//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Hantu di Buddha ?  (Read 14684 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline siaocing29

  • Teman
  • **
  • Posts: 99
  • Reputasi: 2
  • Gender: Female
  • Buddha Mahayana (Kwan Im)
Hantu di Buddha ?
« on: 25 May 2010, 11:45:11 PM »
 _/\_ _/\_ _/\_
Kalo di kr****n ada tuh
Satanic Biblle
Church of satan
Klo di Buddha , Setan itu gimane?
ngga pnh dgr..
Horror2 wat buddha apa ya?
hehehhehe
*iseng*
Buddha Mahayana 100%

Offline siaocing29

  • Teman
  • **
  • Posts: 99
  • Reputasi: 2
  • Gender: Female
  • Buddha Mahayana (Kwan Im)
Re: Hantu di Buddha ?
« Reply #1 on: 25 May 2010, 11:47:00 PM »
 _/\_
setan di buddha kaya apa?
ada ga setan dibuddha?
ada ga temple of satan like church of satan?
tanggapan umat buddha tentang Church of satan?
Buddha Mahayana 100%

Offline Sunkmanitu Tanka Ob'waci

  • Sebelumnya: Karuna, Wolverine, gachapin
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.806
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
  • 会いたい。
Re: Hantu di Buddha ?
« Reply #2 on: 25 May 2010, 11:49:11 PM »
setan itu kalau ada yang karmanya buruk, terlahir kembali di alam yang menderita. namanya peta.
jadi siaocing mungkin aja lahir lagi jadi setan.
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

Offline siaocing29

  • Teman
  • **
  • Posts: 99
  • Reputasi: 2
  • Gender: Female
  • Buddha Mahayana (Kwan Im)
Re: Hantu di Buddha ?
« Reply #3 on: 26 May 2010, 07:05:39 PM »
 _/\_ _/\_
benar sekali :)
Carma yg menentukan ^_^
Menurut anda Kisah Gereja Setan or Satanic Bible itu apa?
Kisah Vampire,  Bulan Purnama -> manusia jadi vampire
*sedikit mengarah pada Mahayana - Kwan Im*
Namo Buddhaya
Buddha Mahayana 100%

Offline marcedes

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.528
  • Reputasi: 70
  • Gender: Male
  • May All Being Happinesssssssss
Re: Hantu di Buddha ?
« Reply #4 on: 26 May 2010, 07:33:03 PM »
sdr,siaocing
hal itu tidak di percaya oleh seorang buddhisme...
seseorang jika sering berbuat jahat dan terlahir jadi peta(setan) itu justru perlu di kasihani...

sy pernah ketemu tuyul yg d pelihara oleh seorang bhante kalau di thai sering disebut GMT...
kasihan tuyul itu, apalagi kehidupan lampau nya...
sampai2 ga di ceritakan karena terlalu sedih dan tuyul nya itu kebetulan pas ada dibelakang bhante...kalau teringat wah dari ceria bisa nangis...hahaha
Ada penderitaan,tetapi tidak ada yang menderita
Ada jalan tetapi tidak ada yang menempuhnya
Ada Nibbana tetapi tidak ada yang mencapainya.

TALK LESS DO MOREEEEEE !!!

Offline Jerry

  • Sebelumnya xuvie
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.212
  • Reputasi: 124
  • Gender: Male
  • Suffering is optional.. Pain is inevitable..
Re: Hantu di Buddha ?
« Reply #5 on: 26 May 2010, 08:07:56 PM »
Kayanya maksud siaocing lebih ke semacam ajaran sesatnya Buddhisme ya.. Kalo di kr****n kan namanya "anti-christ". Hmm.. Di Buddhisme sepertinya tidak ada ajaran yang khusus memutarbalikkan ajaran Buddha begitu dan melakukan ritual2 sadis, tetapi sejauh kita memutarbalikkan beberapa poin dalam ajaran Buddha sesuai pandangan kita, di sana bisa dikatakan bahwa kita sudah semacam "anti-christ"nya Buddha.
appamadena sampadetha

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: Hantu di Buddha ?
« Reply #6 on: 26 May 2010, 09:06:58 PM »
Atau tentang iblis penggoda dalam agama Buddha ya???

Kalau tentang sosok makhluk penggoda dalam agama Buddha memang ada dan disebut sebagai Mara. Namun Mara ini sebenarnya lebih cenderung digunakan dalam teks Buddhis awal sebagai kiasan akan sifat-sifat buruk (kilesa-mara). Sumber teks Buddhis yang paling awal tentang Mara sebagai sosok penggoda terdapat pada Padhana Sutta yang mengisahkan perjuangan Bodhisatta mencapai Pencerahan:

Quote
Padhana Sutta

Ketika berada di dekat sungai Neranjara, Aku berusaha keras bermeditasi untuk bebas dari perbudakan (Yogakkhema, sebuah nama untuk Nibbana), datanglah Namuci(Namuci, berarti 'Dia yang selalu menahan' (dia menguasai makhluk hidup dengan mudah) adalah sebuah nama untuk Mara, si jahat) berkata dengan penuh keharuan:

"Engkau kurus dan kelihatan sakit, dekat dengan kematian! Sebagian besar tubuhmu adalah milik kematian dan hanya sebagian kecil darimu yang hidup: Hiduplah Yang Mulia! Lebih baik hidup. Dengan hidup engkau akan melakukan perbuatan yang bermanfaat. Dengan hidup bujangan dan memelihara api upacara korban, banyak jasa yang telah diperbuat, sebaliknya apa yang dapat diperoleh dari usahamu? Sangat sulit memasuki jalan perjuanganmu, sulit dilakukan dan sulit dipertahankan".

Mara mengatakan ini sambil berdiri di depan Sang Buddha. Sang Bhagava menjawab ucapan Mara:

"Kau, teman dari kelalaian, o sang jahat, untuk apa engkau kemari? Bagi mereka yang masih ingin berjasa, Mara mungkin merasakan manfaat kehadirannya. Saya memiliki keyakinan, kekuatan dan kebijaksanaan. Setelah larut dalam perjuangan, kenapa engkau memintaku untuk hidup? Angin ini akan mengacaukan arus sungai, kenapa perjuanganku tidak kuselesaikan sampai tetes darah terakhir? Ketika darah mengering, empedu dan lendir hancur. Dengan merananya badan jasmani, pikiran akan bertambah tenang dan kesadaranku, kebijaksanaanku serta konsentrasiku akan benar-benar terbentuk. Bagiku yang membenci pengalaman ekstrim itu, pikiran tidak akan merindukan kesenangan nafsu. Lihatlah kesucian dari makhluk ini!

Nafsu indria adalah tentara utamamu, yang kedua disebut ketidakpuasan, ketiga adalah rasa lapar dan haus, keempat adalah keterikatan, kelima adalah keengganan dan kemalasan, keenam adalah rasa takut, ketujuh keragu-raguan, kedelapan adalah meremehkan orang lain dan keras kepala; keuntungan, kemasyuran, penghargaan, prestasi yang diperoleh dengan cara yang salah dan siapa yang memuji dirinya sendiri dan memandang rendah lainnya. Semua ini Namuci adalah tentaramu, Si Gelap ('Si Gelap' atau Kanha (Sansekerta: Krishna) adalah nama lain Mara. Ia adalah Dewa Asmara orang India (Kamadeva) dan melambangkan nafsu birahi. Dia selalu membawa sebuah kecapi (vina), disebutkan pada bagian akhir, yang digunakan untuk memikat makhluk hidup melalui permainannya. Perlengkapan lainnya meliputi sebuah busur, anak panah, sebuah terompet dan sebuah kait) yang menyebabkan ini semua. Seorang yang takut dan malas tidak akan dapat mengatasi semua ini, akan tetapi jika dapat ditaklukkan, seseorang akan memperoleh kebahagiaan.

Aku mengenakan rumput-munja!(Dahulu prajurit India selalu mengenakan sejumput rumput tertentu yang disebut munja pada kepala atau tutup kepala mereka yang menandakan bahwa mereka siap untuk mati dalam perang dan bertekad tidak akan mundur). Malu atas kehidupan di dunia ini, lebih baik aku mati dalam perang daripada dikalahkan. Beberapa pertapa dan brahmana tidak kelihatan (melatih diri) di sini, betapa tenggelamnya mereka (dalam keduniawian). Mereka tidak mengetahui jalan yang ditempuh orang-orang baik.

Melihat tentara yang telah siap tempur di sekeliling dengan Mara menaiki (gajahnya), aku keluar untuk bertempur sehingga ia tidak dapat menggeserku dari posisi semula. Tentaramu yang tidak dapat ditundukkan oleh dunia beserta dewa-dewa akan kuhancurkan dengan kebijaksanaan, seperti sebuah mangkuk tanah liat yang belum dibakar dengan sebuah batu. Setelah menguasai pikiran dan membentuk kesadaran dengan sungguh-sungguh, aku akan mengembara dari satu desa ke desa lain membimbing banyak siswa. Mereka akan rajin dan bersemangat melaksanakan ajaranKu, ajaran dari seorang yang tidak memiliki hawa nafsu dan mereka akan pergi ke tempat di mana orang tidak lagi bersedih.

Mara: "Selama tujuh tahun aku mengikuti Sang Bhagava setapak demi setapak tetapi tidak pernah kutemukan kesempatan untuk mengalahkan Sang Buddha yang penuh kesadaran. Seekor gagak terbang di sekeliling batu yang berwarna seperti lemak: 'Dapatkah kita temukan di sini sesuatu yang empuk? Adakah sesuatu yang dapat dimakan?'

Tidak ditemukannya sesuatu yang dapat dimakan, burung gagak itu segera meninggalkan tempat tersebut. Seperti halnya burung gagak dan batu itu, kami tinggalkan Gotama yang telah didekati dan kami menjadi berkecil hati".

Dikuasai oleh kesedihan, kecapi jatuh dari lengannya lalu suasana sedihpun lenyap dari tempat itu. (vv.425-449)

Sumber : Naskah Naskah Pilihan Dari Sutta Nipana oleh: John D. Ireland

Dari teks di atas terlihat bahwa yang dimaksud Mara yang menggoda Pertapa Gotama di sini bukan sosok makhluk hidup tertentu, melainkan kekotoran batin Beliau sendiri yang menghalangi pencapaian Pencerahan Beliau. Di sini dikatakan tentang 10 sifat buruk yang dikiaskan sebagai 10 tentara Mara yang hanya dapat dihancurkan dengan kebijaksanaan.

Namun pada perkembangan selanjutnya, dalam kisah-kisah Jataka Atthakatha maupun Buddhavamsa yang memberikan kisah biografi Sang Buddha yang lebih lengkap ketimbang sutta-sutta, Mara digambarkan sebagai sosok makhluk penggoda. Di sini Mara adalah salah satu makhluk dewa (devaputta) yang tinggal di surga Paranimmitavasavatti, salah salah surga tertinggi dalam kamaloka. Beliau tidak menyukai kemajuan Buddha Dhamma dan berusaha menghalangi Bodhisatta ketika meninggalkan istana (dengan menjanjikan ia akan segera menjadi raja dunia/cakkavatti), menghalangi pencapaian Pencerahan Bodhisatta di bawah Pohon Bodhi (seperti yang dikisahkan dalam Padhana Sutta di atas), meminta agar Buddha segera Parinibbana, menggoda para siswa Sang Buddha, dst.

Menurut Lokadipani, teks Buddhis Thailand yang diperkirakan ditulis pada abad ke-13 M, Mara tak lain seorang Bodhisatta yang tengah mengumpulkan parami guna mencapai Kebuddhaan pada masa yang akan datang yang sangat jauh. Oleh sebab itu, walaupun Mara sering menghalangi Sang Buddha dalam mengajarkan Dhamma, Sang Buddha tidak pernah mengatakan sesuatu yang jelek tentang Mara (tidak seperti Devadatta yang dikatakan masuk neraka Avici). Di sini walaupun Mara itu sosok penggoda seperti setan/iblis dalam agama lain, namun ia bukan murni jahat dan tidak terampuni kesalahannya, melainkan ia hanya menganut pandangan salah dan masih diliputi kekotoran batin sehingga memusuhi Sang Buddha. Dalam kisah Buddhis lainnya juga dikatakan bahwa YA Moggalana, salah satu siswa utama Sang Buddha, juga pernah terlahir sebagai Mara yang menggoda Buddha sebelumnya (saya lupa nama Buddha-nya).
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline Sunkmanitu Tanka Ob'waci

  • Sebelumnya: Karuna, Wolverine, gachapin
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.806
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
  • 会いたい。
Re: Hantu di Buddha ?
« Reply #7 on: 26 May 2010, 09:54:44 PM »
Quote
Dari teks di atas terlihat bahwa yang dimaksud Mara yang menggoda Pertapa Gotama di sini bukan sosok makhluk hidup tertentu, melainkan kekotoran batin Beliau sendiri yang menghalangi pencapaian Pencerahan Beliau. Di sini dikatakan tentang 10 sifat buruk yang dikiaskan sebagai 10 tentara Mara yang hanya dapat dihancurkan dengan kebijaksanaan.

sayangnya mara yang dimaksud di atas adalah makhluk beneran. mara devaputta.
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: Hantu di Buddha ?
« Reply #8 on: 26 May 2010, 10:41:22 PM »
 [at]  atas ^ :
Memang secara harafiah,kisah Padhana Sutta di atas sepertinya nyata/beneran,namun jika kita cermati secara mendalam kisah di atas merupakan kiasan tentang perjuangan Bodhisatta yg diumpamakan spt menghadapi sosok Mara.

Memang Padhana Sutta di atas agak "ambigu" di mana bagian awalnya mengisahkan Mara sbg kiasan atas kekotoran batin (kilesa-mara),namun pd bgn akhir mengisahkan Mara yg meninggalkan Buddha setelah 7 th mengikuti Beliau,tetapi tidak menemukan kelemahan Beliau (devaputta-mara). Menurut GP Malalasekera, ada beberapa perkembangan pengertian Mara dlm agama Buddha. Yg paling umum adalah Mara dlm arti kematian (maccu-mara),misalnya dlm ungkapan "Dunia ini dikuasai oleh Mara". Kemudian kekotoran batin (kilesa) yg menjadi sebab/instrumen kematian (dalam Paticcasamuppada) jg disebut Mara. Pada perkembangan berikutnya godaan yg ditimbulkan oleh kekotoran batin jg disebut Mara & dipersonifikasikan sbg sosok makhluk penggoda. Dari sini timbul berbagai kisah Mara si penggoda. Seiring berjalannya waktu berbagai pengertian Mara ini menjadi tercampur aduk & menimbulkan kebingungan,spt pd Padhana Sutta di atas. Lihat http://palikanon.com/english/pali_names/ma/maara.htm utk lebih jelasnya. Thx
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline Sunkmanitu Tanka Ob'waci

  • Sebelumnya: Karuna, Wolverine, gachapin
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.806
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
  • 会いたい。
Re: Hantu di Buddha ?
« Reply #9 on: 26 May 2010, 10:47:00 PM »
sayangnya pula memang pernyataan mara sebagai gambaran batin muncul belakangan. dari sumber-sumber seperti tipitaka sudah dijelaskan bahwa mara muncul secara harafiah, misalnya dalam kasus sang buddha berkunjung ke brahma tertentu. dari berbagai teks dan komentar sudah dijelaskan bahwa mara yang muncul pada saat itu adalah devaputta, suatu makhluk.

sudah menjadi tren tafsiran modern untuk mengesampingkan hal-hal kelihatannya absurd.
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

Offline Peacemind

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 970
  • Reputasi: 74
Re: Hantu di Buddha ?
« Reply #10 on: 26 May 2010, 11:31:13 PM »
Dalam kisah Buddhis lainnya juga dikatakan bahwa YA Moggalana, salah satu siswa utama Sang Buddha, juga pernah terlahir sebagai Mara yang menggoda Buddha sebelumnya (saya lupa nama Buddha-nya).

Cerita selengkapnya ada dalam Mārattajjanīya Sutta, Majjhimanikāya. Bhikkhu Mahāmoggallāna terlahir sebagai māra pada jaman Buddha Kakusandha dan yang diganggu adalah murid utama Buddha ini, yakni Bhikhu Sañjiva.

Offline andry

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.117
  • Reputasi: 128
Re: Hantu di Buddha ?
« Reply #11 on: 27 May 2010, 01:23:18 AM »
putrinye mara cantik2 lohh... wuihhhh
Samma Vayama

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: Hantu di Buddha ?
« Reply #12 on: 27 May 2010, 07:35:53 AM »
 [at] peacemind:
Thx atas koreksinya......

 [at] sunkmanitu:

sayangnya pula memang pernyataan mara sebagai gambaran batin muncul belakangan. dari sumber-sumber seperti tipitaka sudah dijelaskan bahwa mara muncul secara harafiah, misalnya dalam kasus sang buddha berkunjung ke brahma tertentu. dari berbagai teks dan komentar sudah dijelaskan bahwa mara yang muncul pada saat itu adalah devaputta, suatu makhluk.

sudah menjadi tren tafsiran modern untuk mengesampingkan hal-hal kelihatannya absurd.

Benar, dalam kasus tertentu Mara yang dimaksud adalah devaputta, bukan sekedar kiasan saja, misalnya dalam Brahmamantika Sutta yang anda sebutkan tersebut, beberapa kisah Dhammapada Atthakatha, dst. Maksudnya saya bukan generalisasi bahwa semua Mara yang disebutkan dalam teks Buddhis adalah kiasan belaka bukan sosok makhluk, namun Mara yang dimaksud dalam Padhana Sutta di atas merupakan kilesa-mara walaupun bagian terakhirnya mengisahkan Mara sebagai devaputta. Dalam komentar disebutkan ada 5 pengertian Mara dan Mara yang disebut dalam teks Buddhis tidak selalu kilesa-mara saja atau devaputta-mara saja, namun bisa masuk ke salah satu dari 5 kategori pengertian Mara ini.

Btw, saya pernah berdiskusi di forum lain tentang Mara yang disebutkan dalam Mahaparinibbana Sutta apakah suatu kiasan atau benar sosok devaputta. Kebanyakan mereka menganggap Mara dalam sutta ini adalah sosok devaputta. Menurut saya sendiri, Mara di sini bukan sosok devaputta, melainkan personifikasi dari kematian (maccu-mara) yang "menghantui" Sang Buddha saat itu (karena Beliau sudah cukup tua dan sakit-sakitan) dan kekotoran batin (kilesa-mara) dari Ananda sendiri yang saat itu masih Sotapanna. Hal ini didasarkan pada pernyataan Ananda saat Konsili Buddhis I di hadapan Mahakassapa dan para Arahat lainnya bahwa ia dikuasai Mara saat itu, namun karena ia telah mencapai kesucian Arahat, ia tidak dikuasai Mara lagi.

Namun diskusi tersebut tidak menemukan penyelesaiannya karena para member Buddhis di sana cenderung menganggap Mara dalam Mahaparinibbana Sutta adalah sosok devaputta. Dan di sini saya tidak ingin memperdebatkan hal-hal demikian lagi karena tidak ada gunanya bagi kemajuan batin.

Saya pribadi cenderung menganggap beberapa kisah Mara dalam teks Buddhis merupakan kiasan akan kematian atau kekotoran batin walaupun bukan berarti Mara devaputta itu tidak ada. Jika anda lebih nyaman dengan definisi bahwa Mara dalam Padhana Sutta atau teks Buddhis lainnya merupakan sosok devaputta dan bukan kiasan, saya menghormati keyakinan anda.

Terima kasih _/\_
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline Sunkmanitu Tanka Ob'waci

  • Sebelumnya: Karuna, Wolverine, gachapin
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.806
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
  • 会いたい。
Re: Hantu di Buddha ?
« Reply #13 on: 27 May 2010, 09:25:19 AM »
kalau anda teliti, dalam padhana sutta dan mahaparinibanna sutta, mara yang dimaksud adalah devaputta.
bagaimana sang buddha masih ada kilesa?

karena itu saya kurang setuju dengan interpretasi anda, seakan-akan ada iblis di hati semua orang, bahkan samasambuddha sekalipun.
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: Hantu di Buddha ?
« Reply #14 on: 27 May 2010, 12:09:31 PM »
IMO, dalam Padhana Sutta mara yg dimaksud pd bgn awal adalah kilesa krn saat itu Bodhisatta berada di tepi Sungai Neranjana sesaat sebelum Pencerahan-nya. Jd waktu itu Pertapa Gotama masih belum bebas dr kekotoran batin krn belum mencapai Samma Sambodhi.

Dalam Mahaparinibbana Sutta,mara yg membujuk Buddha agar segera wafat adalah kiasan dr kematian (maccu) itu sendiri mengingat saat itu Buddha sudah tua & sakit2an. Sedangkan mara yg menguasai batin Ananda saat itu adalah kilesa krn ia msh Sotapanna,belum menjadi Arahat.

Maaf,sdr. Sunkmanitu,anda salah mengerti ttg interpretasi saya atas mara dlm kedua sutta tsb. Maksud saya bukan mengatakan bahwa iblis ada dlm diri setiap org termasuk org yg telah mencapai pencerahan. Namun mara sbg kilesa menguasai semua org yg belum tercerahkan (spt dikatakan dlm Dhammapada bhw mara tdk dpt menguasai batin para Arahat) & mara sbg kematian akan terus membayangi kehidupan semua org termasuk Buddha yg masih memiliki khanda2 yg menunjang kehidupan Beliau. Tentu saja mara di sini bukan sosok makhluk apalagi iblis penggoda spt di agama lain.

Saya juga tidak setuju jika Mara devaputta dipersalahkan atas kematian Buddha krn menurut Buddhaghosa (SNA,ii.391), tak lama setelah pencerahan Sang Buddha, Mara yg tdk dpt menemukan kelemahan/kesalahan pd Sang Buddha stlh 7 th menjadi pengikut Beliau (dlm Padhana Sutta). Jd tidak mungkin Mara devaputta yg sama meminta Buddha utk wafat 45 th kemudian (kecuali ada sosok devaputta lain yg disebut Mara jg atau itu hanya kiasan utk kematian).

Justru menurut saya, jika Mara dlm Mahaparinibbana Sutta adalah devaputta,maka org2 akan menyalahkan Mara devaputta atas kematian Sang Buddha. Pertama ia membujuk Buddha utk segera wafat,kedua ia mempengaruhi pikiran Ananda agar tdk memohon kpd Buddha. Jd dlm agama Buddha ada sosok menyerupai iblis jahat yg mana semua kejahatan manusia berasal dr makhluk tsb. Padahal tdk demikian, Mara devaputta tdk pernah menggoda org utk berbuat jahat,tetapi kilesa-mara (LDM) sesungguhnya akar kejahatan tsb.

Maksud saya adalah agar kita bisa memilah2 apakah mara yg disebutkan dlm suatu sutta itu Mara devaputta atau yg lain. Jgn terjebak dg konsep bhw semua mara itu pasti Mara devaputta ataupun semua mara tsb pasti kiasan.

Btw,saya tdk ingin berdebat lg ttg siapakah atau apakah Mara dalam Padhana Sutta & Mahaparinibbana Sutta,apakah keduanya sama,dst. Ini sekedar pendapat pribadi saja yg bisa salah. Lgpula jika pembicaraan/diskusi ini diteruskan malah OOT.

With peace,
Seniya
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa