Tergantung dalam konteks apa kita berbicara Sdr. Morp. Topik ini diangkat berasal dari subforum studi sutta/sutra yang perlu mengesampingkan adanya percaya (iman). Dan jika kita berbicara diluar studi dan mengenai pembuktian, maka perlu dipertanyakan bukti/fakta apa yang diinginkan? Alat apa yang digunakan dalam pembuktian?
Ketika seseorang ingin mengungkapkan bukti/fakta yang tidak bisa diukur oleh alat yang sifatnya materi, bagaimana kita mengakomodasikannya?
Sains yang kita tahu belum cukup memiliki alat untuk mengakomodasi hal-hal diluar materi. Jadi jika kita ingin Pembuktian dalam Buddhisme, maka kita tidak bisa HANYA menggunakan alat yang digunakan sains fisik.
Buddhisme dikatakan ilmiah (bersifat ilmu – KBBI)) bukan HANYA karena pembuktian melalui sains, tetapi karena menggunakan metode-metode tertentu untuk menjelaskan fenomena tertentu . Tapi ketika dikatakan apakah Buddhisme = sains (hal yang berhubungan dengan fisik semata), ya jelas tidak. Plus, bagaimana kita menerjemahkan kata sains itu sendiri.
Jadi jika diminta untuk membuktikan tavatimsa dengan ukuran sains fisik, ya tidak akan bisa, sampai tua.
bang kelana, sebenernya perbedaan kita terletak pada definisi 'ilmiah' (scientific).
singkatnya, sesuatu bersifat scientific apabila didasarkan pada metode ilmiah (scientific method) dan metode ilmiah ini menekankan pada bukti2 empiris dan terukur.
sumber:
http://en.wikipedia.org/wiki/Scientific_methodkenapa dunia sains sangat menekankan pada bukti2 empiris dan terukur?
karena bukti2 empiris dan terukurlah yg bisa benar2 meyakinkan dan mampu diformulasikan dan direproduksi secara konsisten.
buddhis boleh saja mengatakan teori2 buddhis sangat canggih dan tidak ada satu instrumen sains pun yg mampu mengukurnya dan suatu saat itu akan bisa dibuktikan, namun anda juga perlu mengerti, ribuan kepercayaan dan tahayul lainnya juga mengatakan hal yg sama.
misalkan saja saya memiliki kepercayaan bahwa ada satu buah durian berevolusi antara planet mars dan venus, karena kecilnya, tidak ada satu instrumenpun yg bisa melacak dan mengukur keberadaan buah durian ini. dunia scientific tidak akan bisa menerima kepercayaan ini, seberapa pun yakinnya saya akan keberadaan durian ini.
nah, di mata sains, kepercayaan buddhis itu sama statusnya dengan kepercayaan buah durian tadi... sains gak membeda2kan karena sains selalu berusaha untuk objektif...
Dan mengenai masalah yang belum (saya tidak ingin mengatakan “tidak”) bisa dibuktikan dalam Buddhisme, saya tidak mengatakannya sebagai iman (bagi anda belief). Karena yang namanya iman (faith), sekali terbukti salah, maka akan meruntuhkan segalanya. Berbeda dengan apa yang belum terbuktikan dalam Buddhisme.
saya mikir itulah definisi anda mengenai iman... dan definisi saya berbeda...
supaya tidak berlarut2, saya pikir kita membicarakan hal yg sama.
perbedaannya hanyalah ada di definisi.
kesimpulan saya:
* kepercayaan buddhis tidaklah ilmiah (ilmiah dalam arti didapat dengan metode ilmiah yg berbasis bukti2 empiris dan terukur)
* yg dinamakan "bisa dibuktikan oleh diri sendiri" atau "dilogikakan dengan mikir2" itu bukanlah bukti2 empiris dan terukur, dan karenanya dunia scientific tidak (atau kalo anda suka, kita pake kata "belum") bisa menerimanya
* dimata science, buddhisme lebih cocok untuk dikotakkan ke dalam filosofi
sekali lagi posisi saya disini bukan untuk menyatakan bahwa buddhisme itu inferior dibandingkan science ataupun untuk menjelek2kan buddhisme...
saya setuju buddhisme itu indah, menerangkan lebih banyak dan menyeluruh ketimbang sains... tapi tetaplah tidak ilmiah dan bukan sains. itu aja.