This section allows you to view all posts made by this member. Note that you can only see posts made in areas you currently have access to.
1
Sutra Mahayana / Taisho no 423 - 僧伽吒經 [ ārya-saṃghāṭa-sūtra-dharmaparyāya]
« on: 27 September 2019, 10:13:16 AM »
ārya-saṃghāṭa-sūtra-dharmaparyāya ini diterjemahkan oleh Upasunya di tahun 538 pada zaman pemerintahan kerajaaan Wei Utara. Sūtra ini terdiri dari empat parivarta dan dialog antara Buddha dengan Sarvaśūra, Maitreya dan Bhaiṣajyasena dalam beragam topik antara lain, prediksi kepastian pencapaian dari Buddha, perbandingan akumulasi kebajikan, empat kebenaran dari para arya, penentangan ajaran realitas dan topik lainnya.
https://mahayanaindonesia.blogspot.com/2019/05/t423-id.html
https://mahayanaindonesia.blogspot.com/2019/05/t423-id.html
2
Sutra Mahayana / Re: T 366 - 阿彌陀經 [ārya-sukhāvatīvyūha-nāma-mahāyāna-sūtra ]
« on: 14 July 2018, 10:06:53 AM »
[0348a13] Oleh sebab itu, Śāriputra, para kulaputra dan kuladuhitā yang telah memiliki keyakinan harus melatih diri dengan menegaskan aspirasi untuk terlahir kembali dalam buddhakṣetra dari Tathāgata Amitāyur.
[0348a18] Selanjutnya, Śāriputra, seperti sekarang saya memuji kualitas kebajikan yang tidak terbayangkan dari semua Buddha , Bhagāvan ini , demikian juga , Śāriputra , semua Buddha , Bhagāvan ini juga akan memuji kualitas kebajikan yang tidak terbayangkan saya dan berkata
Bhagāvan, Śākyamuni, Raja tertinggi dari Śākya, telah melakukan sesuatu yang sangat sulit untuk dilakukan dalam ranah eksistensi ini . Dia telah mencapai kesempurnaan penggugahan yang tertinggi dan tidak tertandingi dan menguraikan ajaran realitas kepada semua makhluk hidup yang akan sulit untuk menerima [ajaran realitas ini] , dalam kalpa kemerosotan, kepada semua makhluk hidup yang telah merosot , kepada semua makhluk hidup yang dipenuhi dengan pandangan yang merosot [keliru], kepada semua makhluk hidup yang telah dihancurkan oleh kondisi mental yang tidak bermanfaat , pada saat rentang waktu kehidupan semua makhluk hidup juga telah mengalami kemerosotan.
Dengan demikian, saya telah melakukan sesuatu yang sangat sulit untuk dilakukan dalam ranah eksistensi ini , telah mencapai kesempurnaan penggugahan yang tertinggi dan tidak tertandingi dan menguraikan ajaran realitas kepada semua makhluk hidup yang akan sulit untuk menerima [ajaran realitas ini] , dalam kalpa kemerosotan, kepada semua makhluk hidup yang telah merosot , kepada semua makhluk hidup yang dipenuhi dengan pandangan yang merosot [keliru], kepada semua makhluk hidup yang telah dihancurkan oleh kondisi mental yang tidak bermanfaat , pada saat rentang waktu kehidupan semua makhluk hidup juga telah mengalami kemerosotan. Semua ini merupakan aktivitas tertinggi yang telah saya capai.
[0348a26] Setelah Sang Buddha selesai menguraikan ajaran ini , Āyuṣmān Śāriputra , para bhikṣu , para deva , manusia , para āsura, asura , gandharva dan semua makhluk hidup lainnya dipenuhi dengan suka cita, kemudian mereka memberikan penghormatan dan mengundurkan diri.
Catatan Kaki :
1. T 366 ini diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dari manuscript Sanskrit Sukhāvatīvyūhaḥ (saṁkṣiptamātṛkā) yang diinput oleh Vaidya, P.L ., dan dipublikasi oleh Mithila Institute of Post-Graduate Studies and Research in Sanskrit Learning
2. Terjemahan ini juga telah disesuaikan dengan versi terjemahan tibetan འཕགས་པ་བདེ་བ་ཅན་གྱི་བཀོད་པ་ཞེས་བྱ་བ་ཐེག་པ་ཆེན་པོའི་མདོ། yang tercatat di D 115 , pernah dipublikasikan dalam terjemahan bahasa inggris dengan judul THE DISPLAY OF THE PURE LAND OF SUKHĀVATĪ , oleh Sakya Pandita Translation Group Ngawang dengan penerjemah Rinchen Gyaltsen, Julia Stenzel, dan Tsewang Gyaltsen
3. Baris [0346c10] Tālapattra dapat diartikan sebagai manuscript daun lontar ataupun pohon lontar, terjemahan ini mengikuti terjemahan mandarin dan Tibetan sebagai pohon lontar.
4. Baris [0346c16] , vedika dapat diartikan sebagai tempat duduk , lapangan untuk pelaksanaan ritual , altar sedangkan vedīka dapat diartikan sebagai paviliun , bangunan bertingkat dua. Dalam hal ini penerjemah mengunakan altar sebagai terjemahan dari vedika , sesuai dengan input dari Vaidya, P.L
http://mahayanaindonesia.blogspot.com/2018/07/t366-id.html
[0348a18] Selanjutnya, Śāriputra, seperti sekarang saya memuji kualitas kebajikan yang tidak terbayangkan dari semua Buddha , Bhagāvan ini , demikian juga , Śāriputra , semua Buddha , Bhagāvan ini juga akan memuji kualitas kebajikan yang tidak terbayangkan saya dan berkata
Bhagāvan, Śākyamuni, Raja tertinggi dari Śākya, telah melakukan sesuatu yang sangat sulit untuk dilakukan dalam ranah eksistensi ini . Dia telah mencapai kesempurnaan penggugahan yang tertinggi dan tidak tertandingi dan menguraikan ajaran realitas kepada semua makhluk hidup yang akan sulit untuk menerima [ajaran realitas ini] , dalam kalpa kemerosotan, kepada semua makhluk hidup yang telah merosot , kepada semua makhluk hidup yang dipenuhi dengan pandangan yang merosot [keliru], kepada semua makhluk hidup yang telah dihancurkan oleh kondisi mental yang tidak bermanfaat , pada saat rentang waktu kehidupan semua makhluk hidup juga telah mengalami kemerosotan.
Dengan demikian, saya telah melakukan sesuatu yang sangat sulit untuk dilakukan dalam ranah eksistensi ini , telah mencapai kesempurnaan penggugahan yang tertinggi dan tidak tertandingi dan menguraikan ajaran realitas kepada semua makhluk hidup yang akan sulit untuk menerima [ajaran realitas ini] , dalam kalpa kemerosotan, kepada semua makhluk hidup yang telah merosot , kepada semua makhluk hidup yang dipenuhi dengan pandangan yang merosot [keliru], kepada semua makhluk hidup yang telah dihancurkan oleh kondisi mental yang tidak bermanfaat , pada saat rentang waktu kehidupan semua makhluk hidup juga telah mengalami kemerosotan. Semua ini merupakan aktivitas tertinggi yang telah saya capai.
[0348a26] Setelah Sang Buddha selesai menguraikan ajaran ini , Āyuṣmān Śāriputra , para bhikṣu , para deva , manusia , para āsura, asura , gandharva dan semua makhluk hidup lainnya dipenuhi dengan suka cita, kemudian mereka memberikan penghormatan dan mengundurkan diri.
Catatan Kaki :
1. T 366 ini diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dari manuscript Sanskrit Sukhāvatīvyūhaḥ (saṁkṣiptamātṛkā) yang diinput oleh Vaidya, P.L ., dan dipublikasi oleh Mithila Institute of Post-Graduate Studies and Research in Sanskrit Learning
2. Terjemahan ini juga telah disesuaikan dengan versi terjemahan tibetan འཕགས་པ་བདེ་བ་ཅན་གྱི་བཀོད་པ་ཞེས་བྱ་བ་ཐེག་པ་ཆེན་པོའི་མདོ། yang tercatat di D 115 , pernah dipublikasikan dalam terjemahan bahasa inggris dengan judul THE DISPLAY OF THE PURE LAND OF SUKHĀVATĪ , oleh Sakya Pandita Translation Group Ngawang dengan penerjemah Rinchen Gyaltsen, Julia Stenzel, dan Tsewang Gyaltsen
3. Baris [0346c10] Tālapattra dapat diartikan sebagai manuscript daun lontar ataupun pohon lontar, terjemahan ini mengikuti terjemahan mandarin dan Tibetan sebagai pohon lontar.
4. Baris [0346c16] , vedika dapat diartikan sebagai tempat duduk , lapangan untuk pelaksanaan ritual , altar sedangkan vedīka dapat diartikan sebagai paviliun , bangunan bertingkat dua. Dalam hal ini penerjemah mengunakan altar sebagai terjemahan dari vedika , sesuai dengan input dari Vaidya, P.L
http://mahayanaindonesia.blogspot.com/2018/07/t366-id.html
3
Sutra Mahayana / T 366 - 阿彌陀經 [ārya-sukhāvatīvyūha-nāma-mahāyāna-sūtra ]
« on: 14 July 2018, 10:06:06 AM »
[0346b28] Demikianlah telah kudengar
[0346b28] Pada suatu waktu Bhagavān sedang berdiam di taman Anāthapiṇḍada , Jetavana, di sekitar wilayah Śrāvasti bersama dengan persamuan agung yang terdiri dari seribu dua ratus lima puluh bhikṣu. Semua bhikṣu ini telah terkenal dalam pengetahuan melampaui keduniawian yang lebih tinggi mereka. Mereka adalah para Sthavira , para śrāvaka agung yang telah mencapai tahapan tertinggi dalam jalan ataupun memasuki tahapan arahat , termasuk Śāriputra, Mahāmaudgalyāyana, Mahākāśyapa, Mahākapphina, Mahākātyāyana, Mahākauṣṭhila, Revata, Śuddhipanthaka , Nanda, Ānanda , Rāhula, Gavāṃpati , Bharadvāja , Kālodayin, Vakkula , Aniruddha dan juga bersama dengan para śrāvaka agung lainnya.
Disana juga telah hadir para bodhisattva mahāsattva , bodhisattva mahāsattva termasuk Mañjuśri Kumārabhūta, bodhisattva mahāsattva Ajita, bodhisattva mahāsattva Gandhahastin , bodhisattva mahāsattva Nityodyukta, bodhisattva mahāsattva Anikṣiptadhura dan juga para bodhisattva mahāsattva lainnya .
Demikian juga Śakra, Indra Sang Peguasa ranah deva, Brahma Sahāṃpati dan ratusan ribu nayuta devaputra lainnya.
[0346c10] Pada saat itu, Bhagavān memberitahukan kepada āyuṣman śāriputra dan berkata
Di sebelah penjuru barat dari kita , Śāriputra , dengan jarak melampaui ratusan ribu koti buddhakṣetra , disana ada ranah eksistensi [lokadhātu] yang bernama Sukhāvatī. Pada saat ini ada seorang Tathāgata yang bernama Amitāyur Arhat Samyaksaṃbuddha sedang berdiam dalam buddhakṣetra ini dan masih menguraikan ajaran realitas disana hingga saat ini .
Sekarang , apa yang sedang anda pikirkan, Śāriputra, mengapa ranah eksistensi itu dinamakan sebagai Sukhāvatī ? karena , Śāriputra , dalam ranah eksistensi Sukhāvatī , semua makhluk hidup disana tidak akan mengalami penderitaan jasmani [kāyaduḥkhaṃ] maupun penderitaan mental [cittaduḥkham] , penyebab suka cita disana juga tidak terbatas. Oleh sebab itu, ranah eksistensi ini dinamakan sebagai Sukhāvatī.
Selanjutnya , Śāriputra, ranah eksistensi Sukhāvatī ini dihiasi dan dikeliling oleh tujuh tingkatan altar [vedika], tujuh baris pohon daun lontar [tālapattra] yang terjalin dengan jaring dari untaian genta, disetiap sisinya . Dengan setiap ruang yang dipenuhi dengan empat jenis barang berharga yang sempurna dan indah yakni : emas, perak , vaiḍūrya dan kristal. Demikianlah, buddhakṣetra ini, Śāriputra, terhiasi dengan indah oleh semua perhiasan kualitas kebajikan yang mengagumkan.
[0346c16] Selanjutnya , Śāriputra, dalam ranah eksistensi Sukhāvatī ini terdapat kolam teratai yang terbuat dari tujuh barang berharga seperti emas, perak , vaiḍūrya , kristal [sphaṭika], mutiara merah [lohitamukta], jamrud [aśmagarbha] dan mutiara dari kima raksasa [musāragalva] sebagai barang berharga yang ketujuh. Kolam teratai ini dipenuhi dengan air yang memiliki delapan kualitas yang baik . Setiap kolam teratai ini memiliki kemiringan yang landai dari dasar kolam hingga pinggiran kolam dengan ketinggian air yang akan menyesuaikan setiap posisi yang dipikirkan oleh makhluk hidup tersebut sehingga burung gagak juga bisa meminum air ditengah kolam teratai tersebut. Dasar kolam teratai ini diselimuti oleh hamparan butiran pasir keemasan
.Disekeliling , keempat sisi dari kolam teratai ini juga terdapat anak tangga yang turun menuju ke dalam kolam tersebut. Anak tangga ini dipenuhi dengan beragam warna yang indah dan terbuat dari harta berharga seperti emas , perak , vaiḍūrya dan kristal. Kolam teratai ini juga dikelilingi oleh beragam pohon berharga yang dipenuhi dengan beragam warna yang indah dan terbuat dari tujuh harta berharga seperti emas , perak , vaiḍūrya , kristal, mutiara merah,jamrud dan mutiara dari kima raksasa
Beragam teratai juga tumbuh dalam kolam teratai tersebut. Beberapa diantaranya ada yang berwarna biru dengan kemilau kebiruan ataupun memanifestasikan sedikit warna kebiruan . Beberapa diantaranya ada yang berwarna kuning dengan kemilau kekuningan ataupun memanifestasikan sedikit warna kekuningan. Beberapa diantaranya ada yang berwarna merah dengan kemilau kemerahan ataupun memanifestasikan sedikit warna kemerahan. Beberapa diantaranya ada yang berwarna putih dengan kemilau keputihan ataupun memanifestasikan sedikit warna keputihan. Beberapa diantaranya ada yang beragam warna dengan kemilau beragam warna ataupun memanifestasikan sedikit beragam warna. Pada saat semua teratai ini mekar akan berukuran sebesar roda pedati. Demikianlah, buddhakṣetra ini, Śāriputra, terhias dengan indah oleh semua perhiasan kualitas kebajikan yang mengagumkan.
[0347a07] Selanjutnya , Śāriputra, dalam ranah eksistensi Sukhāvatī ini, suara instrumen musik dari ranah eksistensi yang menyenangkan akan selalu terdengar, dengan tanah yang luas berwarna keemasan yang mampu mengkondisikan suka cita. Demikianlah, buddhakṣetra ini, Śāriputra, terhias dengan indah oleh semua perhiasan kualitas kebajikan yang mengagumkan.
Selanjutnya, Śāriputra, dalam ranah eksistensi Sukhāvatī ini, curahan bunga dari ranah eksistensi yang menyenangkan , bunga māndārava akan turun dalam tiga kali sehari setiap siang dan tiga kali sehari setiap malam. Semua mahluk hidup yang terlahir kembali dalam buddhakṣetra ini akan mengunjungi buddhakṣetra lainnya sebelum waktu untuk makan satu kali makanan berakhir [siang hari] untuk memberikan penghormatan kepada ratusan ribu koti Buddha dan juga memberikan persembahan ratusan ribu bunga kepada setiap Tathāgata. Setelah memberikan persembahan ini , mereka kembali ke ranah eksistensi mereka sendiri untuk beristirahat. Demikianlah, buddhakṣetra ini, Śāriputra, terhias dengan indah oleh semua perhiasan kualitas kebajikan yang mengagumkan.
[0347a12] Selanjutnya, Śāriputra, dalam ranah eksistensi Sukhāvatī ini, selalu ada angsa liar, bangau dan merak berkumpul bersama dalam tiga kali sehari setiap siang hari dan tiga kali sehari setiap malam hari untuk bernyanyi dalam paduan suara yang merdu dan harmonis, masing masing bernyanyi dalam lantunan nada yang unik dan berbeda. Pada saat mereka bernyanyi, seseorang seakan sedang mendengarkan uraian dari kualitas kebajikan ajaran realitas dari kekuasaan , kekuatan dan aspek menuju penggugahan. Setelah mendengarkan suara ini , para makhluk hidup yang terlahir disana akan tergerak untuk mengkontemplasi Buddha, mengkontemplasi ajaran realitas , mengkontemplasi persamuan agung.
Sekarang , apa yang sedang anda pikirkan, Śāriputra, apakah semua makhluk hidup tersebut terlahir kembali sebagai binatang disana ? anda seharusnya jangan berpikir seperti ini, mengapa demikian ? , Śāriputra , dalam buddhaksetra ini tidak pernah mengenal kata dari terlahir kembali sebagai penghuni neraka , binatang ataupun terlahir kembali dalam ranah eksistensi dari Yama. Kumpulan burung ini sebenarnya merupakan manifestasi Tathāgata Amitāyur untuk mengumandangkan suara dari ajaran realitas. Demikianlah, buddhakṣetra ini, Śāriputra, terhias dengan indah oleh semua perhiasan kualitas kebajikan yang mengagumkan.
Śāriputra , dalam ranah eksistensi Sukhāvatī ini, pada saat angin berhembus dan menggoyangkan semua barisan dari pohon lontar dan juga jalinan genta yang menghiasi pohon tersebut, akan menimbulkan suara merdu yang mampu mengkondisikan suka cita. Suara ini , Śāriputra , seperti ratusan ribu koti suara instrumen musik dari ranah eksistensi yang menyenangkan, yang sedang dimainkan oleh para ahli musik. Pada saat para manusia yang terlahir disana mendengarkan suara ini , akan mulai melatih diri dengan mengkontemplasi Buddha, mengkontemplasi ajaran realitas, mengkontemplasi persamuan agung. Demikianlah, buddhakṣetra ini, Śāriputra, terhias dengan indah oleh semua perhiasan kualitas kebajikan yang mengagumkan.
[0347a25] Sekarang, apa yang sedang anda pikirkan, Śāriputra , mengapa Tathāgata ini dinamakan sebagai Amitāyur? karena sekarang, Śāriputra , rentang waktu kehidupan dari Tathāgata Amitāyur tidak terbatas , demikian juga rentang waktu kehidupan dari para manusia yang terlahir disana juga tidak terbatas . Oleh sebab itu , , Śāriputra, Tathāgata ini dinamakan sebagai Amitāyur. Sepuluh kalpā telah berlalu, Śāriputra , sejak Tathāgata ini telah mencapai kesempurnaan penggugahan yang tidak tertinggi dan tidak tertandingi ini
Sekarang, apa yang sedang anda pikirkan, Śāriputra , mengapa Tathāgata ini dinamakan sebagai Amitābha? Karena sekarang , Śāriputra , cahaya dari Tathāgata ini mengiluminasi semua buddhaksetra dengan tidak terhalang . Oleh sebab itu , Śāriputra, Tathāgata ini dinamakan sebagai Amitābha.
Selanjutnya , Śāriputra , Tathāgata ini dikelilingi oleh persamuan agung dari para śrāvaka yang telah mencapai kemurnian dari tahapan arahat dengan jumlah yang tidak terukur dan tidak terhitung banyaknya . Demikianlah, buddhakṣetra ini, Śāriputra, terhias dengan indah oleh semua perhiasan kualitas kebajikan yang mengagumkan.
[0347b04] Selanjutnya , Śāriputra, semua makhluk hidup yang terlahir dalam buddhakṣetra dari Tathāgata Amitāyur ini telah mencapai kepastian dalam kemurnian bodhisattva , telah memasuki tahapan yang tidak akan mundur dan hanya memiliki satu kelahiran kembali . Śāriputra, jumlah dari para bodhisattva ini sulit untuk diungkapkan sehingga seseorang hanya mampu mendekati jumlahnya dengan mengatakan bahwa jumlah mereka tidak dapat dihitung dan tidak dapat diukur . Demikianlah, buddhakṣetra ini, Śāriputra, terhias dengan indah oleh semua perhiasan kualitas kebajikan yang mengagumkan
Sekarang , semua makhluk hidup Śāriputra, yang telah mendengarkan [uraian ini] seharusnya melatih diri dan menegaskan aspirasi [praṇidhāna] mereka untuk terlahir kembali dalam buddhakṣetra ini , mengapa mereka harus melakukan ini? karena dalam buddhakṣetra ini, mereka akan berkumpul bersama dengan para sahabat spiritual yang baik seperti para bodhisattva ini
[0347b09] Śāriputra, makhluk hidup yang tidak terlahir kembali dalam buddhakṣetra dari Tathāgata Amitāyur ini karena dikondisikan oleh sedikitnya akar kualitas kebajikan mereka.
Selanjutnya , Śāriputra, jika para kulaputra dan kuladuhitā mendengar nama dari Tathāgata Amitāyur , kemudian mempertahankan dan mengingatnya dengan baik , dengan kesadaran yang penuh perhatian dan terabsorbsi dalam satu, dua , tiga , empat , lima , enam, tujuh malam . Jika kesadaran mereka telah tidak teralihkan dan penuh perhatian, terabsobsi maka pada saat menjelang kematian mereka , Tathāgata Amitāyur yang dikelilingi oleh persamuan agung para śrāvaka beserta dengan pengiring dari para bodhisattva akan bermanifestasi dihadapannya dan para kulaputra dan kuladuhitā ini juga akan meninggal dengan kesadaran yang tidak akan terdelusi dan terbebaskan dari semua pandangan keliru. Setelah rentang kehidupan mereka berakhir dalam ranah eksistensi ini , mereka juga akan terlahir kembali dalam buddhakṣetra dari Tathāgata Amitāyur.
Oleh sebab itu, Śāriputra, untuk tujuan ini , maka saya nyatakan bahwa para kulaputra dan kuladuhitā ini harus menegaskan aspirasi [praṇidhāna], kemudian melatih diri dengan membangkitkan kesadaran yang penuh perhatian dan juga memberikan penghormatan dan pujian untuk terlahir kembali dalam buddhakṣetra ini.
[0347b18] Śāriputra, dengan menggunakan cara yang sama dalam memberikan pujian kepada buddhakṣetra ini, Sukhāvatī , sekarang, Śāriputra,saya juga akan memberikan pujian kepada Tathāgata yang bernama Aksobhya , Tathāgata yang bernama Merudhvaja , Tathāgata yang bernama Mahāmeru, Tathāgata yang bernama Meruprabhāsa , Tathāgata yang bernama Mañjudhvaja dan juga kepada semua Buddha , Bhagāvan di penjuru timur yang banyaknya seperti jumlah butiran pasir di sungai Gangga, yang menyeliputi buddhakṣetra mereka melalui kekuatan dari kefasihan dalam memberikan dan menguraikan [ajaran realitas], bukankah demikian ? Oleh sebab itu , anda juga harus menyakini uraian ajaran realitas yang bernama menerima dan mempertahankan semua Buddha, yang juga memuji semua kualitas yang tidak terbayangkan.
[0347b24] Dengan menggunakan cara yang sama, sekarang, Śāriputra,saya juga akan memberikan pujian kepada Tathāgata yang bernama Candrasūryapradīpa , Tathāgata yang bernama Yaśaḥprabha , Tathāgata yang bernama Mahārciḥskandha, Tathāgata yang bernama Merupradīpa , Tathāgata yang bernama Anantavīrya dan juga kepada semua Buddha , Bhagāvan di penjuru selatan yang banyaknya seperti jumlah butiran pasir di sungai Gangga, yang menyeliputi buddhakṣetra mereka melalui kekuatan dari kefasihan dalam memberikan dan menguraikan [ajaran realitas], bukankah demikian ? Oleh sebab itu , anda juga harus menyakini uraian ajaran realitas yang bernama menerima dan mempertahankan semua Buddha, yang juga memuji semua kualitas yang tidak terbayangkan.
[0347b29] Dengan menggunakan cara yang sama, sekarang, Śāriputra,saya juga akan memberikan pujian kepada Tathāgata yang bernama Amitāyur , Tathāgata yang bernama Amitaskandha , Tathāgata yang bernama Amitadhvaja, Tathāgata yang bernama Mahāprabha, Tathāgata yang bernama Mahāratnaketu, Tathāgata yang bernama Śuddharaśmiprabha dan juga kepada semua Buddha , Bhagāvan di penjuru barat yang banyaknya seperti jumlah butiran pasir di sungai Gangga, yang menyeliputi buddhakṣetra mereka melalui kekuatan dari kefasihan dalam memberikan dan menguraikan [ajaran realitas], bukankah demikian ? Oleh sebab itu , anda juga harus menyakini uraian ajaran realitas yang bernama menerima dan mempertahankan semua Buddha, yang juga memuji semua kualitas yang tidak terbayangkan
[0347c06] Dengan menggunakan cara yang sama, sekarang, Śāriputra,saya juga akan memberikan pujian kepada Tathāgata yang bernama Mahārciḥskandha, Tathāgata yang bernama Vaiśvānaranirghoṣa , Tathāgata yang bernama Dundubhisvaranirghoṣa, Tathāgata yang bernama Duṣpradharṣa, Tathāgata yang bernama Ādityasaṃbhava, Tathāgata yang bernama Jaleniprabha, Tathāgata yang bernama Prabhākara dan juga kepada semua Buddha , Bhagāvan di penjuru utara yang banyaknya seperti jumlah butiran pasir di sungai Gangga, yang menyeliputi buddhakṣetra mereka melalui kekuatan dari kefasihan dalam memberikan dan menguraikan [ajaran realitas], bukankah demikian ? Oleh sebab itu , anda juga harus menyakini uraian ajaran realitas yang bernama menerima dan mempertahankan semua Buddha, yang juga memuji semua kualitas yang tidak terbayangkan.
[0347c11] Dengan menggunakan cara yang sama, sekarang, Śāriputra,saya juga akan memberikan pujian kepada Tathāgata yang bernama Brahmaghoṣa, Tathāgata yang bernama Nakṣatrarāja, Tathāgata yang bernama Indraketudhvajarāja, Tathāgata yang bernama Gandhottama, Tathāgata yang bernama Gandhaprabhāsa, Tathāgata yang bernama Mahārciskandha, Tathāgata yang bernama Ratnakusumasaṃpuṣpitagātra, Tathāgata yang bernama Sālendrarāja, Tathāgata yang bernama Ratnotpalaśrī , Tathāgata yang bernama Sarvārthadarśī , Tathāgata yang bernama Sumerukalpa dan juga kepada semua Buddha , Bhagāvan di penjuru bawah yang banyaknya seperti jumlah butiran pasir di sungai Gangga, yang menyeliputi buddhakṣetra mereka melalui kekuatan dari kefasihan dalam memberikan dan menguraikan [ajaran realitas], bukankah demikian ? Oleh sebab itu , anda juga harus menyakini uraian ajaran realitas yang bernama menerima dan mempertahankan semua Buddha, yang juga memuji semua kualitas yang tidak terbayangkan
[0347c16] Dengan menggunakan cara yang sama, sekarang, Śāriputra,saya juga akan memberikan pujian kepada Tathāgata yang bernama Siṃha, Tathāgata yang bernama Yaśa , Tathāgata yang bernama Yaśaḥprabhāsa, Tathāgata yang bernama Dharma, Tathāgata yang bernama Dharmadhara, Tathāgata yang bernama Dharmadhvaja dan juga kepada semua Buddha , Bhagāvan di penjuru atas yang banyaknya seperti jumlah butiran pasir di sungai Gangga, yang menyeliputi buddhakṣetra mereka melalui kekuatan dari kefasihan dalam memberikan dan menguraikan [ajaran realitas], bukankah demikian ? Oleh sebab itu , anda juga harus menyakini uraian ajaran realitas yang bernama menerima dan mempertahankan semua Buddha , yang juga memuji semua kualitas yang tidak terbayangkan.
[0348a07] Sekarang, apa yang sedang anda pikirkan, Śāriputra , mengapa uraian ajaran realitas ini dinamakan sebagai menerima dan mempertahankan semua Buddha ? karena , Śāriputra, para kulaputra dan kuladuhitā yang telah mendengarkan kembali uraian ajaran realitas [yang bernama menerima dan mempertahankan semua Buddha] ini dan juga nama dari semua Buddha , Bhagāvan ini akan selalu menerima dan mempertahankan semua Buddha ini dengan sepenuhnya hingga mampu berkembang untuk menuju tahapan yang tidak mundur dan mencapai kesempurnaan penggugahan tertinggi.
Oleh sebab itu , Śāriputra , anda harus memiliki keyakinan kepada saya dan juga para Buddha , Bhagāvan lainnya. Percaya dan jangan ragu kepada kami. Perkembangan untuk menuju pencapaian kesempurnaan penggugahan tertinggi dari para kulaputra dan kuladuhitā yang melatih diri dengan menegaskan aspirasi untuk terlahir kembali dalam buddhakṣetra dari Tathāgata Amitāyur dan melatih diri dengan kesadaran yang penuh perhatian dan tidak teralihkan. Perkembangan untuk siapapun yang telah melatih diri dengan cara demikian, untuk siapapun yang akan melatih diri dengan cara demikian, akan mendapatkan kepastian dalam memasuki tahapan yang tidak akan mundur. Dengan demikian, mereka juga akan terlahir, telah terlahir ataupun dalam proses menuju kelahiran kembali dalam buddhakṣetra dari Tathāgata Amitāyur ini .
[0346b28] Pada suatu waktu Bhagavān sedang berdiam di taman Anāthapiṇḍada , Jetavana, di sekitar wilayah Śrāvasti bersama dengan persamuan agung yang terdiri dari seribu dua ratus lima puluh bhikṣu. Semua bhikṣu ini telah terkenal dalam pengetahuan melampaui keduniawian yang lebih tinggi mereka. Mereka adalah para Sthavira , para śrāvaka agung yang telah mencapai tahapan tertinggi dalam jalan ataupun memasuki tahapan arahat , termasuk Śāriputra, Mahāmaudgalyāyana, Mahākāśyapa, Mahākapphina, Mahākātyāyana, Mahākauṣṭhila, Revata, Śuddhipanthaka , Nanda, Ānanda , Rāhula, Gavāṃpati , Bharadvāja , Kālodayin, Vakkula , Aniruddha dan juga bersama dengan para śrāvaka agung lainnya.
Disana juga telah hadir para bodhisattva mahāsattva , bodhisattva mahāsattva termasuk Mañjuśri Kumārabhūta, bodhisattva mahāsattva Ajita, bodhisattva mahāsattva Gandhahastin , bodhisattva mahāsattva Nityodyukta, bodhisattva mahāsattva Anikṣiptadhura dan juga para bodhisattva mahāsattva lainnya .
Demikian juga Śakra, Indra Sang Peguasa ranah deva, Brahma Sahāṃpati dan ratusan ribu nayuta devaputra lainnya.
[0346c10] Pada saat itu, Bhagavān memberitahukan kepada āyuṣman śāriputra dan berkata
Di sebelah penjuru barat dari kita , Śāriputra , dengan jarak melampaui ratusan ribu koti buddhakṣetra , disana ada ranah eksistensi [lokadhātu] yang bernama Sukhāvatī. Pada saat ini ada seorang Tathāgata yang bernama Amitāyur Arhat Samyaksaṃbuddha sedang berdiam dalam buddhakṣetra ini dan masih menguraikan ajaran realitas disana hingga saat ini .
Sekarang , apa yang sedang anda pikirkan, Śāriputra, mengapa ranah eksistensi itu dinamakan sebagai Sukhāvatī ? karena , Śāriputra , dalam ranah eksistensi Sukhāvatī , semua makhluk hidup disana tidak akan mengalami penderitaan jasmani [kāyaduḥkhaṃ] maupun penderitaan mental [cittaduḥkham] , penyebab suka cita disana juga tidak terbatas. Oleh sebab itu, ranah eksistensi ini dinamakan sebagai Sukhāvatī.
Selanjutnya , Śāriputra, ranah eksistensi Sukhāvatī ini dihiasi dan dikeliling oleh tujuh tingkatan altar [vedika], tujuh baris pohon daun lontar [tālapattra] yang terjalin dengan jaring dari untaian genta, disetiap sisinya . Dengan setiap ruang yang dipenuhi dengan empat jenis barang berharga yang sempurna dan indah yakni : emas, perak , vaiḍūrya dan kristal. Demikianlah, buddhakṣetra ini, Śāriputra, terhiasi dengan indah oleh semua perhiasan kualitas kebajikan yang mengagumkan.
[0346c16] Selanjutnya , Śāriputra, dalam ranah eksistensi Sukhāvatī ini terdapat kolam teratai yang terbuat dari tujuh barang berharga seperti emas, perak , vaiḍūrya , kristal [sphaṭika], mutiara merah [lohitamukta], jamrud [aśmagarbha] dan mutiara dari kima raksasa [musāragalva] sebagai barang berharga yang ketujuh. Kolam teratai ini dipenuhi dengan air yang memiliki delapan kualitas yang baik . Setiap kolam teratai ini memiliki kemiringan yang landai dari dasar kolam hingga pinggiran kolam dengan ketinggian air yang akan menyesuaikan setiap posisi yang dipikirkan oleh makhluk hidup tersebut sehingga burung gagak juga bisa meminum air ditengah kolam teratai tersebut. Dasar kolam teratai ini diselimuti oleh hamparan butiran pasir keemasan
.Disekeliling , keempat sisi dari kolam teratai ini juga terdapat anak tangga yang turun menuju ke dalam kolam tersebut. Anak tangga ini dipenuhi dengan beragam warna yang indah dan terbuat dari harta berharga seperti emas , perak , vaiḍūrya dan kristal. Kolam teratai ini juga dikelilingi oleh beragam pohon berharga yang dipenuhi dengan beragam warna yang indah dan terbuat dari tujuh harta berharga seperti emas , perak , vaiḍūrya , kristal, mutiara merah,jamrud dan mutiara dari kima raksasa
Beragam teratai juga tumbuh dalam kolam teratai tersebut. Beberapa diantaranya ada yang berwarna biru dengan kemilau kebiruan ataupun memanifestasikan sedikit warna kebiruan . Beberapa diantaranya ada yang berwarna kuning dengan kemilau kekuningan ataupun memanifestasikan sedikit warna kekuningan. Beberapa diantaranya ada yang berwarna merah dengan kemilau kemerahan ataupun memanifestasikan sedikit warna kemerahan. Beberapa diantaranya ada yang berwarna putih dengan kemilau keputihan ataupun memanifestasikan sedikit warna keputihan. Beberapa diantaranya ada yang beragam warna dengan kemilau beragam warna ataupun memanifestasikan sedikit beragam warna. Pada saat semua teratai ini mekar akan berukuran sebesar roda pedati. Demikianlah, buddhakṣetra ini, Śāriputra, terhias dengan indah oleh semua perhiasan kualitas kebajikan yang mengagumkan.
[0347a07] Selanjutnya , Śāriputra, dalam ranah eksistensi Sukhāvatī ini, suara instrumen musik dari ranah eksistensi yang menyenangkan akan selalu terdengar, dengan tanah yang luas berwarna keemasan yang mampu mengkondisikan suka cita. Demikianlah, buddhakṣetra ini, Śāriputra, terhias dengan indah oleh semua perhiasan kualitas kebajikan yang mengagumkan.
Selanjutnya, Śāriputra, dalam ranah eksistensi Sukhāvatī ini, curahan bunga dari ranah eksistensi yang menyenangkan , bunga māndārava akan turun dalam tiga kali sehari setiap siang dan tiga kali sehari setiap malam. Semua mahluk hidup yang terlahir kembali dalam buddhakṣetra ini akan mengunjungi buddhakṣetra lainnya sebelum waktu untuk makan satu kali makanan berakhir [siang hari] untuk memberikan penghormatan kepada ratusan ribu koti Buddha dan juga memberikan persembahan ratusan ribu bunga kepada setiap Tathāgata. Setelah memberikan persembahan ini , mereka kembali ke ranah eksistensi mereka sendiri untuk beristirahat. Demikianlah, buddhakṣetra ini, Śāriputra, terhias dengan indah oleh semua perhiasan kualitas kebajikan yang mengagumkan.
[0347a12] Selanjutnya, Śāriputra, dalam ranah eksistensi Sukhāvatī ini, selalu ada angsa liar, bangau dan merak berkumpul bersama dalam tiga kali sehari setiap siang hari dan tiga kali sehari setiap malam hari untuk bernyanyi dalam paduan suara yang merdu dan harmonis, masing masing bernyanyi dalam lantunan nada yang unik dan berbeda. Pada saat mereka bernyanyi, seseorang seakan sedang mendengarkan uraian dari kualitas kebajikan ajaran realitas dari kekuasaan , kekuatan dan aspek menuju penggugahan. Setelah mendengarkan suara ini , para makhluk hidup yang terlahir disana akan tergerak untuk mengkontemplasi Buddha, mengkontemplasi ajaran realitas , mengkontemplasi persamuan agung.
Sekarang , apa yang sedang anda pikirkan, Śāriputra, apakah semua makhluk hidup tersebut terlahir kembali sebagai binatang disana ? anda seharusnya jangan berpikir seperti ini, mengapa demikian ? , Śāriputra , dalam buddhaksetra ini tidak pernah mengenal kata dari terlahir kembali sebagai penghuni neraka , binatang ataupun terlahir kembali dalam ranah eksistensi dari Yama. Kumpulan burung ini sebenarnya merupakan manifestasi Tathāgata Amitāyur untuk mengumandangkan suara dari ajaran realitas. Demikianlah, buddhakṣetra ini, Śāriputra, terhias dengan indah oleh semua perhiasan kualitas kebajikan yang mengagumkan.
Śāriputra , dalam ranah eksistensi Sukhāvatī ini, pada saat angin berhembus dan menggoyangkan semua barisan dari pohon lontar dan juga jalinan genta yang menghiasi pohon tersebut, akan menimbulkan suara merdu yang mampu mengkondisikan suka cita. Suara ini , Śāriputra , seperti ratusan ribu koti suara instrumen musik dari ranah eksistensi yang menyenangkan, yang sedang dimainkan oleh para ahli musik. Pada saat para manusia yang terlahir disana mendengarkan suara ini , akan mulai melatih diri dengan mengkontemplasi Buddha, mengkontemplasi ajaran realitas, mengkontemplasi persamuan agung. Demikianlah, buddhakṣetra ini, Śāriputra, terhias dengan indah oleh semua perhiasan kualitas kebajikan yang mengagumkan.
[0347a25] Sekarang, apa yang sedang anda pikirkan, Śāriputra , mengapa Tathāgata ini dinamakan sebagai Amitāyur? karena sekarang, Śāriputra , rentang waktu kehidupan dari Tathāgata Amitāyur tidak terbatas , demikian juga rentang waktu kehidupan dari para manusia yang terlahir disana juga tidak terbatas . Oleh sebab itu , , Śāriputra, Tathāgata ini dinamakan sebagai Amitāyur. Sepuluh kalpā telah berlalu, Śāriputra , sejak Tathāgata ini telah mencapai kesempurnaan penggugahan yang tidak tertinggi dan tidak tertandingi ini
Sekarang, apa yang sedang anda pikirkan, Śāriputra , mengapa Tathāgata ini dinamakan sebagai Amitābha? Karena sekarang , Śāriputra , cahaya dari Tathāgata ini mengiluminasi semua buddhaksetra dengan tidak terhalang . Oleh sebab itu , Śāriputra, Tathāgata ini dinamakan sebagai Amitābha.
Selanjutnya , Śāriputra , Tathāgata ini dikelilingi oleh persamuan agung dari para śrāvaka yang telah mencapai kemurnian dari tahapan arahat dengan jumlah yang tidak terukur dan tidak terhitung banyaknya . Demikianlah, buddhakṣetra ini, Śāriputra, terhias dengan indah oleh semua perhiasan kualitas kebajikan yang mengagumkan.
[0347b04] Selanjutnya , Śāriputra, semua makhluk hidup yang terlahir dalam buddhakṣetra dari Tathāgata Amitāyur ini telah mencapai kepastian dalam kemurnian bodhisattva , telah memasuki tahapan yang tidak akan mundur dan hanya memiliki satu kelahiran kembali . Śāriputra, jumlah dari para bodhisattva ini sulit untuk diungkapkan sehingga seseorang hanya mampu mendekati jumlahnya dengan mengatakan bahwa jumlah mereka tidak dapat dihitung dan tidak dapat diukur . Demikianlah, buddhakṣetra ini, Śāriputra, terhias dengan indah oleh semua perhiasan kualitas kebajikan yang mengagumkan
Sekarang , semua makhluk hidup Śāriputra, yang telah mendengarkan [uraian ini] seharusnya melatih diri dan menegaskan aspirasi [praṇidhāna] mereka untuk terlahir kembali dalam buddhakṣetra ini , mengapa mereka harus melakukan ini? karena dalam buddhakṣetra ini, mereka akan berkumpul bersama dengan para sahabat spiritual yang baik seperti para bodhisattva ini
[0347b09] Śāriputra, makhluk hidup yang tidak terlahir kembali dalam buddhakṣetra dari Tathāgata Amitāyur ini karena dikondisikan oleh sedikitnya akar kualitas kebajikan mereka.
Selanjutnya , Śāriputra, jika para kulaputra dan kuladuhitā mendengar nama dari Tathāgata Amitāyur , kemudian mempertahankan dan mengingatnya dengan baik , dengan kesadaran yang penuh perhatian dan terabsorbsi dalam satu, dua , tiga , empat , lima , enam, tujuh malam . Jika kesadaran mereka telah tidak teralihkan dan penuh perhatian, terabsobsi maka pada saat menjelang kematian mereka , Tathāgata Amitāyur yang dikelilingi oleh persamuan agung para śrāvaka beserta dengan pengiring dari para bodhisattva akan bermanifestasi dihadapannya dan para kulaputra dan kuladuhitā ini juga akan meninggal dengan kesadaran yang tidak akan terdelusi dan terbebaskan dari semua pandangan keliru. Setelah rentang kehidupan mereka berakhir dalam ranah eksistensi ini , mereka juga akan terlahir kembali dalam buddhakṣetra dari Tathāgata Amitāyur.
Oleh sebab itu, Śāriputra, untuk tujuan ini , maka saya nyatakan bahwa para kulaputra dan kuladuhitā ini harus menegaskan aspirasi [praṇidhāna], kemudian melatih diri dengan membangkitkan kesadaran yang penuh perhatian dan juga memberikan penghormatan dan pujian untuk terlahir kembali dalam buddhakṣetra ini.
[0347b18] Śāriputra, dengan menggunakan cara yang sama dalam memberikan pujian kepada buddhakṣetra ini, Sukhāvatī , sekarang, Śāriputra,saya juga akan memberikan pujian kepada Tathāgata yang bernama Aksobhya , Tathāgata yang bernama Merudhvaja , Tathāgata yang bernama Mahāmeru, Tathāgata yang bernama Meruprabhāsa , Tathāgata yang bernama Mañjudhvaja dan juga kepada semua Buddha , Bhagāvan di penjuru timur yang banyaknya seperti jumlah butiran pasir di sungai Gangga, yang menyeliputi buddhakṣetra mereka melalui kekuatan dari kefasihan dalam memberikan dan menguraikan [ajaran realitas], bukankah demikian ? Oleh sebab itu , anda juga harus menyakini uraian ajaran realitas yang bernama menerima dan mempertahankan semua Buddha, yang juga memuji semua kualitas yang tidak terbayangkan.
[0347b24] Dengan menggunakan cara yang sama, sekarang, Śāriputra,saya juga akan memberikan pujian kepada Tathāgata yang bernama Candrasūryapradīpa , Tathāgata yang bernama Yaśaḥprabha , Tathāgata yang bernama Mahārciḥskandha, Tathāgata yang bernama Merupradīpa , Tathāgata yang bernama Anantavīrya dan juga kepada semua Buddha , Bhagāvan di penjuru selatan yang banyaknya seperti jumlah butiran pasir di sungai Gangga, yang menyeliputi buddhakṣetra mereka melalui kekuatan dari kefasihan dalam memberikan dan menguraikan [ajaran realitas], bukankah demikian ? Oleh sebab itu , anda juga harus menyakini uraian ajaran realitas yang bernama menerima dan mempertahankan semua Buddha, yang juga memuji semua kualitas yang tidak terbayangkan.
[0347b29] Dengan menggunakan cara yang sama, sekarang, Śāriputra,saya juga akan memberikan pujian kepada Tathāgata yang bernama Amitāyur , Tathāgata yang bernama Amitaskandha , Tathāgata yang bernama Amitadhvaja, Tathāgata yang bernama Mahāprabha, Tathāgata yang bernama Mahāratnaketu, Tathāgata yang bernama Śuddharaśmiprabha dan juga kepada semua Buddha , Bhagāvan di penjuru barat yang banyaknya seperti jumlah butiran pasir di sungai Gangga, yang menyeliputi buddhakṣetra mereka melalui kekuatan dari kefasihan dalam memberikan dan menguraikan [ajaran realitas], bukankah demikian ? Oleh sebab itu , anda juga harus menyakini uraian ajaran realitas yang bernama menerima dan mempertahankan semua Buddha, yang juga memuji semua kualitas yang tidak terbayangkan
[0347c06] Dengan menggunakan cara yang sama, sekarang, Śāriputra,saya juga akan memberikan pujian kepada Tathāgata yang bernama Mahārciḥskandha, Tathāgata yang bernama Vaiśvānaranirghoṣa , Tathāgata yang bernama Dundubhisvaranirghoṣa, Tathāgata yang bernama Duṣpradharṣa, Tathāgata yang bernama Ādityasaṃbhava, Tathāgata yang bernama Jaleniprabha, Tathāgata yang bernama Prabhākara dan juga kepada semua Buddha , Bhagāvan di penjuru utara yang banyaknya seperti jumlah butiran pasir di sungai Gangga, yang menyeliputi buddhakṣetra mereka melalui kekuatan dari kefasihan dalam memberikan dan menguraikan [ajaran realitas], bukankah demikian ? Oleh sebab itu , anda juga harus menyakini uraian ajaran realitas yang bernama menerima dan mempertahankan semua Buddha, yang juga memuji semua kualitas yang tidak terbayangkan.
[0347c11] Dengan menggunakan cara yang sama, sekarang, Śāriputra,saya juga akan memberikan pujian kepada Tathāgata yang bernama Brahmaghoṣa, Tathāgata yang bernama Nakṣatrarāja, Tathāgata yang bernama Indraketudhvajarāja, Tathāgata yang bernama Gandhottama, Tathāgata yang bernama Gandhaprabhāsa, Tathāgata yang bernama Mahārciskandha, Tathāgata yang bernama Ratnakusumasaṃpuṣpitagātra, Tathāgata yang bernama Sālendrarāja, Tathāgata yang bernama Ratnotpalaśrī , Tathāgata yang bernama Sarvārthadarśī , Tathāgata yang bernama Sumerukalpa dan juga kepada semua Buddha , Bhagāvan di penjuru bawah yang banyaknya seperti jumlah butiran pasir di sungai Gangga, yang menyeliputi buddhakṣetra mereka melalui kekuatan dari kefasihan dalam memberikan dan menguraikan [ajaran realitas], bukankah demikian ? Oleh sebab itu , anda juga harus menyakini uraian ajaran realitas yang bernama menerima dan mempertahankan semua Buddha, yang juga memuji semua kualitas yang tidak terbayangkan
[0347c16] Dengan menggunakan cara yang sama, sekarang, Śāriputra,saya juga akan memberikan pujian kepada Tathāgata yang bernama Siṃha, Tathāgata yang bernama Yaśa , Tathāgata yang bernama Yaśaḥprabhāsa, Tathāgata yang bernama Dharma, Tathāgata yang bernama Dharmadhara, Tathāgata yang bernama Dharmadhvaja dan juga kepada semua Buddha , Bhagāvan di penjuru atas yang banyaknya seperti jumlah butiran pasir di sungai Gangga, yang menyeliputi buddhakṣetra mereka melalui kekuatan dari kefasihan dalam memberikan dan menguraikan [ajaran realitas], bukankah demikian ? Oleh sebab itu , anda juga harus menyakini uraian ajaran realitas yang bernama menerima dan mempertahankan semua Buddha , yang juga memuji semua kualitas yang tidak terbayangkan.
[0348a07] Sekarang, apa yang sedang anda pikirkan, Śāriputra , mengapa uraian ajaran realitas ini dinamakan sebagai menerima dan mempertahankan semua Buddha ? karena , Śāriputra, para kulaputra dan kuladuhitā yang telah mendengarkan kembali uraian ajaran realitas [yang bernama menerima dan mempertahankan semua Buddha] ini dan juga nama dari semua Buddha , Bhagāvan ini akan selalu menerima dan mempertahankan semua Buddha ini dengan sepenuhnya hingga mampu berkembang untuk menuju tahapan yang tidak mundur dan mencapai kesempurnaan penggugahan tertinggi.
Oleh sebab itu , Śāriputra , anda harus memiliki keyakinan kepada saya dan juga para Buddha , Bhagāvan lainnya. Percaya dan jangan ragu kepada kami. Perkembangan untuk menuju pencapaian kesempurnaan penggugahan tertinggi dari para kulaputra dan kuladuhitā yang melatih diri dengan menegaskan aspirasi untuk terlahir kembali dalam buddhakṣetra dari Tathāgata Amitāyur dan melatih diri dengan kesadaran yang penuh perhatian dan tidak teralihkan. Perkembangan untuk siapapun yang telah melatih diri dengan cara demikian, untuk siapapun yang akan melatih diri dengan cara demikian, akan mendapatkan kepastian dalam memasuki tahapan yang tidak akan mundur. Dengan demikian, mereka juga akan terlahir, telah terlahir ataupun dalam proses menuju kelahiran kembali dalam buddhakṣetra dari Tathāgata Amitāyur ini .
4
Sutra Mahayana / T 1164 - 佛說大乘聖吉祥持世陀羅尼經 [ Dhāraṇī yang bernama Vasudhārā ]
« on: 21 May 2018, 09:15:29 PM »
ārya-vasudhārā-nāma-dhāraṇī merupakan salah satu sutra dalam kelompok esoteris dimana Bhagavān menguraikan dhāraṇī yang bernama vasudhārā kepada Gṛhapatiḥ Sucandra. Dhāraṇī ini mampu mengeliminasi halangan dan pengaruh dari berbagai makhluk halus , rasa takut dan juga mewujudkan kesejahteraan praktisi dalam aspek materi.
link sutra :
http://mahayanaindonesia.blogspot.com/2018/04/t1164-id.html
link sutra :
http://mahayanaindonesia.blogspot.com/2018/04/t1164-id.html
5
Sutra Mahayana / T1080 -如意輪陀羅尼經 [Dhāraṇī yang bernama mahāpadma cintāmaṇi cakra ]
« on: 21 May 2018, 09:12:21 PM »
mahāpadma- cintāmaṇi -cakra -nāma-dhāraṇi adalah salah sutra yang termasuk dalam kelompok esoteris. T 1080 merupakan sutra dalam bentuk terpanjang dari mahāpadma- cintāmaṇi -cakra yang berisi mudra dan mantra , mandala, homa api dan juga tiga ramuan herbal dari uraian mahāpadma- cintāmaṇi -cakra.
http://mahayanaindonesia.blogspot.co.id/2018/05/t1080-id.html
http://mahayanaindonesia.blogspot.co.id/2018/05/t1080-id.html
6
Sutra Mahayana / Re: Interpretasi Ta Pei Cou (Mahakaruna Dharani) oleh praktisi Theravada
« on: 21 May 2018, 09:07:27 PM »7
Sutra Mahayana / Re: Interpretasi Ta Pei Cou (Mahakaruna Dharani) oleh praktisi Theravada
« on: 21 May 2018, 09:06:09 PM »
Chinese
南無喝囉怛那哆囉夜 [耶] (1) 南無阿唎 [耶] (2) 婆 盧羯帝爍鉢囉 [耶](3) 菩提薩跢婆 [*耶] (4) 摩訶薩 跢婆 [耶] (5) 摩訶迦盧尼迦 [耶] (6) 唵 (7) 薩皤囉 罰曳 ( 數怛那怛寫 (9) 南無悉吉利埵伊蒙阿 唎 [*耶] (10) 婆盧吉帝室佛囉 [楞] 馱婆 (11) 南無那 囉謹墀 (12) 醯唎摩訶皤哆沙咩 (13) 薩婆 阿他豆輸朋 (14) 阿逝孕 (15) 薩婆薩哆那摩婆 伽 (16)
摩罰特豆 (17) 怛姪他 (18) 唵阿婆盧醯 (19) 盧迦帝 (20) 迦羅帝 (21) 夷醯唎 (22) 摩訶菩 提薩埵 (23) 薩婆薩婆 (24) 摩羅摩羅 (25) 摩醯 摩醯唎馱孕 (26) 俱盧俱盧羯懞 (27) 度盧度盧 罰闍耶帝 (28) 摩訶罰闍耶帝 (29) 陀羅陀羅 (30) 地利尼 (31) 室佛囉耶 (32) 遮羅遮羅 (33) 摩摩 罰摩囉 (34) 穆帝囇 (35) 伊醯移醯 (36) 室那室 那 (37) 阿囉嘇佛囉舍利 (38) 罰沙罰嘇 (39) 佛 羅舍耶 (40) 呼嚧呼嚧摩囉 (41) 呼嚧呼嚧醯利 (42) 娑囉娑囉 (43) 悉利悉利 (44) 蘇嚧蘇嚧 (45) 菩提夜菩提夜 (46) 菩馱夜菩馱夜 (47) 彌帝 利夜 (48) 那囉謹墀 (49) 地唎瑟尼那 (50) 波夜 摩那 (51) 娑婆訶 (52) 悉陀夜 (53) 娑婆訶 (54) 摩 訶悉陀夜 (55) 娑婆訶 (56) 悉陀喻藝 (57) 室皤 囉耶 (58) 娑婆訶 (59) 那囉謹墀 (60) 娑婆訶 (61) 摩囉那囉 (62) 娑婆訶 (63) 悉囉僧阿穆佉耶 (64) 娑婆訶 (65) 娑婆摩訶阿悉陀夜 (66) 娑婆 訶 (67) 者吉囉阿悉陀夜 (68) 娑婆訶 (69) 波陀 摩羯悉哆夜 (70) 娑婆訶 (71) 那囉謹墀皤伽囉 [耶] (72) 娑婆訶 (73) 摩婆利勝羯囉夜 (74) 娑婆 訶 (75) 南無喝囉怛那哆囉夜耶 (76) 南無阿唎 [耶] (77) 婆嚧吉帝 (78) 爍皤囉夜 (79) 娑婆訶 (80) 唵悉殿都曼哆囉鉢 馱 耶 (81) 娑婆訶 (82)
Pinyin
nā mó hē luō dá nā duō luō yè [yē] (1) nā mó ā lì [yē] (2) pó lú jié dì shuò bō luō [yē] (3) pú tí sà duò pó [yē] (3) mó hē sà duò pó [yē ] (5) mó hē jiā lú ní jiā [yē ] (6) ǎn (7) sà pó luō fá yè ( shǔ dá nā dá xiě (9) nā mó xī jí lì duǒ yī méng ā lì [ yē ] (10) pó lú jí dì shì fú luō [léng] duò pó (11) nā mó nā luō jǐn chí (12) xī lì mó hē pó duō shā miē (13) sà pó ā tā dòu shū péng (14) ā shì yùn (15) sà pó sà duō nā mó pó jiā (16) mó fá tè dòu (17) dá zhí tā (18) ǎn ā pó lú xī (19) lú jiā dì (20) jiā luó dì (21) yí xī lì (22) mó hē pú tí sà duǒ (23) sà pó sà pó (24) mó luó mó luó (25) mó xī mó xī lì duò yùn (26) jù lú jù lú jié méng (27) dù lú dù lú fá dū yē dì (28) mó hē fá dū yē dì (29) tuó luó tuó luó (30) dì lì ní (31) shì fú luō yē (32) zhē luó zhē luó (33) mó mó fá mó luō (34) mù dì lì (35) yī xī yí xī (36) shì nā shì nā (37) ā luō shān fú luō shè lì (38) fá shā fá shān (39) fú luó shè yē (40) hū lú hū lú mó luō (41) hū lú hū lú xī lì (42) suō luō suō luō (43) xī lì xī lì (44) sū lú sū lú (45) pú tí yè pú tí yè (46) pú duò yè pú duò yè (47) mí dì lì yè (48) nā luō jǐn chí (49) de lì sè ní nā (50) bō yè mó nā (51) suō pó hē (52) xī tuó yè (53) suō pó hē (54) mó hē xī tuó yè (55) suō pó hē (56) xī tuó yù yì (57) shì pó luō yē (58) suō pó hē (59) nā luō jǐn chí (60) suō pó hē (61) mó luō nā luō (62) suō pó hē (63) xī luō sēng ā mù qū yē (64) suō pó hē (65) suō pó mó hē ā xī tuó yè (66) suō pó hē (67) zhě jí luō ā xī tuó yè (68) suō pó hē (69) bō tuó mó jié xī duō yè (70) suō pó hē (71) nā luō jǐn chí pó jiā luō [yē] (72) suō pó hē (73) mó pó lì shèng jié luō yè (74) suō pó hē (75) nā mó hē luō dá nā duō luō yè yē (76) nā mó ā lì [yē](77) pó lú jí dì (78) shuò pó luō yè (79) suō pó hē (80) ǎn xī diàn dū màn duō luō bō duò yē (81) suō pó hē (82)
Sanskrit
namo ratnatrayāya nama āryāvalokiteśvarāya bodhisattvāya svāhā
namo ratna- trayāya (1) namaḥ ārya (2) avalokiteśvarāya (3) bodhisattvāya (4) mahāsattvāya (5) mahākaruṇikāya (6) oṃ (7) sarvabhaye ( śodhanāya tasya (9) namaskṛta imu ārya (10)avalokiteśvara tava (11) namo nīlakaṇṭha (12) hṛdayaṃ vartayiṣyāmo (13) sarvātha-sādhanaṃ ṣubhaṃ (14) ajeyam (15) sarvabhūtānāṃ bhava (16) marge-viśodhakam (17) tadyathā (18) oṃ ālokādhipati (19) lokāti (20) krānta (21) ehy (22) mahā-bodhisatva (23) sarpa-sarpa (24) smara smara (25) mama hṛdayam (26) kuru kuru karma (27) dhuru dhuru vijayate (28) mahāvijayate (29) dhara dhara (30) dhāraṇī (31) rāja (32) cala cala (33) mama vimala (34) mūrtte (35) ehi ehi (36) chinda chinda (37) arṣapracali (38) viṣam viṣam (39) praṇāśaya (40) hulu hulu smara (41) hulu hulu śrī (42) sara sara (43) siri siri (44)suru suru (45) bodhiya bodhiya (46) bodhata bodhaya (47) maitriya (48) nīlakaṇṭha (49) dehi me darśanaṃ (50) praharāyamāṇāya (51) svāhā (52) siddhāya (53) svāhā (54) mahāsiddhāya (55)svāhā (56) siddhayogi (57 ) iśvarāya (58) svāhā (59) nīlakaṇṭhāya (60) svāhā (61) varāhamukhāya (62) svāhā (63) narasimhamukhāya (64) svāhā (65) gadāhastāya (66) svāhā (67) cakrahastāya (68) svāhā (69) padmahathāya (70) svāhā (71) nīlakaṇṭhapāṇḍarāya (72) svāhā (73)mahātali-śaṅkarāya (74)svāhā (75) namo ratnatrayāya (76) namaḥ ārya (77) avalokita (78) iśvarāya (79) svāhā (80) oṃ siddhyantu mantra-padāni (81) svāhā (82)
南無喝囉怛那哆囉夜 [耶] (1) 南無阿唎 [耶] (2) 婆 盧羯帝爍鉢囉 [耶](3) 菩提薩跢婆 [*耶] (4) 摩訶薩 跢婆 [耶] (5) 摩訶迦盧尼迦 [耶] (6) 唵 (7) 薩皤囉 罰曳 ( 數怛那怛寫 (9) 南無悉吉利埵伊蒙阿 唎 [*耶] (10) 婆盧吉帝室佛囉 [楞] 馱婆 (11) 南無那 囉謹墀 (12) 醯唎摩訶皤哆沙咩 (13) 薩婆 阿他豆輸朋 (14) 阿逝孕 (15) 薩婆薩哆那摩婆 伽 (16)
摩罰特豆 (17) 怛姪他 (18) 唵阿婆盧醯 (19) 盧迦帝 (20) 迦羅帝 (21) 夷醯唎 (22) 摩訶菩 提薩埵 (23) 薩婆薩婆 (24) 摩羅摩羅 (25) 摩醯 摩醯唎馱孕 (26) 俱盧俱盧羯懞 (27) 度盧度盧 罰闍耶帝 (28) 摩訶罰闍耶帝 (29) 陀羅陀羅 (30) 地利尼 (31) 室佛囉耶 (32) 遮羅遮羅 (33) 摩摩 罰摩囉 (34) 穆帝囇 (35) 伊醯移醯 (36) 室那室 那 (37) 阿囉嘇佛囉舍利 (38) 罰沙罰嘇 (39) 佛 羅舍耶 (40) 呼嚧呼嚧摩囉 (41) 呼嚧呼嚧醯利 (42) 娑囉娑囉 (43) 悉利悉利 (44) 蘇嚧蘇嚧 (45) 菩提夜菩提夜 (46) 菩馱夜菩馱夜 (47) 彌帝 利夜 (48) 那囉謹墀 (49) 地唎瑟尼那 (50) 波夜 摩那 (51) 娑婆訶 (52) 悉陀夜 (53) 娑婆訶 (54) 摩 訶悉陀夜 (55) 娑婆訶 (56) 悉陀喻藝 (57) 室皤 囉耶 (58) 娑婆訶 (59) 那囉謹墀 (60) 娑婆訶 (61) 摩囉那囉 (62) 娑婆訶 (63) 悉囉僧阿穆佉耶 (64) 娑婆訶 (65) 娑婆摩訶阿悉陀夜 (66) 娑婆 訶 (67) 者吉囉阿悉陀夜 (68) 娑婆訶 (69) 波陀 摩羯悉哆夜 (70) 娑婆訶 (71) 那囉謹墀皤伽囉 [耶] (72) 娑婆訶 (73) 摩婆利勝羯囉夜 (74) 娑婆 訶 (75) 南無喝囉怛那哆囉夜耶 (76) 南無阿唎 [耶] (77) 婆嚧吉帝 (78) 爍皤囉夜 (79) 娑婆訶 (80) 唵悉殿都曼哆囉鉢 馱 耶 (81) 娑婆訶 (82)
Pinyin
nā mó hē luō dá nā duō luō yè [yē] (1) nā mó ā lì [yē] (2) pó lú jié dì shuò bō luō [yē] (3) pú tí sà duò pó [yē] (3) mó hē sà duò pó [yē ] (5) mó hē jiā lú ní jiā [yē ] (6) ǎn (7) sà pó luō fá yè ( shǔ dá nā dá xiě (9) nā mó xī jí lì duǒ yī méng ā lì [ yē ] (10) pó lú jí dì shì fú luō [léng] duò pó (11) nā mó nā luō jǐn chí (12) xī lì mó hē pó duō shā miē (13) sà pó ā tā dòu shū péng (14) ā shì yùn (15) sà pó sà duō nā mó pó jiā (16) mó fá tè dòu (17) dá zhí tā (18) ǎn ā pó lú xī (19) lú jiā dì (20) jiā luó dì (21) yí xī lì (22) mó hē pú tí sà duǒ (23) sà pó sà pó (24) mó luó mó luó (25) mó xī mó xī lì duò yùn (26) jù lú jù lú jié méng (27) dù lú dù lú fá dū yē dì (28) mó hē fá dū yē dì (29) tuó luó tuó luó (30) dì lì ní (31) shì fú luō yē (32) zhē luó zhē luó (33) mó mó fá mó luō (34) mù dì lì (35) yī xī yí xī (36) shì nā shì nā (37) ā luō shān fú luō shè lì (38) fá shā fá shān (39) fú luó shè yē (40) hū lú hū lú mó luō (41) hū lú hū lú xī lì (42) suō luō suō luō (43) xī lì xī lì (44) sū lú sū lú (45) pú tí yè pú tí yè (46) pú duò yè pú duò yè (47) mí dì lì yè (48) nā luō jǐn chí (49) de lì sè ní nā (50) bō yè mó nā (51) suō pó hē (52) xī tuó yè (53) suō pó hē (54) mó hē xī tuó yè (55) suō pó hē (56) xī tuó yù yì (57) shì pó luō yē (58) suō pó hē (59) nā luō jǐn chí (60) suō pó hē (61) mó luō nā luō (62) suō pó hē (63) xī luō sēng ā mù qū yē (64) suō pó hē (65) suō pó mó hē ā xī tuó yè (66) suō pó hē (67) zhě jí luō ā xī tuó yè (68) suō pó hē (69) bō tuó mó jié xī duō yè (70) suō pó hē (71) nā luō jǐn chí pó jiā luō [yē] (72) suō pó hē (73) mó pó lì shèng jié luō yè (74) suō pó hē (75) nā mó hē luō dá nā duō luō yè yē (76) nā mó ā lì [yē](77) pó lú jí dì (78) shuò pó luō yè (79) suō pó hē (80) ǎn xī diàn dū màn duō luō bō duò yē (81) suō pó hē (82)
Sanskrit
namo ratnatrayāya nama āryāvalokiteśvarāya bodhisattvāya svāhā
namo ratna- trayāya (1) namaḥ ārya (2) avalokiteśvarāya (3) bodhisattvāya (4) mahāsattvāya (5) mahākaruṇikāya (6) oṃ (7) sarvabhaye ( śodhanāya tasya (9) namaskṛta imu ārya (10)avalokiteśvara tava (11) namo nīlakaṇṭha (12) hṛdayaṃ vartayiṣyāmo (13) sarvātha-sādhanaṃ ṣubhaṃ (14) ajeyam (15) sarvabhūtānāṃ bhava (16) marge-viśodhakam (17) tadyathā (18) oṃ ālokādhipati (19) lokāti (20) krānta (21) ehy (22) mahā-bodhisatva (23) sarpa-sarpa (24) smara smara (25) mama hṛdayam (26) kuru kuru karma (27) dhuru dhuru vijayate (28) mahāvijayate (29) dhara dhara (30) dhāraṇī (31) rāja (32) cala cala (33) mama vimala (34) mūrtte (35) ehi ehi (36) chinda chinda (37) arṣapracali (38) viṣam viṣam (39) praṇāśaya (40) hulu hulu smara (41) hulu hulu śrī (42) sara sara (43) siri siri (44)suru suru (45) bodhiya bodhiya (46) bodhata bodhaya (47) maitriya (48) nīlakaṇṭha (49) dehi me darśanaṃ (50) praharāyamāṇāya (51) svāhā (52) siddhāya (53) svāhā (54) mahāsiddhāya (55)svāhā (56) siddhayogi (57 ) iśvarāya (58) svāhā (59) nīlakaṇṭhāya (60) svāhā (61) varāhamukhāya (62) svāhā (63) narasimhamukhāya (64) svāhā (65) gadāhastāya (66) svāhā (67) cakrahastāya (68) svāhā (69) padmahathāya (70) svāhā (71) nīlakaṇṭhapāṇḍarāya (72) svāhā (73)mahātali-śaṅkarāya (74)svāhā (75) namo ratnatrayāya (76) namaḥ ārya (77) avalokita (78) iśvarāya (79) svāhā (80) oṃ siddhyantu mantra-padāni (81) svāhā (82)
8
Sutra Mahayana / Taisho no 1093 - 不空羂索呪經 [ ārya-amoghapāśa-hṛdaya-nāma-mahāyāna-sūtra]
« on: 04 May 2018, 06:59:17 PM »
ārya-amoghapāśa-hṛdaya-nāma-mahāyāna-sūtra merupakan salah satu sutra dalam kelompok esoteris mengenai esensi dari manifestasi Ārya Avalokiteśvara dimana esensi ini mampu mengakumulasi dua puluh kualitas dan delapan kualitas tambahan lainnya. Sutra ini juga menjelaskan mengenai posadha vatra , mandala dan iconography dari amoghapāśa
Untuk membaca sutra ada di link ini http://mahayanaindonesia.blogspot.co.id/2018/04/t1093-id.html
Untuk membaca sutra ada di link ini http://mahayanaindonesia.blogspot.co.id/2018/04/t1093-id.html
9
Sutra Mahayana / Taisho no T 1071 - 十一面神呪心經 [ ārya-avalokiteśvara-ekadaśamukha-nāma-dhāraṇī ]
« on: 04 May 2018, 06:55:18 PM »
Dhāraṇī yang bernama ārya-avalokiteśvara-ekadaśamukha
ārya-avalokiteśvara-ekadaśamukha-nāma-dhāraṇī merupakan salah satu sutra yang terdapat dalam kelompok esoteris dimana Avalokitêśvara bodhisattva menguraikan kembali -dhāraṇī ekadaśamukha yang mampu mengeliminasi semua penyakit , mengeliminasi kelahiran kembali dalam ranah yang tidak menyenangkan , menghindari semua aspek yang tidak baik, mengeliminasi semua keinginan yang tidak baik dan mimpi buruk ,melindungi mereka dari kematian dini yang disebabkan oleh berbagai aspek , menundukkan semua makhluk yang memiliki aktivitas pikiran yang tidak baik , menentramkan semua pikiran yang penuh dengan penderitaan hingga berubah menjadi ketenangan dan sukacita , menyebabkan seseorang yang berniat tidak baik menjadi berbalik dan berhati lembut, mengelimininasi semua halangan dari Mara , mewujudkan semua keinginan yang baik dengan sempurna.
Dhāraṇī ini sering disalah persepsikan sebagai tibetan maha karuna dhāraṇi
Koresponden Nara Sumber Tibetan : [D 693 , Q 373 ,N 623,C 378,H 656,J 686 ,U 694] ; [D 899 , Q 524,C 529,J 817, U 901]
Untuk membaca sutra , ada di link inihttp://mahayanaindonesia.blogspot.co.id/2018/01/t1071-id.html
ārya-avalokiteśvara-ekadaśamukha-nāma-dhāraṇī merupakan salah satu sutra yang terdapat dalam kelompok esoteris dimana Avalokitêśvara bodhisattva menguraikan kembali -dhāraṇī ekadaśamukha yang mampu mengeliminasi semua penyakit , mengeliminasi kelahiran kembali dalam ranah yang tidak menyenangkan , menghindari semua aspek yang tidak baik, mengeliminasi semua keinginan yang tidak baik dan mimpi buruk ,melindungi mereka dari kematian dini yang disebabkan oleh berbagai aspek , menundukkan semua makhluk yang memiliki aktivitas pikiran yang tidak baik , menentramkan semua pikiran yang penuh dengan penderitaan hingga berubah menjadi ketenangan dan sukacita , menyebabkan seseorang yang berniat tidak baik menjadi berbalik dan berhati lembut, mengelimininasi semua halangan dari Mara , mewujudkan semua keinginan yang baik dengan sempurna.
Dhāraṇī ini sering disalah persepsikan sebagai tibetan maha karuna dhāraṇi
Koresponden Nara Sumber Tibetan : [D 693 , Q 373 ,N 623,C 378,H 656,J 686 ,U 694] ; [D 899 , Q 524,C 529,J 817, U 901]
Untuk membaca sutra , ada di link inihttp://mahayanaindonesia.blogspot.co.id/2018/01/t1071-id.html
10
Sutra Mahayana / Re: ārya-saṃdhinirmocana-nāma-mahāyāna-sūtra [ Derge [ Toh. No.] 0107 ]
« on: 11 July 2017, 08:03:06 PM »
Sembah Sujud kepada semua Buddha , Yang terlahir dari Teratai , Kyabjé Drubwang Pema Norbu Rinpoche , Zurmang Gharwang Rinpoche , dan Khenpo Nyima Ogyen Rinphoce
11
Sutra Mahayana / Re: ārya-saṃdhinirmocana-nāma-mahāyāna-sūtra [ Derge [ Toh. No.] 0107 ]
« on: 11 July 2017, 07:56:32 PM »
Bhagavan, semua makhuk hidup memunculkan kualitas kebajikan (puṇyaṃ prasavanti) melalui pengamatan mendalam (darśana) , mendengar (śravaṇa) dan memuliakan (paryupāsana) nirmānakāya . Apa keterkaitan antara nirmāṇakāya dan Tathāgata?
Mañjuśrī, , keterkaitan antara nirmānakāya dengan Tathāgata terletak pada landasan yang diperoleh (adhyālambana) melalui pengamatan mendalam , disamping itu nirmāṇakāya juga merupakan kediaman sempurna (adhiṣṭhita) dari semua Tathagata
Bhagavan, jika [Tathāgata] bebas terhadap manifestasi aktivitas dari jejak mental halus [faktor pengkondisian] (anabhisaṃskāraṃ). Mengapa kekuatan agung (māhaprabhāva) dalam tataran pengetahuan agung (mahājñānaloka) dan kekuatan pemberkatan agung untuk makhuk hidup (sattvamahāprabhāvāhiṣṭhānāt) hanya berasal dari dharmakāya walaupun refleksi dari objek mental yang telah diinterpretasi dan dirubah oleh proses koginitif terus bermanifestasi dengan tidak berstandar dalam tindakan [tidak terukur] (aprameyanirmāṇapratibimba) dan bukan berasal dari dari vimuktikāya para Śrāvaka dan Pratyekabuddha?"
Mañjuśrī, ini dapat dianalogikan dengan kristal bulan [ air] ( candrakānta) dan kristal matahari [api ] (sūryakānta) dalam [susunan] mandala bulan dan matahari (candrasūryamaṇḍala) dimana kristal bulan [ air] ( candrakānta) berfungsi untuk mendinginkan cairan ataupun sinar matahari dan kristal matahari [api ] (sūryakānta) berfungsi untuk mengakumulasi sinar matahari [ seperti kaca pembesar] untuk menyalakan api suci . Kedua kristal ini berfungsi dengan tanpa ada usaha apapun sementara kristal lain [ yang tersusun dalam mandala yang sama ] tidak berfungsi demikian. Dengan analogi ini maka kekuatan agung (māhaprabhāva) dalam tataran pengetahuan agung (mahājñānaloka) dan kekuatan pemberkatan agung untuk makhuk hidup (sattvamahāprabhāvāhiṣṭhānāt) dari dharmakāya hanya dapat dimunculkan oleh seseorang yang menguasai dengan fasih (pratisamvid) kekuatan (bala) dan dipengaruhi oleh kekuatan dari tindakan [masa lalu] dari makhluk hidup tersebut (sattvakarmavaśāt).
Disamping itu juga dapat dianalogikan dengan seorang ahli permata yang mengkilapkan permata hingga terbentuk pola struktur tertentu tetapi pola struktur ini tidak akan terbentuk apabila dilakukan oleh orang lain tidak menggunakan cara yang sama dengannya
Dengan menggunakan analogi diatas , maka kekuatan agung (māhaprabhāva) dalam tataran pengetahuan agung (mahājñānaloka) dan kekuatan pemberkatan agung untuk makhuk hidup (sattvamahāprabhāvāhiṣṭhānāt) dari dharmakāya yang telah dimapankan melalui kontemplasi dari metoda dan kebijksanaan (upāyaprajñābhāvana) dengan pengamatan mendalam terhadap ranah realitas yang tidak teruk ur (aprameyadharmadhātvālambaka) namun kedua hal ini tidak muncul dalam vimuktikaya
Bhagavan apa yang sedang Bhagavan pikirkan ketika menguraikan bahwa dalam keterkaitannya dengan kekuatan pemberkatan (adhiṣṭhānaprabhāva) dari semua Tathāgata dan Bodhisattva maka mereka terlahir dengan jasmani yang sempurna (kāyasaṃpad) di dalam keluarga ksatriya dan brahmana seperti pohon sala yang agung [ diberkahi dengan kekayaan , kemasyhuran dan daya tarik ] dalam ranah keinginan (kāmadhātu), terlahir dengan dengan jasmani yang sempurna (kāyasaṃpad) sebagai dewa dalam ranah keinginan (kāmadhātu) , dewa dalam ranah bermateri halus (rūpāvacaradeva) ataupun dewa dalam ranah tidak bermateri halus (arūypāvacaradeva) ?
Mañjuśrī, dengan kekuatan pemberkatan (adhiṣṭhānaprabhāva) dari semua Tathāgata dan Bodhisattva baik dalam mempraktekkan (saṃdhā) ataupun mengemukakan (abhiprāya) jalan (mārga) mampu membimbing seseorang untuk mencapai (pratipatti) jasmani yang sempurna (kāyasaṃpad) dan seperti pohon sala yang agung [ diberkahi dengan kekayaan , kemasyhuran dan daya tarik ] . Sehubungan dengan ini maka kami menguraikan beragam jalan kepada mereka berdasarkan kebutuhan (yathāyogam) mereka masing masing maka apabila ada seseorang yang melatih jalan ini dengan benar akan mencapai (pratipatti) jasmani yang sempurna (kāyasaṃpad) dan seperti pohon sala yang agung [ diberkahi dengan kekayaan , kemasyhuran dan daya tarik ] dan jika ada seseorang meninggalkan dan mencerca jalan ini ataupun berpersepsi dengan penuh antipati (āgāthacitta) berpersepsi dengan penuh maksud yang tidak baik (kaṭukacitta) terhadap jalan ini maka hanya akan mencapai kelompok dari kesucian palsu [yang timbul] (kāyakuhanā) pada saat akhir dari kehidupannya.
Bhagavan, dalam tataran eksistensi yang tidak murni ini (apariśuddhalokadhātu) , apa yang mudah untuk ditemukan (sulabha) dan apa yang sulit untuk ditemukan (durlabha) dan dalam tataran eksistensi yang murni (pariśuddhalokadhātu), apa yang mudah untuk ditemukan (sulabha) dan apa yang sulit untuk ditemukan (durlabha) ?
Mañjuśrī, dalam tataran eksistensi yang tidak murni ini (apariśuddhalokadhātu) ada delapan kategori (vastu) yang mudah untuk ditemukan (sulabha) dan dua kategori yang sulit untuk ditemukan(durlabha).
delapan kategori (vastu) yang mudah untuk ditemukan (sulabha) terdiri dari tīrthika, makhluk hidup yang tidak puas (duḥkhitasattva) , perbedaan silsilah ( gotra) , tindakan kejahatan (duścaritacārin) , ketidak sesuaian kode etik moralitas (vipannaśīla) , kemalangan , ( durgati) , pengetahuan mendalam yang rendah (hīnayāna), dan para Bodhisattva yang mengkontemplasi dengan usaha dan aspirasi yang rendah. (hīnāśayaprayoga bodhisattva)
dua kategori yang sulit untuk ditemukan (durlabha) terdiri dari pelaksanaan dari para Bodhisattva yang bertekad dan berusaha tinggi (āśayaprayogavoropeta bodhisattva) dan kemunculan Tathagata ( tathāgataprādurbhāva) di dunia.
Mañjuśrī, , untuk tataran eksistensi yang murni (pariśuddhalokadhātu) adalah kategori yang berlawanan dengan yang ada pada tataran eksistensi yang tidak murni ini (apariśuddhalokadhātu) dimana delapan kategori diatas adalah kategori yang sulit ditemukan dan dua kategori diatas adalah yang mudah untuk ditemukan dalam tataran eksistensi yang murni (pariśuddhalokadhātu)
Bhagavan, apa nama (nāman) dari pemutaran [roda] dharma pengungkapan makna mendalam (saṃdhinirmocana dharmapāryaya) ini ?
Mañjuśrī, , pemutaran [roda] dharma pengungkapan makna mendalam (saṃdhinirmocana dharmapāryaya) ini dinamakan sebagai pengulasan pencapaian sempurna dari Tathāgata yang bermakna definitif (tathāgatakṛtyānuṣṭhananītārthanirdeśa) , anda dapat menamakannya sebagai : uraian pencapaian sempurna dari Tathāgata .
Pada saat pencapaian sempurna dari Tathāgata yang bermakna definitif ini selesai diuraikan , tujuh puluh lima ribu Bodhisattva menguasai dengan fasih dan mencapai dharmakāya (paripūrṇadharmakāyapratisaṃvid) , kemudian Mañjuśrīḥ kumārabhūtaḥ , dan semua yang berada dalam persamuan ini termasuk para dewa , manusia , āsura, garuda dan gandharva memuji doktrin dari Bhavagan.
Parivarta kesepuluh guṇasaṃbhāraviniścaya telah diuraikan dengan lengkap
ārya-saṃdhinirmocana-nāma-mahāyāna-sūtra telah diuraikan dengan lengkap
Mañjuśrī, , keterkaitan antara nirmānakāya dengan Tathāgata terletak pada landasan yang diperoleh (adhyālambana) melalui pengamatan mendalam , disamping itu nirmāṇakāya juga merupakan kediaman sempurna (adhiṣṭhita) dari semua Tathagata
Bhagavan, jika [Tathāgata] bebas terhadap manifestasi aktivitas dari jejak mental halus [faktor pengkondisian] (anabhisaṃskāraṃ). Mengapa kekuatan agung (māhaprabhāva) dalam tataran pengetahuan agung (mahājñānaloka) dan kekuatan pemberkatan agung untuk makhuk hidup (sattvamahāprabhāvāhiṣṭhānāt) hanya berasal dari dharmakāya walaupun refleksi dari objek mental yang telah diinterpretasi dan dirubah oleh proses koginitif terus bermanifestasi dengan tidak berstandar dalam tindakan [tidak terukur] (aprameyanirmāṇapratibimba) dan bukan berasal dari dari vimuktikāya para Śrāvaka dan Pratyekabuddha?"
Mañjuśrī, ini dapat dianalogikan dengan kristal bulan [ air] ( candrakānta) dan kristal matahari [api ] (sūryakānta) dalam [susunan] mandala bulan dan matahari (candrasūryamaṇḍala) dimana kristal bulan [ air] ( candrakānta) berfungsi untuk mendinginkan cairan ataupun sinar matahari dan kristal matahari [api ] (sūryakānta) berfungsi untuk mengakumulasi sinar matahari [ seperti kaca pembesar] untuk menyalakan api suci . Kedua kristal ini berfungsi dengan tanpa ada usaha apapun sementara kristal lain [ yang tersusun dalam mandala yang sama ] tidak berfungsi demikian. Dengan analogi ini maka kekuatan agung (māhaprabhāva) dalam tataran pengetahuan agung (mahājñānaloka) dan kekuatan pemberkatan agung untuk makhuk hidup (sattvamahāprabhāvāhiṣṭhānāt) dari dharmakāya hanya dapat dimunculkan oleh seseorang yang menguasai dengan fasih (pratisamvid) kekuatan (bala) dan dipengaruhi oleh kekuatan dari tindakan [masa lalu] dari makhluk hidup tersebut (sattvakarmavaśāt).
Disamping itu juga dapat dianalogikan dengan seorang ahli permata yang mengkilapkan permata hingga terbentuk pola struktur tertentu tetapi pola struktur ini tidak akan terbentuk apabila dilakukan oleh orang lain tidak menggunakan cara yang sama dengannya
Dengan menggunakan analogi diatas , maka kekuatan agung (māhaprabhāva) dalam tataran pengetahuan agung (mahājñānaloka) dan kekuatan pemberkatan agung untuk makhuk hidup (sattvamahāprabhāvāhiṣṭhānāt) dari dharmakāya yang telah dimapankan melalui kontemplasi dari metoda dan kebijksanaan (upāyaprajñābhāvana) dengan pengamatan mendalam terhadap ranah realitas yang tidak teruk ur (aprameyadharmadhātvālambaka) namun kedua hal ini tidak muncul dalam vimuktikaya
Bhagavan apa yang sedang Bhagavan pikirkan ketika menguraikan bahwa dalam keterkaitannya dengan kekuatan pemberkatan (adhiṣṭhānaprabhāva) dari semua Tathāgata dan Bodhisattva maka mereka terlahir dengan jasmani yang sempurna (kāyasaṃpad) di dalam keluarga ksatriya dan brahmana seperti pohon sala yang agung [ diberkahi dengan kekayaan , kemasyhuran dan daya tarik ] dalam ranah keinginan (kāmadhātu), terlahir dengan dengan jasmani yang sempurna (kāyasaṃpad) sebagai dewa dalam ranah keinginan (kāmadhātu) , dewa dalam ranah bermateri halus (rūpāvacaradeva) ataupun dewa dalam ranah tidak bermateri halus (arūypāvacaradeva) ?
Mañjuśrī, dengan kekuatan pemberkatan (adhiṣṭhānaprabhāva) dari semua Tathāgata dan Bodhisattva baik dalam mempraktekkan (saṃdhā) ataupun mengemukakan (abhiprāya) jalan (mārga) mampu membimbing seseorang untuk mencapai (pratipatti) jasmani yang sempurna (kāyasaṃpad) dan seperti pohon sala yang agung [ diberkahi dengan kekayaan , kemasyhuran dan daya tarik ] . Sehubungan dengan ini maka kami menguraikan beragam jalan kepada mereka berdasarkan kebutuhan (yathāyogam) mereka masing masing maka apabila ada seseorang yang melatih jalan ini dengan benar akan mencapai (pratipatti) jasmani yang sempurna (kāyasaṃpad) dan seperti pohon sala yang agung [ diberkahi dengan kekayaan , kemasyhuran dan daya tarik ] dan jika ada seseorang meninggalkan dan mencerca jalan ini ataupun berpersepsi dengan penuh antipati (āgāthacitta) berpersepsi dengan penuh maksud yang tidak baik (kaṭukacitta) terhadap jalan ini maka hanya akan mencapai kelompok dari kesucian palsu [yang timbul] (kāyakuhanā) pada saat akhir dari kehidupannya.
Bhagavan, dalam tataran eksistensi yang tidak murni ini (apariśuddhalokadhātu) , apa yang mudah untuk ditemukan (sulabha) dan apa yang sulit untuk ditemukan (durlabha) dan dalam tataran eksistensi yang murni (pariśuddhalokadhātu), apa yang mudah untuk ditemukan (sulabha) dan apa yang sulit untuk ditemukan (durlabha) ?
Mañjuśrī, dalam tataran eksistensi yang tidak murni ini (apariśuddhalokadhātu) ada delapan kategori (vastu) yang mudah untuk ditemukan (sulabha) dan dua kategori yang sulit untuk ditemukan(durlabha).
delapan kategori (vastu) yang mudah untuk ditemukan (sulabha) terdiri dari tīrthika, makhluk hidup yang tidak puas (duḥkhitasattva) , perbedaan silsilah ( gotra) , tindakan kejahatan (duścaritacārin) , ketidak sesuaian kode etik moralitas (vipannaśīla) , kemalangan , ( durgati) , pengetahuan mendalam yang rendah (hīnayāna), dan para Bodhisattva yang mengkontemplasi dengan usaha dan aspirasi yang rendah. (hīnāśayaprayoga bodhisattva)
dua kategori yang sulit untuk ditemukan (durlabha) terdiri dari pelaksanaan dari para Bodhisattva yang bertekad dan berusaha tinggi (āśayaprayogavoropeta bodhisattva) dan kemunculan Tathagata ( tathāgataprādurbhāva) di dunia.
Mañjuśrī, , untuk tataran eksistensi yang murni (pariśuddhalokadhātu) adalah kategori yang berlawanan dengan yang ada pada tataran eksistensi yang tidak murni ini (apariśuddhalokadhātu) dimana delapan kategori diatas adalah kategori yang sulit ditemukan dan dua kategori diatas adalah yang mudah untuk ditemukan dalam tataran eksistensi yang murni (pariśuddhalokadhātu)
Bhagavan, apa nama (nāman) dari pemutaran [roda] dharma pengungkapan makna mendalam (saṃdhinirmocana dharmapāryaya) ini ?
Mañjuśrī, , pemutaran [roda] dharma pengungkapan makna mendalam (saṃdhinirmocana dharmapāryaya) ini dinamakan sebagai pengulasan pencapaian sempurna dari Tathāgata yang bermakna definitif (tathāgatakṛtyānuṣṭhananītārthanirdeśa) , anda dapat menamakannya sebagai : uraian pencapaian sempurna dari Tathāgata .
Pada saat pencapaian sempurna dari Tathāgata yang bermakna definitif ini selesai diuraikan , tujuh puluh lima ribu Bodhisattva menguasai dengan fasih dan mencapai dharmakāya (paripūrṇadharmakāyapratisaṃvid) , kemudian Mañjuśrīḥ kumārabhūtaḥ , dan semua yang berada dalam persamuan ini termasuk para dewa , manusia , āsura, garuda dan gandharva memuji doktrin dari Bhavagan.
Parivarta kesepuluh guṇasaṃbhāraviniścaya telah diuraikan dengan lengkap
ārya-saṃdhinirmocana-nāma-mahāyāna-sūtra telah diuraikan dengan lengkap
12
Sutra Mahayana / Re: ārya-saṃdhinirmocana-nāma-mahāyāna-sūtra [ Derge [ Toh. No.] 0107 ]
« on: 11 July 2017, 07:54:32 PM »
Kemudian Bodhisattva Mañjuśrī, menyapa Bhagavan dan berkata
Bhagavan, mohon uraikan makna dari esensi (dhāraṇyartha) secara komprehensif (abhisaṃdhi) dimana Bodhisattva mampu mengakses (anuparviś) doktrin mendalam (gambhīradharma) yang telah diuraikan oleh Tathagata seutuhnya (kārtsnya) dan juga mohon uraikan semua makna essential dari sūtra,vinaya, dan mātṛkā dari Bodhisattva dengan argumen logis yang lebih spesifik (asādhāraṇa) bila dibandingkan dengan uraian diluar dari doktrin
Mañjuśrī, dengarkan dengan baik dan saya akan menguraikan kepada anda mengenai semua makna essential (dhāraṇyartha) dimana Bodhisattva mampu mengakses (anuparviś) doktrin mendalam (gambhīradharma) yang telah saya diuraikan .
Mañjuśrī, ,semua fenomena dari kondisi mental yang tidak berguna ( sāṃkleśikadharma) dan fenomena murni (vaiyavadānika dharma) tidak bergeming [ bergerak] (āniñjya) dan tanpa eksistensi individual (niḥpudgala) . Oleh sebab itu saya menguraikan bahwa semua fenonema tanpa aktivitas (kriyārahita) dalm semua aspek (sarvathā) atau dengan perkataan lain , ini bukan kasus dimana fenomena dari kondisi mental yang tidak berguna sebelumnya adalah kondisi mental yang tidak berguna yang harus dimurnikan secara bertahap ataupun fenomena murni telah dimurnikan secara bertahap dan merupakan kondisi mental yang tidak berguna sebelumnya.
Mañjuśrī, orang awam yang belum matang [dalam spiritual] (bālapṛthagjana) bersandar pada pandangan yang terpengaruh oleh kemelekatan yang berlebihan terhadap fenomena dan eksistensi individual (dharmapudgalābhiniveśānuśayadṛṣṭir niśritya) yang didominasi oleh kelompok kecenderungan kekeliruan mental yang tidak beraturan (dauṣṭhulyakāya) dan mempersepsi aku dan milikku (ātmātmīyagrāha). Oleh sebab itu mereka berpandangan keliru dengan mengatakan bahwa Aku mendengar , Aku mendengar,'Aku mengalami,'Aku menyentuh,' ' Aku mengetahui , 'Aku makan,' 'Aku bertindak,'' Aku merasa tidak terpuaskan, dan'Aku telah dimurnikan '.
Mereka yang memahami realitas sebagaimana apa adanya (yathābhūtaṃ prajānanti) , akan meninggalkan sepenuhnya (prajahati) kelompok kecenderungan kekeliruan mental yang tidak beraturan (dauṣṭhulyakāya) dan [ meninggalkan ] jejak mental halus [faktor pengkondisian] yang tetap (mityābhisaṃskāra) sehingga mencapai kemurnian dengan sempurna (suviśuddha) [yang bebas dari ] kondisi mental yang tidak berguna (kleśa) bebas dari kekeliruan konseptual (aprapañca) bebas dari aktivitas (asaṃkṛta) dan bebas dari semua landasan aktivitas (anabhissaṃkṛtyakāya) . Mañjuśrī, Demikianlah uraian mengenai makna dari esensi.
Kemudian Bhagavan melantunkan gatha untuk mempertegas uraian ini.
fenomena dari kondisi mental yang tidak berguna dan fenomena murni , keduanya tidak bergeming [bergerak] (āniñjya) dan tanpa eksistensi individual (niḥpudgala) . Saya menguraikannya sebagai tanpa aktivitas , murni ataupun kondisi mental yang tidak berguna baik yang telah berlalu ataupun yang akan datang . Dengan bersandar pada pandangan yang terpengaruh oleh kemelekatan yang berlebihan terhadap fenomena dan eksistensi individual (dharmapudgalābhiniveśānuśayadṛṣṭir niśritya) yang didominasi oleh kelompok kecenderungan kekeliruan mental yang tidak beraturan (dauṣṭhulyakāya) dan mempersepsi aku dan milikku (ātmātmīyagrāha). mereka berpandangan keliru dengan mengatakan bahwa "Aku melihat", "Aku makan", "Aku bertindak ", "Aku merasa tidak terpuaskan dan Aku termurnikan".
Dengan memahami realitas diatas , akan meninggalkan sepenuhnya kelompok kecenderungan kekeliruan mental yang tidak beraturan (dauṣṭhulyakāya) dan [meninggalkan ] jejak mental halus [faktor pengkondisian] yang tetap (mityābhisaṃskāra) sehingga mencapai kemurnian dengan sempurna (suviśuddha) [yang bebas dari ] kondisi mental yang tidak berguna (kleśa) bebas dari kekeliruan konseptual (aprapañca) bebas dari aktivitas (asaṃkṛta) dan bebas dari semua landasan aktivitas (anabhisaṃkṛtyakāya) .
Kemudian Mañjuśrī menyapa Bhagavan dan berkata: "Bhagavan, bagaimana kita memahami karakteristik kemunculan kesadaran (cittotpādalakṣaṇa) dari Tathāgata ?
Mañjuśrī , Tathāgata tidak dipersepsikan sebagai yang dimanifestasikan (prabhāvita) dari citta , manas ataupun vijñāna , sebaliknya anda harus memahami bahwa karakteristik kemunculan kesadaran (cittotpādalakṣaṇa) dari Tathāgata itu bebas dari semua manifestasi aktivitas dari jejak mental halus [faktor pengkondisian] (anabhisaṃskāraṃ) yang dianalogikan sebagai transformasi [ dari esensi] (nirmāṇa)
Bhagavan, jika dharmakāya dari semua Tathāgata itu bebas dari semua manifestasi aktivitas dari jejak mental halus [faktor pengkondisian] (anabhisaṃskāraṃ) , bagaimana dapat memunculkan jejak mental halus [faktor pengkondisian] (abhisaṃskāra) dari Tathāgata sementara dharmakāya dari semua Tathāgata itu bebas dari semua manifestasi aktivitas dari jejak mental halus [faktor pengkondisian] (anabhisaṃskāraṃ) ?
Mañjuśrī , ini berkaitan dengan manifestasi aktivitas dari jejak mental halus [faktor pengkondisian] (anabhisaṃskāraṃ) dalam kontemplasi metoda (upaya) dan kebijaksanaan (prajñā) . dharmakāya itu bebas dari kekeliruan konseptual (aprapañca), dan bebas dari manifestasi aktivitas dari jejak mental halus [faktor pengkondisian] (anabhisaṃskāraṃ) dan juga merupakan hasil pencapaian dengan jangka waktu yang tidak terukur dari Bodhisattva dalam mengkontemplasi semua metoda dan kebijaksaan. Dalam keterkaitannya dengan keagungan usaha di masa sebelumnya maka kesadaran dimunculkan tanpa usaha pada masa ini.
Ini dapat diilustrasikan dengan kondisi tertidur tanpa kesadaran (acittaka apasvāpana) dimana tidak ada manifestasi aktivitas dari jejak mental halus [faktor pengkondisian] (anabhisaṃskāraṃ) untuk keadaan tersadarkan tetapi karena daya dari manifestasi aktivitas dari jejak mental halus [faktor pengkondisian] yang terdahulu (pūrvābhisaṃskāravaśāt) maka seseorang akan tersadarkan [dari kondisi tertidur] (prabodha) ataupun pencapaian meditatif dalam penghentian (nirodhasāmapatti) dimana juga tidak ada manifestasi aktivitas dari jejak mental halus [faktor pengkondisian] (anabhisaṃskāraṃ) untuk kemunculan dari pencapaian meditatif (sāmapatti ) tetapi karena tetapi karena daya dari manifestasi aktivitas dari jejak mental halus [faktor pengkondisian] yang terdahulu (pūrvābhisaṃskāravaśāt) maka akan memasuki pencapaian meditatif (sāmapatti ) . Sebagaimana kesadaran yang timbul dalam kondisi tertidur tanpa kesadaran ataupun kondisi pencapaian meditatiif dalam penghentian. Demikian juga jejak mental halus [faktor pengkondisian] dari Tathagata itu muncul dari kontemplasi metoda (upaya) dan kebijaksanaan (prajñā) yang terdahulu.
Bhagavan, apakah nirmānakāya dari Tathāgata termasuk sebagai kesadaran (sacittaka) atau bukan kesadaran (acittaka) ?
Mañjuśrī, nirmānakāya dari Tathāgata dapat dideskripsikan sebagai kesadaran ataupun sebagai bukan kesadaran karena nirmānakāya dari Tathāgata tidak terjalin dengan sendirinya (svatantra) melainkan tergantung pada kondisi lainnya
Bhagavan , apakah ada perbedaan antara ruang lingkup (gocara) dan tataran aktivitas (viṣaya) dari Tathāgata?
Mañjuśrī, ruang lingkup (gocara) dari Tathāgata mengacu pada kemurnian (pariśuddha) dari bidang aktivitas yang telah tergugahkan (buddhakṣetra )dengan hiasan yang tidak berstandar dalam tindakan [tidak terukur ] (apramāṇālaṃkāra) dimana merupakan akumulasi dari kualitas unggul yang tidak terbayangkan (acintyaguṇa) dan juga merupakan landasan dari semua Tathāgata (sarvatathāgatasādhāraṇa) sedangkan tataran aktivitas (viṣaya) dari Tathāgata mengacu pada: makhluk hidup tataran makhluk hidup (sattvadhātu) tataran eksistensi keduniawian (lokadhātu) tataran realitas (dharmadhātu) , tataran kode etik moralitas (vinayadhātu) dan tataran metoda dalam kode etik moralitas (vinayopāyadhātu) .
Bhagavan,apa karakteristik dari penggugahan sempurna (abhisaṃbodhi) , pemutaran roda dharma(dharmacakrapravartana) dan pencapaian kesempurnaan melampaui ketidak puasan (mahāparinirvāṇa) dari Tathāgata ?
Mañjuśrī, , ketiga ini [karakteristik dari penggugahan sempurna (abhisaṃbodhi) , pemutaran roda dharma(dharmacakrapravartana) dan pencapaian kesempurnaan melampaui ketidak puasan (mahāparinirvāṇa) dari Tathāgata ] berkarakteristik bukan dualisme (advayalakṣaṇa) atau dengan perkataan lain : bukan mencapai penggugahan sempurna ataupun tidak mencapai penggugahan sempurna. , bukan memutar roda dharma ataupun tidak memutar roda dharma . bukan mencapai kesempurnaan melampaui ketidak puasan ataupun tidak mencapai kesempurnaan melampaui ketidak puasan karena disebabkan oleh kemurnian (suviśuddha) dari dharmakāya dan nirmāṇakāya selalu bermanifestasi [terungkap ] (adarśita)
Bhagavan, mohon uraikan makna dari esensi (dhāraṇyartha) secara komprehensif (abhisaṃdhi) dimana Bodhisattva mampu mengakses (anuparviś) doktrin mendalam (gambhīradharma) yang telah diuraikan oleh Tathagata seutuhnya (kārtsnya) dan juga mohon uraikan semua makna essential dari sūtra,vinaya, dan mātṛkā dari Bodhisattva dengan argumen logis yang lebih spesifik (asādhāraṇa) bila dibandingkan dengan uraian diluar dari doktrin
Mañjuśrī, dengarkan dengan baik dan saya akan menguraikan kepada anda mengenai semua makna essential (dhāraṇyartha) dimana Bodhisattva mampu mengakses (anuparviś) doktrin mendalam (gambhīradharma) yang telah saya diuraikan .
Mañjuśrī, ,semua fenomena dari kondisi mental yang tidak berguna ( sāṃkleśikadharma) dan fenomena murni (vaiyavadānika dharma) tidak bergeming [ bergerak] (āniñjya) dan tanpa eksistensi individual (niḥpudgala) . Oleh sebab itu saya menguraikan bahwa semua fenonema tanpa aktivitas (kriyārahita) dalm semua aspek (sarvathā) atau dengan perkataan lain , ini bukan kasus dimana fenomena dari kondisi mental yang tidak berguna sebelumnya adalah kondisi mental yang tidak berguna yang harus dimurnikan secara bertahap ataupun fenomena murni telah dimurnikan secara bertahap dan merupakan kondisi mental yang tidak berguna sebelumnya.
Mañjuśrī, orang awam yang belum matang [dalam spiritual] (bālapṛthagjana) bersandar pada pandangan yang terpengaruh oleh kemelekatan yang berlebihan terhadap fenomena dan eksistensi individual (dharmapudgalābhiniveśānuśayadṛṣṭir niśritya) yang didominasi oleh kelompok kecenderungan kekeliruan mental yang tidak beraturan (dauṣṭhulyakāya) dan mempersepsi aku dan milikku (ātmātmīyagrāha). Oleh sebab itu mereka berpandangan keliru dengan mengatakan bahwa Aku mendengar , Aku mendengar,'Aku mengalami,'Aku menyentuh,' ' Aku mengetahui , 'Aku makan,' 'Aku bertindak,'' Aku merasa tidak terpuaskan, dan'Aku telah dimurnikan '.
Mereka yang memahami realitas sebagaimana apa adanya (yathābhūtaṃ prajānanti) , akan meninggalkan sepenuhnya (prajahati) kelompok kecenderungan kekeliruan mental yang tidak beraturan (dauṣṭhulyakāya) dan [ meninggalkan ] jejak mental halus [faktor pengkondisian] yang tetap (mityābhisaṃskāra) sehingga mencapai kemurnian dengan sempurna (suviśuddha) [yang bebas dari ] kondisi mental yang tidak berguna (kleśa) bebas dari kekeliruan konseptual (aprapañca) bebas dari aktivitas (asaṃkṛta) dan bebas dari semua landasan aktivitas (anabhissaṃkṛtyakāya) . Mañjuśrī, Demikianlah uraian mengenai makna dari esensi.
Kemudian Bhagavan melantunkan gatha untuk mempertegas uraian ini.
fenomena dari kondisi mental yang tidak berguna dan fenomena murni , keduanya tidak bergeming [bergerak] (āniñjya) dan tanpa eksistensi individual (niḥpudgala) . Saya menguraikannya sebagai tanpa aktivitas , murni ataupun kondisi mental yang tidak berguna baik yang telah berlalu ataupun yang akan datang . Dengan bersandar pada pandangan yang terpengaruh oleh kemelekatan yang berlebihan terhadap fenomena dan eksistensi individual (dharmapudgalābhiniveśānuśayadṛṣṭir niśritya) yang didominasi oleh kelompok kecenderungan kekeliruan mental yang tidak beraturan (dauṣṭhulyakāya) dan mempersepsi aku dan milikku (ātmātmīyagrāha). mereka berpandangan keliru dengan mengatakan bahwa "Aku melihat", "Aku makan", "Aku bertindak ", "Aku merasa tidak terpuaskan dan Aku termurnikan".
Dengan memahami realitas diatas , akan meninggalkan sepenuhnya kelompok kecenderungan kekeliruan mental yang tidak beraturan (dauṣṭhulyakāya) dan [meninggalkan ] jejak mental halus [faktor pengkondisian] yang tetap (mityābhisaṃskāra) sehingga mencapai kemurnian dengan sempurna (suviśuddha) [yang bebas dari ] kondisi mental yang tidak berguna (kleśa) bebas dari kekeliruan konseptual (aprapañca) bebas dari aktivitas (asaṃkṛta) dan bebas dari semua landasan aktivitas (anabhisaṃkṛtyakāya) .
Kemudian Mañjuśrī menyapa Bhagavan dan berkata: "Bhagavan, bagaimana kita memahami karakteristik kemunculan kesadaran (cittotpādalakṣaṇa) dari Tathāgata ?
Mañjuśrī , Tathāgata tidak dipersepsikan sebagai yang dimanifestasikan (prabhāvita) dari citta , manas ataupun vijñāna , sebaliknya anda harus memahami bahwa karakteristik kemunculan kesadaran (cittotpādalakṣaṇa) dari Tathāgata itu bebas dari semua manifestasi aktivitas dari jejak mental halus [faktor pengkondisian] (anabhisaṃskāraṃ) yang dianalogikan sebagai transformasi [ dari esensi] (nirmāṇa)
Bhagavan, jika dharmakāya dari semua Tathāgata itu bebas dari semua manifestasi aktivitas dari jejak mental halus [faktor pengkondisian] (anabhisaṃskāraṃ) , bagaimana dapat memunculkan jejak mental halus [faktor pengkondisian] (abhisaṃskāra) dari Tathāgata sementara dharmakāya dari semua Tathāgata itu bebas dari semua manifestasi aktivitas dari jejak mental halus [faktor pengkondisian] (anabhisaṃskāraṃ) ?
Mañjuśrī , ini berkaitan dengan manifestasi aktivitas dari jejak mental halus [faktor pengkondisian] (anabhisaṃskāraṃ) dalam kontemplasi metoda (upaya) dan kebijaksanaan (prajñā) . dharmakāya itu bebas dari kekeliruan konseptual (aprapañca), dan bebas dari manifestasi aktivitas dari jejak mental halus [faktor pengkondisian] (anabhisaṃskāraṃ) dan juga merupakan hasil pencapaian dengan jangka waktu yang tidak terukur dari Bodhisattva dalam mengkontemplasi semua metoda dan kebijaksaan. Dalam keterkaitannya dengan keagungan usaha di masa sebelumnya maka kesadaran dimunculkan tanpa usaha pada masa ini.
Ini dapat diilustrasikan dengan kondisi tertidur tanpa kesadaran (acittaka apasvāpana) dimana tidak ada manifestasi aktivitas dari jejak mental halus [faktor pengkondisian] (anabhisaṃskāraṃ) untuk keadaan tersadarkan tetapi karena daya dari manifestasi aktivitas dari jejak mental halus [faktor pengkondisian] yang terdahulu (pūrvābhisaṃskāravaśāt) maka seseorang akan tersadarkan [dari kondisi tertidur] (prabodha) ataupun pencapaian meditatif dalam penghentian (nirodhasāmapatti) dimana juga tidak ada manifestasi aktivitas dari jejak mental halus [faktor pengkondisian] (anabhisaṃskāraṃ) untuk kemunculan dari pencapaian meditatif (sāmapatti ) tetapi karena tetapi karena daya dari manifestasi aktivitas dari jejak mental halus [faktor pengkondisian] yang terdahulu (pūrvābhisaṃskāravaśāt) maka akan memasuki pencapaian meditatif (sāmapatti ) . Sebagaimana kesadaran yang timbul dalam kondisi tertidur tanpa kesadaran ataupun kondisi pencapaian meditatiif dalam penghentian. Demikian juga jejak mental halus [faktor pengkondisian] dari Tathagata itu muncul dari kontemplasi metoda (upaya) dan kebijaksanaan (prajñā) yang terdahulu.
Bhagavan, apakah nirmānakāya dari Tathāgata termasuk sebagai kesadaran (sacittaka) atau bukan kesadaran (acittaka) ?
Mañjuśrī, nirmānakāya dari Tathāgata dapat dideskripsikan sebagai kesadaran ataupun sebagai bukan kesadaran karena nirmānakāya dari Tathāgata tidak terjalin dengan sendirinya (svatantra) melainkan tergantung pada kondisi lainnya
Bhagavan , apakah ada perbedaan antara ruang lingkup (gocara) dan tataran aktivitas (viṣaya) dari Tathāgata?
Mañjuśrī, ruang lingkup (gocara) dari Tathāgata mengacu pada kemurnian (pariśuddha) dari bidang aktivitas yang telah tergugahkan (buddhakṣetra )dengan hiasan yang tidak berstandar dalam tindakan [tidak terukur ] (apramāṇālaṃkāra) dimana merupakan akumulasi dari kualitas unggul yang tidak terbayangkan (acintyaguṇa) dan juga merupakan landasan dari semua Tathāgata (sarvatathāgatasādhāraṇa) sedangkan tataran aktivitas (viṣaya) dari Tathāgata mengacu pada: makhluk hidup tataran makhluk hidup (sattvadhātu) tataran eksistensi keduniawian (lokadhātu) tataran realitas (dharmadhātu) , tataran kode etik moralitas (vinayadhātu) dan tataran metoda dalam kode etik moralitas (vinayopāyadhātu) .
Bhagavan,apa karakteristik dari penggugahan sempurna (abhisaṃbodhi) , pemutaran roda dharma(dharmacakrapravartana) dan pencapaian kesempurnaan melampaui ketidak puasan (mahāparinirvāṇa) dari Tathāgata ?
Mañjuśrī, , ketiga ini [karakteristik dari penggugahan sempurna (abhisaṃbodhi) , pemutaran roda dharma(dharmacakrapravartana) dan pencapaian kesempurnaan melampaui ketidak puasan (mahāparinirvāṇa) dari Tathāgata ] berkarakteristik bukan dualisme (advayalakṣaṇa) atau dengan perkataan lain : bukan mencapai penggugahan sempurna ataupun tidak mencapai penggugahan sempurna. , bukan memutar roda dharma ataupun tidak memutar roda dharma . bukan mencapai kesempurnaan melampaui ketidak puasan ataupun tidak mencapai kesempurnaan melampaui ketidak puasan karena disebabkan oleh kemurnian (suviśuddha) dari dharmakāya dan nirmāṇakāya selalu bermanifestasi [terungkap ] (adarśita)
13
Sutra Mahayana / Re: ārya-saṃdhinirmocana-nāma-mahāyāna-sūtra [ Derge [ Toh. No.] 0107 ]
« on: 11 July 2017, 07:53:26 PM »
Dengan demikian ,maka logika berdasarkan yang dimapankan oleh bukti (upapattisādhana yukti) yang akan dibuktikan (pramāṇa) menjadi murni ( parisuddha) dan karena murni maka dapat menjadi sandaran .
Bhagavan, melalui berapa aspek karakteristik dari yang mengetahui semua (sarvajña) dapat dipahami ?
Mañjuśrī, karakteristik dari yang mengetahui semua (sarvajña) dapat dipahami melalui lima aspek sebagai berikut
1. yang mengetahui semua (sarvajña) muncul dengan suara (śabda) yang mengumandangkan semua pengetahuan (sarvajñatva) yang didengar oleh semua dunia
2. yang mengetahui semua(sarvajña) dikenal (vikhyāta) dari tiga puluh dua tanda manusia agung (dvātriṃśanmahāpuruṣalakṣaṇa)
3. yang mengetahui semua (sarvajña) dikenal (vikhyāta) dari sepuluh kekuatan (bala) dalam menghilangkan semua keraguan (vicikitsā) dari makhluk hidup .
4. yang mengetahui semua (sarvajña) dikenal (vikhyāta) melalui empat ketidaktakutan (vaiśāradya) dalam menguraikan doktrin yang tidak dapat dibantah oleh siapapun
5. yang mengetahui semua (sarvajña) dikenal (vikhyāta) melalui penguraian doktrin dan kode etik dari moralitas (dharmavinaya) dalam membimbing pengikutnya melalui empat jalan (mārga) dan delapan jalan mulia (āryāṣṭāngamārga)
Mañjuśrī, [ divisi dari logika berdasarkan yang dimapankan oleh bukti (upapattisādhana yukti ) yang murni (pariśuddha) melalui lima karakteristik yang mengetahui semua (sarvajña laksana dibuktikan (pramāṇa) dari validasi [dibuktikan] berdasarkan persepsi ( pratyakṣapramāṇa) validasi [dibuktikan] berdasarkan kesimpulan (anumānapramāṇa) , validasi [dibuktikan] berdasarkan otorisasi dari dogma (āptāgamapramāṇa).
Mañjuśrī, tujuh karakteristik yang tidak murni dari [divisi dari logika berdasarkan yang dimapankan oleh bukti(upapattisādhana yukti) terdiri dari
1. karakteristik dari persepsi yang bersifat sama selain dari [objek yang hendak dibuktikan ] (tadanyasārūpyopa labdhilakṣaṇa)
2. karakteristik dari persepsi yang bersifat tidak sama selain dari [objek yang hendak dibuktikan] (tadanyavairūpyopa labdhilakṣaṇa )
3. karakteristik dari persepsi yang bersifat sama terhadap semua [objek] (sarvasārūpyopalabdhilakṣaṇa)
4. karakteristik dari persepsi yang bersifat tidak sama terhadap semua [objek] (sarvavairūpyopalabdhilakṣaṇa)
5. Karakteristik dari alokasi berbagai analagi yang tidak sama (anyajātīyadṛṣṭāntopasaṃhāralakṣaṇa)
6. Karakteristik dari ketidakmapanan dengan sempurna (apariniṣpannalakṣaṇa)
7. Karakteristik dari instruksi [uraian] yang tidak murni (asuviśuddhāgamopadeśalakṣaṇa)
Mañjuśrī, diantara semua logika berdasarkan yang dimapankan oleh bukti (upapattisādhana yukti) yang tidak murni (apariśuddha) , karakteristik dari persepsi yang bersifat sama terhadap semua [objek] (sarvasārūpyopalabdhilakṣaṇa) [ yang dianalogikan melalui persepsi yang bersifat sama] adalah semua objek yang dipersepsi oleh manovijnana.
Karakteristik dari persepsi yang bersifat yang tidak sama dalam semua [objek] (sarvavairūpyopalabdhilakṣaṇa) [terdiri dari] kepastian bahwa [semua objek] adalah berkarakteristik saling tidak sama sebagai logika (yukti) yakni [memiliki] satu karakteristik yang tidak sama terhadap karakteristik yang tidak sama yang berkaitan dengan tanda (liṇga), instinsitik (svabhāva), tindakan (karman), kualitas (dharma), dan sebab akibat (hetuphala).
Mañjuśrī, diantara semua logika berdasarkan yang dimapankan oleh bukti (upapattisādhana yukti) yang tidak murni (apariśuddha) karakteristik dari persepsi yang bersifat sama terhadap semua [objek] (sarvasārūpyopalabdhilakṣaṇa) eksis dalam karakteristik dari persepsi yang bersifat sama selain dari [objek yang hendak dibuktikan ] (tadanyasārūpyopa labdhilakṣaṇa) dibantu dengan analogi. Oleh sebab itu , karakteristik dari persepsi yang bersifat sama selain dari [objek yang hendak dibuktikan ] (tadanyasārūpyopa labdhilakṣaṇa) adalah tidak mapan (anaikāntika) jika dikaitkan dengan objek yang hendak dibuktikan. Berdasarkan ini maka Karakteristik dari instruksi [uraian] yang tidak murni (asuviśuddhāgamopadeśalakṣaṇa) dinamakan sebagai Karakteristik dari ketidakmapanan dengan sempurna (apariniṣpannalakṣaṇa)
Demikian juga , karakteristik dari persepsi yang bersifat sama terhadap semua [objek] (sarvasārūpyopalabdhilakṣaṇa) eksis dalam karakteristik karakteristik dari persepsi yang bersifat tidak sama terhadap semua [objek] (sarvavairūpyopalabdhilakṣaṇa) dibantu dengan analogi. Oleh sebab itu , karakteristik dari persepsi yang bersifat sama terhadap semua [objek] (sarvasārūpyopalabdhilakṣaṇa) adalah tidak mapan (anaikāntika) jika dikaitkan dengan objek yang hendak dibuktikan. Berdasarkan ini maka Karakteristik dari instruksi [uraian] yang tidak murni (asuviśuddhāgamopadeśalakṣaṇa) dinamakan sebagai karakteristik dari ketidakmapanan dengan sempurna (apariniṣpannalakṣaṇa)
Mañjuśrī, karena tidakmapan dengan sempurna (apariniṣpanna) maka penyelidikan melalui [ ketujuh ] logika berdasarkan yang dimapankan oleh bukti(upapattisādhana yukti) ini tidak murni dan karena tidak murni maka penyelidikan melalui [ketujuh] logika berdasarkan yang dimapankan oleh bukti(upapattisādhana yukti) tidak diuraikan dengan mendalam.
Mañjuśrī, diantara semua logika berdasarkan yang dimapankan oleh bukti(upapattisādhana yukti) yang tidak murni ini , Karakteristik dari instruksi [uraian] yang tidak murni (asuviśuddhāgamopadeśalakṣaṇa) harus dipahami sebagai ketidakmurnian dari instrinsitiknya sendiri (svabhāva).
[keempat] logika [ berdasarkan batasan ] dari realitas [ itu sendiri ] (dharmatā yukti ) bersubjek pada kekonstanan dan kestabilan dari fenomena dalam [ batasan ] dari realitas [ itu sendiri ] baik Tathāgata muncul ataupun Tathāgata tidak muncul
[ kedelapan] Kondensasi dan elaborasi (samgrahapṛthaktva) mengacu pada rangkuman ( samāsatas) dari satu susunan kata terhadap doktrin yang diuraikan (ekapadadeśitadharma) , kemudian dengan cermat membedakan doktrin ini secara bertahap dan mengungkapkan perbedaan ini dalam berbagai susunan kata dengan pasti . Kondensasi dan elaborasi (samgrahapṛthaktva) berkaitan dengan doktrin yang bermakna definitif.
[ke lima] karakteristik dari intrinsitik (svabhāvalakṣaṇa) dapat dipahami melalui uraian dari faktor menuju penggugahan (bodhipakṣyadharma) ,[ empat] landasan kesadaran murni (smṛtyupasthāna), yang mengetahui [sebagai subjek] dari objek bersama dengan aspek [ dari objek tersebut] (sākārā ālambana grāhaka)
[ke enam] karakteristik dari akibat [hasil] (tatphalalakṣaṇa) dapat dipahami melalui peninggalan semua kondisi mental yang tidak berguna (kleśaprāhaṇa) yang berkaitan dengan keduniawian (laukika) dan melampaui keduniawan (lokuttara) yang memanifestasikan kemapanan dari hasil yang berkaitan dengan keduniawian dan melampaui keduniawian dengan kualitas yang sangat baik (guṇābhinirhāna) .
[ke tujuh] karakteristik dari interpretasi dalam mempersepsi (tadanubhavavyākhyānalakṣaṇa) dapat dipahami melalui penguasaan dengan fasih (pratisaṃvid) terhadap pengetahuan pembebasan (vimuktijñāna) kemudian meyebarkannya (vistareṇa) kepada orang lain untuk memanifestasikan penggugahan (saṃprakāśana) .
[ke delapan] karakteristik dari fenomena yang berkesimbungan secara berurutan dalam interval (tadantarayikādharmalakṣaṇa) dapat dipahami melalui fenomena dari ketidakpuasan (kliṣṭadharma) yang menjadi landasan penghalang untuk kontemplasi (bhāvanā) yang selaras dengan faktor menuju penggugahan (bodhipakṣyadharma)
[kesembilan] karakteristik dari fenomena yang selaras (tadanulomikadharmalakṣaṇa) dapat dipahami melalui fenomena [internal dengan munculnya] semangat agung (bahulīkāradharma)
[kesepuluh] Karakteristik dari kekeliruan [kesalahan] ( tadādīnavalakṣaṇa) dipahami melalui defisiensi (doṣa) yang berkesinambungan dan berurutan dalam interval (antarayika)
Mañjuśrī, ,[ kesebelas ] Karakteristik dari pencapaian yang bermanfaat (tadanusaṃśālakṣaṇa) dapat dipahami melalui kualitas yang baik (guṇa) dalam kondisi yang bersifat selaras [harmonis] (anulomika) dengan pencapaian yang bermanfaat
Bhagavan, melalui berapa aspek karakteristik dari yang mengetahui semua (sarvajña) dapat dipahami ?
Mañjuśrī, karakteristik dari yang mengetahui semua (sarvajña) dapat dipahami melalui lima aspek sebagai berikut
1. yang mengetahui semua (sarvajña) muncul dengan suara (śabda) yang mengumandangkan semua pengetahuan (sarvajñatva) yang didengar oleh semua dunia
2. yang mengetahui semua(sarvajña) dikenal (vikhyāta) dari tiga puluh dua tanda manusia agung (dvātriṃśanmahāpuruṣalakṣaṇa)
3. yang mengetahui semua (sarvajña) dikenal (vikhyāta) dari sepuluh kekuatan (bala) dalam menghilangkan semua keraguan (vicikitsā) dari makhluk hidup .
4. yang mengetahui semua (sarvajña) dikenal (vikhyāta) melalui empat ketidaktakutan (vaiśāradya) dalam menguraikan doktrin yang tidak dapat dibantah oleh siapapun
5. yang mengetahui semua (sarvajña) dikenal (vikhyāta) melalui penguraian doktrin dan kode etik dari moralitas (dharmavinaya) dalam membimbing pengikutnya melalui empat jalan (mārga) dan delapan jalan mulia (āryāṣṭāngamārga)
Mañjuśrī, [ divisi dari logika berdasarkan yang dimapankan oleh bukti (upapattisādhana yukti ) yang murni (pariśuddha) melalui lima karakteristik yang mengetahui semua (sarvajña laksana dibuktikan (pramāṇa) dari validasi [dibuktikan] berdasarkan persepsi ( pratyakṣapramāṇa) validasi [dibuktikan] berdasarkan kesimpulan (anumānapramāṇa) , validasi [dibuktikan] berdasarkan otorisasi dari dogma (āptāgamapramāṇa).
Mañjuśrī, tujuh karakteristik yang tidak murni dari [divisi dari logika berdasarkan yang dimapankan oleh bukti(upapattisādhana yukti) terdiri dari
1. karakteristik dari persepsi yang bersifat sama selain dari [objek yang hendak dibuktikan ] (tadanyasārūpyopa labdhilakṣaṇa)
2. karakteristik dari persepsi yang bersifat tidak sama selain dari [objek yang hendak dibuktikan] (tadanyavairūpyopa labdhilakṣaṇa )
3. karakteristik dari persepsi yang bersifat sama terhadap semua [objek] (sarvasārūpyopalabdhilakṣaṇa)
4. karakteristik dari persepsi yang bersifat tidak sama terhadap semua [objek] (sarvavairūpyopalabdhilakṣaṇa)
5. Karakteristik dari alokasi berbagai analagi yang tidak sama (anyajātīyadṛṣṭāntopasaṃhāralakṣaṇa)
6. Karakteristik dari ketidakmapanan dengan sempurna (apariniṣpannalakṣaṇa)
7. Karakteristik dari instruksi [uraian] yang tidak murni (asuviśuddhāgamopadeśalakṣaṇa)
Mañjuśrī, diantara semua logika berdasarkan yang dimapankan oleh bukti (upapattisādhana yukti) yang tidak murni (apariśuddha) , karakteristik dari persepsi yang bersifat sama terhadap semua [objek] (sarvasārūpyopalabdhilakṣaṇa) [ yang dianalogikan melalui persepsi yang bersifat sama] adalah semua objek yang dipersepsi oleh manovijnana.
Karakteristik dari persepsi yang bersifat yang tidak sama dalam semua [objek] (sarvavairūpyopalabdhilakṣaṇa) [terdiri dari] kepastian bahwa [semua objek] adalah berkarakteristik saling tidak sama sebagai logika (yukti) yakni [memiliki] satu karakteristik yang tidak sama terhadap karakteristik yang tidak sama yang berkaitan dengan tanda (liṇga), instinsitik (svabhāva), tindakan (karman), kualitas (dharma), dan sebab akibat (hetuphala).
Mañjuśrī, diantara semua logika berdasarkan yang dimapankan oleh bukti (upapattisādhana yukti) yang tidak murni (apariśuddha) karakteristik dari persepsi yang bersifat sama terhadap semua [objek] (sarvasārūpyopalabdhilakṣaṇa) eksis dalam karakteristik dari persepsi yang bersifat sama selain dari [objek yang hendak dibuktikan ] (tadanyasārūpyopa labdhilakṣaṇa) dibantu dengan analogi. Oleh sebab itu , karakteristik dari persepsi yang bersifat sama selain dari [objek yang hendak dibuktikan ] (tadanyasārūpyopa labdhilakṣaṇa) adalah tidak mapan (anaikāntika) jika dikaitkan dengan objek yang hendak dibuktikan. Berdasarkan ini maka Karakteristik dari instruksi [uraian] yang tidak murni (asuviśuddhāgamopadeśalakṣaṇa) dinamakan sebagai Karakteristik dari ketidakmapanan dengan sempurna (apariniṣpannalakṣaṇa)
Demikian juga , karakteristik dari persepsi yang bersifat sama terhadap semua [objek] (sarvasārūpyopalabdhilakṣaṇa) eksis dalam karakteristik karakteristik dari persepsi yang bersifat tidak sama terhadap semua [objek] (sarvavairūpyopalabdhilakṣaṇa) dibantu dengan analogi. Oleh sebab itu , karakteristik dari persepsi yang bersifat sama terhadap semua [objek] (sarvasārūpyopalabdhilakṣaṇa) adalah tidak mapan (anaikāntika) jika dikaitkan dengan objek yang hendak dibuktikan. Berdasarkan ini maka Karakteristik dari instruksi [uraian] yang tidak murni (asuviśuddhāgamopadeśalakṣaṇa) dinamakan sebagai karakteristik dari ketidakmapanan dengan sempurna (apariniṣpannalakṣaṇa)
Mañjuśrī, karena tidakmapan dengan sempurna (apariniṣpanna) maka penyelidikan melalui [ ketujuh ] logika berdasarkan yang dimapankan oleh bukti(upapattisādhana yukti) ini tidak murni dan karena tidak murni maka penyelidikan melalui [ketujuh] logika berdasarkan yang dimapankan oleh bukti(upapattisādhana yukti) tidak diuraikan dengan mendalam.
Mañjuśrī, diantara semua logika berdasarkan yang dimapankan oleh bukti(upapattisādhana yukti) yang tidak murni ini , Karakteristik dari instruksi [uraian] yang tidak murni (asuviśuddhāgamopadeśalakṣaṇa) harus dipahami sebagai ketidakmurnian dari instrinsitiknya sendiri (svabhāva).
[keempat] logika [ berdasarkan batasan ] dari realitas [ itu sendiri ] (dharmatā yukti ) bersubjek pada kekonstanan dan kestabilan dari fenomena dalam [ batasan ] dari realitas [ itu sendiri ] baik Tathāgata muncul ataupun Tathāgata tidak muncul
[ kedelapan] Kondensasi dan elaborasi (samgrahapṛthaktva) mengacu pada rangkuman ( samāsatas) dari satu susunan kata terhadap doktrin yang diuraikan (ekapadadeśitadharma) , kemudian dengan cermat membedakan doktrin ini secara bertahap dan mengungkapkan perbedaan ini dalam berbagai susunan kata dengan pasti . Kondensasi dan elaborasi (samgrahapṛthaktva) berkaitan dengan doktrin yang bermakna definitif.
[ke lima] karakteristik dari intrinsitik (svabhāvalakṣaṇa) dapat dipahami melalui uraian dari faktor menuju penggugahan (bodhipakṣyadharma) ,[ empat] landasan kesadaran murni (smṛtyupasthāna), yang mengetahui [sebagai subjek] dari objek bersama dengan aspek [ dari objek tersebut] (sākārā ālambana grāhaka)
[ke enam] karakteristik dari akibat [hasil] (tatphalalakṣaṇa) dapat dipahami melalui peninggalan semua kondisi mental yang tidak berguna (kleśaprāhaṇa) yang berkaitan dengan keduniawian (laukika) dan melampaui keduniawan (lokuttara) yang memanifestasikan kemapanan dari hasil yang berkaitan dengan keduniawian dan melampaui keduniawian dengan kualitas yang sangat baik (guṇābhinirhāna) .
[ke tujuh] karakteristik dari interpretasi dalam mempersepsi (tadanubhavavyākhyānalakṣaṇa) dapat dipahami melalui penguasaan dengan fasih (pratisaṃvid) terhadap pengetahuan pembebasan (vimuktijñāna) kemudian meyebarkannya (vistareṇa) kepada orang lain untuk memanifestasikan penggugahan (saṃprakāśana) .
[ke delapan] karakteristik dari fenomena yang berkesimbungan secara berurutan dalam interval (tadantarayikādharmalakṣaṇa) dapat dipahami melalui fenomena dari ketidakpuasan (kliṣṭadharma) yang menjadi landasan penghalang untuk kontemplasi (bhāvanā) yang selaras dengan faktor menuju penggugahan (bodhipakṣyadharma)
[kesembilan] karakteristik dari fenomena yang selaras (tadanulomikadharmalakṣaṇa) dapat dipahami melalui fenomena [internal dengan munculnya] semangat agung (bahulīkāradharma)
[kesepuluh] Karakteristik dari kekeliruan [kesalahan] ( tadādīnavalakṣaṇa) dipahami melalui defisiensi (doṣa) yang berkesinambungan dan berurutan dalam interval (antarayika)
Mañjuśrī, ,[ kesebelas ] Karakteristik dari pencapaian yang bermanfaat (tadanusaṃśālakṣaṇa) dapat dipahami melalui kualitas yang baik (guṇa) dalam kondisi yang bersifat selaras [harmonis] (anulomika) dengan pencapaian yang bermanfaat
14
Sutra Mahayana / Re: ārya-saṃdhinirmocana-nāma-mahāyāna-sūtra [ Derge [ Toh. No.] 0107 ]
« on: 11 July 2017, 07:51:12 PM »
{pertama] logika [ berdasarkan prinsip dari] ketergantungan (apekṣā yukti) bersubjek pada semua penyebab (hetu) dan kondisi (pratyayāḥ) dari jejak mental yang halus [faktor pengkondisian] (saṃskāra) yang muncul (utpāda) dari cara penyampaian dengan linguistik (anuvyavahāra)
[Kedua ] logika [ berdasarkan prinsip dari kemampuan fenomena untuk ] menyebabkan akibat (kārya kāraṇa yukti) bersubjek pada semua penyebab (hetu) dan kondisi (pratyayāḥ) yang dihasilkan dalam pengamatan fenomena yang akan membimbing untuk menuju pencapaian atau membimbing dalam aktivitas menuju pencapaian
[ ketiga] logika berdasarkan yang dimapankan oleh bukti (upapattisādhana yukti ) bersubjek pada semua penyebab dan kondisi yang menyebabkan makna yang dikemukakan , dijelaskan dan didefinisikan menjadi dapat dibuktikan (sādhana)dan dapat divalidasi (pramāṇa)
[divisi dari logika berdasarkan yang dimapankan oleh argumen (upapattisādhana yukti )] selanjutnya dibagi atas dua jenis lagi yakni murni (pariśuddha) dan tidak murni (apariśuddha) dimana karakteristik dari logika murni terdiri dari lima aspek dan karakteristik dari logika yang tidak murni terdiri dari tujuh aspek.
Lima karakteristik murni dari [divisi dari logika berdasarkan yang dimapankan oleh argumen (upapattisādhana yukti)] terdiri dari
1. Karakteristik dari persepsi langsung [terhadap objek itu sendiri] ( tatpratyakṣopalabdhilakṣaṇa)
2. Karakteristik dari persepsi langsung [terhadap sesuatu] yang tergantung pada [objek yang tidak dapat diamati ataupun disensasi yang dijadikan sebagai dugaan] (tadāśrityapratyakṣopalabdhilakṣaṇa)
3. Karakteristik dari alokasi berbagai analogi yang sama (svajātīyadṛṣṭāntopasaṃhāralakṣaṇa)
4. Karakteristik dari mapan dengan sempurna (pariniṣpannalakṣaṇa)
5. Karakteristik dari instruksi [uraian] yang sangat murni (suviśuddhāgamopadeśalakṣaṇa)
Karakteristik dari persepsi langsung [terhadap objek itu sendiri] (tatpratyakṣopalabdhilakṣaṇa) terdiri dari persepsi langsung yang bersifat keduniawian sebagai [persepsi langsung] dari ketidakkonstanan (anityatā) terhadap semua jejak metal halus [faktor pengkondisian] (sarvasaṃskāra), ketidakpuasan (duḥkhatā) terhadap semua jejak mental halus [faktor pengkondisian] (sarvasaṃskāra) dan ketidakhadiran eksistensi [diri] (anātmatva) dari semua fenomena (sarvadharma)
Karakteristik dari persepsi langsung [terhadap sesuatu] yang tergantung pada [objek yang tidak dapat diamati ataupun disensasi dijadikan sebagai satu dugaan ] (tadāśrityapratyakṣopalabdhilakṣaṇa) terdiri dari persepsi langsung yang melalui sesuatu yang tidak [dapat dipersepsi] itu diduga sebagai [persepsi langsung terhadap] ketidakkonstanan kasar yang tergantung pada siklus kesinambungan dari semua jejak mental halus dari tindakan lampau , persepsi terhadap beragam makhluk hidup [ yang muncul dalam kehidupan ini] memiliki hutang dalam berbagai perbuatan [dari kehidupan yang lalu] dan persepsi terhadap kebahagiaan dan ketidak puasan dari makhluk hidup [yang eksis dalam kehidupan ini ] memiliki hutang yang baik dan buruk [dalam kehidupan yang lalu] dan tergantung pada pengaruh dari perbuatan baik dan buruk [dalam kehidupan yang lalu] yang tidak terhancurkan [kekal]
Karakteristik dari alokasi berbagai analogi yang sama (svajātīyadṛṣṭāntopasaṃhāralakṣaṇa) terdiri dari alokasi persepsi sebagai [alokasi persepsi] terhadap kematian dan kelahiran yang berkaitan dengan jejak mental halus [faktor pengkondisian ] internal dan eksternal sebagai fakta yang diketahui oleh semua dunia , ketidakpuasan dari kelahiran dan sejenisnya , ketidakmapanan dan juga kekayaan dan kemiskinan yang berkaitan jejak mental halus [faktor pengkondisian ] eksternal sebagai fakta yang diketahui oleh semua dunia .
Karakteristik dari mapan dengan sempurna (pariniṣpannalakṣaṇa) terdiri dari karakteristik dari persepsi langsung [terhadap objek itu sendiri] (tatpratyakṣopalabdhilakṣaṇa) , Karakteristik dari persepsi langsung [terhadap sesuatu] yang tergantung pada [objek yang tidak dapat diamati ataupun disensasi dijadikan sebagai satu dugaan ] (tadāśrityapratyakṣopalabdhilakṣaṇa) dan Karakteristik dari alokasi berbagai analogi yang sama (svajātīyadṛṣṭāntopasaṃhāralakṣaṇa) dimana ketiga logika ini dapat diyakinkan (ekāntika) melalui objek yang ingin dibuktikan (sādhya)
Karakteristik dari instruksi [uraian] yang sangat murni (suviśuddhāgamopadeśalakṣaṇa) terdiri dari kata yang diuraikan oleh yang mengetahui semuanya sarvajña) sebagai [kata] melampaui ketidakpuasan adalah kedamaian [ketenangan] (śāntaṃ nirvāṇaṃ)
[Kedua ] logika [ berdasarkan prinsip dari kemampuan fenomena untuk ] menyebabkan akibat (kārya kāraṇa yukti) bersubjek pada semua penyebab (hetu) dan kondisi (pratyayāḥ) yang dihasilkan dalam pengamatan fenomena yang akan membimbing untuk menuju pencapaian atau membimbing dalam aktivitas menuju pencapaian
[ ketiga] logika berdasarkan yang dimapankan oleh bukti (upapattisādhana yukti ) bersubjek pada semua penyebab dan kondisi yang menyebabkan makna yang dikemukakan , dijelaskan dan didefinisikan menjadi dapat dibuktikan (sādhana)dan dapat divalidasi (pramāṇa)
[divisi dari logika berdasarkan yang dimapankan oleh argumen (upapattisādhana yukti )] selanjutnya dibagi atas dua jenis lagi yakni murni (pariśuddha) dan tidak murni (apariśuddha) dimana karakteristik dari logika murni terdiri dari lima aspek dan karakteristik dari logika yang tidak murni terdiri dari tujuh aspek.
Lima karakteristik murni dari [divisi dari logika berdasarkan yang dimapankan oleh argumen (upapattisādhana yukti)] terdiri dari
1. Karakteristik dari persepsi langsung [terhadap objek itu sendiri] ( tatpratyakṣopalabdhilakṣaṇa)
2. Karakteristik dari persepsi langsung [terhadap sesuatu] yang tergantung pada [objek yang tidak dapat diamati ataupun disensasi yang dijadikan sebagai dugaan] (tadāśrityapratyakṣopalabdhilakṣaṇa)
3. Karakteristik dari alokasi berbagai analogi yang sama (svajātīyadṛṣṭāntopasaṃhāralakṣaṇa)
4. Karakteristik dari mapan dengan sempurna (pariniṣpannalakṣaṇa)
5. Karakteristik dari instruksi [uraian] yang sangat murni (suviśuddhāgamopadeśalakṣaṇa)
Karakteristik dari persepsi langsung [terhadap objek itu sendiri] (tatpratyakṣopalabdhilakṣaṇa) terdiri dari persepsi langsung yang bersifat keduniawian sebagai [persepsi langsung] dari ketidakkonstanan (anityatā) terhadap semua jejak metal halus [faktor pengkondisian] (sarvasaṃskāra), ketidakpuasan (duḥkhatā) terhadap semua jejak mental halus [faktor pengkondisian] (sarvasaṃskāra) dan ketidakhadiran eksistensi [diri] (anātmatva) dari semua fenomena (sarvadharma)
Karakteristik dari persepsi langsung [terhadap sesuatu] yang tergantung pada [objek yang tidak dapat diamati ataupun disensasi dijadikan sebagai satu dugaan ] (tadāśrityapratyakṣopalabdhilakṣaṇa) terdiri dari persepsi langsung yang melalui sesuatu yang tidak [dapat dipersepsi] itu diduga sebagai [persepsi langsung terhadap] ketidakkonstanan kasar yang tergantung pada siklus kesinambungan dari semua jejak mental halus dari tindakan lampau , persepsi terhadap beragam makhluk hidup [ yang muncul dalam kehidupan ini] memiliki hutang dalam berbagai perbuatan [dari kehidupan yang lalu] dan persepsi terhadap kebahagiaan dan ketidak puasan dari makhluk hidup [yang eksis dalam kehidupan ini ] memiliki hutang yang baik dan buruk [dalam kehidupan yang lalu] dan tergantung pada pengaruh dari perbuatan baik dan buruk [dalam kehidupan yang lalu] yang tidak terhancurkan [kekal]
Karakteristik dari alokasi berbagai analogi yang sama (svajātīyadṛṣṭāntopasaṃhāralakṣaṇa) terdiri dari alokasi persepsi sebagai [alokasi persepsi] terhadap kematian dan kelahiran yang berkaitan dengan jejak mental halus [faktor pengkondisian ] internal dan eksternal sebagai fakta yang diketahui oleh semua dunia , ketidakpuasan dari kelahiran dan sejenisnya , ketidakmapanan dan juga kekayaan dan kemiskinan yang berkaitan jejak mental halus [faktor pengkondisian ] eksternal sebagai fakta yang diketahui oleh semua dunia .
Karakteristik dari mapan dengan sempurna (pariniṣpannalakṣaṇa) terdiri dari karakteristik dari persepsi langsung [terhadap objek itu sendiri] (tatpratyakṣopalabdhilakṣaṇa) , Karakteristik dari persepsi langsung [terhadap sesuatu] yang tergantung pada [objek yang tidak dapat diamati ataupun disensasi dijadikan sebagai satu dugaan ] (tadāśrityapratyakṣopalabdhilakṣaṇa) dan Karakteristik dari alokasi berbagai analogi yang sama (svajātīyadṛṣṭāntopasaṃhāralakṣaṇa) dimana ketiga logika ini dapat diyakinkan (ekāntika) melalui objek yang ingin dibuktikan (sādhya)
Karakteristik dari instruksi [uraian] yang sangat murni (suviśuddhāgamopadeśalakṣaṇa) terdiri dari kata yang diuraikan oleh yang mengetahui semuanya sarvajña) sebagai [kata] melampaui ketidakpuasan adalah kedamaian [ketenangan] (śāntaṃ nirvāṇaṃ)
15
Sutra Mahayana / Re: ārya-saṃdhinirmocana-nāma-mahāyāna-sūtra [ Derge [ Toh. No.] 0107 ]
« on: 11 July 2017, 07:49:13 PM »
Mañjuśrī, yang dimaksud dengan vinaya adalah uraian saya yang terdiri dari prātimokṣha untuk Sravaka dan Bodhisattva dan semua yang terkait dengan prātimokṣha.
"Bhagavan,ada berapa instruksi ( deśanā) dalam prātimokṣha untuk Bodhisattva ?
Mañjuśrī, , prātimokṣha untuk Bodhisattva terdiri dari tujuh instruksi yakni :
1. instruksi mengenai tata cara pengambilan kode etik moralitas dari Bodhisatttva (samāditavidhi deśanā)
2. Instruksi mengenai ketidaksesuaian dalam kode etik moralitas bersifat mayor (pārājayikasthānīyavastudeśanā)
3. instruksi mengenai ketidak sesuaian kode etik moralitas yang bersifat dasar (āpattisthānīyavastudeśanā)
4. instruksi mengenai ketidaksesuaian dalam kode etik moralitas yang berkaitan dengan esensi moralitas (āpattisvabhāvadeśanā)
5. instruksi mengenai kesesuaian dalam moralitas benar yang berkaitan dengan esensi moralitas (anāpattisvabhāvadeśanā)
6. instruksi mengenai tata cara menghindari ketidaksesuaian dalam kode etik moralitas (āpattiniḥsaraṇa deśanā)
7. instruksi mengenai tata cara meninggalkan kode etik moralitas (saṃvahāraṇidesana)
Mañjuśrī, mātṛkā adalah semua yang telah saya uraikan sebagai definisi , analisis dan analogi terhadap fenomena dalam sebelas karakteristik (lakṣaṇa) yang terdiri dari
1. karakteristik dari realitas konvensional (saṃvṛtilakṣaṇa)
2. karakteristik dari realitas tertinggi (paramārthalakṣaṇa)
3. karakteristik dari objek pengamatan [yang selaras dengan faktor menuju penggugahan (bodhipakṣyadharmā)] (ālambanalakṣaṇa)
4. karakteristik dari aspek (ākāralakṣaṇa)
5. karakteristik dari intrinsitik (svabhāvalakṣaṇa)
6. karakteristik dari akibat [hasil] (tatphalalakṣaṇa)
7. karakteristik dari interpretasi dalam mempersepsi (tadanubhavavyākhyānalakṣaṇa)
8. karakteristik dari fenomena yang berkesimbungan secara berurutan dalam interval (tadantarayikādharmalakṣaṇa)
9. Karakteristik dari fenomena yang selaras (tadanulomikadharmalakṣaṇa).
10. Karakteristik dari kekeliruan [kesalahan ] ( tadādīnavalakṣaṇa)
11. Karakteristik dari pencapaian yang bermanfaat (tadanusaṃśālakṣaṇa)
Mañjuśrī, [pertama] karakteristik dari realitas konvensional (saṃvṛtilakṣaṇa) dapat dipahami melalui tiga uraian sebagai berikut : [pertama] uraian yang berkaitan dengan eksistensi individual (pudgala deśanā) , [kedua] uraian yang berkaitan dengan intrinsitik dari imajiner (parikalpitasvabhāvadeśanā) dan [ketiga] uraian yang berkaitan dengan aktivitas (kriyā), siklus (kiraṇa) dan proses (karma kriyā) dari fenomena
Mañjuśrī, [kedua] karakteristik dari realitas tertinggi (paramārthalakṣaṇa) dapat dipahami melalui uraian dari tujuh aspek realitas demikian apa adanya ( saptavidhā tathatā)
Mañjuśrī, [ketiga] karakteristik dari objek pengamatan (ālambanalakṣaṇa) dapat dipahami melalui uraian yang berkaitan dengan semua objek (nānāvastu) dari objek yang diketahui (jñeyavastu)
Mañjuśrī, [keempat] karakteristik dari aspek (ākāralakṣaṇa) dapat dipahami melalui uraian dari delapan jenis (aṣṭa vidhā ) penyelidikan (parīkṣa). Apa yang dimaksud dengan delapan jenis penyelidikan ?
[delapan jenis penyelidikan berkaitan dengan]: kebenaran ( satya) , dalil (sthāna) , defisiensi (doṣa) , kualitas baik (guṇa), metoda (naya) , transformasi (pravṛtti), logika (yukti) , kondensasi dan elaborasi (samgrahapṛthaktva)
[ pertama ] Kebenaran ( satya) mengacu pada realitas demikian apa adanya ( tathatā) dari semua fenomena
[kedua] Dalil (sthāna) mengacu pada definisi dari invididual diri ( pudgalavyavasthāpana) , definisi dari intrinsitik imajiner (parikalpitasvabhāvavyavasthāpana) atau definisi dari kategori , definisi yang membedakan (ekāṃśena) atau definisi dari penjelasan analisis pertanyaan retoris (vibhajya pariprcchā vyakāranavyavasthāpana) atau definisi dari kestabilan (sthāpaniyavyavasthāpana)atau definisi dari penjelasan analisis mendalam yang tidak diungkapkan dan perbedaannya ( guhya- vibhajana vyakāranavyavasthāpana)
[ ketiga] Defisiensi (doṣa) mengacu pada ketidakpuasan terhadap fenomena dari kondisi mental yang tidak berguna (saṃkleśikadharmādinava) yang saya telah uraikan dalam beragam perspektif (anekaparyāyeṇa) .
[ keempat ] kualitas baik (guṇa) mengacu pada manfaat dari fenomena murni yang telah saya uraikan dalam beragam perspektif (anekaparyāyeṇa)
[ kelima] metoda (naya) mengacu pada enam aspek yang terdiri dari metoda berdasarkan makna dari realitas demikian apa adanya ( tattvārthanaya), metoda berdasarkan pencapaian (adhigamanaya), metoda berdasarkan uraian
[ instruksi ] (deśanānaya), metoda berdasarkan peninggalan dua [ pandangan] ekstrim (antadvayavigatanaya), metoda berdasarkan yang tidak terbayangkan (acintyanaya), metoda berdasarkan komprehensif ( saṃdhinaya)
[ keenam ] transformasi (pravṛtti) mengacu pada tiga rentang waktu (tryadhvān) yang terdiri dari waktu yang telah berlalu , sekarang dan yang akan datang , tiga karakteristik dari fenomena berkondisi (saṃskṛtalakṣaṇa) yang terdiri dari kemunculan , kestabilan dan penghentian dan empat kondisi (catvarāḥ pratyayāḥ) yang terdiri dari : penyebab dari kondisi , kondisi yang muncul setelah itu [ yang menggantikan kondisi sebelumnya ] , kondisi yang mengkondisikan , kondisi yang lebih dominan
[ketujuh] logika (yukti) mengacu pada empat aspek yang terdiri dari : logika [ berdasarkan prinsip dari] ketergantungan (apekṣā yukti), logika [ berdasarkan prinsip dari kemampuan fenomena untuk ] menyebabkan akibat (kārya kāraṇa yukti) , logika berdasarkan kemapanan yang dapat di gengam [dari ketiga logika lainnya] (upapattisādhana yukti ) dan logika [ berdasarkan batasan ] dari realitas [ itu sendiri ] (dharmatā yukti )
"Bhagavan,ada berapa instruksi ( deśanā) dalam prātimokṣha untuk Bodhisattva ?
Mañjuśrī, , prātimokṣha untuk Bodhisattva terdiri dari tujuh instruksi yakni :
1. instruksi mengenai tata cara pengambilan kode etik moralitas dari Bodhisatttva (samāditavidhi deśanā)
2. Instruksi mengenai ketidaksesuaian dalam kode etik moralitas bersifat mayor (pārājayikasthānīyavastudeśanā)
3. instruksi mengenai ketidak sesuaian kode etik moralitas yang bersifat dasar (āpattisthānīyavastudeśanā)
4. instruksi mengenai ketidaksesuaian dalam kode etik moralitas yang berkaitan dengan esensi moralitas (āpattisvabhāvadeśanā)
5. instruksi mengenai kesesuaian dalam moralitas benar yang berkaitan dengan esensi moralitas (anāpattisvabhāvadeśanā)
6. instruksi mengenai tata cara menghindari ketidaksesuaian dalam kode etik moralitas (āpattiniḥsaraṇa deśanā)
7. instruksi mengenai tata cara meninggalkan kode etik moralitas (saṃvahāraṇidesana)
Mañjuśrī, mātṛkā adalah semua yang telah saya uraikan sebagai definisi , analisis dan analogi terhadap fenomena dalam sebelas karakteristik (lakṣaṇa) yang terdiri dari
1. karakteristik dari realitas konvensional (saṃvṛtilakṣaṇa)
2. karakteristik dari realitas tertinggi (paramārthalakṣaṇa)
3. karakteristik dari objek pengamatan [yang selaras dengan faktor menuju penggugahan (bodhipakṣyadharmā)] (ālambanalakṣaṇa)
4. karakteristik dari aspek (ākāralakṣaṇa)
5. karakteristik dari intrinsitik (svabhāvalakṣaṇa)
6. karakteristik dari akibat [hasil] (tatphalalakṣaṇa)
7. karakteristik dari interpretasi dalam mempersepsi (tadanubhavavyākhyānalakṣaṇa)
8. karakteristik dari fenomena yang berkesimbungan secara berurutan dalam interval (tadantarayikādharmalakṣaṇa)
9. Karakteristik dari fenomena yang selaras (tadanulomikadharmalakṣaṇa).
10. Karakteristik dari kekeliruan [kesalahan ] ( tadādīnavalakṣaṇa)
11. Karakteristik dari pencapaian yang bermanfaat (tadanusaṃśālakṣaṇa)
Mañjuśrī, [pertama] karakteristik dari realitas konvensional (saṃvṛtilakṣaṇa) dapat dipahami melalui tiga uraian sebagai berikut : [pertama] uraian yang berkaitan dengan eksistensi individual (pudgala deśanā) , [kedua] uraian yang berkaitan dengan intrinsitik dari imajiner (parikalpitasvabhāvadeśanā) dan [ketiga] uraian yang berkaitan dengan aktivitas (kriyā), siklus (kiraṇa) dan proses (karma kriyā) dari fenomena
Mañjuśrī, [kedua] karakteristik dari realitas tertinggi (paramārthalakṣaṇa) dapat dipahami melalui uraian dari tujuh aspek realitas demikian apa adanya ( saptavidhā tathatā)
Mañjuśrī, [ketiga] karakteristik dari objek pengamatan (ālambanalakṣaṇa) dapat dipahami melalui uraian yang berkaitan dengan semua objek (nānāvastu) dari objek yang diketahui (jñeyavastu)
Mañjuśrī, [keempat] karakteristik dari aspek (ākāralakṣaṇa) dapat dipahami melalui uraian dari delapan jenis (aṣṭa vidhā ) penyelidikan (parīkṣa). Apa yang dimaksud dengan delapan jenis penyelidikan ?
[delapan jenis penyelidikan berkaitan dengan]: kebenaran ( satya) , dalil (sthāna) , defisiensi (doṣa) , kualitas baik (guṇa), metoda (naya) , transformasi (pravṛtti), logika (yukti) , kondensasi dan elaborasi (samgrahapṛthaktva)
[ pertama ] Kebenaran ( satya) mengacu pada realitas demikian apa adanya ( tathatā) dari semua fenomena
[kedua] Dalil (sthāna) mengacu pada definisi dari invididual diri ( pudgalavyavasthāpana) , definisi dari intrinsitik imajiner (parikalpitasvabhāvavyavasthāpana) atau definisi dari kategori , definisi yang membedakan (ekāṃśena) atau definisi dari penjelasan analisis pertanyaan retoris (vibhajya pariprcchā vyakāranavyavasthāpana) atau definisi dari kestabilan (sthāpaniyavyavasthāpana)atau definisi dari penjelasan analisis mendalam yang tidak diungkapkan dan perbedaannya ( guhya- vibhajana vyakāranavyavasthāpana)
[ ketiga] Defisiensi (doṣa) mengacu pada ketidakpuasan terhadap fenomena dari kondisi mental yang tidak berguna (saṃkleśikadharmādinava) yang saya telah uraikan dalam beragam perspektif (anekaparyāyeṇa) .
[ keempat ] kualitas baik (guṇa) mengacu pada manfaat dari fenomena murni yang telah saya uraikan dalam beragam perspektif (anekaparyāyeṇa)
[ kelima] metoda (naya) mengacu pada enam aspek yang terdiri dari metoda berdasarkan makna dari realitas demikian apa adanya ( tattvārthanaya), metoda berdasarkan pencapaian (adhigamanaya), metoda berdasarkan uraian
[ instruksi ] (deśanānaya), metoda berdasarkan peninggalan dua [ pandangan] ekstrim (antadvayavigatanaya), metoda berdasarkan yang tidak terbayangkan (acintyanaya), metoda berdasarkan komprehensif ( saṃdhinaya)
[ keenam ] transformasi (pravṛtti) mengacu pada tiga rentang waktu (tryadhvān) yang terdiri dari waktu yang telah berlalu , sekarang dan yang akan datang , tiga karakteristik dari fenomena berkondisi (saṃskṛtalakṣaṇa) yang terdiri dari kemunculan , kestabilan dan penghentian dan empat kondisi (catvarāḥ pratyayāḥ) yang terdiri dari : penyebab dari kondisi , kondisi yang muncul setelah itu [ yang menggantikan kondisi sebelumnya ] , kondisi yang mengkondisikan , kondisi yang lebih dominan
[ketujuh] logika (yukti) mengacu pada empat aspek yang terdiri dari : logika [ berdasarkan prinsip dari] ketergantungan (apekṣā yukti), logika [ berdasarkan prinsip dari kemampuan fenomena untuk ] menyebabkan akibat (kārya kāraṇa yukti) , logika berdasarkan kemapanan yang dapat di gengam [dari ketiga logika lainnya] (upapattisādhana yukti ) dan logika [ berdasarkan batasan ] dari realitas [ itu sendiri ] (dharmatā yukti )