Baca postingan saya, postingan yang kedua di thread ini.. sebelum komentar, baca dulu..
uda baca kk sami mawon
5. Kemudian ada suatu kejadian ketika Sang Bhagavā berkata kepada para bhikkhu sebagai berikut: ‘Para bhikkhu, tinggalkanlah makan di malam hari, yang adalah di luar waktu yang selayaknya.’ Yang Mulia, aku kecewa dan sedih, dengan pikiran: ‘Sang Bhagavā memberitahukan kami untuk meninggalkan makanan yang lebih mewah dari dua kali makan kami, Yang Sempurna memberitahukan kami agar meninggalkannya.’ Suatu ketika, Yang Mulia, seseorang telah memperoleh sup pada siang hari dan ia berkata: ‘Sisihkanlah itu dan kita akan memakannya bersama pada malam hari.’ [Hampir] semua makanan dipersiapkan pada malam hari, sedikit pada siang hari. Demi cinta kasih dan penghormatan kepada Sang Bhagava, dan karena malu dan takut akan pelanggaran, kami meninggalkan makan di malam hari, yang di luar waktu selayaknya.
Tapi IMHO, poin ke-lima yang menjadikan atthasila (tidak makan setelah tengah hari) berlaku bagi umat awam. CMIIW.
apa krn buddha yg ngemeng jgn mkn malem, jd diikutin? ktny ga percaya cuman krn hormatin guru?
Oleh karena itu, warga suku Kalama, janganlah percaya begitu saja berita yang disampaikan kepadamu, atau oleh karena sesuatu yang sudah merupakan tradisi, atau sesuatu yang didesas-desuskan. Janganlah percaya begitu saja apa yang tertulis di dalam kitab-kitab suci; juga apa yang dikatakan sesuai dengan logika atau kesimpulan belaka; juga apa yang katanya telah direnungkan dengan seksama; juga apa yang kelihatannya cocok dengan pandanganmu; atau karena ingin
menghormat seorang pertapa yang menjadi gurumu.jdny balik lg soal tiru2an
Atau sila ke-6 adalah tentang "meniru para arahat"? Karena malam hari adalah waktu yang salah bagi Arahat yang notabene adalah bhikkhu yang mengembara mencari dana makanan di malam hari. Jadi walaupun umat awam, tapi kita meniru para Arahat sehingga kita tidak makan di "waktu yang salah bagi para bhikkhu".
tp ktny jg bkn krn ikut2an tradisi
Oleh karena itu, warga suku Kalama, janganlah percaya begitu saja berita yang disampaikan kepadamu, atau oleh
karena sesuatu yang sudah merupakan tradisi, atau sesuatu yang didesas-desuskan. Janganlah percaya begitu saja apa yang tertulis di dalam kitab-kitab suci; juga apa yang dikatakan sesuai dengan logika atau kesimpulan belaka; juga apa yang katanya telah direnungkan dengan seksama; juga apa yang kelihatannya cocok dengan pandanganmu; atau karena ingin menghormat seorang pertapa yang menjadi gurumu.
mangkin binun...