//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II  (Read 63009 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
« Reply #90 on: 20 October 2009, 10:34:18 AM »
Kata penutup dari aye nih :
Sebenernya bagi kubu pendukung inJulia (Kian mode=on) memandang Buddha dan ajaran nya seperti apa sih? apa kalian memandang begitu besar Buddha hingga ajarannya hanya Buddha sendiri yang mampu membuktikannya dan orang lain tidak bisa? apakah memandang Buddha itu manusia super satu2nya?

Bagi saya pribadi Buddha itu manusia sama seperti kita, yang membedakannya hanyalah dia menemukan suatu jalan yang telah lama hilang, dan sesuai dengan pengalaman dia (sebagai manusia nih bukan tuhan atau apalah yang maha sempurna lah maha suci lah) dia menjabarkan Dhammanya yang indah di awal, pertengahan dan akhir untuk di laksanakan oleh siswanya yang mau mengikuti jejaknya.
Jadi apabila ajarannya saja tidak bisa di buktikan dan harus di imani apa bedanya dengan ajaran yang lain yang sama persis dengan iman kalian?
Buddha itu manusia sama seperti kita terdiri dari darah dan daging, beliau bisa mencapai kesucian dan penerangan sempurna kita juga harus bertekad bisa seperti beliau bukannya minder hanya Buddha yang bisa begini begitu kita tidak bisa itu hanyalah ucapan umat yang pesimis pada ajaran dan hanya ingin mengandalkan kekuatan2 keajaiban2 dan lain2 yang saya rasa hal2 yang seperti itu tidak bermanfaat bagi perkembangan batin anda.

saya rasa sekian ucapan penutup dari saya, saya keluar dari perbincangan ini karena apa yang inign saya sampaikan sudah cukup, sekian dan terima kasih ;D
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline Tekkss Katsuo

  • Sebelumnya wangsapala
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.611
  • Reputasi: 34
  • Gender: Male
Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
« Reply #91 on: 20 October 2009, 10:36:19 AM »
 _/\_


^^ Bro Ryu           kerennnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn  ;D
+1 buat Bro.
coooooooollllllll Man

 _/\_


Offline CHANGE

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 598
  • Reputasi: 63
Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
« Reply #92 on: 20 October 2009, 10:37:26 AM »
 [at]  g. citra

Sekadar sharing, tanpa ada maksud apapun, jika tidak berkenan, saya mohon maaf.  :)

IMO,

Saya sangat setuju bahwa semua berada disini menpunyai keyakinan ( saddha ) terhadap Buddha Dhamma, dan salah satunya adalah Hukum Kamma. Jika ditinjau dari segi MANFAAT, maka dapat dikatakan atau “ dibuktikan “ dengan pengalaman diri sendiri membuktikan kebenaran Hukum Kamma. Jadi semua kembali kepada kecocokan masing-masing.

Saya belajar Dhamma, karena merasakan manfaat untuk diri sendiri, dan  juga bermanfaat untuk orang lain ( minimal tidak merugikan orang lain ), bila diri sendiri menpunyai kemampuan untuk memberi keteladanan melalui PRAKTEK DHAMMA dalam bentuk tulisan di Forum, tentu sangat menggembirakan, berarti praktek Dhamma kita telah memberikan contoh yang baik dalam pengembangan Buddha Dhamma ( sebab akibat). Kadang kita tidak sadar bahwa perilaku perilaku dalam mempraktekkan Dhamma menjadi dasar penilaian oleh masyarakat umum mengenai eksistensi kebenaran Buddha Dhamma yang indah dan menakjudkan. Dengan perkataan lain perilaku praktek Dhamma kita dijadikan sebagai acuan mengembangkan Buddha Dhamma yang baik dan benar oleh masyarakat.

Menurut saya, mungkin kita sendiri juga menpunyai andil yang sangat besar dengan dasar penilaian perilaku praktek Dhamma ( sebagai SEBAB ) dalam mengembangkan Buddha Dhamma ( sebagai AKIBAT ) yang baik dan benar.
  
Mungkin dibawah ini ada sebuah contoh yang baik dan yang patuh disimak.


KULIT PISANG

Sebuah ceramah akan dimulai di dalam kelas di Universitas kami. Pembawa ceramah itu adalah seorang profesor yang sudah tersohor baik di dalam maupun luar negeri. Poster sudah ditempelkan di luar gedung dua hari sebelum ceramah, reaksinya luar biasa, para mahasiswa dan mahasiswi berbondong-bondong datang ke lokasi ceramah, ingin melihat sikap wibawa professor itu.

Sepuluh menit sebelum ceramah dimulai, para mahasiswa satu demi satu memasuki ruang ceramah. Tidak jauh dari ruang ceramah, pada jalan masuk menuju ke ruang ceramah, terlihat di atas lantai sebuah kulit pisang. Setiap orang yang hendak melangkah masuk ke dalam kelas, dengan spontan harus mengangkat kaki untuk menghindari kulit pisang itu, sambil tidak lupa menggerutu, bermacam-macam yang diomelkan, "Siapa yang begitu kurang ajar?" "Sama sekali tidak mempunyai kesadaran umum!" "Panitia-panitia penyelenggara acara ini bagaimana?" "Kualitas macam apa orang zaman sekarang?"

Semua orang mengomel sambil melangkahi kulit pisang itu, dan duduk di tempat masing-masing, kemudian dengan tenang menunggu kehadiran sang profesor.

Beberapa menit kemudian, sang professor yang dinanti-nantikan setiap orang itu tiba pada waktu yang tepat.

Dia juga menemukan kulit pisang yang tergeletak di lantai itu, dengan tangannya, profesor itu membenahi kaca matanya sambil maju ke depan mengamati kulit pisang itu dengan saksama.

Suasana di dalam kelas segera menjadi hening, semua orang menjulurkan leher, melihat gerak-gerik dari sang profesor.

Setelah sang profesor mengetahui dengan jelas benda yang berada di bawah kakinya itu adalah sebuah kulit pisang, dia segera naik pitam, menunjuk kulit pisang itu dan berkata dengan suara yang sangat keras, "Mana boleh kamu (kulit pisang) tinggal di tempat ini? Seharusnya kamu tidur di dalam tempat sampah! Bagaimana dirimu bisa tidak memiliki kesadaran umum, tidak mempunyai pengertian tentang lingkungan hidup, bagaimana jika ada orang yang menginjakmu lalu terjatuh dan terluka? Dirimu sungguh sangat tidak pantas berada di sini!"

Hawa amarah membuat kaca mata yang berada di pangkal hidung sang profesor melompat-lompat, membuat orang teringat akan karakter Woody Woodpecker yang amarahnya dibangkitkan oleh hal-hal yang sepele, dari tempat duduk segera terdengar suara tawa dari para hadirin.

Sang profesor tidak mempedulikan, dia tetap melanjutkan amarahnya, terhadap kulit pisang.

Dari tempat duduk para pendengar, ada mahasiswa yang sudah tidak sabar lagi, dengan suara keras dia berkata, "Sudahlah! Bapak profesor, jangan memboroskan tenaga, Anda tidak bisa mengharapkan kulit pisang itu masuk ke dalam tong sampah hanya dengan cara dimaki!"

Mendengarkan perkataan ini, sang professor lalu memalingkan kepalanya, dia tertawa dengan wajah penuh sinar kemerahan, sambil menjulurkan tangan memungut kulit pisang yang berada di atas lantai, memasukkan kulit pisang itu ke dalam tong sampah yang berada di pinggir podium, menggunakan tisu untuk membersihkan tangannya sambil berkata, "Tadi mahasiswa itu berkata apa? Bisakah diulang kembali?"

Segera suasana kelas menjadi hening, tidak ada orang yang mengeluarkan suara.

Sang professor berkata lagi, "Saya sudah mendengar, "Anda tidak bisa mengharapkan kulit pisang itu masuk ke dalam tong sampah hanya dengan cara dimaki!", ini adalah judul dari ceramah saya pada malam hari ini!"

Saat itu, layar besar yang berada di tembok mulai menayangkan adegan para mahasiswa ketika sedang memasuki ruangan, beraneka macam ragam sikap mereka ketika melangkahi kulit pisang dan berbagai suara omelan yang berbeda terdengar sangat jelas sekali. Pada awalnya para mahasiswa itu tertawa-tawa, namun suasana berangsur berubah menjadi hening sekali.

Profesor itu lalu berkata, "Ini merupakan satu mata rantai yang khusus saya rencanakan, saya ingin membicarakan suatu prinsip kepada Anda sekalian, sebenarnya prinsip tersebut juga telah Anda teriakkan dengan jelas. Tetapi bagi Anda sekalian, mengerti prinsip adalah satu hal, sedangkan menggunakan prinsip ini untuk membimbing sikap Anda sendiri adalah hal yang sama sekali lain! Saya yakin, Anda sekalian yang hadir di sini, tidak ada satu orang pun yang tidak mengerti kulit pisang itu tidak akan bisa masuk ke dalam tong sampah hanya dengan dimaki, akan tetapi Anda sekalian tidak mempunyai tindakan yang konkret, tidak melakukan suatu hal yang sepele seperti mengangkat tangan untuk mengubah keadaan saat itu."

"Hal tersebut persis seperti kebanyakan orang yang merasa sifat masyarakat yang acuh, padahal dirinya sendiri pelit untuk memberikan sebuah senyum di wajah kepada masyarakat ini; yang mengomel tentang polusi lingkungan, tetapi dia sendiri tidak rela untuk memungut sampah yang berserakan; yang memaki pemerintah bobrok dan korup, tetapi saat dia sendiri menemui masalah, secara naluri lalu ingin mencari kenalan dan menyelesaikan masalahnya dengan melalui jalan belakang; yang mengeluhkan taraf moral yang menurun, tetapi diri sendiri tidak punya keinginan untuk mengerjakan dan melakukan dengan giat hal KEBAJIKAN apapun..."

Hampir semua orang menggerutu dan memaki, tetapi hampir semua dari orang-orang itu juga, tidak ada yang ingin mengerjakan dan melakukan dengan giat pekerjaan itu.

Tanggung jawab selalu dilempar ke pundak orang lain, sedangkan diri sendiri selalu dianggap sebagai korban! Semua praktek dan suasana hati ini, akan memperbesar sisi negatif manusia secara tak terbatas, sehingga yang diperlihatkan semua adalah keputus asaan.

Faktanya bukanlah seperti yang kalian pikirkan, setiap jengkal kemajuan yang dicapai oleh masyarakat ( PENGEMBANGAN BUDDHA DHAMMA ), membutuhkan tindakan konkret kalian untuk membangun. Jika saya tidak membuang sampah ( KEKOTORAN BATHIN ) di sembarang tempat, di dunia ini akan berkurang satu sumber yang mengeluarkan polusi ( KEBENCIAN ); jika saya lanjutkan dengan membersihkan sampah-sampah yang berada di sekitar diri saya ( MEMBERI KETELADANAN ), maka dunia ini akan lebih bersih sedikit; jika tindakan atau kelakuan saya ini bisa mengubah dan menggerakkan satu orang, maka dunia ini akan memiliki SEBAB AKIBAT untuk menjadi lebih bersih lagi. Penduduk bumi ini hanya sebanyak 6 milyar, bukan sebuah angka yang tidak bisa dihitung, maka kita seharusnya memulai tindakan konkret dari diri kita dahulu walaupun itu hanya seperenam milyar.

"Ingat! Sampah ( KEKOTORAN BATHIN ) tidak bisa masuk ke dalam tong sampah hanya dengan dimaki, dimarahi ( mungkin didiskusikan ), Anda harus bertindak ( MEMPRAKTEKKAN BUDDHA DHAMMA ) yang baik dan benar ! Mulailah dari sekarang !"

Selesai sudah ceramah dari professor, di dalam ruang ceramah terdengar suara tepuk tangan yang sangat meriah dengan perasaan hati yang ruwet.


Pesan Yang ingin disampaikan :

Kita belajar Buddha Dhamma, bukan untuk menjadi mahasiswa dan mahasiswi, tetapi jika kita belajar Buddha Dhamma secara baik dan benar, maka kita layak menyandang gelar “ PROFESSOR”


Semoga Bermanfaat.

 _/\_

Offline bond

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.666
  • Reputasi: 189
  • Buddhang Saranam Gacchami...
Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
« Reply #93 on: 20 October 2009, 10:37:48 AM »
Hai Bro Bond,

=1= Tidak ok dalam arti hanya Samma Sambuddha yg bisa menelusuri kamma vipaka.

=2=Tidak ok bahwa pembuktian hukum kamma harus lengkap seperti SB. Kecuali mau jadi SB.
Kalau Anda punya keyakinan =1=, silahkan.
Orang yang sudah sampai tidak butuh segala macam konsep, buku lagi. Bila fakta berbeda dengan kitab Suci, maka ia akan merevisi kitab Sucinya. Bagus, kalau mampu saya juga akan bertindak begini.

Pembuktian TIDAK LENGKAP, mau Anda ANGGAP cukup untuk disebut
sebagai BUKTI, silahkan.

Tapi bagi saya, pembuktian tidak lengkap belum cukup valid.

Silakan kalau anda nyaman dengan kesimpulan anda. ^-^

Quote from: Bond
Ibaratnya bro, bila kita ingin mengatakan terbukti atau tidak adalah melihat dari realitas sederhana sampai realitas tertinggi. Jika kalau saja langsung tertinggi apakah mungkin mampu tanpa dasar realitas yang sederhana. ?
Bro Citra memberi contoh yang menurutnya MUDAH, GAMBLANG, GAMPANG dipahami.

yang Anda, kita sebut "contoh GAMPANG, simpel" kan subyektivitas kita belaka. :-)

Quote from: Bond
Ah... itukan pembenaran diri anda saja..  Baca yg jelas...cape deh...
Seorang Buddha mengajarkan hukum kamma untuk dilihat apakah itu ngotot karena persaingan?
Seorang Dhammadutta mengajarkan Hukum Kamma agar bisa dipahami apakah itu ngotot karena persaingan?
Benarkah kebanyakan umat Buddha ngotot untuk membuktikan?-->data dari mana bisa ditunjukan?
KEBANYAKAN =/= SEMUA.
Umat =/= Sang Buddha.

Tetap anda bermain kata lagi, yang saya tanya kata "kebanyakan" itu data dari mana?
Cape deh... :))


Quote from: Bond
Pertanyaan anda yg pertama adalah yg dibold, dan saya sudah menjawabnya.

Kalau anda mengharapkan saya menjawab ya atau tidak .....jawabannya I just keep silent   ( Buddha way , mode on. ).
Tujuan kita diskusi utk saling sharing, mengeluarkan pendapat pribadi yang kita anggap benar. kalo Anda pelit, menyimpan sendiri kebenaran Anda, yah belajarlah berbagi.... he he he
 
Tuh kan anda menduga lagi bilang kalau saya pelit kan  :)).  Sepertinya memang suka menduga-duga ya..:))


Quote from: Bond
Coba belajar bagaimana Buddha menjawab. Buddha pernah ditanya apakah Nibbana ada atau tidak ada. Dia hanya diam. Apakah itu ngeles?
Dan salah satu cara yg ada juga dalam sutta tentang menjawab suatu pertanyaan bisa dijawab dengan tidak langsung. Apakah itu ngeles.?.

Jika Anda masih mengharapkan, maka jawaban saya sama...Orang yg memiliki panna dalam memahami Dhamma akan mengerti apa yg Dhamma dan bukan Dhamma. Silakan direnungkan. Sekali lagi saya berdiskusi disini bukan untuk plintar-plintir kata. . Simpanlah maksudmu itu bro.
Beliau tahu lebih baik diam, tdk menjawab.
Tapi dalam forum mau memakai mode ini, yah... ngga nyambung lah. he he he
ngeles atau tidak, pembaca yang menilai. ;-)

Setuju biar pembaca menilai. Apapun nilai nya bagi saya tidak masalah. Dan saya konsisten. Nyambung atau tidak nyambung adalah bagaimana cara memandang seperti yang anda katakan, mengapa anda tidak konsisten :)). Mau jawaban koq ada unsur memaksa, Saran saya kalau mau tanya dan sudah tau jawabannya tidak perlu muter2 untuk menunjukan suatu pembenaran ide dengan dalih diskusi dan sharing. apapun yg anda inginkan dan sembunyikan nanti akan terlihat dengan sendirinya. Ah...menduga lagi saya :))

Bukan plintir, silahkan baca respon pada Bro Citra, argumen saya kenapa saya sebut bukti2 yang sebagian teman berikan saya nilai sebagai DUGAAN. Kalau itu belum jelas, saya ngga mampu menjelaskan lebih jauh. :)
Istirahat, kita renungkan.

Thanks Bro Bond.

OK lah , saya rasa cukup sampai disini, karena anda sendiri telah menyimpulkan jadi tidak ada yang perlu dijelaskan lagi. Smoga tiba dipantai seberang
 _/\_
« Last Edit: 20 October 2009, 10:45:54 AM by bond »
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Offline g.citra

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.372
  • Reputasi: 31
  • Gender: Male
  • Hidup adalah Belajar, Belajar adalah Hidup
Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
« Reply #94 on: 20 October 2009, 11:00:34 AM »
Bukan hanya saya yang tidak tahu sebab PASTInya, Anda juga hanya mengira tahu sebabnya. Saya paham, Anda merasa punya alasan buat menempeleng saya (seseorang), misalnya saja. Seolah-olah, tertempeleng atau tidak, ditentukan HANYA oleh niat Anda sendiri. Sebab TUNGGAL.
Padahal sesungguhnya, Untuk tercapainya proses penempelengan tersebut, tidak semata-mata tergantung Kehendak Anda.
Misalnya, adakah karma buruk saya yang siap matang, menerima tempelengan? kalau ini ngga ada, maka niat anda tak terlaksana. Waktu, tempat dan faktor lain, ini SEMUA harus sinkron, barulah kehendak Anda, seseorang bisa terlaksana.

Itu jelas dugaan anda yang terlalu kebanyakan MIKIR bro ... :)) ... Sampai ada alasan untuk menempeleng anda dan anda sudah mengetahui ada yang ingin menempeleng anda saja, walau itu gak nyata, anda sudah mengalami
akusala vipaka citta tuh ... :))

Saya menyadari ada obyek yang bersentuhan dengan 6 kesadaran indera, itu vipaka saya, cetana saya adalah reaksi dari terjadinya hubungan tersebut bro ... Ini yang anda pungkiri dalam diskusi kita ... :))
 

Quote from: G. Citra
Pernah mikirin kenapa timbul kata "maaf" gak bro ?
kalo belum, pikirin, trus bahas disini!
Kenapa timbul, belum pernah saya pikirkan.  
Boleh coba kita bahas, sebaiknya buat thread baru.

Anda buat, saya akan mengomentari!

Quote from: G. Citra
Quote from: injulia
Apakah peristiwa ini bisa disebut: Bukti kebenaran Hk Karma?
Susah juga saya merespon, membantah ini. ;-)
Saya tidak membuat kasus berkembang! Anda yang membuatnya!
Sangat jelas bro ... Itu menunjukkan anda dah mau MUTER-MUTER ...  
Dah pusing bro ? Ngaso dulu atuh ... Jangan muter-muter ... tar tambah pusing ...  
Sudah saya akui, saya kesulitan merespon, kesulitan membantah point ini. :-)
sampai mikir lamaaaa, gimana mesti menjawab gitu. ;-)
Merasa argumen saya kedodoran...
Jelas, karena memang saya tidak punya kemampuan untuk MEMBANTAH ataupun MEMBENARKAN, secara PASTI. (teringat pada Post Bro Dhanu.)

Nah itu sudah anda akui bahwa anda tidak tahu dan mau menimbulkan argumen yang panjang x lebar buat mempengaruhi rekan-rekan disini dengan mengatakan hukum kamma hanya bisa dibuktikan oleh Sang Buddha ...

Yang perlu diketahui sebagai dasar keyakinan Buddhis adalah SADDHA, dimana keyakinan yang timbul karena adanya keterbuktian, bukan keyakinan yang membuta!

Coba anda baca paritta DHAMMANUSSATI ... Disitu ada tertulis kata "mengundang untuk dibuktikan (Ehipassiko)" ... Dengan adanya tulisan seperti itu, apakah memang benar hukum kamma (yang termasuk dhamma) memang benar-benar tidak bisa dibuktikan ? :))

Bukan muter2.
Di sinilah gunanya saya bertanya definisi HUKUM, pada Bro Kelana. Sepengetahuan saya, HUKUM Universal berlaku dimanapun, kapanpun, pada siapapun. Dalam sains, satu ketentuan baru bisa dikatagorikan sebagai HUKUM, setelah dibuktikan, tak terbantahkan oleh berbagai ujian. Kalau di proses ini benar, di proses lain tidak berlaku, maka ketentuan itu belum bisa disebut HUKUM.

Jadi kalau Anda menunjukkan satu proses sebagai bukti kebenaran Hk Karma, maka yang disebut HUKUM tersebut, harusnya bisa JUGA diterapkan di proses yang lain.

Ketika satu Hukum NAMPAK tidak sesuai dalam satu proses, maka ada dua kemungkinan:
=1= Hukum tersebut keliru, atau tidak universal
=2= Hukum itu benar, tapi masih ada parameter, faktor yang BELUM KITA IKUT SERATAKAN, atau belum kita ketahui.

Sebagai Buddhist, kita meyakini kebenaran Hukum Karma, maka mau tidak mau harus menerima yang =2=, bahwa masih ada parameter, faktor yang belum kita tahu dalam proses tersebut.

Nah, di proses yang Anda berikan, Anda merasa tahu parameternya sudah komplit. Kenapa di proses yang saya tunjukkan kita menyatakan =2=?
Apa yang kita gunakan untuk menyatakan: yang di contoh Anda parameternya sudah komplit sedang di proses contoh saya, belum komplit?

Anda TIDAK PUNYA KEMAMPUAN mengetahui mana yang parameternya sudah komplit mana yang belum.  Di sinilah nampak SPEKULASI, DUGAAN lah yang Anda terapkan.

Lanjut, Apa yang Samaneri, Anda sebut sebagai BUKTI kebenaran HK Karma, sesungguhnya BERDIRI DIATAS FONDASI SPEKULASI, DUGAAN. Spekulasi, Dugaan dalam hal menentukan sudah komplit atau belumkah parameter2nya.

Dalam sebuah adu argumen, anda bisa saja terus mengelak dengan menunjukkan tulisan-tulisan yang anda valid, terlepas dari itu semua anda hanya belum sadar aja kalau Kamma terus-menerus anda geluti bro ... :))

***
Bro Citra and All,

Wah saya ngga nyangka bisa sampai di sini.
Rasanya saya sudah mengeluarkan semua apa yang saya pahami.
Kalau ada teman lain hendak menambahkan, menyimpulkan silahkan.
Dalam artian kesimpulan masing-masing pribadi, bukan kesimpulan thread ini.
Selanjutnya mari kita semua saling merenungkan semua yang sudah diposting.
 _/\_

Gak perlu anda tulis juga, thread ini tak akan berkesudahan kalau saja anda selalu MUNGKIR bro ... :))
Yang membedakan (seolah-olah thread ini selesai) adalah ANDA BERHENTI POST dan BERARGUMEN lagi di thread ini ... :))

 _/\_

Offline Tekkss Katsuo

  • Sebelumnya wangsapala
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.611
  • Reputasi: 34
  • Gender: Male
Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
« Reply #95 on: 20 October 2009, 12:10:46 PM »
 _/\_

setuju nga kalo segala sesuatu yang terjadi ada sebabnya???? ayo sapa setuju. hahaha  ;D

 _/\_

Offline g.citra

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.372
  • Reputasi: 31
  • Gender: Male
  • Hidup adalah Belajar, Belajar adalah Hidup
Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
« Reply #96 on: 20 October 2009, 12:11:51 PM »
[at]  g. citra
IMO,
Saya sangat setuju bahwa semua berada disini menpunyai keyakinan ( saddha ) terhadap Buddha Dhamma, dan salah satunya adalah Hukum Kamma. Jika ditinjau dari segi MANFAAT, maka dapat dikatakan atau “ dibuktikan “ dengan pengalaman diri sendiri membuktikan kebenaran Hukum Kamma. Jadi semua kembali kepada kecocokan masing-masing.

Yup ... setuju bro ... Ini semua hanya sekedar tulisan (yang tentunya di-cetana-kan), dan akan berakibat (di repost) ... itu aja simpel kan ... :)

ada yang cocok, ada yang tidak cocok, itu semua cuma proses berpikir aja koq ... ;)

Menurut saya, mungkin kita sendiri juga menpunyai andil yang sangat besar dengan dasar penilaian perilaku praktek Dhamma ( sebagai SEBAB ) dalam mengembangkan Buddha Dhamma ( sebagai AKIBAT ) yang baik dan benar.

Yup ... btw, Yang baik dan benar menurut anda itu yang gimana yah bro ?  ;D
 

Mungkin dibawah ini ada sebuah contoh yang baik dan yang patuh disimak.

Telah saya simak bro ... Anumodana yah ... :)

KULIT PISANG
"Ingat! Sampah ( KEKOTORAN BATHIN ) tidak bisa masuk ke dalam tong sampah hanya dengan dimaki, dimarahi ( mungkin didiskusikan ), Anda harus bertindak ( MEMPRAKTEKKAN BUDDHA DHAMMA ) yang baik dan benar ! Mulailah dari sekarang !"

Selesai sudah ceramah dari professor, di dalam ruang ceramah terdengar suara tepuk tangan yang sangat meriah dengan perasaan hati yang ruwet.

Menurut saya, dalam berdiskusi pun kita sambil mempraktekkan Buddha Dhamma koq ... Dengan menyadari gejolak pikiran yang timbul dari, saat dan setelah membaca sebuah tulisan, bukankah itu juga merupakan sebuah bukti praktek pikiran bro ? :)

Pesan Yang ingin disampaikan :
Kita belajar Buddha Dhamma, bukan untuk menjadi mahasiswa dan mahasiswi, tetapi jika kita belajar Buddha Dhamma secara baik dan benar, maka kita layak menyandang gelar “ PROFESSOR”

Masih bingung nih ... profesor itu yang kayak gimana yah ... botak ?  :hammer: :))

HUMOR mode >>> ON

Yup ... setuju bro ... belajar Buddha Dhamma memang bisa jadi profesor, bukan jadi mahasiswa dan menyoraki Sang Profesor terus-terusan ... :))

 _/\_

Offline CHANGE

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 598
  • Reputasi: 63
Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
« Reply #97 on: 20 October 2009, 12:28:13 PM »
 [at]  g.citra

TERIMA KASIH  :)


Semoga Semua Makhluk Berbahagia

Offline Ivanzius

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 8
  • Reputasi: 5
Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
« Reply #98 on: 20 October 2009, 01:54:48 PM »
Namo Buddhaya,

Mohon maaf sebelumnya bila ada perkataan saya yang kurang berkenan dihati KK2.

Sebelum membahas lebih lanjut, kita harus menyepakati apa kata arti Hukum Karma.
Yang saya baca dari buku, Kamma adalah Niat/Kehendak (Cetana dalam bahasa Pali), Vipaka adalah Hasil/Buah dari Niat/Kehendak yang dilalui pikiran, ucapan, maupun jasmani.

Hasil dari sebuah Niat bila dilihat dari sisi jangka waktu, dapat dibagi 2 bagian :
-Jangka Panjang
-Jangka Pendek
(mohon maaf bila ada yg kurang) :P

Jangka panjang & jangka pendek itu sendiri sangat relatif pada tolak ukur masing2 pribadi (karena 5 menit buat saya mungkin lama, namun bagi KK2 itu sebentar).
Yang ingin saya sampaikan dengan waktut berjangka panjang adalah bukan pada kehidupan sekarang. Melainkan adalah di Kehidupan yang akan datang. Begitu juga sebliknya dengan waktu jangka pendek.

Untuk Hasil dari Niat ( Kamma Vipaka ) untuk jangak waktu yang panjang sangat sulit untuk dibuktikan secara detail, karena sebagai siswa sang Buddha yang masih belajar (puthujjana) tidak memiliki abhinna untuk memastikan secara detail akan Hasil dari Niat tersebut.

Ambil contoh bila saya menanam bibit/benih mangga, apakah saya dapat mengetahui secara detail mengenai :

1. Apakah bibit tersebut akan bertumbuh?
2. Bila pohon mangga tersebut bertumbuh....
     * Berapa ya kira2 diameter batang pohonnya?
     * Berapa ya kira2 tinggi pohonnya?
     * Berapa ya kira2 banyak daunnya?
     * Berapa ya kira2 banyak buahnya (kalo berbuah) manis??, asem ??....dst.  ;D

Ini mungkin yang dianggap KK InJulia bahwa hukum karma tidak dapat dibuktikan karena tidak pasti hasilnya (DUGAAN kalo kata KK InJulia).
Tapi ada 1 yang saya yakin dan menyimpulkan yang pasti...
Bahwa pohon tersebut adalah pohon Mangga...
Ini kalo diliat dari sisi jangka panjang.

Dilihat dari sisi waktu jangka pendek, kalo saya ada Niat menusuk jarum kepada kaki saya, dan saya melanjutkan dengan perbuatan, maka Hasil dari Niat tersebut bisa dirasakan secara waktu jangka pendek.... yaitu rasa sakit/penderitaan yang saya alami pada saat waktu jarum itu menembus kulit kaki saya.

Ini yang adalah kebenaran Hukum Karma. Karena saya sudah ada Karma (Niat) untuk menusuk jarum tersebut dan dilakkukan. Dan Hasil/Buah nya adalah penderitaan. (buat saya adalah penderitaan)


Mohon kondisi ini tidak ditambah dengan kondisi yang lain ya KK2  ;D, seperti :
     * Mendapat undian 100 M  ^-^ (khan jadi hepi)
     * Mendapat perhatian dari suster cantik...  =P~ (khan jadi seneng tuch) he..he..he..


Ini merupakan sebuah bukti kondisi dari proses Hukum Karma. Bila saya tidak memiliki Niat menusukan jarum ke kaki saya, maka tidak terjadi proses hukum karma (sebab akibat) tersebut.

 _/\_

Sabbe Satta Bhavantu Sukkhitatta.

Offline g.citra

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.372
  • Reputasi: 31
  • Gender: Male
  • Hidup adalah Belajar, Belajar adalah Hidup
Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
« Reply #99 on: 20 October 2009, 02:03:45 PM »
 [at]  Ivanzius

+1 dah buat post pertama anda ... :))

Offline g.citra

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.372
  • Reputasi: 31
  • Gender: Male
  • Hidup adalah Belajar, Belajar adalah Hidup
Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
« Reply #100 on: 20 October 2009, 02:11:15 PM »
gak ngerti ane. sebenarnya kebenaran macam apa sich yang dicari atau sesungguhnya mempertahankan kebenaran apa/siapa?

Kebenaran itu : PERUBAHAN dan KEMATIAN

Sanggupkah anda mengelak dari kedua hal ini ?

Offline bond

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.666
  • Reputasi: 189
  • Buddhang Saranam Gacchami...
Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
« Reply #101 on: 20 October 2009, 02:16:28 PM »
Guardian angel vs lucifer :))
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Offline Tekkss Katsuo

  • Sebelumnya wangsapala
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.611
  • Reputasi: 34
  • Gender: Male
Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
« Reply #102 on: 20 October 2009, 02:26:40 PM »
 _/\_

Posting yang bagus dari Bro Ivan

seperti yg saya blg sebelumnya, dgn segala contoh yang ada dan dijelaskan juga oleh rekan rekan lainnya....

Hukum Kamma itu ada dan nyata, bagi yg memahami, mao memahami dan mampu memahami maka mereka dapat melihat kebenaran dari Hukum Kamma sebagai suatu bukti bahwa Kamma itu ada, bagi yg tdk mao dan tidak mampu memahaminya, maka mereka tdk akan bisa melihat kebenaran hukum Kamma sehingga mereka akan mempertanyakan soal bukti dan bukti, walau dijelaskan dan diberikan cara untuk membuktikannya tetap tidak mampu memahaminya atau tdk mao memahaminya.....

Contoh lagi :
Pengunjung : PAk tukang kebun, apa bapak ada biji pohon mangga?
Tukang kebuh : ada Pak,?
Pengunjung : bisa anda tunjukkan pada saya jika bapak memang benar benar memilikinya?
Tukang kebun : ini pak bijinya, ini biji pohon mangga...
Pengunjung : dari mana saya tahu ini biji pohon mangga....
Tukang kebun : anda tidak tahu ini biji pohon mangga, maka saya memberitahukan kepada anda. jika ini bukan biji pohon Mangga maka menurut anda ini biji Apa?
Pengunjung : saya tidak tahu pak, tp bisakah anda memberikan bukti lagi bahwa ini benar benar biji pohon mangga?
Tk kebun : jika anda tidak tahu, kenapa anda bisa tdk yakin kalo ini biji pohon mangga... Baiklah saya ambilkan mangga dan saya kupas mangga, anda sendiri bisa melihat secara langsung bijinya...

setelah itu sang tk kebun mengupas buah mangga didepan sang pengunjung hingga nampak lah bijinya......

Tk kebun : ini bukti bahwa ini adalah biji pohon mangga.
Pengunjung : sapa blg ini biji pohon mangga? bisa saja ini biji tanaman lainnya, saya mao melihat biji ini tumbuh dulu dan menghasilkan buah mangga baru saya  bisa percaya?
Tk Kebun : buah mangga yg saya perlihatkan adalah hasil dari Pohon mangga, jikalau anda menunggu sampai biji ini tumbuh dan berbuah dan menghasilkan buah mangga, anda bakalan juga tdk percaya. Kenapa? karena buahnya juga seperti buah mangga yg saya pegang ini.....

walaupun sesuatu itu diberitahukan dan dengan nyata dapat dilihat, belum tentu sesuatu itu dapat dipahami dan dijadikan bukti oleh seseorg. Org yg tidak mao dan tdk mampu memahami Hukum Kamma, tdk akan mampu melihat kebenaran dari adanya Hukum Kamma tersebut...

 _/\_



Offline Tekkss Katsuo

  • Sebelumnya wangsapala
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.611
  • Reputasi: 34
  • Gender: Male
Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
« Reply #103 on: 20 October 2009, 02:32:29 PM »
 _/\_

Bro Caocoeee topicnya lari lagiii. wkwkwkwkwk  :)) :)) :))
selalu saja begitu.. pembahasannya jd lain . wkwkwkwkw

 _/\_

Offline g.citra

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.372
  • Reputasi: 31
  • Gender: Male
  • Hidup adalah Belajar, Belajar adalah Hidup
Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
« Reply #104 on: 20 October 2009, 02:32:37 PM »
jalan Buddha itu bukan itu. itu yang diributkan awam.
saya mencoba mengingatkan umat.
memang itu yang dimaksud guru Buddha mengajarkan sampai akhir kehidupannya?
makanya itu sering aku menyebutnya jalan sebelah luar (kesia-siaan seberapa tingginya kebijaksanaan anda mencapainya)?

Itu yang nyata dan Sang Buddha mengajarkan jalan menghadapinya!

Anda bilang itu jalan sebelah luar >>> saya tidak mengerti hal ini, dan saya tidak ingin tau selanjutnya di thread ini ... (kalau anda berkeras untuk menerangkannya, silahkan buka thread pada Buddhisme dengan Agama, kepercayaan, Tradisi dan Filsafat lain ! Saya akan melihat dan mengomentarinya disana (kalau itu saya pandang perlu) !

Sia-sia ? :))
Bukankah kenyataannya anda sudah mulai putus asa dalam menyebar doktrin di sini ?! :))
« Last Edit: 20 October 2009, 02:36:24 PM by g.citra »

 

anything