yang di atas namakan Buddha tidak masalah ya?
Yang penting tidak bertentangan gitu?
misalnya, saya mencomot ajaran sana dan sini kemudian di satukan dan seakan2 Buddha yang berkata boleh ya?

TAN:

Bukan masalah boleh dan tidak boleh. Kalau memang ada orang atau beberapa orang yang mendapatkan manfaat dari "karya" comot sana comot sini Anda, mengapa saya harus melarang? Jujur saja, dalam melakukan posting kita (setidaknya saya) juga pernah comot sini dan comot sana, bukan? Dalam menulis sesuatu saya juga comot dari buku ini buku itu, Sutra ini Sutra itu, Sutta ini Sutta itu. Tetapi selama ada yang mendapatkan manfaat, mengapa harus dilarang? Begitu pula dengan Sutra2 "aspal" di atas. Di sini kita berbeda persepsi lagi. Bagi Anda itu adalah suatu "pembodohan." Bagi saya itu bukan "pembodohan," karena saya tidak merasa "dibodohi." Pembodohan dapat dianggap terjadi kalau ada yang merasa dibodohi. Nah, dalam hal ini saya tidak merasa "dibodohi." Sebagai tambahan, melarang dan memperbolehkan sesuatu jelas di luar wewenang saya (entah kalau Anda). Jadi pertanyaan boleh dan tidak boleh itu tidak dapat saya jawab (karena di luar wewenang saya).

Demikian pandangan saya.

Amiduofo,

Tan
wah ada editan ya, ok, saya merasa telah di bodohi oleh Sutra ini. Berarti orang yang angguk2 saja, beriman terhadap sutra ini tidak di bodohi, ok case closed dahh.
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline Tan

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 510
  • Reputasi: 31
Re: Sutra Bakti (II)
« Reply #50 on: 05 June 2009, 01:13:14 PM »
RYU:

Hanya membiarkan? tanpa memberikan pandangan benar?

TAN:

Wah, nampaknya Anda hanya menafsirkan secara sepotong2. Bagaimana Anda tahu bahwa saya tidak memberikan pandangan benar. Jadi begini, saya juga kurang setuju kalau hanya dengan menyalin Sutra saja dapat membawa seseorang ke alam surga (walaupun menyalin Sutra adalah tindakan yang bajik, setidaknya demikian menurut Mahayana). Bagi saya itu perlu diimbangi dengan tindakan kusala karma lainnya. Sebagai contoh, ada orang berdagang narkoba dan banyak menebar kebencian sepanjang hidupnya, terus dia menyalin Sutra sebanyak 1.000.000.000.000 kopi. Nah, apakah dia bisa terlahir di alam surga hanya karena menyalin Sutra?
Inilah penjelasan yang sering saya berikan pada orang lain. Tetapi semuanya itu berpulang pada orangnya sendiri. Saya tidak memaksa. Jadi di sini perlu jalan tengah; yaitu tidak membiarkan dan juga tidak memaksa.

Kedua, kita menganut prinsip yang berbeda. Nampaknya bagi Anda kalau dalam sekeranjang jeruk ada yang busuk satu atau dua, maka Anda langsung buang semua.
Bagi saya beda. Dalam sekeranjang jeruk, meskipun banyak yang busuk, saya tetap akan pilah2 mana yang masih layak makan. Kendati hanya ada satu jeruk yang baik, saya tetap akan mengambilnya. Bagi saya apapun juga dapat diambil manfaatnya, karena itu kita mesti pintar pilah-pilah.

Demikian tanggapan saya.

Amiduofo,

Tan

Offline Tan

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 510
  • Reputasi: 31
Re: Sutra Bakti (II)
« Reply #51 on: 05 June 2009, 01:17:57 PM »
RYU:

wah ada editan ya, ok, saya merasa telah di bodohi oleh Sutra ini. Berarti orang yang angguk2 saja, beriman terhadap sutra ini tidak di bodohi, ok case closed dahh.

TAN:

Ya Anda merasa dibodohi itu adalah urusan Anda. Memaksa orang lain agar merasa "dibodohi" juga adalah tindakan yang tidak bijaksana. Mungkin Sutra itu aspal, tetapi banyak juga orang yang beroleh manfaat darinya dan hidup lebih baik. Bagi saya tidak bijaksana, kalau saya terus memaksa agar orang yang telah beroleh manfaat dari Sutra itu merasa "dibodohi."
Kecuali seperti yang saya katakan sebelumnya, kalau ada ajaran yang terang-terangan bertentangan dengan 4KM dan JMB8, seperti: "Mencurilah makan engkau akan terlahir di alam surga." Nah, kalau sudah seperti itu ceritanya lain.

Nah, sampai di sini kita mungkin beda pandangan. Semoga bisa saling menghormati pandangan masing-masing.

Amiduofo,

Tan

Offline Tan

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 510
  • Reputasi: 31
Re: Sutra Bakti (II)
« Reply #52 on: 05 June 2009, 01:21:14 PM »
RYU:

Membabarkan Dhamma tapi malah menyesatkan Dhamma tersebut.

TAN:

Sesat dan tidak sesat adalah sangat subyektif. Bagi kita mungkin adalah sesat, tetapi bagi orang lain tidak. Agama Buddha jelas adalah ajaran sesat menurut agama XXX, tetapi apakah ajaran Buddha itu sesat menurut kita? Kalau melabeli sesat dan tidak sesat ya susah lah.

Amiduofo,

Tan

Offline hatRed

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 7.400
  • Reputasi: 138
  • step at the right place to be light
Re: Sutra Bakti (II)
« Reply #53 on: 05 June 2009, 01:24:22 PM »
Emang, racun di dalam teh.... kagak berasa....

Entar setelah sekian lama diminum baru deh...racunnya breaksi...

Saat itu kita tersadar, kalo udah minum racun... padahal ada teh nya juga...
« Last Edit: 05 June 2009, 01:26:11 PM by hatRed »
i'm just a mammal with troubled soul



Offline sobat-dharma

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.286
  • Reputasi: 45
  • Gender: Male
  • sharing, caring, offering
Re: Sutra Bakti (II)
« Reply #54 on: 05 June 2009, 01:28:25 PM »
Berarti di kemudian hari saya membuat sutra yang di atas namakan Buddha tidak masalah ya?
Yang penting tidak bertentangan gitu?
misalnya, saya mencomot ajaran sana dan sini kemudian di satukan dan seakan2 Buddha yang berkata boleh ya?

Saya tidak mengatakan kita boleh membuatnya sesuka kita. Saya rasa kesimpulan demikian terlalu menggeneralisir. Pendirian ini hanya berlaku untuk sutra/sutta yang telah ada.
Mereka yang melihat-Ku dari wujud dan mengikuti-Ku dari suara terlibat dalam upaya salah. Mereka takkan melihat Aku. Dari Dharma-lah mestinya ia melihat Para Buddha. Dari Dharmakaya datang tuntunan baginya. Namun hakikat sejati Dharma tak terlihat dan tiada seorangpun bisa menyadarinya sebagai obyek

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Sutra Bakti (II)
« Reply #55 on: 05 June 2009, 01:30:11 PM »
RYU:

Hanya membiarkan? tanpa memberikan pandangan benar?

TAN:

Wah, nampaknya Anda hanya menafsirkan secara sepotong2. Bagaimana Anda tahu bahwa saya tidak memberikan pandangan benar. Jadi begini, saya juga kurang setuju kalau hanya dengan menyalin Sutra saja dapat membawa seseorang ke alam surga (walaupun menyalin Sutra adalah tindakan yang bajik, setidaknya demikian menurut Mahayana). Bagi saya itu perlu diimbangi dengan tindakan kusala karma lainnya. Sebagai contoh, ada orang berdagang narkoba dan banyak menebar kebencian sepanjang hidupnya, terus dia menyalin Sutra sebanyak 1.000.000.000.000 kopi. Nah, apakah dia bisa terlahir di alam surga hanya karena menyalin Sutra?
Inilah penjelasan yang sering saya berikan pada orang lain. Tetapi semuanya itu berpulang pada orangnya sendiri. Saya tidak memaksa. Jadi di sini perlu jalan tengah; yaitu tidak membiarkan dan juga tidak memaksa.

Kedua, kita menganut prinsip yang berbeda. Nampaknya bagi Anda kalau dalam sekeranjang jeruk ada yang busuk satu atau dua, maka Anda langsung buang semua.
Bagi saya beda. Dalam sekeranjang jeruk, meskipun banyak yang busuk, saya tetap akan pilah2 mana yang masih layak makan. Kendati hanya ada satu jeruk yang baik, saya tetap akan mengambilnya. Bagi saya apapun juga dapat diambil manfaatnya, karena itu kita mesti pintar pilah-pilah.

Demikian tanggapan saya.

Amiduofo,

Tan
Ya prinsip kita berbeda, kalau ada yang busuk atau buruk saya rasa lebih baik di buang dari pada merusak yang baik (dan caranya ya tidak harus dengan kekerasan toh?)
Dalam hal ini pun Menurut Ko Tan dalam sutra ini ada yang baik tapi ada yang tidak baik juga khan? ingat ko karena nila setitik rusak susu sebelangga ;D
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Sutra Bakti (II)
« Reply #56 on: 05 June 2009, 01:34:16 PM »
RYU:

wah ada editan ya, ok, saya merasa telah di bodohi oleh Sutra ini. Berarti orang yang angguk2 saja, beriman terhadap sutra ini tidak di bodohi, ok case closed dahh.

TAN:

Ya Anda merasa dibodohi itu adalah urusan Anda. Memaksa orang lain agar merasa "dibodohi" juga adalah tindakan yang tidak bijaksana. Mungkin Sutra itu aspal, tetapi banyak juga orang yang beroleh manfaat darinya dan hidup lebih baik. Bagi saya tidak bijaksana, kalau saya terus memaksa agar orang yang telah beroleh manfaat dari Sutra itu merasa "dibodohi."
Kecuali seperti yang saya katakan sebelumnya, kalau ada ajaran yang terang-terangan bertentangan dengan 4KM dan JMB8, seperti: "Mencurilah makan engkau akan terlahir di alam surga." Nah, kalau sudah seperti itu ceritanya lain.

Nah, sampai di sini kita mungkin beda pandangan. Semoga bisa saling menghormati pandangan masing-masing.

Amiduofo,

Tan
Lho bukan kah "sebarkanlah sutra ini maka Orang tuamu akan terlahir di alam surga." Nah, bukankah seperti itu ceritanya?
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Sutra Bakti (II)
« Reply #57 on: 05 June 2009, 01:35:20 PM »
RYU:

Membabarkan Dhamma tapi malah menyesatkan Dhamma tersebut.

TAN:

Sesat dan tidak sesat adalah sangat subyektif. Bagi kita mungkin adalah sesat, tetapi bagi orang lain tidak. Agama Buddha jelas adalah ajaran sesat menurut agama XXX, tetapi apakah ajaran Buddha itu sesat menurut kita? Kalau melabeli sesat dan tidak sesat ya susah lah.

Amiduofo,

Tan
Label sesat tidak sesat itu acuannya dari kitab yang bersangkutan ko, dan itu sudah ada aturannya khan.
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline Elin

  • DhammaCitta Press
  • KalyanaMitta
  • *
  • Posts: 4.377
  • Reputasi: 222
  • Gender: Female
Re: Sutra Bakti (II)
« Reply #58 on: 05 June 2009, 01:36:09 PM »
 [at]  bro Ryu,

emang salah ya kalo anak berbakti ama orang tua nya? ???

Offline Elin

  • DhammaCitta Press
  • KalyanaMitta
  • *
  • Posts: 4.377
  • Reputasi: 222
  • Gender: Female
Re: Sutra Bakti (II)
« Reply #59 on: 05 June 2009, 01:36:45 PM »
Lho bukan kah "sebarkanlah sutra ini maka Orang tuamu akan terlahir di alam surga." Nah, bukankah seperti itu ceritanya?

menurut bro Ryu, ini gak ada hubungannya gt?
makanya bro Ryu berpendapat ini sesat..?

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Sutra Bakti (II)
« Reply #60 on: 05 June 2009, 01:37:10 PM »
Berarti di kemudian hari saya membuat sutra yang di atas namakan Buddha tidak masalah ya?
Yang penting tidak bertentangan gitu?
misalnya, saya mencomot ajaran sana dan sini kemudian di satukan dan seakan2 Buddha yang berkata boleh ya?

Saya tidak mengatakan kita boleh membuatnya sesuka kita. Saya rasa kesimpulan demikian terlalu menggeneralisir. Pendirian ini hanya berlaku untuk sutra/sutta yang telah ada.

Karena demikianlah yang saya baca, sutra aspal asal tidak bertentangan dengan 4km jmb8 maka tidak apa2 ;D
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline hatRed

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 7.400
  • Reputasi: 138
  • step at the right place to be light
Re: Sutra Bakti (II)
« Reply #61 on: 05 June 2009, 01:42:11 PM »
Maaf, permisi bentar ;D

di page 2 bro Edward memberikan beberapa salinan yg dianggap Sutra Bakti... ;D

sebenarnya yg didebatkan sutra bakti yg versi mana?


Spoiler: ShowHide

Nih, tak quote sutra Bhakti yg aseli menurut thread sebelumnya..
Versi asli dalam koleksi Mahayana Tiongkok :
3. 佛說父母恩難報經 Fo Shuo Fu Mu En Nan Bao Jing
No.0684, kategori: Kumpulan Sutra.
Penerjemah: AnShiKao, masa dinasti Han

Sutra Hyang Buddha Mewejangkan Sulitnya Membalas Jasa Orang Tua
(佛說父母恩難報經 Fo Shuo Fu Mu En Nan Bao Jing)
Penerjemah sanskerta ke bahasa Tiongkok : Master Tripitaka AnShigao , Masa Dinasti Han Timur.

Demikianlah yang aku dengar.

Pada suatu ketika, Hyang Bhagava berdiam di Kota Sravasti, Hutan Jeta, Taman Anathapindika. Pada saat itu, Hyang Bhagava berkata kepada para bhiksu, “Orang tua dari anak memiliki jasa yang besar. Mereka menyusui, merawat dan mendidik anak setiap saat hingga tumbuh besar. Sedangkan bila seorang anak memikul ayahnya dipundak kiri dan memikul ibunya dipundak kanan selama ribuan tahun, walau orang tua nya membuang kotoran di atas pundaknya, sang anak tetap tidak merasa marah. Meskipun [sang anak telah berbuat demikian], jasa baik orang tua tetap tidak cukup terbalaskan."

Seorang anak sepatutnya mengajarkan praktik cinta kasih kepada orang tua,  bila orang tua tidak memiliki keyakinan pada ajaran [dharma], hendaknya mengajarkannya hingga memiliki keyakinan pada ajaran [dharma], agar mereka memperoleh kedamaian [nibbana]. Bila mereka tidak memiliki sila, hendaknya mengajarkan praktik sila, agar memperoleh kedamaian [nibbana]. Bila mereka tidak pernah mendengar [dharma], hendaknya mengusahakan mereka mendengarkan [dharma], agar memperoleh kedamaian [nibbana]. Bila mereka memiliki watak serakah, hendaknya mengajarkan praktik dana, hingga mereka dapat berdana dengan sukacita, agar memperoleh kedamaian. Hendaknya mengajarkan mereka agar dapat memiliki keyakinan bahwa Tathagata telah mencapai Pencerahan sempurna, Sang Sugata, Yang telah sempurna tindak tanduknya, Pengenal segenap alam, Yang tiada bandingannya, Guru para dewa dan manusia, Yang tercerahkan, Yang maha mulia. Agar mereka memperoleh kedamaian. Hendaknya mengajarkan mereka memiliki keyakinan pada sangha suci. Dharma memiliki makna yang dalam dan halus, dengan mempraktikkannya maka pada kehidupan sekarang akan memperoleh buahnya, yang mana para bijak memahami dan menembus makna tentang praktik ini. Demikianlah Sangha suci dari Sang Tathagata yang mana tindak tanduk mereka telah suci, batin mereka lurus, hidup dalam keharmonisan, mereka telah berhasil dalam dharma, berhasil dalam sila, berhasil dalam samadhi, berhasil dalam prajna, berhasil dalam pembebasan, berhasil dalam pengetahuan pembebasan, berhasil dalam kebijaksanaan, demikianlah mereka disebut Sangha suci, yang terdiri atas 4 pasang makhluk  8 jenis makhluk ariya dalam Sangha suci Sang Tathagata yang maha mulia. Dengan memberi hormat pada perkumpulan demikian merupakan ladang kebajikan yang tiada bandingannya di dunia ini.

Ada dua jenis anak dalam diri seorang bhiksu, yakni anak kandung dan anak adopsi, demikianlah ada dua jenis anak dalam diri para bhiksu. Oleh karena itu, oh para bhiksu, hendaknya belajar seperti anak kandung dan anak adopsi yang dapat mengeluarkan cita rasa dharma dari mulut mereka. Demikianlah oh para bhiksu hendaknya belajar seperti itu.

Setelah para bhiksu mendengarkan wejangan Hyang Buddha, mereka merasa bergembira dan mempraktikkannya.




Spoiler: ShowHide

Kalo ini yang menurut bro Gandalf,....
Nambah ya.....

Bakti kepada orang tua juga ada dalam kitab Divyavadana (abad 2-3 M), bagian Purna Avadana. Perlu diketahui Divyadana ini ditemukan versi Sansekertanya di Nepal, dan berasal dari sekte Sarvastivada. Divyavadana ini juga telah diterjemahkan ke dalam bahasa Tionghoa.

Bhiksu An Shigao yang menterjemahkan Foshuo Fumu Ennan Baojing juga dalah Bhiksu Sarvastivada. Oleh karena itu apabila asal muasal Sutra Bakti Seorang Anak mau ditelusuri lebih jauh lagi, maka asalnya bukan Theravada, tetapi Sarvastivada.

Berikut kutipan dari Purnaavadana bagian Maudgalyayana dan ibunya:

Kemudian Arya Mahamaudgalyayana berpikir, “Di waktu yang lalu Sang Buddha berkata, ‘Bhiksu, ibu dan ayah dari seorang anak tentu adalah pelaku tugas yang berat. Mereka mengasuh dan merawat anak, mereka membesarkannya, memberinya susu dan orang tua adalah pembimbing anaknya dalam [memperkenalkan] berbagai macam keindahan dari Jambudvipa ini. Meskipun seorang anak melayani ibunya dengan setengah kekuatannya dan setengah satunya untuk melayani ayahnya selama 100 tahun penuh; meskipun ia memberikan pada mereka semua perhiasan, permata, lazuardi, ibu permata, koral, perak, emas, jamrud, batu mata harimau, batu delima dan cangkang kerang yang spiralnya berputar kea rah kanan [yang ditemukan] di bumi yang besar ini; meskipun ia membuat kedua orang tuanya berada dalam kekuasaan agung dan tahta kerajaan – bahkan setelah melakukan hal-hal sebanyak itu, anak tersebut belum dapat membalas kebaikan yang sangat besar yang diberikan oleh ibu dan ayahnya.

“Namun seorang anak yang yang mengenalkan kebajikan keyakinan [pada Dharma] pada ibu dan ayahnya yang belum berkeyakinan; anak yang menginspirasi kedua orang tua mereka dengan keyakinan, membimbing mereka dalam keyakinan dan  meneguhkan mereka dalam keyakinan; anak yang mengenalkan kebajikan berdana pada ibu dan ayahnya yang tamak dan pencemburu; anak yang mengenalkan kebajikan Dharma pada ibu dan ayahnya yang tidak memiliki pemahaman; anak yang menginspirasi kedua orang tuanya dengan kualitas-kualitas ini, membimbing mereka dalam kualitas-kualitas ini dan meneguhkan mereka di dalamnya – anak yang melakukan hal-hal ini pada ibu dan ayahnya telah membalas budi baik yang telah dilakukan oleh ibu dan ayahnya”.

"Namun aku tidak pernah menunjukkan pelayanan seperti itu pada ibuku! Sekiranya sekarang aku memusatkan pikiranku pada alam amnakah ibuku terlahir kembali.” Dan dalam memusatkan pikirannya, Maudgalyayana melihat ibunya telah terlahir kembali di alam bernama Maricika. Ia berpikir, “Siapa yang akan memberinya bimbingan Dharma?” Maka ia melihat bahwa bimbingan tersebut akan dilakukan oleh Sang Buddha. Ia berkata pada dirinya sendiri, “Kita di dunia ini sangat jauh dengan alam di mana ibuku terlahirkan. Sekiranya sekarang aku memberitahu Sang Buddha tentang persoalan ini.” Dan maka ia berbicara seperti ini pada Sang Buddha: “Bhagava, pada waktu yang lalu Sang Buddha berkata, ‘Bhiksu, ibu dan ayah dari seorang anak tentu adalah pelaku tindakan yang berat!’ Ibuku telah terlahir di Alam Maricika dan ia akan mendapatkan bimbingan Dharma dari Sang Buddha. Maka dari itu, Sang Bhagava sebaiknya membimbingnya. Mohon tunjukkanlah welas asih-Mu!”

Sang Buddha berkata, “Maudgalyayana, dengan kekuatan abhijna siapakah kita akan berkelana menuju dunia itu?
“Dengan abhijnaku, Sang Bhagava.” Maka Sang Buddha dan Arya Mahamaudgalyayana menginjakkan kaki mereka di puncak Gunung Sumeru, pergi, dan dalam tujuh hari sampai du dunia Maricika.
Seorang gadis bernama Bhadrakanya melihat Arya Mahamaudgalyayana datang dari kejauhan dan, melihatnya sekali lagi, ia dengan gembira lari menuju Maudgalyayana, berkata, ‘Ah! Setelah waktu yang lama aku melihat putraku lagi!”

Setelah itu, sekumpulan besar orang memberitahu: “Tuan-tuan, orang ini adalah seorang bhiksu yang telah berumur sedangkan wanita ini masihlah gadis muda! Bagaimana bisa ia adalah ibunya?”
Jawab Arya Mahamaudgalyayana, “Tuan-tuan, elemen-elemen tubuhku berasal darinya. Maka perempuan muda ini adalah ibuku.”

Kemudian Sang Buddha, mengetahui watak Bhadrakanya yang berasal dari jejak karma lampau, karakternya dan sifatnya, memberikan wejangan Dharma menjelaskan tentang Empat kebenaran Mulia sedemikian rupa, mendengarnya, Bhadrakanya, bagaikan halilintar  pemahaman menghancurkan dua puluh empat puncak gunung pandangan salah tentang ‘aku’ (atman), mencapai tingkatan Srotapanna.

Merealisasikan Dharma, Bhadrakanya menyerukan tiga kali ungkapan kegembiraan ini: “Pertolonganmu yang penuh welas asih telah kau lakukan untukku, Bhante, tidak pernah dilakukan oleh ibuku maupun ayahku, tidak juga oleh para dewa dan para leluhurku, oleh pendeta atau petapa. Samudra darah dan tangisan telah mongering! Pegunungan kerangka telah dutaklukkan! Gerbang penderitaan telah dengan cepat tertutup! Aku telah melampai mereka yang paling sempurna di antara dewa-dewa dan amnesia!” Dan Bhadrakanya kemudian mendeklamasikan syair ini:


Melalui kekuatan spiritualmu, maka tertutuplah jalan menuju kelahiran-kelahiran rendah, sangat menakutkan, sangat penuh dengan karma buruk dan kejahatan;
Terbukalah bagiku jalan menuju Surga; telah kudapatkan jalan menuju Nirvana, penuh dengan kebajikan.
Melalui perlindunganku padamu, hari ini aku telah mencapai kebebasan dari karma buruk, memperoleh kesempurnaan, pandangan sepenuhnya terang.
Dan telah mencapai tujuan yang diinginkan yang dicapai oleh para Buddha – aku telah menyebrang ke pantai seberang dari samudra penderitaan.

O engkau yang di dunia ini dihormati oleh para dewa, manusia dan iblis, yang terbebas dari lahir, tua, sakit dan mati. Ia yang sangat jarang muncul bahkan di ribuan kelahiran – O Suciwan, melihatmu hari ini telah membuahkan buah yang agung!


“Aku telah melampaui [roda kehidupan dan kematian], Bhante, aku telah pergi ke pantai seberang! Aku, diriku ini, pergi berlindung pada Buddha, Dharma dan Sangha. Mohon terimalah aku sebagai upasika mulai hari ini sampai selama aku hidup – aku, makhluk hidup yang telah pergi berlindung dan mempunyai keyakinan yang kuat. Semoga Sang Buddha, bersama-sama dengan Mahamaudgalyayana Yang Suci, sekarang setuju untuk menerima dana dariku.” Sang Buddha mengindikasikan persetujuannya terhadap permintaan Bhadrakanya dengan tetap diam.

Kemudian, setelah memastikan bahwa Sang Buddha dan Arya Mahamaudgalyayana telah duduk dengan nyaman, dengan kedua tangannya sendiri Bhadrakanya melayani dan memuaskan mereka dengan makanan-makanan bersih yang paling lezat, baik keras maupun lembut. Ketika ia melihat Sang Buddha telah seselsai makan, telah mencuci tangannya dan telah menaruh mangkuk dana di sisinya, Bhadrakanya mengambil kursi dan duduk di hadapan Sang Buddha untuk mendengarkan Dharma. Sang Buddha kemudian membabartkan Dharma padanya. Arya Mahamaudgalyayana mendapatkan kembali mangkuk dana Sang Buddha [ yang telah dicuci] dan mengembalikannya pada sang Buddha. Kemudian Sang Buddha berkata, “Maudgalyayana, ayo kita pergi.”


 _/\_
The Siddha Wanderer



Spoiler: ShowHide

Ini yang menurut Kanon Pali...
bagi yg kemaren kurang sreg dengan cetak / salin buku:
http://www.accesstoinsight.org/tipitaka/an/an02/an02.031.than.html

"Monks, I will teach you the level of a person of no integrity and the level of a person of integrity. Listen & pay close attention. I will speak."

"As you say, lord," the monks responded.

The Blessed One said: "Now what is the level of a person of no integrity? A person of no integrity is ungrateful, doesn't acknowledge the help given to him. This ingratitude, this lack of acknowledgment is second nature among rude people. It is entirely on the level of a person of no integrity.

"A person of integrity is grateful & acknowledges the help given to him. This gratitude, this acknowledgment is second nature among fine people. It is entirely on the level of a person of integrity.

{II,iv,2} "I tell you, monks, there are two people who are not easy to repay. Which two? Your mother & father. Even if you were to carry your mother on one shoulder & your father on the other shoulder for 100 years, and were to look after them by anointing, massaging, bathing, & rubbing their limbs, and they were to defecate & urinate right there [on your shoulders], you would not in that way pay or repay your parents. If you were to establish your mother & father in absolute sovereignty over this great earth, abounding in the seven treasures, you would not in that way pay or repay your parents. Why is that? Mother & father do much for their children. They care for them, they nourish them, they introduce them to this world. But anyone who rouses his unbelieving mother & father, settles & establishes them in conviction; rouses his unvirtuous mother & father, settles & establishes them in virtue; rouses his stingy mother & father, settles & establishes them in generosity; rouses his foolish mother & father, settles & establishes them in discernment: To this extent one pays & repays one's mother & father."



Jadi yg mana ;D
i'm just a mammal with troubled soul



Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Sutra Bakti (II)
« Reply #62 on: 05 June 2009, 01:44:52 PM »
Lho bukan kah "sebarkanlah sutra ini maka Orang tuamu akan terlahir di alam surga." Nah, bukankah seperti itu ceritanya?

menurut bro Ryu, ini gak ada hubungannya gt?
makanya bro Ryu berpendapat ini sesat..?
bertentangan dengan ini :
“Oleh diri sendiri kejahatan dilakukan; oleh diri sendiri seseorang menjadi tidak suci. Hanya oleh diri sendiri kejahatan dihentikan; hanya oleh diri sendiri seseorang menjadi suci. Suci dan tidak suci tergantung pada diri sendiri. Tak seorang pun dapat menyucikan orang lain.” (Dhammapada 165).


Jugan dengan cerita ini :
Pada Zaman dahulu kala di India, ada seorang kepala kampung melihat iring2an brahmana dari barat sedang mengadakan upacara kematian dengan cara mengangkat orang mati itu ke atas dan membawanya keluar, memanggil nama orang mati tersebut. Hal ini dipercayai untuk mempercepat orang mati itu ke alam Surga.
Kebetulan kepala kampung tersebut bertemu dengan seorang yang sangat bijaksana, maka dia bertanya kepada orang yang sangat bijaksana tersebut mengenai pendapatnya terhadap para brahmana yang mengadakan upacara kematian itu.

Atas pernyataan tersebut, Sang Buddha bertanya dengan mengemukakan dua buah perumpamaan yang patut kita renungkan setiap saat sehingga tidak tergoda oleh fasilitas maupun ancaman oknum penjual kepercayaan religius, sebagai berikut:

1. Andaikata, seseorang melemparkan sebuah batu karang yang amat besar ke dalam sebuah kolam air yang sangat dalam; kemudian sejumlah besar orang berkumpul dan bergerombol bersama dan berdoa serta memujinya dan melakukannya dengan merangkapkan kedua tangan ke atas (beranjali), dan berkata:"Naiklah, batu karang yang baik ! Mengambanglah, batu karang yang baik ! mengambanglah ke tepi, batu karang yang baik !" Mungkinkah karena doa-doa, pujian yang dilakukan dengan penuh hormat dengan merangkapkan kedua belah tangan ke atas menyebabkan batu karang yang amat besar itu naik ke atas dan mengambang ke tepi ?' Asibandhaka menjawab bahwa hal itu tidak
mungkin terjadi.

Sang Buddha melanjutkan bahwa demikian pula halnya dengan
siapa saja sebagai pengambil kehidupan mahluk lain, pengambil barang yang tidak diberikan, pelaku yang salah dalam bidang seksual, pembohong, penyebar fitnah, penguncar kata-kata kasar, pembicara hal yang tidak bermanfaat, orang yang serakah, orang yang batinnya diliputi niat jahat dan yang batinnya menganut pandangan keliru, betapapun besarnya kumpulan / gerombolan orang-orang yang berdoa bersama, melakukan pujian, penghormatan dengan merangkapkan kedua belah tangan ke atas dengan berkata: "Semoga orang ini, ketika tubuhnya meluruh, setelah kematiannya tumimbal lahir di alam berbahagia, di dunia Surga." Orang tersebut, ketika tubuhnya meluruh, setelah kematiannya tetap tumimbal lahir di alam menyedihkan, di alam rendah, di Neraka.


2. Andaikata, seseorang menyelam membawa guci berisi mentega atau minyak ke dalam sebuah kolam air yang sangat dalam, lalu memecahkan guci tersebut sehingga pecahan guci itu tenggelam sedangkan mentega atau minyaknya mengambang naik ke permukaan air; kemudian sejumlah besar orang berkumpul dan bergerombol bersama dan berdoa serta memujinya dan melakukannya dengan merangkapkan kedua tangan ke atas (beranjali), dan berkata:"Turunlah, mentega yang baik ! Tenggelamlah ke dasar kolam, mentega yang baik ! Pergilah ke dasar kolam, mentega dan minyak yang baik !" Mungkinkah karena doa-doa, pujian yang dilakukan dengan penuh hormat dengan merangkapkan kedua belah tangan ke atas menyebabkan mentega atau minyak itu turun ke bawah dan tenggelam ke dasar kolam ?' Asibandhaka menjawab bahwa hal itu tidak mungkin terjadi.

Sang Buddha melanjutkan bahwa demikian pula halnya dengan siapa saja yang menghindari mengambil kehidupan mahluk lain, menghindari mengambil barang yang tidak diberikan, menghindari perilaku yang salah dalam bidang seksual, menghindari berbohong, menghindari memfitnah, menghindari menguncarkan kata-kata kasar, menghindari berbicara hal yang tidak bermanfaat, orang yang tidak serakah, orang yang batinnya tidak diliputi niat jahat dan yang batinnya menganut pandangan benar, betapapun besarnya kumpulan / gerombolan orang-orang yang berdoa bersama, melakukan pujian, penghormatan dengan merangkapkan kedua belah tangan ke atas dengan berkata:

"Semoga orang ini, ketika tubuhnya meluruh, setelah kematiannya tumimbal lahir di alam menyedihkan, di Neraka." Orang tersebut, ketika tubuhnya meluruh, setelah kematiannya tetap tumimbal lahir di alam berbahagia, di dunia Surgawi.
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Sutra Bakti (II)
« Reply #63 on: 05 June 2009, 01:45:41 PM »
Maaf, permisi bentar ;D

di page 2 bro Edward memberikan beberapa salinan yg dianggap Sutra Bakti... ;D

sebenarnya yg didebatkan sutra bakti yg versi mana?


Spoiler: ShowHide

Nih, tak quote sutra Bhakti yg aseli menurut thread sebelumnya..
Versi asli dalam koleksi Mahayana Tiongkok :
3. 佛說父母恩難報經 Fo Shuo Fu Mu En Nan Bao Jing
No.0684, kategori: Kumpulan Sutra.
Penerjemah: AnShiKao, masa dinasti Han

Sutra Hyang Buddha Mewejangkan Sulitnya Membalas Jasa Orang Tua
(佛說父母恩難報經 Fo Shuo Fu Mu En Nan Bao Jing)
Penerjemah sanskerta ke bahasa Tiongkok : Master Tripitaka AnShigao , Masa Dinasti Han Timur.

Demikianlah yang aku dengar.

Pada suatu ketika, Hyang Bhagava berdiam di Kota Sravasti, Hutan Jeta, Taman Anathapindika. Pada saat itu, Hyang Bhagava berkata kepada para bhiksu, “Orang tua dari anak memiliki jasa yang besar. Mereka menyusui, merawat dan mendidik anak setiap saat hingga tumbuh besar. Sedangkan bila seorang anak memikul ayahnya dipundak kiri dan memikul ibunya dipundak kanan selama ribuan tahun, walau orang tua nya membuang kotoran di atas pundaknya, sang anak tetap tidak merasa marah. Meskipun [sang anak telah berbuat demikian], jasa baik orang tua tetap tidak cukup terbalaskan."

Seorang anak sepatutnya mengajarkan praktik cinta kasih kepada orang tua,  bila orang tua tidak memiliki keyakinan pada ajaran [dharma], hendaknya mengajarkannya hingga memiliki keyakinan pada ajaran [dharma], agar mereka memperoleh kedamaian [nibbana]. Bila mereka tidak memiliki sila, hendaknya mengajarkan praktik sila, agar memperoleh kedamaian [nibbana]. Bila mereka tidak pernah mendengar [dharma], hendaknya mengusahakan mereka mendengarkan [dharma], agar memperoleh kedamaian [nibbana]. Bila mereka memiliki watak serakah, hendaknya mengajarkan praktik dana, hingga mereka dapat berdana dengan sukacita, agar memperoleh kedamaian. Hendaknya mengajarkan mereka agar dapat memiliki keyakinan bahwa Tathagata telah mencapai Pencerahan sempurna, Sang Sugata, Yang telah sempurna tindak tanduknya, Pengenal segenap alam, Yang tiada bandingannya, Guru para dewa dan manusia, Yang tercerahkan, Yang maha mulia. Agar mereka memperoleh kedamaian. Hendaknya mengajarkan mereka memiliki keyakinan pada sangha suci. Dharma memiliki makna yang dalam dan halus, dengan mempraktikkannya maka pada kehidupan sekarang akan memperoleh buahnya, yang mana para bijak memahami dan menembus makna tentang praktik ini. Demikianlah Sangha suci dari Sang Tathagata yang mana tindak tanduk mereka telah suci, batin mereka lurus, hidup dalam keharmonisan, mereka telah berhasil dalam dharma, berhasil dalam sila, berhasil dalam samadhi, berhasil dalam prajna, berhasil dalam pembebasan, berhasil dalam pengetahuan pembebasan, berhasil dalam kebijaksanaan, demikianlah mereka disebut Sangha suci, yang terdiri atas 4 pasang makhluk  8 jenis makhluk ariya dalam Sangha suci Sang Tathagata yang maha mulia. Dengan memberi hormat pada perkumpulan demikian merupakan ladang kebajikan yang tiada bandingannya di dunia ini.

Ada dua jenis anak dalam diri seorang bhiksu, yakni anak kandung dan anak adopsi, demikianlah ada dua jenis anak dalam diri para bhiksu. Oleh karena itu, oh para bhiksu, hendaknya belajar seperti anak kandung dan anak adopsi yang dapat mengeluarkan cita rasa dharma dari mulut mereka. Demikianlah oh para bhiksu hendaknya belajar seperti itu.

Setelah para bhiksu mendengarkan wejangan Hyang Buddha, mereka merasa bergembira dan mempraktikkannya.




Spoiler: ShowHide

Kalo ini yang menurut bro Gandalf,....
Nambah ya.....

Bakti kepada orang tua juga ada dalam kitab Divyavadana (abad 2-3 M), bagian Purna Avadana. Perlu diketahui Divyadana ini ditemukan versi Sansekertanya di Nepal, dan berasal dari sekte Sarvastivada. Divyavadana ini juga telah diterjemahkan ke dalam bahasa Tionghoa.

Bhiksu An Shigao yang menterjemahkan Foshuo Fumu Ennan Baojing juga dalah Bhiksu Sarvastivada. Oleh karena itu apabila asal muasal Sutra Bakti Seorang Anak mau ditelusuri lebih jauh lagi, maka asalnya bukan Theravada, tetapi Sarvastivada.

Berikut kutipan dari Purnaavadana bagian Maudgalyayana dan ibunya:

Kemudian Arya Mahamaudgalyayana berpikir, “Di waktu yang lalu Sang Buddha berkata, ‘Bhiksu, ibu dan ayah dari seorang anak tentu adalah pelaku tugas yang berat. Mereka mengasuh dan merawat anak, mereka membesarkannya, memberinya susu dan orang tua adalah pembimbing anaknya dalam [memperkenalkan] berbagai macam keindahan dari Jambudvipa ini. Meskipun seorang anak melayani ibunya dengan setengah kekuatannya dan setengah satunya untuk melayani ayahnya selama 100 tahun penuh; meskipun ia memberikan pada mereka semua perhiasan, permata, lazuardi, ibu permata, koral, perak, emas, jamrud, batu mata harimau, batu delima dan cangkang kerang yang spiralnya berputar kea rah kanan [yang ditemukan] di bumi yang besar ini; meskipun ia membuat kedua orang tuanya berada dalam kekuasaan agung dan tahta kerajaan – bahkan setelah melakukan hal-hal sebanyak itu, anak tersebut belum dapat membalas kebaikan yang sangat besar yang diberikan oleh ibu dan ayahnya.

“Namun seorang anak yang yang mengenalkan kebajikan keyakinan [pada Dharma] pada ibu dan ayahnya yang belum berkeyakinan; anak yang menginspirasi kedua orang tua mereka dengan keyakinan, membimbing mereka dalam keyakinan dan  meneguhkan mereka dalam keyakinan; anak yang mengenalkan kebajikan berdana pada ibu dan ayahnya yang tamak dan pencemburu; anak yang mengenalkan kebajikan Dharma pada ibu dan ayahnya yang tidak memiliki pemahaman; anak yang menginspirasi kedua orang tuanya dengan kualitas-kualitas ini, membimbing mereka dalam kualitas-kualitas ini dan meneguhkan mereka di dalamnya – anak yang melakukan hal-hal ini pada ibu dan ayahnya telah membalas budi baik yang telah dilakukan oleh ibu dan ayahnya”.

"Namun aku tidak pernah menunjukkan pelayanan seperti itu pada ibuku! Sekiranya sekarang aku memusatkan pikiranku pada alam amnakah ibuku terlahir kembali.” Dan dalam memusatkan pikirannya, Maudgalyayana melihat ibunya telah terlahir kembali di alam bernama Maricika. Ia berpikir, “Siapa yang akan memberinya bimbingan Dharma?” Maka ia melihat bahwa bimbingan tersebut akan dilakukan oleh Sang Buddha. Ia berkata pada dirinya sendiri, “Kita di dunia ini sangat jauh dengan alam di mana ibuku terlahirkan. Sekiranya sekarang aku memberitahu Sang Buddha tentang persoalan ini.” Dan maka ia berbicara seperti ini pada Sang Buddha: “Bhagava, pada waktu yang lalu Sang Buddha berkata, ‘Bhiksu, ibu dan ayah dari seorang anak tentu adalah pelaku tindakan yang berat!’ Ibuku telah terlahir di Alam Maricika dan ia akan mendapatkan bimbingan Dharma dari Sang Buddha. Maka dari itu, Sang Bhagava sebaiknya membimbingnya. Mohon tunjukkanlah welas asih-Mu!”

Sang Buddha berkata, “Maudgalyayana, dengan kekuatan abhijna siapakah kita akan berkelana menuju dunia itu?
“Dengan abhijnaku, Sang Bhagava.” Maka Sang Buddha dan Arya Mahamaudgalyayana menginjakkan kaki mereka di puncak Gunung Sumeru, pergi, dan dalam tujuh hari sampai du dunia Maricika.
Seorang gadis bernama Bhadrakanya melihat Arya Mahamaudgalyayana datang dari kejauhan dan, melihatnya sekali lagi, ia dengan gembira lari menuju Maudgalyayana, berkata, ‘Ah! Setelah waktu yang lama aku melihat putraku lagi!”

Setelah itu, sekumpulan besar orang memberitahu: “Tuan-tuan, orang ini adalah seorang bhiksu yang telah berumur sedangkan wanita ini masihlah gadis muda! Bagaimana bisa ia adalah ibunya?”
Jawab Arya Mahamaudgalyayana, “Tuan-tuan, elemen-elemen tubuhku berasal darinya. Maka perempuan muda ini adalah ibuku.”

Kemudian Sang Buddha, mengetahui watak Bhadrakanya yang berasal dari jejak karma lampau, karakternya dan sifatnya, memberikan wejangan Dharma menjelaskan tentang Empat kebenaran Mulia sedemikian rupa, mendengarnya, Bhadrakanya, bagaikan halilintar  pemahaman menghancurkan dua puluh empat puncak gunung pandangan salah tentang ‘aku’ (atman), mencapai tingkatan Srotapanna.

Merealisasikan Dharma, Bhadrakanya menyerukan tiga kali ungkapan kegembiraan ini: “Pertolonganmu yang penuh welas asih telah kau lakukan untukku, Bhante, tidak pernah dilakukan oleh ibuku maupun ayahku, tidak juga oleh para dewa dan para leluhurku, oleh pendeta atau petapa. Samudra darah dan tangisan telah mongering! Pegunungan kerangka telah dutaklukkan! Gerbang penderitaan telah dengan cepat tertutup! Aku telah melampai mereka yang paling sempurna di antara dewa-dewa dan amnesia!” Dan Bhadrakanya kemudian mendeklamasikan syair ini:


Melalui kekuatan spiritualmu, maka tertutuplah jalan menuju kelahiran-kelahiran rendah, sangat menakutkan, sangat penuh dengan karma buruk dan kejahatan;
Terbukalah bagiku jalan menuju Surga; telah kudapatkan jalan menuju Nirvana, penuh dengan kebajikan.
Melalui perlindunganku padamu, hari ini aku telah mencapai kebebasan dari karma buruk, memperoleh kesempurnaan, pandangan sepenuhnya terang.
Dan telah mencapai tujuan yang diinginkan yang dicapai oleh para Buddha – aku telah menyebrang ke pantai seberang dari samudra penderitaan.

O engkau yang di dunia ini dihormati oleh para dewa, manusia dan iblis, yang terbebas dari lahir, tua, sakit dan mati. Ia yang sangat jarang muncul bahkan di ribuan kelahiran – O Suciwan, melihatmu hari ini telah membuahkan buah yang agung!


“Aku telah melampaui [roda kehidupan dan kematian], Bhante, aku telah pergi ke pantai seberang! Aku, diriku ini, pergi berlindung pada Buddha, Dharma dan Sangha. Mohon terimalah aku sebagai upasika mulai hari ini sampai selama aku hidup – aku, makhluk hidup yang telah pergi berlindung dan mempunyai keyakinan yang kuat. Semoga Sang Buddha, bersama-sama dengan Mahamaudgalyayana Yang Suci, sekarang setuju untuk menerima dana dariku.” Sang Buddha mengindikasikan persetujuannya terhadap permintaan Bhadrakanya dengan tetap diam.

Kemudian, setelah memastikan bahwa Sang Buddha dan Arya Mahamaudgalyayana telah duduk dengan nyaman, dengan kedua tangannya sendiri Bhadrakanya melayani dan memuaskan mereka dengan makanan-makanan bersih yang paling lezat, baik keras maupun lembut. Ketika ia melihat Sang Buddha telah seselsai makan, telah mencuci tangannya dan telah menaruh mangkuk dana di sisinya, Bhadrakanya mengambil kursi dan duduk di hadapan Sang Buddha untuk mendengarkan Dharma. Sang Buddha kemudian membabartkan Dharma padanya. Arya Mahamaudgalyayana mendapatkan kembali mangkuk dana Sang Buddha [ yang telah dicuci] dan mengembalikannya pada sang Buddha. Kemudian Sang Buddha berkata, “Maudgalyayana, ayo kita pergi.”


 _/\_
The Siddha Wanderer



Spoiler: ShowHide

Ini yang menurut Kanon Pali...
bagi yg kemaren kurang sreg dengan cetak / salin buku:
http://www.accesstoinsight.org/tipitaka/an/an02/an02.031.than.html

"Monks, I will teach you the level of a person of no integrity and the level of a person of integrity. Listen & pay close attention. I will speak."

"As you say, lord," the monks responded.

The Blessed One said: "Now what is the level of a person of no integrity? A person of no integrity is ungrateful, doesn't acknowledge the help given to him. This ingratitude, this lack of acknowledgment is second nature among rude people. It is entirely on the level of a person of no integrity.

"A person of integrity is grateful & acknowledges the help given to him. This gratitude, this acknowledgment is second nature among fine people. It is entirely on the level of a person of integrity.

{II,iv,2} "I tell you, monks, there are two people who are not easy to repay. Which two? Your mother & father. Even if you were to carry your mother on one shoulder & your father on the other shoulder for 100 years, and were to look after them by anointing, massaging, bathing, & rubbing their limbs, and they were to defecate & urinate right there [on your shoulders], you would not in that way pay or repay your parents. If you were to establish your mother & father in absolute sovereignty over this great earth, abounding in the seven treasures, you would not in that way pay or repay your parents. Why is that? Mother & father do much for their children. They care for them, they nourish them, they introduce them to this world. But anyone who rouses his unbelieving mother & father, settles & establishes them in conviction; rouses his unvirtuous mother & father, settles & establishes them in virtue; rouses his stingy mother & father, settles & establishes them in generosity; rouses his foolish mother & father, settles & establishes them in discernment: To this extent one pays & repays one's mother & father."



Jadi yg mana ;D
Yang di debatkan sutra palsu yang beredar di indonesia, bahkan ada versi VCDnya lho
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline hatRed

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 7.400
  • Reputasi: 138
  • step at the right place to be light
Re: Sutra Bakti (II)
« Reply #64 on: 05 June 2009, 01:50:33 PM »
^

  Bagi donk.... isi sutra nya :D  yg mana? salah satu yg di spoiler kah?
i'm just a mammal with troubled soul



Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Sutra Bakti (II)
« Reply #65 on: 05 June 2009, 01:59:16 PM »
^

  Bagi donk.... isi sutra nya :D  yg mana? salah satu yg di spoiler kah?
http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,997.0.html
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline Tan

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 510
  • Reputasi: 31
Re: Sutra Bakti (II)
« Reply #66 on: 05 June 2009, 02:54:23 PM »
RYU:

Lho bukan kah "sebarkanlah sutra ini maka Orang tuamu akan terlahir di alam surga." Nah, bukankah seperti itu ceritanya?

TAN:

Ya. Itu sebenarnya adalah konsep pelimpahan jasa dan bakti. Tetapi saya juga tidak setuju kalau ajaran seperti itu ditelan mentah-mentah. Konsepnya tidak sesederhana itu. Di sinilah kita perlu belajar memisahkan daging dan tulang.
Konsep bakti dan pelimpahan jasa (patthidana) Oke. Menyebarkan ajaran Dharma juga adalah Oke. Di sini kita tidak membahas apakah "jasa" tersebut diterima atau tidak diterima oleh yang bersangkutan. Karena menurut saya diskusi apapun mengenai masalah itu tidak ada gunanya. Tidak ada seorangpun dapat memberikan bukti definitif (kecuali Anda dapat membuktikan sebaliknya).
Kedua, mengapa dikarang Sutra itu? Sutra itu menurut sejarahnya dikarang oleh para bhikshu di Tiongkok untuk menepis anggapan bahwa agama Buddha itu tidak menekankan konsep bakti (xiao). Nah, lepas dari tindakan itu "pembodohan" atau bukan, itu adalah usaha agar Buddhisme diterima di Tiongkok yang sangat kental ajaran Konfusianisme atau Rujiao-nya.
Nah, umat Mahayanis yang telah tahu sejarah Sutra tersebut hendaknya juga bijaksana. Seperti yang saya kupas tadi, dalam sekeranjang jeruk saya akan pilah2 mana yang busuk dan mana yang baik.

RYU:

Dalam hal ini pun Menurut Ko Tan dalam sutra ini ada yang baik tapi ada yang tidak baik juga khan? ingat ko karena nila setitik rusak susu sebelangga

TAN:

Bung Ryu benar. Ada baik dan tidak baiknya. Sehubungan dengan nila dan susu, sekarang sudah ada banyak metoda dalam ilmu kimiawi untuk memisahkan dua cairan, contohnya destilasi, kromatografi dan lain sebagainya.
Jadi "nila" dan "susu" sudah dapat dipisahkan dengan mudah - tidak seperti dulu.
Jadi mana "nila" dan mana "susu" sudah dapat dicermati dengan mudah.

Amiduofo,

Tan

Offline Tan

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 510
  • Reputasi: 31
Re: Sutra Bakti (II)
« Reply #67 on: 05 June 2009, 03:00:23 PM »
Mengapa Sutra Bakti yang "aspal" itu lebih banyak diterima?

(1)Isinya mudah dipahami, seperti kita membaca novel.
(2)Sesuai dengan tujuan pengarangnya, isinya telah disesuaikan dengan filosofi Rujiao (Konfusianisme) - karena orang Chinese telah membudaya dengan filosofi Ru, maka tentu saja Sutra ini lebih populer.

Terlepas dari baik dan buruknya Sutra di atas, maka pesan (susu) yang perlu kita "minum" atau tangkap terletak pada konsep bakti (xiao)-nya. Lain dari pada itu, "nila"-nya tidak perlu kita minum.

Amiduofo,

Tan

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Sutra Bakti (II)
« Reply #68 on: 05 June 2009, 03:03:27 PM »
RYU:

Lho bukan kah "sebarkanlah sutra ini maka Orang tuamu akan terlahir di alam surga." Nah, bukankah seperti itu ceritanya?

TAN:

Ya. Itu sebenarnya adalah konsep pelimpahan jasa dan bakti. Tetapi saya juga tidak setuju kalau ajaran seperti itu ditelan mentah-mentah. Konsepnya tidak sesederhana itu. Di sinilah kita perlu belajar memisahkan daging dan tulang.
Konsep bakti dan pelimpahan jasa (patthidana) Oke. Menyebarkan ajaran Dharma juga adalah Oke. Di sini kita tidak membahas apakah "jasa" tersebut diterima atau tidak diterima oleh yang bersangkutan. Karena menurut saya diskusi apapun mengenai masalah itu tidak ada gunanya. Tidak ada seorangpun dapat memberikan bukti definitif (kecuali Anda dapat membuktikan sebaliknya).
Kedua, mengapa dikarang Sutra itu? Sutra itu menurut sejarahnya dikarang oleh para bhikshu di Tiongkok untuk menepis anggapan bahwa agama Buddha itu tidak menekankan konsep bakti (xiao). Nah, lepas dari tindakan itu "pembodohan" atau bukan, itu adalah usaha agar Buddhisme diterima di Tiongkok yang sangat kental ajaran Konfusianisme atau Rujiao-nya.
Nah, umat Mahayanis yang telah tahu sejarah Sutra tersebut hendaknya juga bijaksana. Seperti yang saya kupas tadi, dalam sekeranjang jeruk saya akan pilah2 mana yang busuk dan mana yang baik.

RYU:

Dalam hal ini pun Menurut Ko Tan dalam sutra ini ada yang baik tapi ada yang tidak baik juga khan? ingat ko karena nila setitik rusak susu sebelangga

TAN:

Bung Ryu benar. Ada baik dan tidak baiknya. Sehubungan dengan nila dan susu, sekarang sudah ada banyak metoda dalam ilmu kimiawi untuk memisahkan dua cairan, contohnya destilasi, kromatografi dan lain sebagainya.
Jadi "nila" dan "susu" sudah dapat dipisahkan dengan mudah - tidak seperti dulu.
Jadi mana "nila" dan mana "susu" sudah dapat dicermati dengan mudah.

Amiduofo,

Tan
Apakah telah dilakukan oleh Dhammaduta dalam mahayana untuk menerangkan hal ini, atau membiarkannya? karena sepertinya hal ini memang terus berkembang dan IMAN dalam umat Buddha yang awam hanya menerima dan meyakini bahwa Sutra ini bisa menolong orang tua yang telah meninggal (sepertinya lho) ke surga.
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline Tan

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 510
  • Reputasi: 31
Re: Sutra Bakti (II)
« Reply #69 on: 05 June 2009, 03:20:15 PM »
RYU:

Apakah telah dilakukan oleh Dhammaduta dalam mahayana untuk menerangkan hal ini, atau membiarkannya? karena sepertinya hal ini memang terus berkembang dan IMAN dalam umat Buddha yang awam hanya menerima dan meyakini bahwa Sutra ini bisa menolong orang tua yang telah meninggal (sepertinya lho) ke surga.

TAN:

Kalau itu saya tidak tahu. Saya sendiri tidak ikut organisasi apa-apa2. Saya juga tidak punya jabatan apa2 dalam Mahayana. Juga bukan dharmaduta (cuma nicknya aja yang dh4rm4duta) resmi. Cuman saya sering memberikan penjelasan dan pengertian, walaupun sifatnya tidak memaksa.

Amiduofo,

Tan

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Sutra Bakti (II)
« Reply #70 on: 05 June 2009, 04:15:49 PM »
RYU:

Apakah telah dilakukan oleh Dhammaduta dalam mahayana untuk menerangkan hal ini, atau membiarkannya? karena sepertinya hal ini memang terus berkembang dan IMAN dalam umat Buddha yang awam hanya menerima dan meyakini bahwa Sutra ini bisa menolong orang tua yang telah meninggal (sepertinya lho) ke surga.

TAN:

Kalau itu saya tidak tahu. Saya sendiri tidak ikut organisasi apa-apa2. Saya juga tidak punya jabatan apa2 dalam Mahayana. Juga bukan dharmaduta (cuma nicknya aja yang dh4rm4duta) resmi. Cuman saya sering memberikan penjelasan dan pengertian, walaupun sifatnya tidak memaksa.

Amiduofo,

Tan
Ya semoga saja ada yang mau merubah sutra ini ko, Ko khan sering menulis buku nih masa gak mau mendukung ke pandangan benar ;D
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline mushroom_kick

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.302
  • Reputasi: 92
Re: Sutra Bakti (II)
« Reply #71 on: 05 June 2009, 04:19:28 PM »
tdk sependapat, jd pandangan gk bener...
sependapat, berarti pandangan bener...
Segala fenomena bentuk & batin tidaklah kekal ada na.....
Semua hanyalah sementara.....

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Sutra Bakti (II)
« Reply #72 on: 05 June 2009, 04:30:16 PM »
tdk sependapat, jd pandangan gk bener...
sependapat, berarti pandangan bener...
oh berarti pandangan yang benar seperti ini ya uwis deh aye ngalah :))
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline mushroom_kick

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.302
  • Reputasi: 92
Re: Sutra Bakti (II)
« Reply #73 on: 05 June 2009, 04:35:58 PM »
tdk sependapat, jd pandangan gk bener...
sependapat, berarti pandangan bener...
oh berarti pandangan yang benar seperti ini ya uwis deh aye ngalah :))

eitz... kok pake ngalah2an..
tdk sependapat kan lom tentu pandangan sala..ap lg ampe merubah isi sutra..wuih...
Segala fenomena bentuk & batin tidaklah kekal ada na.....
Semua hanyalah sementara.....

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Sutra Bakti (II)
« Reply #74 on: 05 June 2009, 04:40:19 PM »
Isi sutta pandangan benar :


SAMMADITTHI SUTTA (9)

Sumber : Sutta Pitaka Majjhima Nikaya I,
Oleh : Tim Penterjemah Kitab Suci Agama Buddha,
Penerbit : Proyek Sarana Keagamaan Buddha Departemen Agama RI, 1993

Demikianlah yang saya dengar.
Pada suatu ketika Sang Bhagava berada di Jetavana, Anathapindika Arama, Savatthi. Bhikkhu Sariputta menyapa para bhikkhu: "Para bhikkhu."
"Avuso," jawab mereka. Bhikkhu Sariputta berkata:
"Para avuso mengatakan, 'Seseorang berpandangan benar'. Dalam cara apa siswa ariya berpandangan benar, berpandangan lurus dan memiliki keyakinan yang sempurna pada Dhamma serta hidup sesuai dengan dhamma."
"Memang, kami datang dari jauh untuk belajar dari Bhikkhu Sariputta. Setelah mendengarkan Dhamma ini, para bhikkhu akan mengingatnya."
"Para avuso, dengar dan perhatikanlah baik-baik apa yang akan saya sampaikan."
Para bhikkhu menjawab: "Baiklah avuso." Selanjutnya Bhikkhu Sariputta berkata:
"Sedapat mungkin seorang siswa ariya mengerti hal-hal yang tidak bermanfaat (akusala), akar dari hal-hal yang tidak bermanfaat, hal-hal yang bermanfaat (kusala), akar dari hal-hal yang bermanfaat. Melalui cara ini, dia adalah orang yang berpandangan benar, berpandangan lurus dan memiliki keyakinan yang sempurna pada dhamma. Inilah keyakinan benar yang ia miliki.
Apakah hal-hal yang tidak membawa manfaat, akar dari hal-hal yang tidak membawa manfaat; apakah hal-hal yang membawa manfaat, akar dari hal-hal yang membawa manfaat? Hal-hal yang tidak membawa manfaat itu adalah:
Membunuh makhluk-makhluk (panatipata)
Mengambil apa yang tidak diberikan (adinadana)
Melakukan pemuasan nafsu dengan cara yang salah (kamesumicha cara)
Berdusta (musavada)
Menfitnah (pisunavaca)
Mengucapkan kata-kata kasar (pharusavaca)
Pergunjingan (samphappalapa)
Keserakahan (abhijjha)
Kebencian (byapada)
Berpandangan salah (micchaditthi)
Inilah hal-hal yang tidak membawa manfaat (akusala).
Apakah akar dari hal yang tidak membawa manfaat (akusalamula)? Keserakahan (lobha), kebencian (dosa) dan kebodohan (moha) adalah akar hal-hal yang tidak bermanfaat. Inilah akar dari hal yang tidak membawa manfaat (akusala).
Apakah hal yang membawa manfaat (kusala)? Hal yang membawa manfaat (menguntungkan) adalah:
Tidak membunuh makhluk-makhluk hidup
Tidak mengambil apa yang tidak diberikan
Tidak memuaskan nafsu dengah cara yang salah
Tidak berdusta
Tidak menfitnah
Tidak berkata kasar
Tidak bergunjing
Tidak serakah
Tidak membenci
Tidak memiliki pandangan salah
Inilah hal-hal yang membawa manfaat (kusala).
Apakah akar dari perbuatan yang membawa manfaat (keuntungan)? Tidak serakah (alobha), Tidak membenci (adosa), kebijaksanaan (amoha) adalah akar dari hal-hal yang bermanfaat (kusala).
Setelah siswa ariya telah mengerti sepenuhnya hal-hal yang tidak bermanfaat (akusala) serta akarnya dan hal-hal yang bermanfaat (kusala) serta akarnya, dia telah melenyapkan sepenuhnya sebab utama dari kecenderungan nafsu-nafsu, menolak, membasmi pandangan dan konsep tentang diri (atta). Dengan melenyapkan kegelapan batin (avijja) dan mengembangkan pengetahuan benar (vijja), maka dengan ini ia mengakhiri penderitaan (dukkha nirodha). Melalui cara ini, seorang siswa ariya berpandangan benar, berpandangan lurus dan memiliki keyakinan yang sempurna pada dhamma. Inilah keyakinan benar yang ia miliki."
"Sungguh baik, avuso," kata para bhikkhu dengan perasaan puas dan gembira setelah mendengarkan uraian Bhikkhu Sariputta. Kemudian mereka bertanya lagi: "Avuso, tetapi adakah cara lain bagi seorang siswa ariya berpandangan benar, berpandangan lurus dan memiliki keyakinan yang sempurna pada dhamma. Inilah keyakinan benar yang ia miliki."
"Ada," jawab Bhikkhu Sariputta.
"Sedapat mungkin seorang siswa ariya mengerti tentang makanan yang menunjang kehidupan (ahara), munculnya, lenyapnya, jalan untuk melenyapkan ahara. Dengan cara ini, ia berpandangan benar, berpandangan lurus, memiliki keyakinan yang sempurna pada dhamma. Inilah keyakinan benar yang ia miliki.
Apakah makanan (ahara) yang menunjang kehidupan, sumbernya, lenyapnya dan jalan untuk melenyapkannya?
Ada 4 (empat) jenis makanan yang menunjang kehidupan (cattaro ahara) untuk memelihara dan menunjang kelangsungan hidup makhluk-makhluk dan bagi mereka yang mencari pembaruan dalam kehidupan. Apakah keempat hal itu?
Keempat hal itu adalah:

   1. Makanan jasmani (Kabalimkarahara)
   2. Kesan-kesan (Phassahara)
   3. Kehendak pikiran (Manosancetana Ahara)
   4. Kesadaran (Vinnana Ahara)

Dengan munculnya keinginan (tanha), maka muncullah ahara. Dengan lenyapnya keinginan (tanha), maka lenyaplah ahara. Jalan utama untuk melenyapkan ahara hanyalah Jalan Mulia Berunsur Delapan (Ariya Atthangika Magga), yaitu:

   1. Pandangan Benar (Samma Ditthi)
   2. Pikiran Benar (Samma Sankappa)
   3. Ucapan Benar (Samma Vaca)
   4. Perbuatan Benar (Samma Kammanta)
   5. Penghidupan Benar (Samma Ajiva)
   6. Usaha Benar (Samma Vayama)
   7. Perhitungan Benar (Samma Sati)
   8. Konsentrasi Benar (Samma Samadhi)

Setelah siswa ariya mengerti sepenuhnya tentang apa yang menunjang kehidupan (ahara), dia telah melenyapkan sepenuhnya sebab utama (dukkha). Melalui cara ini, ia berpandangan benar... Inilah keyakinan benar yang ia miliki."
"Sungguh baik, avuso," kata para bhikkhu dengan perasaan puas dan gembira setelah mendengarkan uraian Bhikkhu Sariputta. Kemudian mereka bertanya lagi: "Avuso, tetapi adakah cara lain bagi seorang siswa ariya berpandangan benar, berpandangan lurus, memiliki keyakinan yang sempurna pada dhamma. Inilah keyakinan benar yang ia miliki."
"Sedapat mungkin seorang siswa ariya mengerti tentang penderitaan (dukkha), sumber dari penderitaan (dukkha samudaya), lenyapnya penderitaan (dukkha nirodha) dan jalan untuk melenyapkan penderitaan (dukkha nirodha gaminipatipada). Dengan cara ini, ia berpandangan benar, berpandangan lurus, berkeyakinan teguh pada dhamma. Inilah keyakinan benar yang ia miliki.
Apakah penderitaan (dukkha), sumber dari penderitaan, lenyapnya penderitaan, jalan untuk melenyapkan penderitaan, kelahiran, usia tua, kesakitan, kematian, duka cita, ratap tangis, sakit, susah hati, putus asa, tidak mendapatkan apa yang diinginkan adalah penderitaan. Singkatnya, melekat pada lima kelompok kehidupan (pancakkhanda) adalah penderitaan. Inilah apa yang dinamakan penderitaan (dukkha).
Apakah sumber dari penderitaan? Keinginan (tanha) yang tiada hentinya, dan disertai kegembiraan dan nafsu menyukai ini dan itu, inilah yang dinamakan:

   1. Keinginan terhadap nafsu indra (kama tanha)
   2. Keinginan untuk menjadi kembali (bhava tanha)
   3. Keinginan untuk tidak menjadi kembali (vibhava tanha)

Inilah asal mula dari penderitaan (dukkha samudaya).
Apakah yang dimaksud lenyapnya penderitaan? Menyingkirkan, menghilangkan sedikit demi sedikit dan menghentikan, menyerahkan, melepaskan, membiarkan pergi dan menolak nafsu-nafsu keinginan (tanha). Inilah yang dinamakan penderitaan (dukkha nirodha).
Apakah Jalan untuk melenyapkan penderitaan? Jalan untuk melenyapkan penderitaan adalah Jalan Mulia berunsur Delapan (Ariya Atthangika Magga), yaitu: pandangan benar ... konsentrasi benar.
Setelah siswa ariya mengerti ... dia adalah orang yang berpandangan benar ... Inilah keyakinan benar yang ia miliki."
"Sungguh baik, avuso," kata para bhikkhu dengan perasaan puas dan gembira terhadap uraian Bhikkhu Sariputta. Kemudian mereka bertanya kembali: "Avuso, tetapi apakah ada cara lain bagi seorang siswa ariya berpandangan benar .... Inilah keyakinan benar yang ia miliki."
"Ada," jawab Bhikkhu Sariputta.
"Sedapat mungkin seorang siswa ariya mengerti usia tua (jara) dan kematian (marana), sebabnya, lenyapnya dan jalan untuk melenyapkan usia tua dan kematian. Dengan cara ini, ia berpandangan benar .... Inilah keyakinan benar yang ia miliki.
Tetapi apakah usia tua dan kematian, sumbernya, lenyapnya dan jalan untuk melenyapkan usia tua dan kematian? Dalam berbagai proses dari makhluk-makhluk, usia tua (jara), gigi yang patah (danta), rambut yang memutih (kesa), keriput, tua renta dan lemah tak berdaya -- inilah yang dinamakan usia tua.
Dalam berbagai proses dari makhluk-makhluk, mati kematian, meninggal dunia, perpisahan, kehilangan, ditinggalkan, berakhirnya waktu kehidupan, khandha-khandha terpisah -- inilah yang dinamakan kematian.
Jadi, inilah usia tua dan kematian yang disebut jara marana. Dengan adanya kelahiran, maka muncul usia tua dan kematian. Dengan tidak adanya kelahiran, maka tidak ada usia tua dan kematian. Jalan untuk mengakhiri usia tua dan kematian hanyalah Jalan Mulia Berunsur Delapan (Ariya Atthangika Magga) yaitu: pandangan benar, ..., konsentrasi benar.
Setelah siswa ariya mengerti akan hal ini ..."
"Avuso, sungguh baik," kata para bhikkhu dengan perasaan puas dan gembira setelah mendengarkan uraian Bhikkhu Sariputta. Kemudian mereka bertanya lagi: "Tetapi, avuso adakah cara lain bagi seorang siswa ariya berpandangan benar, berpandangan lurus .... Inilah keyakinan benar yang ia miliki.":
Sedapat mungkin seorang siswa ariya mengerti tentang kelahiran (jati), sebabnya, dan jalan untuk menghentikan kelahiran. Dengan cara ini, ia berpandangan benar .... Inilah keyakinan benar yang ia miliki.
Apakah kelahiran, sebab dari kelahiran, lenyapnya dan jalan untuk menghentikan kelahiran?
Dalam proses kehidupan setiap mahluk, kelahiran makhluk-makhluk, mereka terlahir, keguguran, penerus, perwujudan dari kelompok kehidupan (khanda), indera memiliki kesan. Inilah yang dinamakan kelahiran (jati). Dengan timbulnya penjadian (bhava) maka timbullah kelahiran (jati). Dengan lenyapnya bhava, maka lenyaplah kelahiran (jati). Jalan utama untuk menghentikan kelahiran hanyalah Jalan Mulia Berunsur Delapan (Ariya Athangika Magga) yaitu: pandangan benar, ... konsentrasi benar.
Setelah siswa yang mulia mengerti hal ini ..."
"Avuso, sungguh baik," kata para bhikkhu dengan perasaan puas dan gembira setelah mendengarkan uraian Bhikkhu Sariputta. Kemudian mereka bertanya lagi: "Avuso, tetapi adakah cara lain bagi siswa ariya yang berpandangan benar .... Inilah keyakinan benar yang ia miliki."
"Ada," jawab Bhikkhu Sariputta.
"Sedapat mungkin seorang siswa yang mulia mengerti tentang penjadian (bhava), sebabnya, lenyapnya dan jalan untuk melenyapkannya. Melalui cara ini, ia berpandangan benar ... Inilah keyakinan-benar yang ia miliki. Apakah penjadian (bhava), sebabnya, lenyapnya dan jalan untuk melenyapkannya?
Ada tiga jenis dari penjadian (bhava), yaitu:

   1. Penjadian di alam yang penuh nafsu (Kama Bhava)
   2. Penjadian di alam Rupa Brahma (Rupa Bhava)
   3. Penjadian di alam Arupa Brahma (Arupa Bhava)

Dengan timbulnya kemelekatan (upadana) maka timbul penjadian (bhava). Dengan lenyapnya upadana, maka lenyap pula bhava. Jalan untuk melenyapkannya hanyalah Ariya Atthangika Magga, yaitu: pandangan benar, ... konsentrasi benar.
Setelah siswa yang mulia mengerti hal ini ..."
"Sungguh baik, avuso," kata para bhikkhu dengan perasaan puas dan gembira setelah mendengarkan uraian Bhikkhu Sariputta. Kemudian mereka bertanya lagi: "Tetapi, sahabat adakah cara lain bagi siswa ariya yang berpandangan benar ... Inilah keyakinan benar yang ia miliki."
"Ada," jawab Bhikkhu Sariputta.
"Sedapat mungkin seorang siswa ariya mengerti tentang kemelekatan (upadana), sebabnya, lenyapnya dan jalan untuk melenyapkannya. Melalui cara ini, ia berpandangan benar .... Inilah keyakinan benar yang ia miliki.
Apakah kemelekatan, apakah sebabnya dari kemelekatan, apakah lenyapnya kemelekatan, apakah jalan untuk melenyapkan kemelekatan? Ada 4 (empat) jenis kemelekatan, yaitu:

   1. Kemelekatan terhadap nafsu indera (Kamupadana)
   2. Kemelekatan terhadap pandangan salah (Ditthupadana)
   3. Kemelekatan terhadap upacara-upacara agama (Silabbatupadana)
   4. Kemelekatan terhadap adanya diri (atta) yang kekal (Attavadupadana).

bersambung...
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Sutra Bakti (II)
« Reply #75 on: 05 June 2009, 04:40:55 PM »
Dengan munculnya keinginan (tanha), maka muncullah kemelekatan (upadana).
Jalan untuk melenyapkan kemelekatan (upadana) hanyalah Ariya Atthangika Magga, yaitu: pandangan benar, ... konsentrasi benar.
Setelah siswa yang mulia mengerti hal ini ..."
"Sungguh baik, avuso," kata para bhikkhu dengan perasaan puas dan gembira setelah mendengarkan uraian Bhikkhu Sariputta. Kemudian mereka bertanya lagi: "Tetapi, sahabat adakah cara lain bagi siswa ariya berpandangan benar .... Inilah keyakinan benar yang ia miliki."
"Ada," jawab Bhikkhu Sariputta.
"Sedapat mungkin seorang siswa ariya mengerti tentang keinginan untuk mengulangi lagi (tanha), sebab lenyapnya dan jalan untuk melenyapkannya. Melalui cara ini, ia berpandangan benar ... Inilah keyakinan benar yang ia miliki.
Apakah keinginan (tanha), apakah yang melenyapkan tanha, apakah jalan untuk melenyapkan tanha?
Ada enam jenis tanha, yaitu:

   1. Keinginan akan bentuk-bentuk (Rupa Tanha)
   2. Keinginan akan suara (Sabda Tanha)
   3. Keinginan akan aroma / bau (Gandha Tanha)
   4. Keinginan akan rasa / kecapan (Rasa Tanha)
   5. Keinginan akan sentuhan (photthabba Tanha)
   6. Keinginan akan obyek-obyek pikiran (Dhamma Tanha)

Dengan timbulnya perasaan (vedana), maka timbullah keinginan (tanha). Jalan untuk melenyapkan tanha hanyalah Ariya Atthangika Magga, yaitu: pandangan benar, ..., konsentrasi benar.
Setelah siswa yang mulia mengerti hal ini ..."
"Sungguh baik, avuso," kata para bhikkhu dengan perasaan puas dan gembira setelah mendengarkan uraian Bhikkhu Sariputta. Kemudian mereka bertanya lagi: "Avuso, tetapi adakah cara lain di mana siswa yang mulia berpandangan benar ... Inilah keyakinan benar yang harus ia miliki."
"Ada," jawab Bhikkhu Sariputta.
"Sedapat mungkin seorang siswa ariya mengerti tentang perasaan (vedana), sebabnya, lenyapnya dan jalan untuk melenyapkannya. Melalui cara ini, ia berpandangan benar .... Inilah keyakinan benar yang ia miliki.
Apakah perasaan (vedana), sebabnya, lenyapnya dan jalan untuk melenyapkannya?
Ada enam macam yang mengakibatkan timbulnya perasaan yaitu:

   1. Perasaan yang timbul karena mata melihat (Cakkhu samphasajja vedana)
   2. Perasaan yang timbul karena telinga mendengar (sota samphasajja vedana)
   3. Perasaan yang timbul karena hidung mencium (Ghana samphasajja vedana)
   4. Perasaan yang timbul karena lidah mengecap (Jivha samphasajja vedana)
   5. Perasaan yang timbul karena jasmani menyentuh (Kayasamphasajja vedana)
   6. Perasaan yang timbul karena pikiran (Manosamphasajja vedana)

Dengan timbulnya sentuhan (phassa), maka timbullah perasaan (vedana). Dengan lenyapnya kesan-kesan (phassa), maka lenyaplah perasaan (vedana). Jalan untuk melenyapkan perasaan hanyalah Ariya Atthangika Magga, yaitu: pandangan benar, ..., konsentrasi benar.
Setelah siswa yang mulia mengerti hal ini ..."
"Sungguh baik, avuso," kata para bhikkhu dengan perasaan puas dan gembira setelah mendengarkan uraian Bhikkhu Sariputta. Kemudian mereka bertanya lagi: "Tetapi, sahabat adakah cara lain dimana siswa ariya berpandangan benar .... Inilah keyakinan benar yang ia miliki."
"Ada," jawab Bhikkhu Sariputta.
"Sedapat mungkin seorang siswa ariya mengerti tentang kesan-kesan (phasa), sebabnya, lenyapnya dan jalan untuk melenyapkannya. Melalui cara ini, ia berpandangan benar .... Inilah keyakinan benar yang ia miliki.
Ada enam hal yang menyebabkan sentuhan (phassa), yaitu:

   1. Mata melihat (cakkhusamphassa)
   2. Telinga mendengar (Sotasamphassa)
   3. Hidung mencium (Ghanasamphassa)
   4. Lidah mengecap (Jivhasamphassa)
   5. Jasmani menyentuh (Kayasamphassa)
   6. Pikiran berpikir (Manosamphassa)

Setelah siswa yang mulia mengerti hal ini ..."
"Sungguh baik, avuso," kata para bhikkhu dengan perasaan puas dan gembira setelah mendengarkan uraian Bhikkhu Sariputta. Kemudian mereka bertanya lagi: "Avuso, tetapi adakah cara lain bagi siswa ariya berpandangan benar .... Inilah keyakinan benar yang ia miliki."
"Ada," jawab Bhikkhu Sariputta.
"Sedapat mungkin seorang siswa ariya mengerti tentang enam landasan indera (salayatana), sebabnya, lenyapnya dan jalan untuk melenyapkannya. Melalui cara ini, ia berpandangan benar .... Inilah keyakinan benar yang ia miliki.
Apakah enam landasan indera (salayatana), sumbernya, lenyapnya dan jalan untuk melenyapkannya? Ada enam landasan yang mengakibatkan timbulnya enam landasan indera, yaitu:

   1. Landasan mata (Cakkhayatana)
   2. Landasan telinga (Sotayatana)
   3. Landasan mencium (Ghanayatana)
   4. Landasan lidah (Jivhayatana)
   5. Landasan menyentuh (Kayayatana)
   6. Landasan pikiran (Manayatana)

Dengan timbulnya jasmani dan batin (nama rupa), maka timbullah enam landasan indera (salayatana). Dengan lenyapnya jasmani dan batin, maka lenyaplah enam landasan indera (salayatana). Jalan untuk melenyapkan enam landasan indera hanyalah Ariya Atthangika Magga, yaitu : pandangan benar,..., konsentrasi benar.
Setelah siswa yang mulia mengerti hal ini...
"Sungguh baik, avuso," kata para bhikkhu dengan perasan puas dan gembira setelah mendengarkan uraian Bhikkhu Sariputta. Kemudian mereka bertanya lagi: "Avuso, tetapi adakah cara lain bagi siswa ariya berpandangan benar .... Inilah keyakinan benar yang ia miliki."
"Ada," jawab Bhikkhu Sariputta.
"Sedapat mungkin seorang siswa ariya mengerti tentang jasmani dan batin (nama rupa), sumbernya, lenyapnya dan jalan untuk melenyapkannya. Melalui cara ini, ia berpandangan benar .... Inilah keyakinan benar yang ia miliki.
Apakah jasmani dan batin (nama rupa), sebabnya, lenyapnya dan jalan untuk melenyapkannya? Perasaan (vedana), pencerapan (sanna), kehendak (cetana), sentuhan (phassa) dan perhatian (manasikara), inilah yang dinamakan batin (nama).
Empat unsur (catu dhatu) dan bentuk yang berasal dari empat unsur utama (mahabhuta rupa) inilah yang dinamakan batin (rupa).
Dengan timbulnya kesadaran (vinnana), maka timbullah jasmani dan batin (nama rupa). Dengan lenyapnya kesadaran (vinnana), maka lenyaplah jasmani dan batin. Jalan untuk melenyapkan jasmani dan batin hanyalah Ariya Atthangika Magga, yaitu: pandangan benar ... konsentrasi benar.
Setelah siswa yang mulia mengerti hal ini ..."
"Sungguh baik, avuso," kata para bhikkhu dengan perasaan puas dan gembira setelah mendengarkan uraian Bhikkhu Sariputta. Kemudian mereka bertanya lagi: "Avuso, tetapi adakah cara lain bagi siswa ariya berpandangan benar .... Inilah keyakinan benar yang ia miliki."
"Ada," jawab Bhikkhu Sariputta.
"Sedapat mungkin seorang siswa ariya mengerti tentang kesadaran (vinnana), sebabnya, lenyapnya dan jalan untuk melenyapkannya. Melalui cara ini, ia adalah berpandangan benar ... Inilah keyakinan benar yang ia miliki.
Apakah kesadaran (vinnana), sebabnya, lenyapnya dan jalan untuk melenyapkannya? Ada enam macam yang mengakibatkan timbulnya kesadaran, yaitu:

   1. Kesadaran yang timbul karena mata melihat (cakkhu vinnana).
   2. Kesadaran yang timbul karena telinga mendengar (sota vinana).
   3. Kesadaran yang timbul karena hidung mencium (ghana vinana).
   4. Kesadaran yang timbul karena lidah mengecap (jivha vinana).
   5. Kesadaran yang timbul karena jasmani menyentuh (kaya vinnana).
   6. Kesadaran yang timbul karena pikiran berpikir (mano vinnana).

Dengan timbulnya bentuk-bentuk kamma (sankhara), maka timbullah kesadaran (vinnana). Dengan lenyapnya bentuk-bentuk kamma (sankhara), maka lenyaplah kesadaran (vinnana). Jalan untuk melenyapkan kesadaran hanyalah Ariya Atthangika Magga, yaitu: pandangan benar, ... dan konsentrasi benar.
Setelah siswa yang mulia mengerti hal ini ..."
"Sungguh baik, avuso," kata para bhikkhu dengan perasaan puas dan gembira setelah mendengar uraian Bhikkhu Sariputta. Kemudian mereka bertanya lagi: "Avuso, tetapi adakah cara lain bagi siswa ariya berpandangan benar .... Inilah keyakinan benar yang ia miliki."
"Ada," jawab Bhikkhu Sariputta.
"Sedapat mungkin seorang siswa yang mulia mengerti tentang bentuk-bentuk kamma (sankhara), sebabnya, lenyapnya dan jalan untuk melenyapkannya. Melalui cara ini, ia berpandangan benar .... Inilah keyakinan benar yang ia miliki.
Apakah bentuk-bentuk kamma (sankhara), sebabnya, lenyapnya dan jalan untuk melenyapkannya?
Ada tiga macam yang mengakibatkan timbulnya bentuk-bentuk kamma (sankhara), yaitu :

   1. Pembentukan badan jasmani (kaya sankhara)
   2. Pembentukan kata-kata (vaci sankhara)
   3. Pembentukan pikiran (citta sankhara)

Dengan timbulnya kegelapan batin (avijja), maka timbullah bentuk-bentuk kamma (sankhara). Dengan lenyapnya kegelapan batin (avijja), maka lenyaplah bentuk-bentuk kamma (sankhara). Jalan untuk melenyapkan bentuk-bentuk kamma hanyalah Ariya Atthangika Magga, yaitu: pandangan benar, ... dan konsentrasi benar.
Setelah siswa yang mulia mengerti hal ini ... "
"Sungguh baik, avuso," kata para bhikkhu dengan perasaan puas dan gembira setelah mendengarkan uraian Bhikkhu Sariputta. Kemudian mereka bertanya lagi: "Tetapi, sahabat adakah cara lain di mana siswa ariya berpandangan benar .... Inilah keyakinan benar yang ia miliki."
"Ada," jawab Bhikkhu Sariputta.
"Sedapat mungkin seorang siswa ariya mengerti tentang kegelapan batin (avijja) sebabnya, lenyapnya dan jalan untuk melenyapkannya. Melalui cara ini, ia berpandangan benar .... Inilah keyakinan benar yang ia miliki.
Apakah kegelapan batin (avijja), sebabnya, lenyapnya dan jalan untuk melenyapkannya?
Tidak mengetahui adanya penderitaan (dukkha), sebab penderitaan, lenyapnya penderitaan, jalan untuk melenyapkan penderitaan. Dengan timbulnya noda (asava), maka timbullah kegelapan batin (avijja). Dengan lenyapnya noda (asava), maka lenyaplah kegelapan batin (avijja). Jalan untuk melenyapkan kegelapan batin hanyalah Ariya Atthangika Magga, yaitu: pandangan benar ... dan konsentrasi benar.
Setelah siswa yang mulia mengerti hal ini..."
"Sungguh baik, avuso," kata para bhikkhu dengan perasaan puas dan gembira setelah mendengarkan uraian Bhikkhu Sariputta. Kemudian mereka bertanya lagi: "Tetapi, sahabat adakah cara lain bagi siswa ariya berpandangan benar ... Inilah keyakinan benar yang ia miliki."
"Ada," jawab Bhikkhu Sariputta.
"Sedapat mungkin seorang siswa ariya mengerti tentang kekotoran batin (asava), sebabnya, lenyapnya dan jalan untuk melenyapkannya. Melalui cara ini, ia berpandangan benar ... Inilah keyakinan benar yang ia miliki.
Apakah kekotoran batin (asava), sebabnya, lenyapnya dan jalan untuk melenyapkan kekotoran batin (asava) ?
Ada 3 (tiga) jenis kekotoran batin (asava), yaitu:

   1. Noda dari keinginan memuaskan nafsu indera (Kamasava).
   2. Noda dari keinginan untuk menjadi (Bhavasava).
   3. Noda dari ketidaktahuan (Avijjasava).

Dengan timbulnya kegelapan batin (avijja), maka timbullah kekotoran batin (asava). Dengan lenyapnya kegelapan batin (avijja), maka lenyaplah kekotoran batin (asava). Jalan untuk melenyapkan kekotoran batin hanyalah Ariya Atthangika Magga, yaitu: pandangan benar, ... dan konsentrasi benar.
Setelah siswa ariya mengerti sepenuhnya tentang kekotoran batin, kekotoran batin serta akarnya, dia telah melenyapkan sepenuhnya sebab utama dari kecenderungan nafsu-nafsu, menolak, membasmi pandangan dan konsep tentang diri (atta). Dengan melenyapkan kegelapan batin (avijja) dan menumbuhkan pengetahuan benar (vijja), maka di sinilah ia mengakhiri penderitaan (dukkha nirodha). Melalui cara ini, seorang siswa ariya berpandangan benar, berpandangan lurus, memiliki keyakinan yang sempurna pada Dhamma. Inilah keyakinan benar yang ia miliki."
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline naviscope

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.084
  • Reputasi: 48
Re: Sutra Bakti (II)
« Reply #76 on: 05 June 2009, 04:42:55 PM »
^
^
heh?

OOT, cogan ryu, lg bahas topic sutra bakti, malah keluarin sutra intan...  ^-^
Tinggalkan masa lalu, lepaskan beban akan masa depan, tidak terikat dengan yang sekarang maka kamu akan merasakan kedamain batin.

Leave the past alone, do not worry about the future, do not cling to the present and you will achieve calm.

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Sutra Bakti (II)
« Reply #77 on: 05 June 2009, 04:44:17 PM »
biar tau pandangan benar itu seperti apa cuy ;D
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline mushroom_kick

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.302
  • Reputasi: 92
Re: Sutra Bakti (II)
« Reply #78 on: 05 June 2009, 04:58:50 PM »
aye tau pandangan benar (biar kata gk hafal  ;D ;D)...dan gk meragukan lg..tp jgn memaksaken. praktek am teori kadang berlawanan arah...
Segala fenomena bentuk & batin tidaklah kekal ada na.....
Semua hanyalah sementara.....

Offline naviscope

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.084
  • Reputasi: 48
Re: Sutra Bakti (II)
« Reply #79 on: 05 June 2009, 05:11:26 PM »
^
^
sep, sista lola turun gunung, tau2 uda tambah sakti cuy

tatutttttt.....

tapi, ngemeng2, turun gunung sech turun gunung,
tapi jgn langsung minta sumbangan donk :hammer:

gi ngamen sono
navis >> "lempar tutup botol coca col*" buat lola, tangkeeeepppp ;D
« Last Edit: 05 June 2009, 05:14:20 PM by naviscope »
Tinggalkan masa lalu, lepaskan beban akan masa depan, tidak terikat dengan yang sekarang maka kamu akan merasakan kedamain batin.

Leave the past alone, do not worry about the future, do not cling to the present and you will achieve calm.

Offline hatRed

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 7.400
  • Reputasi: 138
  • step at the right place to be light
Re: Sutra Bakti (II)
« Reply #80 on: 05 June 2009, 05:14:23 PM »
=))  manusia rimba... =))

OOT :|

Silakeun dilanjutkan ^:)^
i'm just a mammal with troubled soul



Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Sutra Bakti (II)
« Reply #81 on: 05 June 2009, 05:16:02 PM »
Kesimpulannya, Sutra ini bagi yang punya pandangan benar, sutra ini benar. Bagi yang punya pandangan salah maka sutra ini salah.

Betul begitu?
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline mushroom_kick

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.302
  • Reputasi: 92
Re: Sutra Bakti (II)
« Reply #82 on: 05 June 2009, 09:03:15 PM »
kesimpulan na...kepercayaan atas sutta tertentu bokan berarti  sutra itu betul ato salah.., nama jg kepercayaan...
aye pribadi lebi gk percaya lg am tetangga punya kitab, tp ya gitu d...masing2 aj..
 :P :P :P
Segala fenomena bentuk & batin tidaklah kekal ada na.....
Semua hanyalah sementara.....

Offline hatRed

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 7.400
  • Reputasi: 138
  • step at the right place to be light
Re: Sutra Bakti (II)
« Reply #83 on: 05 June 2009, 09:38:35 PM »
yg jadi permasalahan SERIOUS bagi aye tuh..... nama nama tokohnya itu loh.......

mending kalo di bagian endingnya disertai nb:

"Cerita ini semata2 dikarang untuk menumbuhkan rasa bakti anak anak bandel kepada orang tuanya, bila ada PERSAMAAN TOKOH,TEMPAT,WAKTU, DAN CERITA maka itu hanyalah KEBETULAN SEMATA"

ya udeh, deal no problema :whistle:
« Last Edit: 05 June 2009, 09:40:19 PM by hatRed »
i'm just a mammal with troubled soul



Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Sutra Bakti (II)
« Reply #84 on: 05 June 2009, 09:57:26 PM »
yg jadi permasalahan SERIOUS bagi aye tuh..... nama nama tokohnya itu loh.......

mending kalo di bagian endingnya disertai nb:

"Cerita ini semata2 dikarang untuk menumbuhkan rasa bakti anak anak bandel kepada orang tuanya, bila ada PERSAMAAN TOKOH,TEMPAT,WAKTU, DAN CERITA maka itu hanyalah KEBETULAN SEMATA"

ya udeh, deal no problema :whistle:
:)) , sebenarnya efeknya itu lho, 1 orang (tertipu) karena mempercayainya, trus mencetak 1000, kemudian 1000 orang percaya dan masing2 percaya dan mencetak 1000 bk, dan sudah 1jt orang yang menerima buku ini jadi berapa orang yang (tertipu) ?
dan pada akhirnya maka di percayalah sutra ini adalah benar sehingga secara nasional di indonesia ini yang beredar adalah sutra ini ;D
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Sutra Bakti (II)
« Reply #85 on: 05 June 2009, 10:01:35 PM »
dan yg untung adalah ...?

Offline hatRed

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 7.400
  • Reputasi: 138
  • step at the right place to be light
Re: Sutra Bakti (II)
« Reply #86 on: 05 June 2009, 10:05:47 PM »
masalahnya bukan siapa yg untung...

melainkan siapa yg dirugikan..... i mah gak ambil pusing orang dapet untung apa gak......
i'm just a mammal with troubled soul



Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Sutra Bakti (II)
« Reply #87 on: 05 June 2009, 10:12:01 PM »
Aye sih sebenernya yang untung kalo ada yang nyetak banyak :))

Tapi kenapa tripitakanya sendiri tidak ada yang mencetak? apa karena tidak ada janji2 yang seperti dalam sutra bakti ini?
yang di pasaran sepertinya banyak di cetak sepertinya adalah sutra bhaisajya, keng kwan im, dll tapi tripitakanya sendiri sepertinya di abaikan tuh, aye pengen tuh kalo ada tripitaka Mahayana ;D
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline Sunkmanitu Tanka Ob'waci

  • Sebelumnya: Karuna, Wolverine, gachapin
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.806
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
  • 会いたい。
Re: Sutra Bakti (II)
« Reply #88 on: 05 June 2009, 10:14:56 PM »
Aye sih sebenernya yang untung kalo ada yang nyetak banyak :))

Tapi kenapa tripitakanya sendiri tidak ada yang mencetak? apa karena tidak ada janji2 yang seperti dalam sutra bakti ini?
yang di pasaran sepertinya banyak di cetak sepertinya adalah sutra bhaisajya, keng kwan im, dll tapi tripitakanya sendiri sepertinya di abaikan tuh, aye pengen tuh kalo ada tripitaka Mahayana ;D

Tripitaka Mahayana ada om, dalam bentuk dvd lagi. Tinggal print :whistle:
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Sutra Bakti (II)
« Reply #89 on: 05 June 2009, 10:19:31 PM »
Aye sih sebenernya yang untung kalo ada yang nyetak banyak :))

Tapi kenapa tripitakanya sendiri tidak ada yang mencetak? apa karena tidak ada janji2 yang seperti dalam sutra bakti ini?
yang di pasaran sepertinya banyak di cetak sepertinya adalah sutra bhaisajya, keng kwan im, dll tapi tripitakanya sendiri sepertinya di abaikan tuh, aye pengen tuh kalo ada tripitaka Mahayana ;D

Tripitaka Mahayana ada om, dalam bentuk dvd lagi. Tinggal print :whistle:
Bahasa indonesia? minta dong ;D
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline Sunkmanitu Tanka Ob'waci

  • Sebelumnya: Karuna, Wolverine, gachapin
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.806
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
  • 会いたい。
Re: Sutra Bakti (II)
« Reply #90 on: 05 June 2009, 10:26:04 PM »
mandarin lar
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Sutra Bakti (II)
« Reply #91 on: 05 June 2009, 10:34:11 PM »
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline Kokuzo

  • Sebelumnya 7th
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.090
  • Reputasi: 30
  • Gender: Male
  • ... running in karma ...
Re: Sutra Bakti (II)
« Reply #92 on: 05 June 2009, 10:49:48 PM »
^ belajar atuh...
bikin malu, chinese cannot speak chinese. Wakakaka...

gw juga ga bisa seh... Juli mau les di RungHua.. Mo ikutan? :D

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Sutra Bakti (II)
« Reply #93 on: 05 June 2009, 10:56:06 PM »
^ belajar atuh...
bikin malu, chinese cannot speak chinese. Wakakaka...

gw juga ga bisa seh... Juli mau les di RungHua.. Mo ikutan? :D
Males, mending bobo di rumah ;D
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline Elin

  • DhammaCitta Press
  • KalyanaMitta
  • *
  • Posts: 4.377
  • Reputasi: 222
  • Gender: Female
Re: Sutra Bakti (II)
« Reply #94 on: 08 June 2009, 01:01:52 PM »
aye pengen tuh kalo ada tripitaka Mahayana ;D

emangnya Tripitaka itu ada yg Mahayana / Theravada gitu?
bukannya cuma ada SATU doank..

Offline Elin

  • DhammaCitta Press
  • KalyanaMitta
  • *
  • Posts: 4.377
  • Reputasi: 222
  • Gender: Female
Re: Sutra Bakti (II)
« Reply #95 on: 08 June 2009, 01:30:47 PM »
terlepas dari asli / tidaknya, setelah membaca buku sutra ini, menyadarkan Elin :
Betapa besarnya kasih sayang ortu, pengorbanan mereka ke Elin...
Betapa berdosa nya Elin tidak menghormati mereka...
Menghargai waktu yang masih diberikan untuk berbakti, membahagiakan ortu..
abis baca bukunya, malah nangis2 heboh sendiri dikamar kost... :-$

so, Elin tidak mendapat dampak yg jelek sih setelah membaca sutra ini..
engga tau juga dgn pengalaman yg lain...

Elin hanya ambil sisi positifnya aja andaikan sutra ini adalah palsu... _/\_

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: Sutra Bakti (II)
« Reply #96 on: 08 June 2009, 01:54:24 PM »
aye pengen tuh kalo ada tripitaka Mahayana ;D

emangnya Tripitaka itu ada yg Mahayana / Theravada gitu?
bukannya cuma ada SATU doank..

Tipitaka = itu versi Theravada, Bhs. Pali
Tripitaka = itu versi Mahayana, Bhs. Sansekerta

Isinya beda, meski keduanya merujuk pada sabda-sabda dan wejangan Sang Buddha.

Kalau gak ada bedanya, mana mungkin ada thread "Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yang berbeda..." atuh ;D


terlepas dari asli / tidaknya, setelah membaca buku sutra ini, menyadarkan Elin :
Betapa besarnya kasih sayang ortu, pengorbanan mereka ke Elin...
Betapa berdosa nya Elin tidak menghormati mereka...
Menghargai waktu yang masih diberikan untuk berbakti, membahagiakan ortu..
abis baca bukunya, malah nangis2 heboh sendiri dikamar kost... :-$

so, Elin tidak mendapat dampak yg jelek sih setelah membaca sutra ini..
engga tau juga dgn pengalaman yg lain...

Elin hanya ambil sisi positifnya aja andaikan sutra ini adalah palsu... _/\_

Wah, berarti Elin slama ini anak yg bandel yah... ^-^

Dampak jeleknya dah ada satu kok. Elin menjadi korban marketing dari para oknum itu... :whistle:

Offline naviscope

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.084
  • Reputasi: 48
Re: Sutra Bakti (II)
« Reply #97 on: 08 June 2009, 02:08:53 PM »
^
^
jangan diliat dari cuma satu sisi bro
dampak baiknya juga harus diliat

kalau saja dia tidak baca sutra bakti bajakan, mgkn saja dia tidak akan sadar
dan belum tentu dia bisa mencerna dengan bagus sutra bakti yang asli

IMO, sutra bakti yang versi bajakan lebih gampang dicerna

no offense,

navis
Tinggalkan masa lalu, lepaskan beban akan masa depan, tidak terikat dengan yang sekarang maka kamu akan merasakan kedamain batin.

Leave the past alone, do not worry about the future, do not cling to the present and you will achieve calm.

Offline Elin

  • DhammaCitta Press
  • KalyanaMitta
  • *
  • Posts: 4.377
  • Reputasi: 222
  • Gender: Female
Re: Sutra Bakti (II)
« Reply #98 on: 08 June 2009, 02:15:30 PM »
Tipitaka = itu versi Theravada, Bhs. Pali
Tripitaka = itu versi Mahayana, Bhs. Sansekerta

Isinya beda, meski keduanya merujuk pada sabda-sabda dan wejangan Sang Buddha.

Kalau gak ada bedanya, mana mungkin ada thread "Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yang berbeda..." atuh ;D

berarti itu hanya bahasa nya yg berbeda donk.. antara Pali & Sansekerta..
kalo ada thread "Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yang berbeda...", itu kan membahas bbrp pandangan aja thd satu obyek yaitu Mahayana...

Offline Elin

  • DhammaCitta Press
  • KalyanaMitta
  • *
  • Posts: 4.377
  • Reputasi: 222
  • Gender: Female
Re: Sutra Bakti (II)
« Reply #99 on: 08 June 2009, 02:16:46 PM »
Wah, berarti Elin slama ini anak yg bandel yah... ^-^

Dampak jeleknya dah ada satu kok. Elin menjadi korban marketing dari para oknum itu... :whistle:

semua org juga pernah bandel kan ama ortu? :P
Elin jadi korban marketing?

bro, kok tau seh Elin kerja di kantor sebagai marketing? hehehehe

Offline Elin

  • DhammaCitta Press
  • KalyanaMitta
  • *
  • Posts: 4.377
  • Reputasi: 222
  • Gender: Female
Re: Sutra Bakti (II)
« Reply #100 on: 08 June 2009, 02:19:29 PM »
^
^
jangan diliat dari cuma satu sisi bro
dampak baiknya juga harus diliat

kalau saja dia tidak baca sutra bakti bajakan, mgkn saja dia tidak akan sadar
dan belum tentu dia bisa mencerna dengan bagus sutra bakti yang asli

IMO, sutra bakti yang versi bajakan lebih gampang dicerna

no offense,

navis

hehehe ma'aci uda ngertiin Elin... :)

Offline mushroom_kick

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.302
  • Reputasi: 92
Re: Sutra Bakti (II)
« Reply #101 on: 08 June 2009, 02:25:12 PM »
aye pengen tuh kalo ada tripitaka Mahayana ;D

emangnya Tripitaka itu ada yg Mahayana / Theravada gitu?
bukannya cuma ada SATU doank..

Tipitaka = itu versi Theravada, Bhs. Pali
Tripitaka = itu versi Mahayana, Bhs. Sansekerta

Isinya beda, meski keduanya merujuk pada sabda-sabda dan wejangan Sang Buddha.

Kalau gak ada bedanya, mana mungkin ada thread "Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yang berbeda..." atuh ;D

Wah, berarti Elin slama ini anak yg bandel yah... ^-^

Dampak jeleknya dah ada satu kok. Elin menjadi korban marketing dari para oknum itu... :whistle:

 now ad yg thera broe... :)) :))
Segala fenomena bentuk & batin tidaklah kekal ada na.....
Semua hanyalah sementara.....

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: Sutra Bakti (II)
« Reply #102 on: 08 June 2009, 02:25:51 PM »
^
^
jangan diliat dari cuma satu sisi bro
dampak baiknya juga harus diliat

kalau saja dia tidak baca sutra bakti bajakan, mgkn saja dia tidak akan sadar
dan belum tentu dia bisa mencerna dengan bagus sutra bakti yang asli

IMO, sutra bakti yang versi bajakan lebih gampang dicerna

no offense,

navis

Memang ada manfaatnya kok. :) Selama masih dalam dunia ini, semua hal itu ada positif dan ada negatifnya...



Tipitaka = itu versi Theravada, Bhs. Pali
Tripitaka = itu versi Mahayana, Bhs. Sansekerta

Isinya beda, meski keduanya merujuk pada sabda-sabda dan wejangan Sang Buddha.

Kalau gak ada bedanya, mana mungkin ada thread "Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yang berbeda..." atuh ;D

berarti itu hanya bahasa nya yg berbeda donk.. antara Pali & Sansekerta..
kalo ada thread "Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yang berbeda...", itu kan membahas bbrp pandangan aja thd satu obyek yaitu Mahayana...

Bahasanya berbeda, isinya juga beda, format penyajian pun berbeda...

*Dalam Tipitaka (Theravada), isinya antara lain : Sutta, Vinaya dan Abhidhamma

*Dalam Tripitaka (Mahayana) isinya antara lain : Prajnaparamita, Saddharma Pundarika, Agama, dll.
« Last Edit: 08 June 2009, 02:27:23 PM by upasaka »

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: Sutra Bakti (II)
« Reply #103 on: 08 June 2009, 02:28:18 PM »
aye pengen tuh kalo ada tripitaka Mahayana ;D

emangnya Tripitaka itu ada yg Mahayana / Theravada gitu?
bukannya cuma ada SATU doank..

Tipitaka = itu versi Theravada, Bhs. Pali
Tripitaka = itu versi Mahayana, Bhs. Sansekerta

Isinya beda, meski keduanya merujuk pada sabda-sabda dan wejangan Sang Buddha.

Kalau gak ada bedanya, mana mungkin ada thread "Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yang berbeda..." atuh ;D

Wah, berarti Elin slama ini anak yg bandel yah... ^-^

Dampak jeleknya dah ada satu kok. Elin menjadi korban marketing dari para oknum itu... :whistle:

 now ad yg thera broe... :)) :))

;D

Offline sobat-dharma

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.286
  • Reputasi: 45
  • Gender: Male
  • sharing, caring, offering
Re: Sutra Bakti (II)
« Reply #104 on: 08 June 2009, 04:10:03 PM »
*Dalam Tripitaka (Mahayana) isinya antara lain : Prajnaparamita, Saddharma Pundarika, Agama, dll.

Ini adalah kelompok-kelompok sutra. Sedang vinaya dan abhidharma ada tersendiri. Ada vinaya milik Mahasangika, Sthaviravada, dll Sedangkan abhidharma dalam Mahayana yang saya ketahui ada dua, yaitu: Abhidharma Samuccaya dan Abhidharma Kosya Basham. Sebenarnya, Shastra dalam Mahayana bisa juga dikategorikan sebagai "Abhidharma" (meskipun ini masih bisa diperdebatkan). Bedanya, dalam Mahayana Abhidharma tidak ditulis secara anonim sebagaimana dalam Sutta Pali, karena mencantumkan nama penulisnya.
Mereka yang melihat-Ku dari wujud dan mengikuti-Ku dari suara terlibat dalam upaya salah. Mereka takkan melihat Aku. Dari Dharma-lah mestinya ia melihat Para Buddha. Dari Dharmakaya datang tuntunan baginya. Namun hakikat sejati Dharma tak terlihat dan tiada seorangpun bisa menyadarinya sebagai obyek

Offline lophenk

  • Sebelumnya: 4kupak
  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 685
  • Reputasi: 28
  • Gender: Male
Re: Sutra Bakti (II)
« Reply #105 on: 08 June 2009, 04:21:03 PM »
terlepas dari asli / tidaknya, setelah membaca buku sutra ini, menyadarkan Elin :
Betapa besarnya kasih sayang ortu, pengorbanan mereka ke Elin...
Betapa berdosa nya Elin tidak menghormati mereka...
Menghargai waktu yang masih diberikan untuk berbakti, membahagiakan ortu..
abis baca bukunya, malah nangis2 heboh sendiri dikamar kost... :-$

so, Elin tidak mendapat dampak yg jelek sih setelah membaca sutra ini..
engga tau juga dgn pengalaman yg lain...

Elin hanya ambil sisi positifnya aja andaikan sutra ini adalah palsu... _/\_

setuju ... ambil sisi positifnya :)
thanks Buddha...

Offline dedy

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 6
  • Reputasi: -1
Re: Sutra Bakti (II)
« Reply #106 on: 17 July 2009, 09:29:56 AM »
NAMO AMI DASAMAN BUDDHAYA,

Salam kenal buat teman2, ikutan nimbung nih. ;D

Offline dedy

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 6
  • Reputasi: -1
Re: Sutra Bakti (II)
« Reply #107 on: 17 July 2009, 09:30:56 AM »
minta pendapat dong, apa arti bakti yang sesungguhnya?

Offline samanthabhadra

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 4
  • Reputasi: 0
  • Gender: Male
  • Samanthabadra
Re: Sutra Bakti (II)
« Reply #108 on: 02 September 2009, 06:46:06 PM »
semua mengarah ke jalan kebenaran..apa yang musti diperdebatkan..