//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Show Posts

This section allows you to view all posts made by this member. Note that you can only see posts made in areas you currently have access to.


Messages - Wi Tjong

Pages: [1] 2 3
1
Engaged Buddhism / Re: Buddha Tzu Chi -> Buddhanisasi
« on: 23 July 2008, 02:29:57 PM »
Reaksi setiap org terhadap suatu fenomena bisa beda-beda. Ada orang yang menilai positif, ada yang setengah postif, seperempat positif sampai ada yang mengatakan negatif. Yang mengatakan positif tentu adalah orang yang terlibat atau yang mampu memahami dan mengerti apa yang sesungguhnya sedang terjadi. Dan yang menilai negatif, hampir pasti adalah orang tidak terlibat atau memahaminya.

Ali menonton pertandingan sepak bola dengan begitu semangat sampai tidak tidur semalaman.  Badu yang tidak mengerti dan tidak suka bola, mengatakan, "Permainan org bodoh ! satu bola dikejar rame-rame, mengapa tidak satu orang satu bola saja ? Dari jauh bola dikejar, sudah dekat bola ditendang. Kok ada yang suka ya ?".

Orang yg berbuat dikritik, yang tidak berbuat apa-apa pun dikritik. Perbuatan terpuji di cela, apalagi yang tidak terpuji. Tidak pernah ada satu hal yang bisa memuaskan / memenuhi keinginan semua orang.

Masih ingat cerita seorang bapak dan anaknya yang berjalan sambil menuntun seekor keledai ? Ditengah perjalanan, ada yang berkata ,"Orang bodoh, ada keledai kok dituntun saja!". Mendengar itu, sang bapak meminta anaknya menaiki keledai itu. Tak lama kemudian ada orang lain yang melihat mereka dan berkomentar, "Anak tidak berbakti, orang tuanya capek berjalan kok dia malah enak-enakan". Mendengar itu, sang bapak kemudian ikut menaiki keledai. Setelah berjalan tak jauh, ada lagi yang berkomentar "Orang-orang tidak berperasaan, satu keledai kecil dinaiki dua orang". Lalu karena bingung dan tidak tahu harus bagaimana lagi, akhirnya mereka berdua melanjutkan perjalanan dengan menggendong keledai !

Kalau ingin memuaskan dan memenuhi keinginan semua orang, sangat mungkin kita akan menjadi seperti kedua orang itu. Dimanapun dan kapanpun selalu saja ada yang mengkritik, tetapi itu pernah jadi penghalang bergulirnya kebajikan. So, just do it, dan yakinlah perbuatan baik pasti menghasilkan buah yang baik.

Terakhir saya masih ada satu cerita lagi yang ingin dibagi. Tentang seorang anak berjalan sambil memungut bintang laut yang terdampar disepanjang pantai. Ketemu satu bintang laut, dipungut dan diselamatkan dengan melempar kembali ke laut. Berjalan terus, memungut satu lagi dan melempar ke laut kembali. Seseorang yang sejak tadi diam memperhatikannya bertanya, "Hai anak kecil, apa yang engkau lakukan ?". "Saya sedang menyelamatkan bintang laut yang terdampar ini". Lalu orang tadi tertawa dan berkata "Hahaha, anak bodoh, apakah kamu sanggup menyelamatkan bintang-bintang laut ini ? Berapa banyak yang bisa engkau selamatkan ? Yang sudah engkau lemparkan ke laut pun, apakah tidak akan terdampar kembali ? Lihat saja kebelakang, bintang laut yang kamu selamatkan tadi sekarang terdampar lagi" Sang anak berkata "Saya tidak tahu berapa yang bisa selamat, tapi setiap satu bintang laut dilempar, bertambah satu ekor yang punya kesempatan selamat dan hidup kembali."

Tidak ada pekerjaan besar didunia ini. Yang ada hanyalah karya-karya kecil yang dilakukan terus secara konsisten dan sepenuh hati. Jangan pernah bermimpi atau berharap muluk-muluk, bakal ada orang atau yayasan yang seperti "Superman" yang pasti bisa hadir kapan dan dimana saja diperlukan untuk menyelesaikan setiap masalah yang ada didunia. Dari seluruh bencana/masalah, hanya bisa turut berkontribusi beberapa saja pun, itu tetap adalah kebajikan. Kesempurnaan sebuah kebajikan bukanlah ketika bisa memenuhi harapan setiap oran, juga bukan ketika bisa hadir 7x24 jam dalam seminggu. Cukup Lakukan saja apa yang bisa dilakukan semampunya dan sepenuh hati. Jangan terlalu banyak berencana dan berangan-angan, lakukan saja tindakan nyata. Karena itu jauh lebih berarti daripada sekedar berargumen.

Relawan juga manusia kan ?  :)

 _/\_

2
Engaged Buddhism / Re: Buddha Tzu Chi -> Buddhanisasi
« on: 03 June 2008, 11:56:36 AM »
[at] atas
ngapaen toleransi2 segale..=_="

aye percaya teori Darwin...the strongest survive...

tzu chi seharusne mengambil kesempatan ini untuk membabarkan Buddha Dhamma donk...

kok malah membantu mereka untuk lebih berpandangan salah?!


Hai El Sol,

Setelah absen lama, kebetulan hari ini saya sempat baca topik ini. Saya akan coba beri anda sedikit masukan. Tapi sebelumnya ...tenangkan diri dulu bro  _/\_

Sejauh yang saya ketahui, Buddha sangat bertoleransi pada setiap ajaran, meskipun bertentangan dengan Beliau. Banyak sekali contoh sikap yg beliau tunjukan. Beliau mengatakan apa yang Beliau lakukan dan melakukan apa yang Beliau katakan. Anda tentu setuju saya katakan kalau Buddha adalah contoh teladan sikap toleransi yang sejati. (Tentu dalam arti positif dan bukan pasif, membiarkan Dhamma dibolak-balik). Umat lain boleh hidup dan bebas beribadah dilingkungan Tzu Chi, tetapi tidak boleh melanggar aturan moralitas (sila). Jelas mereka tidak boleh memotong binatang persembahan misalnya.  Saya tidak melihat ada toleransi Tzu Chi yang melanggar Dhamma. Sebagai contoh saja, semua relawan Tzu Chi wajib mematuhi 10 sila (tzu chi) yg isinya, tidak membunuh, tidak mencuri, tidak berkata kasar sd mematuhi aturan lalu lintas !

Mengenai  "teori Darwin...the strongest survive"...

Kelihatannya anda keliru memahaminya. Dalam pemahaman saya, teori itu bukan mengatakan yang terkuatlah yang menang. Tetapi yang mampu BER-ADAPTASI-LAH yang akan tetap bertahan. Dinosaurus adalah binatang kuat, tetapi mengapa bukan mereka yang mampu survive sampai sekarang ? Anda tahu binatang apa yang lebih tua umurnya dari dinosaurus ? KECOA ! padahal kecoa adalah binatang lemah bukan ?

Mengenai Tzu Chi seharusnya mengambil kesempatan membabarkan Dhamma...

Apakah yang dimaksud membabarkan Dhamma adalah mengagamabuddhakan orang ? kalau demikian, kelihatannya keliru lagi. Kalau bukan, syukurlah kita buddhis masih satu pandangan

Apa yang dilakukan oleh Tzu Chi dalam pandangan saya justru adalah praktek mengajarkan Dhamma pada semua orang. Agama hanyalah label, bukan itu yg terpenting. Tetapi pikiran manusialah yang harus diisi Dhamma. Hanya ada satu "agama" yang bisa menyatukan semua umat manusia, dan itu jelas bukan agama kr****n, Hindu, Islam pun bukan agama Buddha, bukan semua itu. Itu hanyalah lembaga yang justru mengkotak-kotakan manusia. "Agama" itu adalah cinta kasih universal. Itulah Dhamma yang universal dan bisa dipraktekan oleh siapa saja !

Tzu Chi bukan membagi beras ! Hal itu selalu diumumkan pada kata sambutan setiap sebelum membagi beras. Beras akan habis dalam 2 minggu dan orang miskin terlalu banyak didunia. Tetapi Tzu Chi mengajarkan keperdulian dan cinta kasih universal. Inilah juga yg akhirnya dipahami dan dipraktekan oleh banyak sekali orang-orang yang pernah "disentuh" oleh ketulusan Tzu Chi.

Di Tzu Chi saya bisa melihat semua umat dari agama apa saja, bisa bergandengan tangan bernyanyi lagu tema cinta kasih. Bisa kita lihat bagaimana anak-anak pesantren menyanykan lagu, "Kita Adalah Satu Keluarga" sebelum mereka ikut membantu mengangkat beras bagi orang tua, wanita hamil atau anak-anak kecil.

Dalam pengalaman saya, kita bahkan tidak tahu teman-teman yg sangat aktif selama bertahun-tahun itu beragama apa. Mengapa ? karena insan Tzu Chi tidak membahas agama, tetapi cinta kasih universal !

Mohon jangan salah paham. Saya tidak mewakili Tzu Chi dan juga bukan juru bicara mereka. Tetapi saya hanya melihat sikap nyata yang mereka lakukan adalah benar-benar pelaksanaan ajaran Buddha yang sesungguhnya. Membuktikan, mengajarkan dan mampu menyatukan semua kalangan dengan satu "agama" yang bernama cinta kasih universal

Kalau Tzu Chi juga berpandangan bahwa mengajarkan Dhamma adalah sama dengan mengagamabuddhakan orang-orang, maka pastilah tidak akan ada pendeta yang jadi relawan disini, tidak akan ada orang-orang berseragam Buddha Tzu chi yang melakukan misa yang dipimpin oleh pastor, tidak akan pernah anda bertemu orang berjilbab hitam yg hanya terlihat mata tetapi dengan rompi yang bertuliskan "Relawan Yayasan Buddha Tzhu Chi", tidak akan ada pimpinan pesantren yang meminta foto Master Cheng Yen untuk digantung di ruangannya (yg setahu saya itu adalah hal yang melanggar prinsip agamanya), tidak akan kita anda lihat umat kr****n membantu perayaan waisak, beberapa umat lain bahkan ikut melakukan prosesi pemujaan. Tembok dan sekat agama seolah hilang dan hilang artinya ketika insan tzu chi berkumpul.

Seharusnya umat Buddha melakukan dan meniru apa yg diajarkan oleh Master Cheng Yen. Seharusnya mengajarkan Dhamma bukan dengan teori, tetapi dengan aksi dan teladan nyata. Seharusnya sebagai umat Buddha semakin yakin pada ajaran universal yang mampu menembus dinding dan sekat agama.

Dan semua itu telah dibuktikan dan diteladankan oleh Master Cheng Yen melalui Tzu Chi. Oleh karena itu, jangan dengar dan melihat dari jauh. Tetapi DATANG lah bergabung, LIHAT lah apa yg Tzu Chi ajarkan dan BUKTI kanlah sendiri apakah Tzu Chi memang mengajarkan Dhamma atau tidak. Kalau umat lain saja bisa terkagum-kagum mengapa umat Buddha tidak ?

Sampai kapanpun, akan selalu saja ada pro dan kontra atas perbuatan apa saja. Silahkan memilih. Tetapi berhati-hatilah, jangan sampai menjadi penghambat tumbuhnya niat orang untuk berbuat kebajikan. Sebaiknya selalu memilih sikap yang lebih positif yaitu berharap semoga semua jenis kebajikan semakin berkembang, bertambah banyak dimana-mana dan selalu mendapat dukungan. Karena hanya dengan demikianlah, Dhamma sejati akan selalu ada, hidup dan berkembang. Yang berarti juga kita ada pendukung dan pelesatari Dhamma.


Wi Tjong

3
Pengalaman Pribadi / Mirip Dengan Yang Lagi Jatuh Cinta !
« on: 03 June 2008, 10:10:25 AM »
Belakangan ini, ketika berhubungan dengan orang-orang dalam sebuah komunitas, tidak lupa mereka menyinggung nama seseorang yang punya karakter unik disana. Ada yang mengirim saya via sms, ada yang kirim email, ada yang mengatakannya langsung dan saya juga membalasnya. Entah pagi, entah malam, dimanapun itu, seolah-olah nama itu disebut-sebut terus.

Kalau dipikir-pikir, itu sama saja dengan orang yang lagi jatuh cinta.  Sebab, dimanapun kita berada, pikiran penasaran itu selalu muncul terus. "Kok ada ya orang yang begitu ?", "Bagaimana bisa jadi contoh yang baik kalau tidak tahu etika ?", "Mengapa dia suka memelintir fakta ? Apakah kemampuan pemahamannya memang cuma segitu ?" dsb . Meskipun di mulut mengatakan tidak suka, perasaan yang muncul pun tidak enak, sepertinya benci dan tidak ingin berkumpul dengan orang demikian, tetapi faktanya ? kemana pun kita pergi, bayangan orang yang dibenci itu selalu dibawa-bawa.

Apa tidak sama dengan yang lagi jatuh cinta ? Seperti lagunya Maia yang sedang populer itu, "Aku mau makan, ingat kamu.. Aku mau tidur, ingat kamu ...".

Sesungguhnya selalu ada manfaat yang bisa kita ambil dari setiap fenomena yang terjadi disekeliling kita. Dan mari coba kita menarik beberapa manfaat dari contoh kasus diatas. Paling tidak, kita bisa memperhatikan "Apa sesungguhnya yg sedang terjadi dalam batin kita masing-masing"  dan "Bagaimana kita harus menyikapinya ?"
 
Kalau ada barang-barang usang, tidak berharga, tidak ingin dipakai atau tidak disukai lagi dirumah, kita selalu tahu cara melupakannya. Entah dengan membuangnya ke tong sampah, memberikannya kepada orang lain ataupun meyelipkannya dipojok ruangan sehingga tidak terlihat lagi. Tidak akan kita letakan dibarisan paling depan dalam ruangan, membawa-bawanya kemana-mana, menyimpannya didompet atau saku dsb. Tetapi tentu tidak hanya itu cara "menyingkirkan" barang-barang tersebut. Ada yang mengubahnya menjadi barang lain yang lebih bagus dan bermanfaat, tetapi itu sangat tergantung pada kadar kreatifitas dan kebijaksanaan yang dimiliki orang tersebut.
 
Demikian pula dengan sampah-sampah pikiran yang tidak bermanfaat dan tidak disukai. Ada yang menghindarinya atau berusaha melupakannya dengan membuang jauh-jauh ke tempat sampah. Tetapi ada juga orang yang mampu memanfaatkannya menjadi bahan untuk berlatih demi kemajuan batin. Yang kasihan memang adalah kita yang tahu itu sampah tetapi tidak tahu bagaimana melepaskan diri darinya apalagi memanfaatkannya. Kemudian terbawa kemana-mana dan menjadi beban terus menerus.
 
Dari apa yang saya ketahui, batin sesungguhnya tidak mampu membedakan mana yang "baik" dan mana yang "tidak baik", mana yang "bermanfaat" dan mana yg "tidak bermanfaat" dsb. Batin hanya mencengkeram atau memeluk objek erat-erat dengan daya sebesar kadar kemelekatan ataupun penolakan. Semakin besar kemelekatan dan penolakan maka semakin kuatlah cengkeraman batin sehingga semakin jelas dan semakin sering objek itu dimunculkan oleh pikiran.
 
Kalau kemudian objek itu secara tidak sadar menjadi pemikiran, maka akan semakin besar, semakin lama bertahan dan semakin "betah" pula objek yang tidak disukai itu hadir. Seberapa lama objek itu dipelihara dengan diberi makanan yg disebut pikiran, maka selama itu pulalah penderitaan itu bersama kita. Batin sesungguhnya kurang bersahabat dan kurang perduli dengan apapun yang kita alami. Batin hanya bekerja sesuai hukum alam. Dia membahagiakan ataupun menghajar siapapun yang tidak mampu mengendalikannya.
 
Cobalah berjalan dan lihatlah berapa banyak objek disekelililng kita. Berapa banyak yang tidak kita sadari telah menjadi pikiran atau berapa banyak objek yang terlihat lalu menjadi "makanan" (baca: objek) bagi pikiran ? Mungkin saat itu kita juga melihat pohon, batu, meja, kursi, baju, orang, anak kecil, permen, pen, sepatu, topi, rumah, jalan, pasir atau apa saja. Namun yang menjadi pikiran mungkin adalah permen !

Lalu mengapa dari sekian banyak objek yg masuk melalui "pintu" mata, yang terpilih adalah permen ? Padahal kita tidak merasa memilihnya apalagi kalau ingat permen itu saya ingat pengalaman masa lampau yang membuat perasaan jadi sangat tidak nyaman. Mengapa pohon, batu, meja, kursi dan objek lainnya banyak yang seolah tidak pernah terlihat dan terlewatkan begitu saja ? Itu karena ketertarikan / kemelekatan dan kecenderungan batin kita bereaksi dan tanpa disadari.
 
Seandainya pada saat kemunculan objek pikiran seperti permen tadi diketahui dan hanya diamati saja. Maka pada saat itu pikiran tidak akan bergulir dan lenyaplah objek pikiran tersebut begitu saja. Tidak ada fenomena apapun yang akan berlanjut semakin besar kemudian. Demikian pula objek pikiran lain, termasuk fenomena yang sedang kita bicarakan. Tidak akan menjadi pemikiran kalau kemunculannya sebagai objek pikiran mampu diketahui. Dan tidak ada proses pikiran yang menjadi bola salju penderitaan yang bergulir semakin dan semakin membesar.
 
Sayangnya, selalu saja kita tidak cukup sabar untuk benar-benar berhenti dan sungguh-sungguh berdiam diri melihat kedalam apa yang sesungguhnya sedang terjadi. Kebiasaan yang sudah tidak terhitung lamanya dan entah sudah dimulai sejak kapan itu adalah mencari faktor penyebab di luar diri. Dalam kekacauan pikiran yang tidak pernah hening sedetikpun itu, kita sesungguhnya hanya mampu melihat kulit dari realita. Dan dalam gambaran pikiran yang tidak jernih itu yang terlihat hanyalah persepsi dari pikiran sendiri. Sehingga kalau tidak suka, maka objek yang terlihat hampir semua adalah negatif. Kalau suka, selalu saja ada alasan untuk menerimanya. Sesungguhnya kita tidak melihat dengan mata tetapi dengan kecenderungan pikiran masing-masing !

Itulah sebab munculnya penderitaan yaitu melekat ataupun menolak kenyataan. Seperti contoh pengalaman diatas, kita mengalami penderitaan saat  menolak fenomena yang sedang terjadi. Pikiran berandai-andai dan berharap-harap kondisi berubah sesuai yang diinginkannya. Disisi lain kemelekatan juga ikut "bermain" sehingga kita menjadi tersinggung karena sesuatu yang kita cintai dikritik atau dicela secara tidak bertanggungjawab. Sesungguhnya itu adalah pelajaran yang nyata dan bahan latihan yang jauh lebih bermanfaat daripada teori seperti tulisan ini.
 
Kalau begitu, ayo sekarang mari kita langsung praktekan saja. Mari berlatih bersama-sama, amati bagaimana batin kita bereaksi dikemudian hari.  Perhatiakan pula bagaimana perkembangannya dari hari ke hari. Apakah kemelekatan dan penolakan kita semakin berkurang atau justru bertambah ? Kalau kedua hal itu berkurang, seharus semakin bahagialah hidup kita. Tapi jangan percaya begitu saja, buktikanlah sendiri !

Semoga ada yang memperoleh kemajuan, meskipun hanya satu orang....


Wi Tjong

4
Engaged Buddhism / Re: Buddha Tzu Chi -> Buddhanisasi
« on: 14 April 2008, 04:10:11 PM »
Hai Fuxi,

Sudah lama saya tidak mengunjungi DC, entah tiba-tiba pengen lihat-lihat lagi, eh ternyata ada yang bertanya tentang kegiatan tzu chi di bulan april 08 ini

Sekalian saja, saya buat pengumuman "Dicari Relawan"

Kebetulan kemarin tgl 13 hr minggu, ada lagi pembagian kupon sembako utk warga di daerah pesing jakbar utk kurang lebih 6000 kk.

Terus minggu depannya 20 apr pembagian sembakonya (beras  1 karung / 20kg). Jadi butuh banyak relawan utk bantuin ibu-ibu, anak-anak dan orang tua yg gak mampu mengangkat beras yg diterimanya. Terus bisa juga bantu-bantu ngatur antrian masuk dan keluar, dsb.

Kalau berminat kumpul jam 06.30 tgl 20 apr 2008 di RSKB Cinta Kasih Cengkareng, Jl Outer Ring Road, Jakarta Barat

Kegiatan lain di bulan apr :
tgl 19 sabtu ke panti asuhan ciracas kumpul jam 07 di RSKB
tgl 26 sabtu ke panti cacat ganda kumpul 08.30 di RSKB

Untuk info lebih lanjut bisa hubungi IRA 0818-941836.

Sayang anda di Bandung, mungkin tidak bisa ikut kegiatan kami yang di Jakarta. Untuk kegiatan di Bandung, harus tanya anggota yang bergabung disana.



5
Kepada :
Para sukarelawan dan dermawan yang ingin mendonorkan darah,
 
Yayasan Buddha Tzu Chi bekerjasama dengan PMI kembali mengadakan kegiatan donor darah
 
    Tempat     : RSKB Cengkareng ( Lantai 2)
                        Jl. Outer Ring Road Kamal Raya
                        Cengkareng - Jakbar
                        Telp 021-55963684
    Tanggal     : 15 Desember 2007
    Jam           : 09.00 sd 11.00 siang (Dimohon tepat waktu)
 
 
 
Cara Pendaftaran / Informasi :
a. Via Telp :
    1. Johan               08161128028
    2. Elly                  08164832661
    3. Lan Hoa          08161996089
    4. Wi Tjong         08129250798
    5. Ira                   0818941832
 
b. Melalui ketua xie li ataupun koordinator terdekat dimana pemberitahuan ini diumumkan
 
Catatan :
- Pendaftaran terakhir calon pendonor tgl 08 Des 2007
- Konfirmasi ulang tgl 13 dan 14 Des 2007
 
 
 
 
Lakukanlah kebajikan selagi masih ada kesempatan.
Setetes darah anda bisa berarti nyawa bagi yang membutuhkannya
 
 
 
 
Wi Tjong

6
Engaged Buddhism / Re: Buddha Tzu Chi -> Buddhanisasi
« on: 26 November 2007, 11:35:52 AM »
Hai HokBen

Wow, ternyata ini rekan kita yg ikutan...

Tzu Chi Indonesia, saat ini dibagi wilayah. Untuk jakarta ada 3 zona. Tujuannya agar relawan tidak harus pergi terlalu jauh dari rumahnya. Dan utk memudahkan koordinasi.

Bekasi barangkali termasuk wilayah timur, sementara saya lebih sering ikut diwilayah barat.  Cengkareng dan sekitarnya...

7
Engaged Buddhism / Re: Buddha Tzu Chi -> Buddhanisasi
« on: 26 November 2007, 10:58:57 AM »
Seminggu sebelum pembagian beras, selalu dilakukan pembagian kupon. Biasanya baksos dilakukan untuk minimal 1 kelurahan. Satu kelurahan dibagi menjadi beberapa RW dan puluhan RT. Total bisa mencapai puluhan ribu kupon.

Setiap pasangan relawan akan mendapatkan "jatah" 1, 2 atau lebih RT tergantung jumlah relawan yg tersedia waktu itu. Dan setiap KK yg ditunjuk oleh RT akan mendapat 1 kupon. 1 Kupon untuk 1 karung beras, isi 20 kg.

Teknisnya, ketua RT akan menyerahkan list keluarga layak menerima bantuan. Berdasarkan list dari RT tadi, relawan akan mendatangi rumah calan penerima dan menyerahkan kupon tersebut. Memberitahu ada pembagian beras, tempat, kapan dan gratis.  Dalam pembagian kupon juga sambil berinteraksi, bertegur sapa dsb. Kita akan merasakan kebahagiaan mereka sebagai kebahagiaan kita juga. Kita juga akan merasa sangat bersyukur dan jauh lebih beruntung daripada mereka, meskipun barangkali kondisi kita dirumah juga pas-pasan.

Itu saja dulu bro. , anda ingin bergabung atau sudah pernah bergabung sebelumnya ?

8
Engaged Buddhism / Re: Buddha Tzu Chi -> Buddhanisasi
« on: 16 November 2007, 08:42:19 AM »
Ngomong2 kembali tentang Tzu Chi,

Hari minggu ini 18 Nov 2007, ada baksos pembagian kupon sembako didaerah Bojong, cengkareng jakarta barat.

Dibutuhkan 200 org relawan. Bagi siapa saja yg ingin ikutan, sangat diharapkan kehadirannya. Kumpul jam 7.00 pagi di Rumah Susun Cinta Kasih, Cengkareng, Jakarta Barat. (Kalau tidak tau boleh hubungi saya di 08129250798). Selesai biasanya jam 2 sore. Kalau banyak relawan, barangkali bisa lebih cepat.

Pakai baju abu-abu, celana puti, sepatu putih. Kalau tidak punya seragam begituan, pakai bebas, nanti akan dibagi rompi relawan. Pakai topi biar gak kepanasan.

Ayo, danakan waktu dan tenaga anda selagi masih sehat dan ada kesempatan. Ditunggu kehadirannya.

9
Jurnal Meditasi / Re: El Sol
« on: 15 November 2007, 10:18:26 AM »
oh ya.. kalau tidak salah saya pernah baca di Riwayat Sang Buddha, bahwa Sang Buddha mengajarkan untuk menghilangkan kantuk. Salah satunya dengan posisi singa. Posisi singa itu kayak gimana se ? Sori ya sol. OOT
 

Posisi singa berbaring maksudnya.
Ingat posisi Sang Buddha Parinibbana kan ? Berbaring disisi kanan badan, tangan kanan menopang kepala, tangan kiri diatas sisi kiri badan. Nah, itu salah satu alternatif posisi meditasi.

Posisi singa berbaring bukan utk hilangin ngantuk. Tepatnya semua posisi meditasi harus mendukung meditator utk tetap sadar. Apabila mengantuk, maka kepala bisa terjatuh dari topangan telapak tangan dan meditator biasanya akan tersadar kembali.

Ngantuk bisa muncul dari bermacam-macam sebab. Badan atau otot yg terlalu capek karena aktifitas berat, bosan, pikiran mulai tenang, konsentrasi membaik, kurang tidur, kebiasaan bermalas-malasan dan lamban juga akan muncul sebagai rintangan.

Menghilangkan ngantuk dgn cara melawannya memang bukan solusi yg menyenangkan. Rasanya bertolak berlakang dengan solusi tidur. Tetapi kalau seseorang sudah bertekad utk melatih meningkatkan kesadaran maka ngantuk adalah bahan eksperimen baginya. Karena mengantuk adalah indikator melemahnya kesadaran. Oleh karena itu, guru meditasi selalu berpesan, JANGAN menyerah pada ngantuk yg tidak beralasan meskipun sedetik. Lawanlah, dan kalau anda berhasil, anda akan sering mengalami pengalaman bahwa ternyata ngantuk bisa hilang juga dengan tetap menjaga kesadaran. Ngantuk jenis ini adalah penyakit batin yg harus disembuhkan sendiri oleh setiap meditator. Ini adalah salah satu rintangan batin yg WAJIB dilewati.

Ayo semangat lagi, jangan menyerah sama NGANTUK. Ada seorang Bhante yg berpesan, kalau tidak ingin terlahir dialam binatang, salah satu caranya adalah dgn mengalahkan kemalasan dan kelambanan batin. Bangkitkan kesadaran sampai hembusan nafas yg terakhir agar batin terkondisi bersatu dgn RUPA (fisik) dari alam yg lebih baik.

 _/\_

10
Diskusi Umum / Re: "Kenapa kita harus berpikir?"
« on: 09 November 2007, 04:20:09 PM »
"Kenapa kita harus berpikir?"  :-?


Lily,

kalau itu anak saya, akan saya jawab : "Tidak.., kita tidak harus berpikir. Justru kalau pikiran sampai berlebihan dan tidak terkendali membuat org capek, stress dan jadi sumber penderitaan"

Mungkin jawaban itu agak susah dipahami sepenuhnya dan butuh penjelasan lebih lanjut. Tapi saya pikir penjelasannya belum perlu diteruskan utk umur segitu. Yang perlu dia ketahui adalah bahwa tidak seperti oksigen, berpikir bukanlah hal yg HARUS/WAJIB agar bisa tetap hidup.

Mungkin dia akan bertanya seperti yg pernah ditanyakan anak saya yg berumur 4 thn : "Lalu kenapa ya, pikiran saya gak bisa diam. Sebentar mikir ini, sebentar mikir itu".

Nah, inilah saat yg tepat untuk menjelaskan bahwa : "Itulah yg disebut pikiran monyet kata Buddha. Semua pikiran HARUS dilatih agar tidak liar. Makanya manusia HARUS berlatih meditasi"

Jadi pesan yg kita sampaikan adalah, "Bukan berpikir, tetapi bermeditasilah yg WAJIB !" (bagi manusia)


11
Meditasi / Re: Bagaimana mengetahui kemajuan?
« on: 24 October 2007, 11:35:08 AM »
bagaimana kita dapat tahu bahwa meditasi kita ada kemajuan atau tidak?

mohon maaf newbie banget... yg lain udah bilang kok meditasi ga ada kemajuan, gua malah ga tau meditasi dah sampe mana.

Bagi saya, kemajuan / hasil dari meditasi bukanlah kemampuan duduk berlama-lama. Atau kemampuan berkonsentrasi ataupun yg lain. Semua itu hanyalah ukuran yg tidak ada gunanya apabila kwalitas diri tidak menjadi semakin baik.

Apa ukuran kwalitas diri yg semakin baik ? Semakin berkurang kebencian dan keserakahan.
 
Contohnya banyak sekali,
- Menjadi semakin pemaaf dan berkurang frekwensi marah
- Semakin mudah dan cepat melepaskan kebencian
- Semakin mudah puas dan gampang bahagia dlm kondisi apapun
- Semakin banyak cinta kasih yg dapat kita bagikan utk teman dan keluarga
- Semakin banyak orang yg merasakan kedamaian, ketenangan dan keteduhan atas kehadiran kita.
- Dsb dsb, silahkan diisi sendiri ......

Mungkin ada org yg suka mengira-ngira level meditasinya. Tetapi sekali lagi, bagi saya ukuran kwalitas diri dlm contoh diatas jauh lebih penting daripada apapun. Meskipun (merasa) nyana sdh tingkat berapa, kesucian sdh ditingkat apa, konstrasi jhana berapa, semuanya NOL BESAR kalau sedikit contoh kwalitas diri diatas tidak terlihat dari kesehariannya.

Jadi, ketika bermeditasi, berlatihlah dgn sungguh-sungguh. Kalau latihan memang benar, orang-orang disekitar kitalah yg akan merasakan perubahan dan kemajuan latihan kita. Merekalah yg akan mengatakan dengan jujur apa dan bagaimana level kwalitas diri kita sesungguhnya. Mereka jugalah yg akan terheran-heran dengan hasil dari latihan yg kita jalankan dengan benar.

Mari kita terus berlatih sampai kita semua mencapai kesimbangan batin yg sesungguhnya....

12
Jurnal Meditasi / Re: langitbiru
« on: 27 September 2007, 04:35:07 PM »
Oh iya ada yg ketinggalan, tetaplah fokus pada perhatian, janganlah menunggu bunyi alarm. Semakin ditunggu (berharap) semakin lama dan menderitalah kita.

Biarlah waktu berjalan sendiri tanpa ditunggu. Alarm bisa berbunyi sewaktu-waktu utk mengakhiri semuanya. Seperti hidup manusia juga, tidak perduli sedang susah atau senang, sewaktu-waktu alarm bisa berbunyi utk mengahiri umur kita.

So, jangan ditunggu, karena ini bagian dari latihan / simulasi hidup. Selamat Mencoba !!

13
Jurnal Meditasi / Re: langitbiru
« on: 27 September 2007, 04:28:02 PM »
ci lb mao tanya, pada saat mulai tenang n bel berbunyi knp mesti ada bel?? bukannya klo medatasi ada bel jdnya kt seperti nungguin bel??

bel itu bel jam nih.. tiap 1/2 jam berbunyi. sebenernya bukan disengaja pake bel, tp krn bel itu ngingetin msh ada kerjaan lain yg hrs dikerjakan. kl diterusin, pekerjaan rumah lainnya bisa keteteran. :D

Sekedar berbagi sedikit mengenai fungsi ALARM dari apa yg pernah diajarkan oleh YM B.Uttamo, bukan menggurui lho.

Meditasi adalah simulasi kehidupan. Dalam meditasi pun ada suka dan ada duka. Suka tidak perlu dilekati, duka tidak perlu ditolak. Ketika ingin suka, tetapi yg datang duka, tidak perlu sedih, terimalah kondisi saat ini dgn keyakinan bahwa semua adalah anicca (tidak abadi). 

Jadi, seenak, senikmat, sebahagia apapun pengalaman meditasi anda, harus diakhiri ketika waktunya tiba. Sebaliknya, sesakit, seberapa capek, seberapa tidak  nyaman seperti apapun juga pasti akan berakhir (dgn alarm sebagi simbol kepastian berjalannya anicca)

Semua pengalaman dalam simulasi hidup (meditasi) itu HARUS dan PASTI berakhir dengan bunyi ALARM !! Tanpa ALARM dan waktu yg ditargetkan diawal, maka akan muncul terlalu banyak kompromi dan alasan untuk segera mengakhiri meditasi ketika muncul ketidaknyamanan, KECUALI meditator yg sdh berpengalaman.

Tentukan berapa lama kita ingin bermeditasi, dimana tempatnya, posisi fisik, lalu benar2 komitlah dgn pilihan diawal.  Jangan sekalipun pernah membatalkan pilihan yg telah anda pilih sebelum bel berbunyi, kecuali dalam kondisi yg darurat/membahayakan. Atau kita tidak akan pernah maju-maju.

Kita memang selalu menghindar atau berganti posisi dalam simulasi, tetapi apakah kita juga selalu bisa menghindari masalah / ketidaknyaman/ duka dalam hidup nyata ?? Oleh karena itu, cobalah, jangan pindah tempat meskipun banyak nyamuk ataupun semut merah, karena itulah konsekwensi dari sebuah pilihan. Jangan ganti posisi fisik meskipun anda seperti ditusuk atau dibakar. Jangan lakukan apapun kecuali tujuan diawal (misalnya menyadari fenomena batin dan fisik).

Apabila kita selalu mampu menyelesaikan setiap simulasi kehidupan ini, maka dalam kehidupan nyata kita akan mendapatkan manfaat yg besar. Mengapa ? Karena dalam kehidupan nyata, sering kondisi yg sedang terjadi tidak sesuai dengan harapan. Sering kita harus menghadapi kondisi yg tidak ada pilihan. Tetapi dengan latihan simulasi hidup seperti ini, kita menjadi kuat dan tidak cengeng. Ulet dan sabar. Terbentuk mental baja yg kuat karena yakin akan ketidakkekalan duka dan tidak meratapi hilangnya suka.



Tips :
Kalau anda tidak tahan duduk 15 menit, cobalah duduk 30 menit. Kalau jam 5 dianggap terlalu pagi utk meditasi, bangunlah jam 4. Ini bukan lelucon, tapi percayakah anda bahwa tekad dan semangat membuat kita mampu melakukan hal melebihi yg kita sangka ?


14
Meditasi / Re: [ASK] Seberapa sering anda meditasi?
« on: 18 September 2007, 09:53:31 AM »
Awalnya saya ragu memberi jawaban, tetapi setelah saya pikir2, sebagai pemula, sepertinya ada manfaatnya juga kalau saya turut meramaikan.

Jenis : Samatha dan Vipassana bergantian
Mulai : Pagi jam 3.30 atau jam 4 dan sore jam 6 (sekarang sore tidak sempat)
Selesai : Pagi jam 6, sore jam 8
Berapa kali : Setiap hari tanpa alasan, meskipun sakit selama masih bisa duduk.

Untung tidak ada pertanyaan, sudah capai tingkat apa ?  :)

Btw, bagaimana dgn jadwal meditasi anda ?

 _/\_

15
Banyak orang yang keliru dengan kata vegetarian yang dikira berasal dari kata vegetable (sayur-sayuran), yang benar adalah vegetarian berasal dari Bahasa Latin, 'vegetus' yang berarti 'aktif, yang hidup, teguh, bergairah, dan kuat'. Di Inggris, kata veget sempat dipakai untuk mengatakan seseorang yang kuat dan sehat.

Istilah 'vegetarianism' muncul pertama kali sekitar tahun 1847. Namun sebenarnya pantangan memakan makanan yang berasal dari daging hewan segar adalah salah satu ajaran dari ahli filsafat Pythagoras, yang kemudian diikuti oleh Plato, Epicurus, Plutarch, dan ahli filsafat lainnya. Dalam buku "The Vegetarian Alternative, USA: Rodale Press Emmaus", yang ditulis oleh Victor Stephen Sussman, mengatakan bahwa orang-orang Inggris dan Amerika sudah mengenal vegetarian sejak tahun 1840 atas prakarsa dari Pendeta Sylvester Graham, Ellen White (salah seorang pendiri gereja 'Advent Hari Ke-7), dan John H. Kellog (ahli bedah dan pendiri Sanatorium Battle Creek). Di India dan Tiongkok, vegetarianism sudah ada jauh sebelum masehi. Di India sendiri, vegetarianism sudah dilakukan dengan sangat ketat oleh pengikut Jainism, sekte Hindu tertua di India, dimana mereka bertujuan untuk menghormati dan mengasihi semua makhluk hidup.

Buddha Gotama seringkali menghadapi masalah vegetarianism ini. Yang pertama adalah dari Devadatta, saudara sepupu Sang Buddha yang terkenal ambisius dan jahat. Devadatta mencoba mengadu domba Sangha dengan mengajukan lima aturan kebhikkhuan kepada Sang Buddha agar diterapkan oleh Sangha, yakni bhikkhu hanya hidup dari dana yang diterima, tidak boleh memakan ikan atau daging, selamanya harus hidup di hutan, mengenakan jubah dari bekas mayat atau sampah, dan hidup di bawah pohon. Lima aturan ini menyulitkan Sang Buddha untuk memutuskannya, Devadatta yakin jika Sang Buddha menolak permintaannya, maka akan banyak bhikkhu yang mendukungnya serta menyatakan bahwa Sang Buddha tidak welas asih (menolak vegetarian) dan senang hidup dalam kemewahan. Sedangkan apabila Sang Buddha menerimanya, maka berarti Sang Buddha menerapkan pola menyiksa diri.

Menanggapi hal ini, Sang Buddha dengan penuh kebijaksanaan menyatakan bahwa bhikkhu yang menyenangi vegetarianism boleh melakukannya. Beliau tidak secara tegas menyatakan menolak atau menerima hal tersebut sebagai suatu keharusan. Berdasarkan keputusan Sang Buddha ini, sangat jelas bahwa vegetarianism sebenarnya bukan bagian resmi dalam Dharma Vinaya. Vegetarianism bukanlah pasport mencapai kesucian dan kebebasan sejati (Nibbana). Dengan kata lain, apakah vegetarianism dilaksanakan atau tidak, seseorang tetap mempunyai kesempatan dan kemampuan untuk mencapai kesucian dan Nibbana.

Selain masalah Devadatta, Sang Buddha pun pernah menghadapi masalah tentang vegetarianism dengan Nigantha Nathaputta, yang dikenal sebagai Mahavira, pemimpin Jainism. Ia seringkali mencemooh Sang Buddha dengan berkata, "Pertapa Gotama makan daging yang disiapkan bagiNya dengan mata kepalaNya sendiri." Cemoohan ini kemudian disanpaikan oleh kaum Brethen kepada Sang Buddha. Mendengar ini Sang Buddha menjawab, "Ini bukan pertama kalinya, Brethen, bahwa Nathaputta mencemooh aku karena Aku makan daging yang disediakan bagiKu, dia melakukannya seperti pada masa lampau."

Kemudian Beliau menceritakan tentang suatu kehidupan yang lalu (Telovada Jataka) dimana Sang Buddha dilahirkan sebagai seorang Brahmana, Brahmadatta menjadi Raja Benare, dan Nathaputta sebagi orang kaya. Suatu waktu Brahmana turun dari Himalaya dan pergi ke kota untuk meminta dana makanan, orang kaya ini berniat untuk mengganggunya. Ia membawa Brahmana ke rumahnya, mempersilakan duduk, dan menyajikan ikan, dan berkata, "Makanan ini disediakan untukmu dengan membunuh makhluk hidup. Ini bukan kesalahanku tetapi kesalahanmu."

Menjawab hal ini Bodhisatva berkata, "Pembunuhan yang kejam, dimasak, dan disediakan untuk dimakan. Dia menjadi kotor oleh dosa dengan memakan daging." "Pembunuhan ini dilakukan untuk menghidupi anak dan istri. Namun, jika dimakan dengan hati yang suci, tidak ada dosa yang diperbuat." Jadi, dapat dikatakan bahwa membunuh merupakan suatu kesalahan tetapi bukan kesalahan yang memakan daging. Para bhikkhu diizinkan untuk makan makanan apapun sepanjang apa yang dilakukannya tanpa disertai kesenangan atau nafsu. Sang Buddha tidak mempunyai hak untuk mencegah siapa saja untuk melakukan pembunuhan, seseorang dapat melakukan apa saja dan bertanggung jawab terhadap akibat dari perbuatannya itu.

Sang Buddha bersabda, "Aku memiliki cinta kasih kepada makhluk-makhluk tanpa kaki, kepada yang berkaki dua pun Aku memiliki cinta kasih. Aku memiliki cinta kasih kepada makhluk-makhluk berkaki empat, kepada yang berkaki banyak pun Aku memiliki cinta kasih." (Anguttara Nikaya, II,72).

"Bila seseorang memiliki pikiran cinta kasih, ia merasa kasihan kepada semua makhluk di dunia, yang ada di atas, di bawah, dan di sekelilingnya, tak terbatas di mana pun." (Jataka, 37).

Dalam banyak kejadian, Buddha Gotama juga menjelaskan bahwa pembunuhan adalah perbuatan yang tidak baik (akusala kamma) dan perdagangan daging (mamsa vanijja) adalah salah satu dari lima jenis perdagangan yang seharusnya dihindari oleh umat Buddhis. Untuk para bhikkhu, Sang Buddha mengatakan di manapun mereka berada, seorang bhikkhu dalam Dhamma Vinaya selalu mengembangkan cinta kasih (metta), belas kasihan (karuna), simpati (mudita), dan keseimbangan batin (upekkha) bagi semua makhluk. Jika seorang perumah tangga mengundang mereka untuk makan, mereka akan menerimanya dengan hati-hati apa saja yang disediakan bagi mereka.

Selain itu, Sang Buddha juga menjelaskan bahwa siapa saja yang sering membunuh makhluk hidup untuk dipersembahkan bagi Sang Tathagata atau murid-muridNya, akan menimbun keburukan; sebelum mempersembahkan dana, mereka berkata, "Pergi dan tangkaplah makhluk hidup." Waktu itu, ketika mereka dibunuh mereka mengalami kesakitan dan penderitaan. Kemudian mereka mempersembahkan kepada Tathagata dan murid-muridNya apa yang tidak diperkenankan untuk mereka lakukan.

Dengan demikian dapat disimpulkan, bahwa hewan yang dibunuh (oleh dirinya sendiri atau orang lain) dan kemudian dipersembahkan sebagai pengabdian (udissa-mamsa) adalah makanan yang tidak diperkenankan bagi seorang bhikkhu, sedangkan daging atau ikan yang dibeli oleh umat yang saleh dari pasar, yang dijual sebagai konsumsi umum (pavatia-mamsa) adalah makanan yang diperkenankan oleh Sang Buddha, dan bisa diterima dan dimakan oleh muridNya.

Akhirnya, keputusan ada di tangan kita sendiri, apakah akan menjalankan vegetarian atau tidak? Sang Buddha sudah cukup menjelaskan di atas, tinggal bagaimana kita menerapkannya karena apa yang kita lakukan, kita sendiri yang akan menerima akibatnya.


Dikutip dari:
1. Issues of Vegetarianism: 'Are You Herbivore or Carnivore?' oleh Jan Sanjivaputta
2. Tiga Guru-Satu Ajaran oleh Sutradharma Tj. Sudarman, MBA
[FF]

Pages: [1] 2 3
anything