TERJEBAK DALAM RAGA YANG SALAH
Mulai sekarang, jangan pernah lagi langsung menganggap atau menuduh seorang penyuka sesama jenis sebagai pengidap kelainan. Boleh jadi, mereka bukan pengidap penyakit kelainan orientasi, tapi memang menderita penyakit ambiguous genitalia atau “kebingungan jenis kelamin”. Penyakit yang sering dikenal awam sebagai penyakit kelamin ganda atau hermaprodit, yang dalam bahasa medisnya disebut sebagai hipospadia.
Akibat kelainan genetika dan fisiologis ini, penderitanya kerap merasakan sebagai orang yang “terjebak di tubuh yang salah”. Hal yang juga sering menimpa para waria atau wanita pria, namun untuk kasus waria, lebih cenderung pada kelainan secara psikologis. Dan hal inilah yang menimpa pada tamu-tamu Kick Andy episode ini.
Salah satunya adalah Ardi Sutrisno. Ardi adalah pria bekas perempuan, yang menderita penyakit kelamin ganda secara fisiologis akibat mutasi genetika. Akibat salah persepsi bidan yang membantu proses kelahirannya atas jenis kelaminnya, Ardi dibesarkan sebagai wanita dengan nama Sutrini. Selama kurang lebih 20 tahun, Ardi harus hidup dengan segala keganjilan pada fisiologi tubuhnya.
“Misalnya pada saat kelas 2 atau 3 SMP, teman-teman cewek saya mengalami menstruasi, kok hanya saya sendiri yang tidak mendapatkannya,” kisah Ardi mengenang saat pertama mulai merasakan keanehan pada dirinya. Ardi atau Sutrini saat itu, justru merasa lebih tertarik pada sesama perempuan sewaktu menginjak masa puber
Hingga akhirnya Ardi berinisiatif memeriksakan diri ke rumah sakit, dan akhirnya mendapatkan jawaban atas penyakitnya tersebut dari Tim Penyesuaian Kelamin RS Kariadi Semarang, bahwa dirinya secara DNA memang adalah seorang laki-laki. Kini, Ardi merasa senang dan bangga telah memutuskan melakukan operasi “penyesuaian kelamin” dan menjalani hidup dengan mantan pacarnya Etty, yang dinikahinya pasca operasi, dan seorang anak angkatnya.
Sementara bagi Iwan Setiawan, perubahan fisik dan psikologis yang dialaminya merupakan sebuah keajaiban. Iwan yang juga bekas seorang atlet lempar lembing perempuan nasional bernama Sukarnah, mengaku dulunya benar-benar seorang perempuan, yang terbukti dengan dua kali pernikahannya dengan laki-laki. Peraih perunggu pada ajang Asian Games ke-3 di Tokyo Jepang ini, tak terlalu mempersoalkan perubahan fisik dan psikisnya, karena menganggapnya sebagai kehendak Tuhan. Namun bagi Profesor dokter Sultana, Ketua Tim Penyesuaian Kelamin, hal itu dianggapnya sebagai kasus langka dari penyakit kelamin ganda, di mana perubahan bisa terjadi dengan sendirinya, baik secara fisik maupun psikis. Dan jika perlu dan mau, memang harus dibuktikan dengan uji DNA dulu, karena secara medis, DNA tak akan pernah berubah sepanjang masa.
Kasus sebaliknya yang terjadi pada Chenny Han dan Meggy Megawati. Jika Ardi dan Iwan adalah bekas perempuan yang menderita penyakit fisik karena DNA dari segi medis, maka Chenny dan Meggy adalah bekas pria yang menderita “penyakit” secara psikologis. Baik Chenny maupun Meggy, sama-sama merasa terjebak di dalam tubuh yang salah. Keduanya lahir secara fisik sebagai laki-laki, namun dalam perkembangannya secara psikis lebih merasa sebagai perempuan. Keduanya pun sempat mengalami masa-masa disebut sebagai waria, dengan sejumlah perlakuan perubahan fisik buatan dan stigma yang umum melekat pada kalangan ini.
Yang membedakan Chenny dengan Meggy, adalah bahwa Chenny masih tetap mempertahankan jenis kelaminnya sebagai laki-laki. Bagi Chenny Han, wasiat mendiang ibunya yang memintanya untuk tidak mengubah jenis kelaminnya, jauh lebih penting dan lebih besar daripada egoisme dirinya untuk berubah jenis kelamin. Sementara Meggy berketetapan untuk berubah sepenuhnya, menyatukan raga dan jiwanya sebagai seorang perempuan, dengan melakukan operasi kelamin.
http://www.kickandy.com/pretopik.asp