//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Show Posts

This section allows you to view all posts made by this member. Note that you can only see posts made in areas you currently have access to.


Messages - bukeksiansu

Pages: [1]
1
 [at]  indra_ihong, tu orang-orang yang meragukan pencerahan guru gak ngerti kebijaksanaan guru nan maha luas, maju terus babarkan ajaran guru nan mulia bro

Mengenai perkosaan pasti dia orang salah paham, kasih tahu kejadian yang bener bro.

salam,  ciayo

 :>-


 

2
bajaj jalan kebalik

3
Studi Sutta/Sutra / Re: Kama Sutta/Sutra
« on: 25 May 2009, 06:03:07 PM »
kok gak pakai posisi teratai bos ;D
posisi teratai maksupnya apaan bos?
posisi kama sutra =)) =)) =))

:P

dalam Tantra namanya Guhyasamaja ya?

4
Diskusi Umum / Re: Kelemahan Pengurus Vihara (Umat Buddhis)???
« on: 20 May 2009, 09:26:23 PM »
wekekeke...lha ini kan sama juga boong vihara memang tempat melatih diri..tapi disitu kan ada orang2 yang juga ingin melatih diri..kenapa ga diajak kenalan atau saling mengenalkan diri...kalian kan umat awam...saya sangat menyangsikan bahwa melatih diri kalian untuk tujuan melepas keegoisan kalian ;D

Justru itulah kalau sudah tamat tak perlu  melatih diri, tak perlu kevihara betul tah? ke Vihara karena mau berlatih, mereka juga sama

5
Diskusi Umum / Re: knapa agama buddha kurang diminati...
« on: 20 May 2009, 09:18:18 PM »
banyak keknya penyebab mereka nyeberang ke Kanesten:

1. tak memiliki pengetahuan Dhamma
2. Dari kecil di doktrin non-buddhis di sekolah
3. Merasa Buddhis lebih kuno
4. ikut-ikutan temen
5. rumput tetangga lebih ijo
6. pannanya kurang
7. diboongin kesaksian gombal
8. Senang karaoke di tempat ibadah
9. naksir si doi  ;D
10. dll

6
Diskusi Umum / Re: Kelemahan Pengurus Vihara (Umat Buddhis)???
« on: 20 May 2009, 08:54:41 PM »
tujuan sangat penting, karena kalo memang mau banyak teman, ya silahkan pergi ke gereja, kalo merasa gereja lebih friendly, kalo tujuan mau belajar dengan mendengarkan khotbah atau mau melakukan puja bakti sepertinya gak ada hubungan dengan bagaimana sikap pengurus vhr

nah klo kayak gini, pantes jika beberapa rekan kanesten mengatakan bahwa umat buddhism itu egois dan mementingkan diri sendiri (walau sebenarnya pengertian diri sendirinya berbeda dengan apa yg dimaksud oleh buddha) knp ? krn ga peduli dgn yg lain, lebih kearah dalam dalam semua hal, dr praktek dhamma sampe masalah sosial semua mengarah ke dalam...

itu lah umat buddhism, ga pd sadar... praktek dhamma emang harus ke arah dalam, tp jgn lupakan masalah sosial yg kearah luar... kita hidup bukan di hutan... kita hidup bermasyarakat... tujuan emang penting, tp jgn lupa juga untuk sikap peduli, care...

Ada yang bilang, seringkali orang yang mendekati orang lain ada maunya.
Terang saja kanesten baik-baik dan mendekati setiap pengunjung: investasi boo!
Sepuluh persen modal cuap-cuap khan lumayhan?

Sulit mengubah orang lain, lebih mudah mengubah diri sendiri.

Apakah kalau umat di vihara theravada disapa sombong dan tidak peduli?
Atau apakah saya merasa sebagai pembeli / raja?


7

Apakah anda pernah bermeditasi?Dlm bermeditasi, kita mengenal istilah dengan "meluaskan" dan "memfokus"kan.Coba saja anda meruncingkan konsentrasi untuk "mendeteksi" berbagai Tanah Suci yg ada dlm kosmos ini, rasanya anda akan dapat merasakannya.


Menarik sekali. Saya ingin mencoba, di kitab Mahayana manakah bro Edward mengutip kata-kata "meluaskan" dan "memfokuskan"? untuk mendeteksi tanah suci?

8
Quote
apa benar kalau mahayana tingkatnya lebih tinggi dari T ? kenapa?

Semuanya bertahap jalannya. Dari Hinayana terus Mahayana terus Vajrayana.

Apakah bertahap ini merupakan tinggi-tinggian atau tidak, silahkan renungkan sendiri.

 _/\_
The Siddha Wanderer

Mana yang lebih tinggi, Hindu atau Tibetan? dua-duanya memiliki ajaran Yoga dan Tantra.
Barangkali lebih tinggi lagi kr****n dan Islam  karena mereka adalah ajaran dari langit. penguasa alam semesta.


9
Theravada / Re: Sotapanna
« on: 02 March 2009, 06:22:50 PM »
Quote
In Buddhism, a sotapanna (Pali, Sanskrit: srotapanna) (or sotapatti), a stream-enterer or stream-winner, is a partially-enlightened person, who has eradicated the first three fetters of the mind, that prevent freedom. Sotapanna literally means "one who enters (āpadyate) the stream (sota)", after a simile that compares attaining enlightenment with crossing a stream and reaching the further shore. Sotapannaship is the first of the four stages of enlightenment.

Buddha said that a stream-enterer will surely attain full enlightenment (Arahantship) within no more than seven successive rebirths, possibly in this current life. The Venerable One will thus give the gift of the realisation of the end of suffering to him/herself within seven lives and is capable of giving the great gifts to many. The stream-winner can also be sure that he or she will not be reborn in any of the unhappy rebirths (that is, as an animal, as a preta, or as a being in hell (Niraya). The stream-enterer has attained an intuitive grasp of Buddhist doctrine (Skt: samyagdṛṣṭi; Pali: sammādiṭṭhi, "right view"), has complete confidence in the Three Jewels of Buddha, Dharma, and Sangha, and follows Buddhist morality (sila). The stream-enterer is said to have "opened the eye of the Dharma" (Pāli: dhammacakkhu), which means that he has seen Dhamma and, as a result of that, can see it (his eye is open now, not closed any more).

The three specific chains or fetters (Pali: saṃyojana) of which the Sotapanna is free are:

   1. Sakkāya-diṭṭhi (Pali) - Belief in self
   2. Vicikicchā (Pali) - Skeptical doubt
   3. Sīlabbata-parāmāsa (Pali) - Attachment to rites and rituals

Quote
The student walking in the Sotapatti path must destroy three sanyojanas (fetters):

    * The animistic superstition that inside the body there is a permanent soul or a ghost, who sees, hears, smells, tastes, etc.;
    * The superstition that without austerities and bodily mortifications heaven could not be got;
    * Doubt of a future life, or a future world and of the Karma doctrine with its corollary the law of causality.

If he succeeds in the path he enjoys the fruit of Sotapatti. He has entered the threshold of Nirvana, and no more can he again enter the samsara. He is a niyato sambodhiparayano. The gates of hell are closed for him for ever. Nirvana is assured for him either in one more birth, or three or seven. The rest of the term of life he may return to the earth, or he may be born in the devalokas and pass onwards from devaloka to devaloka until he realizes Nirvana. Countless billions of years he may enjoy the celestial pleasures of the higher heavens. A Sotapatti never violates the moral law. He is incapable of destroying life, consciously, and he is incapable of dishonest gain, and can never be adulterous, nor can he tell lies, and drink intoxicants. However, a Sotapatti has not the wisdom of a Sakadagami, not to speak of the higher estates. Thousands of laymen and women in the time of the Blessed One realized the Sotapatti state. Till the end of the Buddhasasana good people who follow the path, and made the effort to destroy the three sanyojanas can reach the Sotapatti state. But they must make the effort. Those who make the effort now are born with better upanissaya karma for the realization of Nirvana in the future births. The very effort to walk in the path by observing the five silas, and the rules of brahmachariya on the sabbath days helps to create the upanissaya karma. It is necessary when creating good karma in this life the aspirant should have an aim. He should not proceed aimlessly.

Bagaimanakah kita tahu pasti kalau kita sudah mencapai sotapanna ?

Dari yang saya baca, menurut Mahasi Sayadaw dalam buku The Satipatthana Vipassana meditation dikatakan:
Seseorang yang telah mencapai Magga-Phala menyadari perubahan yang nampak pada sikap batin dan temperamennya dan merasa bahwa hidupnya telah berubah. Keyakinannya terhadap Sang Tiratana menjadi mutlak tak tergoyahkan..

 _/\_

10
Diskusi Umum / Re: Penggunaan kata SANG pada Buddha
« on: 28 February 2009, 04:11:41 AM »
dari KBBI:

sang p 1 kata yg dipakai di depan nama orang, binatang, atau benda yg dianggap hidup atau dimuliakan: -- Arjuna, -- Kancil; -- Dwiwarna; -- nasib; 2 kata yg dipakai di depan nama benda untuk berolok-olok: -- suami;
-- Merah Putih bendera kebangsaan Indonesia; Sang Dwiwarna; -- Dwiwarna sang Merah Putih

Sebaiknya ambil kesepakatan untuk membedakan Sang Buddha dan sang Buddha, pada hakekatnya bahasa hanya kesepakatan kan?

Jadi pergunakan huruf besar bila kata sang digunakan untuk mahluk agung misalnya kita tulis Sang Pencipta bukan sang Pencipta. Bahasa Indonesia juga menggunakan huruf besar untuk kata akhiran Nya umpamanya: dia telah kembali ke hadiratNya.

sang kancil, sang siput, sang buaya, bukan Sang Kancil, Sang Siput, Sang Buaya



11
Perkenalan / Re: salam perkenalan
« on: 28 February 2009, 03:28:11 AM »
wew ada pendekar tanpa tanding neh,bagi2 donk ilmu silatnya :P
lam knl bro
_/\_

lam kenal juga bro, sama-sama baru ya? susah dihapal nicknya bro..

 _/\_

12
Perkenalan / salam perkenalan
« on: 28 February 2009, 02:56:22 AM »
Halo.... peerkenalkan nama saya bukek siansu.

bukek artinya tanpa tandingan, siansu artinya kalau nggak salah setengah dewa  ;D
tapi saya hanya manusia biasa yang senang bersosialisasi, berbagi pengetahuan, bercanda, bertukar pikiran, dan.... kadang berdebat bila terpaksa (mudah-mudahan jangan).  ;D

salam metta

 _/\_


Pages: [1]
anything