//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Adakah Penjelasannya di Agama Buddha?  (Read 28621 times)

0 Members and 2 Guests are viewing this topic.

Offline williamhalim

  • Sebelumnya: willibordus
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.869
  • Reputasi: 134
  • Gender: Male
Re: Adakah Penjelasannya di Agama Buddha?
« Reply #30 on: 08 February 2009, 10:04:53 PM »
Hmm,ya benar..
Tapi bagaimana jika kasusnya semua orang memang merasa waktu sekarang ini  berjalan cepat? Orangtua,cici,dan teman2 saya jg merasa waktu sekarang ini berjalan cepat.Apa masih bisa digolongkan subjektif? Bukankah sudah cenderung mengarah ke fakta? Kalau sudah ke fakta,berarti ada sesuatu yg terjadi pd bumi sehingga waktu terasa berjalan lbh cepat. Sesuatu apakah itu? Adakah penjelasannya dalam agama buddha?
Xie xie ;D

Gini aja deh,

Kamu masuk ke sebuah ruangan, matikan HP dan minta semua orang tidak mengganggumu.
Duduk bersila diam di ruangan itu dari pagi hingga sore tanpa melakukan hal2 lainnya.

Apakah kamu masih berasa "waktu cepat berlalu"?

::

PS: kalau gak mau seharian, satu jam juga boleh



 
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

Offline dery

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 312
  • Reputasi: 16
  • Gender: Male
  • ???????
Re: Adakah Penjelasannya di Agama Buddha?
« Reply #31 on: 08 February 2009, 10:55:25 PM »
mungkin seperti penjelasan bung dilbert

ditempat wa si bulan tertentu memang mataharinya lbh cepat terbitnya, namun tenggelamnya juga lbh cepat. seperti skrg, biasanya jam 5.40 udh terang, namun skrg msh gelap. sekitar jam 6 lwt br terang dan terbenamnya pun lbh lama (jam 6 sore mash nampak mataharinya.

kira2 begini :
bulan tertentu : terbit jam -+6 - terbenam jam -+6
bulan tertentu : terbit jam 5.40 - terbenam jam 5.40
jadi gak ada yg berubah selisih waktunya
« Last Edit: 08 February 2009, 11:00:38 PM by dery »

Offline morpheus

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.750
  • Reputasi: 110
  • Ragu pangkal cerah!
Re: Adakah Penjelasannya di Agama Buddha?
« Reply #32 on: 09 February 2009, 09:58:18 AM »
yg ada sih, bumi berputar satu detik lebih lambat tahun kemaren:
http://blogs.discovery.com/news_earth/2008/12/earth-spinning.html
http://dsc.discovery.com/news/2008/12/09/time-second-change.html

waktu cepet berlalu itu mah psikologis, bukan fisik ;D
* I'm trying to free your mind, Neo. But I can only show you the door. You're the one that has to walk through it
* Neo, sooner or later you're going to realize just as I did that there's a difference between knowing the path and walking the path

Offline tesla

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.426
  • Reputasi: 125
  • Gender: Male
  • bukan di surga atau neraka, hanya di sini
Re: Adakah Penjelasannya di Agama Buddha?
« Reply #33 on: 09 February 2009, 10:01:09 AM »
wah berarti revolusi bumi ke matahari justru melambat...
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Offline nyanadhana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.903
  • Reputasi: 77
  • Gender: Male
  • Kebenaran melampaui batas persepsi agama...
Re: Adakah Penjelasannya di Agama Buddha?
« Reply #34 on: 09 February 2009, 10:20:12 AM »
Kalau yg saya rasakan sekarang ini kok waktu cepat bgt ya berlalu? Tau2 udh ganti hari,tanggal,bulan.

Setau saya di agama tertentu cepatnya waktu berputar merupakan salah satu tanda kiamat.

Nah,kalo di agama buddha sendiri ada gak penjelasan mengenai cepatnya wkt berputar? Apakah merupakan suatu tanda tertentu?

it's because you ignore everything around you and because of ignorance ,you forget the time has pass by, time is constant,ur mind isn't...
Sadhana is nothing but where a disciplined one, the love, talks to one’s own soul. It is nothing but where one cleans his own mind.

Offline William_phang

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.101
  • Reputasi: 62
Re: Adakah Penjelasannya di Agama Buddha?
« Reply #35 on: 09 February 2009, 10:45:10 AM »
Hmm,ya benar..
Tapi bagaimana jika kasusnya semua orang memang merasa waktu sekarang ini  berjalan cepat? Orangtua,cici,dan teman2 saya jg merasa waktu sekarang ini berjalan cepat.Apa masih bisa digolongkan subjektif? Bukankah sudah cenderung mengarah ke fakta? Kalau sudah ke fakta,berarti ada sesuatu yg terjadi pd bumi sehingga waktu terasa berjalan lbh cepat. Sesuatu apakah itu? Adakah penjelasannya dalam agama buddha?
Xie xie ;D

Gini aja deh,

Kamu masuk ke sebuah ruangan, matikan HP dan minta semua orang tidak mengganggumu.
Duduk bersila diam di ruangan itu dari pagi hingga sore tanpa melakukan hal2 lainnya.

Apakah kamu masih berasa "waktu cepat berlalu"?

::

PS: kalau gak mau seharian, satu jam juga boleh



 

bro...kalo bisa masuk jhana mah waktu udah ngga terasa kali....

Offline markosprawira

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.449
  • Reputasi: 155
Re: Adakah Penjelasannya di Agama Buddha?
« Reply #36 on: 09 February 2009, 12:53:43 PM »
ga usah jhana, nonton film asyik atau ngerjain hobi aja, dari pagi, tau2 udah sore  :))

bumi makin tua, akan makin melambat....... paling jelas kalo ukur pake jam atom....

Offline Equator

  • Sebelumnya: Herdiboy
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.271
  • Reputasi: 41
  • Gender: Male
Re: Adakah Penjelasannya di Agama Buddha?
« Reply #37 on: 09 February 2009, 12:59:05 PM »
Sis Risce

Tidak ada waktu berjalan lebih cepat dari biasanya, mungkin kalo hanya berkurang atau bertambah cuma satu detik/second seperti Bro Morpheus, saya setuju
Kalo perubahan matahari di garis lintang yang membuat waktu sore hari jadi agak lebih lama dari biasanya, saya setuju
Mengapa saya katakan demikian ? Ga usah jauh2
Kamu cek aja jam kamu sendiri dirumah, toh dia tetap berputar seperti biasa, tidak melambat ataupun cepat, kecuali kalo low batt kali ya ?
Berarti saya lebih setuju untuk urusan waktu berputar lebih cepat atau lebih lambat, itu karena permainan perasaan saja
Jika anda enjoy dengan waktu itu, maka ia akan terasa berlalu begitu cepat
Demikian pula sebaliknya
Jadi saya rasa tak perlu penjelasan yang terlalu Buddhism, atau bahkan sengaja di Buddhis2kan

Semoga bisa dipahami..   _/\_
Hanya padaMu Buddha, Kubaktikan diriku selamanya
Hanya untukMu Buddha, Kupersembahkan hati dan jiwaku seutuhnya..

Offline risceria

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 44
  • Reputasi: 1
  • Gender: Female
Re: Adakah Penjelasannya di Agama Buddha?
« Reply #38 on: 09 February 2009, 01:38:17 PM »
republik indonesia ceria di tempat w kok matahari lbh lama terbitnya ya w ngerasa :-?
Biasanya jam 6 jarum panjang angka 3 dah terang, tapi sekarang jarum panjang angka 6 masih gelap2 gitu...

metta cittena,
Citta ;D

Iya mungkin kyk yg calon_arahat bilang kali ya.Ya yg jelas intinya berubah lah..hahaha

Offline risceria

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 44
  • Reputasi: 1
  • Gender: Female
Re: Adakah Penjelasannya di Agama Buddha?
« Reply #39 on: 09 February 2009, 01:49:28 PM »
To DCers:
Jadi yg mana penjelasan menurut buddhisme? Yg tergantung situasi yg kita alami(relativ) atau yg seperti Saudara Upasaka jelaskan?

Kalau jawabannya yg relativ,mohon maaf bgt saya masih KURANG setuju alias 1/2 setuju ;D
Karena menurut saya:
1.Kalau jawabannya begitu masih tidak paten.Krn bisa saja waktu sekarang ini berjalan cepat itu memang nyata.Misalnya ternyata bsk2 ada penelitian terhadap waktu sekarang dan hasilnya menunjukkan bahwa bumi sekarang ini memang mengalami perputaran waktu yg lebih cepat akibat sesuatu,berarti klo jawabannya menurut pandangan agama buddha adalah yg relativ,bagaimana? Krn ini kan sifatnya masih ada kemungkinan untuk dibuktikan secara nyata,tidak hanya bersifat perasaan/kondisi pribadi(relativ).


Kalau ada, minta referensi tentang penelitian ilmiah bahwa perputaran/rotasi atau bahkan revolusi bumi menjadi  lebih cepat ?

Saya jg gak tau ada/gak.Blm nyari sih,masih males ;D Makanya saya gunakan kata "Misalnya ternyata". Kan mungkin saja.Masalahnya saya gak bisa meramalkan kejadian masa dpn kyk gmn ;D

Offline risceria

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 44
  • Reputasi: 1
  • Gender: Female
Re: Adakah Penjelasannya di Agama Buddha?
« Reply #40 on: 09 February 2009, 01:54:58 PM »
Sis Risce

Tidak ada waktu berjalan lebih cepat dari biasanya, mungkin kalo hanya berkurang atau bertambah cuma satu detik/second seperti Bro Morpheus, saya setuju
Kalo perubahan matahari di garis lintang yang membuat waktu sore hari jadi agak lebih lama dari biasanya, saya setuju
Mengapa saya katakan demikian ? Ga usah jauh2
Kamu cek aja jam kamu sendiri dirumah, toh dia tetap berputar seperti biasa, tidak melambat ataupun cepat, kecuali kalo low batt kali ya ?
Berarti saya lebih setuju untuk urusan waktu berputar lebih cepat atau lebih lambat, itu karena permainan perasaan saja
Jika anda enjoy dengan waktu itu, maka ia akan terasa berlalu begitu cepat
Demikian pula sebaliknya
Jadi saya rasa tak perlu penjelasan yang terlalu Buddhism, atau bahkan sengaja di Buddhis2kan

Semoga bisa dipahami..   _/\_

Jadi intinya tdk ada penjelasan/pembahasannya di buddhis ya?

Offline William_phang

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.101
  • Reputasi: 62
Re: Adakah Penjelasannya di Agama Buddha?
« Reply #41 on: 09 February 2009, 02:04:34 PM »
Sis Risce

Tidak ada waktu berjalan lebih cepat dari biasanya, mungkin kalo hanya berkurang atau bertambah cuma satu detik/second seperti Bro Morpheus, saya setuju
Kalo perubahan matahari di garis lintang yang membuat waktu sore hari jadi agak lebih lama dari biasanya, saya setuju
Mengapa saya katakan demikian ? Ga usah jauh2
Kamu cek aja jam kamu sendiri dirumah, toh dia tetap berputar seperti biasa, tidak melambat ataupun cepat, kecuali kalo low batt kali ya ?
Berarti saya lebih setuju untuk urusan waktu berputar lebih cepat atau lebih lambat, itu karena permainan perasaan saja
Jika anda enjoy dengan waktu itu, maka ia akan terasa berlalu begitu cepat
Demikian pula sebaliknya
Jadi saya rasa tak perlu penjelasan yang terlalu Buddhism, atau bahkan sengaja di Buddhis2kan

Semoga bisa dipahami..   _/\_

Jadi intinya tdk ada penjelasan/pembahasannya di buddhis ya?

ini ada penjelasan dari pak hud dari thread MMD:

====
Rupanya topik ini menjadi simpang-siur karena pengertian/definisi tentang waktu kronologis dan waktu psikologis tercampur-aduk dan tumpang tindih. Pengertian-pengertian ini harus disamakan dulu sebelum diskusi bisa dilanjutkan. Berikut ini adalah pengertian-pengertian tentang waktu kronologis dan waktu psikologis:

(A) waktu kronologis adalah waktu yang riil, yang diukur dengan jam. Waktu kronologis tidak bisa memanjang atau memendek. Orang tidak pernah bisa mengetahui atau merasakan waktu kronologis, kecuali mengukurnya dengan jam.

(B) waktu psikologis adalah KESADARAN manusia tentang waktu, apa yang dirasakannya tentang waktu. Waktu psikologis BISA memanjang, memendek, atau berhenti. Waktu psikologis tidak selalu sejalan dengan waktu kronologis.

"... pada saat pikiran mengembara ke mana-mana (tidak tenang), kesadaran tentang waktu (ini waktu psikologis) berjalan sangat cepat (memanjang). Contohnya: pada saat kita menunggu seseorang, rasanya waktu sudah berjalan berjam-jam (ini waktu psikologis), tetapi kalau kita melihat arloji, ternyata waktu baru berjalan beberapa menit (ini waktu kronologis)."

"Ketika bermeditasi, pada saat batin relatif hening, waktu TERASA melambat, memendek, meditasi TERASA baru berlangsung beberapa menit (ini waktu psikologis); setelah bangun, dan kita melihat arloji, ternyata waktu sudah berjalan jauh lebih lama (ini waktu kronologis)." - Ini adalah pengalaman banyak pemeditasi.

============

semoga mambantu....


Offline nyanadhana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.903
  • Reputasi: 77
  • Gender: Male
  • Kebenaran melampaui batas persepsi agama...
Re: Adakah Penjelasannya di Agama Buddha?
« Reply #42 on: 09 February 2009, 02:13:28 PM »
mantap
Sadhana is nothing but where a disciplined one, the love, talks to one’s own soul. It is nothing but where one cleans his own mind.

Offline risceria

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 44
  • Reputasi: 1
  • Gender: Female
Re: Adakah Penjelasannya di Agama Buddha?
« Reply #43 on: 09 February 2009, 02:45:21 PM »
Sis Risce

Tidak ada waktu berjalan lebih cepat dari biasanya, mungkin kalo hanya berkurang atau bertambah cuma satu detik/second seperti Bro Morpheus, saya setuju
Kalo perubahan matahari di garis lintang yang membuat waktu sore hari jadi agak lebih lama dari biasanya, saya setuju
Mengapa saya katakan demikian ? Ga usah jauh2
Kamu cek aja jam kamu sendiri dirumah, toh dia tetap berputar seperti biasa, tidak melambat ataupun cepat, kecuali kalo low batt kali ya ?
Berarti saya lebih setuju untuk urusan waktu berputar lebih cepat atau lebih lambat, itu karena permainan perasaan saja
Jika anda enjoy dengan waktu itu, maka ia akan terasa berlalu begitu cepat
Demikian pula sebaliknya
Jadi saya rasa tak perlu penjelasan yang terlalu Buddhism, atau bahkan sengaja di Buddhis2kan

Semoga bisa dipahami..   _/\_

Jadi intinya tdk ada penjelasan/pembahasannya di buddhis ya?

ini ada penjelasan dari pak hud dari thread MMD:

====
Rupanya topik ini menjadi simpang-siur karena pengertian/definisi tentang waktu kronologis dan waktu psikologis tercampur-aduk dan tumpang tindih. Pengertian-pengertian ini harus disamakan dulu sebelum diskusi bisa dilanjutkan. Berikut ini adalah pengertian-pengertian tentang waktu kronologis dan waktu psikologis:

(A) waktu kronologis adalah waktu yang riil, yang diukur dengan jam. Waktu kronologis tidak bisa memanjang atau memendek. Orang tidak pernah bisa mengetahui atau merasakan waktu kronologis, kecuali mengukurnya dengan jam.

(B) waktu psikologis adalah KESADARAN manusia tentang waktu, apa yang dirasakannya tentang waktu. Waktu psikologis BISA memanjang, memendek, atau berhenti. Waktu psikologis tidak selalu sejalan dengan waktu kronologis.

"... pada saat pikiran mengembara ke mana-mana (tidak tenang), kesadaran tentang waktu (ini waktu psikologis) berjalan sangat cepat (memanjang). Contohnya: pada saat kita menunggu seseorang, rasanya waktu sudah berjalan berjam-jam (ini waktu psikologis), tetapi kalau kita melihat arloji, ternyata waktu baru berjalan beberapa menit (ini waktu kronologis)."

"Ketika bermeditasi, pada saat batin relatif hening, waktu TERASA melambat, memendek, meditasi TERASA baru berlangsung beberapa menit (ini waktu psikologis); setelah bangun, dan kita melihat arloji, ternyata waktu sudah berjalan jauh lebih lama (ini waktu kronologis)." - Ini adalah pengalaman banyak pemeditasi.

============

semoga mambantu....



Berarti sama dgn pendapat bahwa waktu itu sebenernya tetap,wkt brjalan cpt/gak nya trgantung kondisi yg diri sendiri alami & pemikiran kita,bener gak? ;D
Jd seperti itu ya penjelasannya di agama buddha?

Intinya disini maksud awalnya adalah saya bertanya ada gak penjelasannya di buddhis(sesuai dgn judul topik),krn kalau di agama tertentu kan itu merupakan tanda kiamat,nah kalau di buddhis sendiri ada menerangkan tentang hal ini/tdk? Karena rata2 yg mereply tdk langsung mengatakan"Tidak ada pembahasan mengenai hal itu"atau"Ada penjelasannya di buddhis",saya jadi bingung jawaban yg diberikan itu pendapat pribadi/menurut paham buddhis ;D

Offline William_phang

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.101
  • Reputasi: 62
Re: Adakah Penjelasannya di Agama Buddha?
« Reply #44 on: 09 February 2009, 02:54:14 PM »
ini saya copas bro ratnakumara:

menurut Ajaran Buddha Kiamat itu masih lama sekali sis.... masih ditandai dengan hadirnya 7 matahari...hehhee....
alam semesta ini bisa mengembang dan mengempis juga dah sangat make sense dimasa depan akan hadir 7 matahari...hhehe

=========

KIAMAT SUDAH DEKAT ( kah ? ) !!

“Agama Masa Depan adalah Agama Kosmik (berkenaan dengan Alam Semesta atau Jagad Raya). Melampaui Tuhan sebagai suatu pribadi serta menghindari Dogma dan Teologi (ilmu ketuhanan). Meliputi yang Alamiah maupun yang Spiritual, Agama yang seharusnya berdasarkan pada Pengertian yang timbul dari Pengalaman akan segala sesuatu yang Alamiah dan Perkembangan Rohani, berupa kesatuan yang penuh arti. Buddhism sesuai dengan Pemaparan ini. Jika ada agama yang sejalan dengan kebutuhan Ilmu Pengetahuan Modern, maka itu adalah Ajaran Buddha.”

( ALBERT EINSTEIN )

“ Namo Tassa Bhagavato Arahato Sammasambuddhassa “

Salam Damai dan Cinta Kasih … ,

Pada tanggal 10 November 2003 silam, Indonesia digegerkan dengan kemunculan Sekte Sibuea, salah satu sekte agama kr****n yang didirikan oleh mantan Pendeta Gereja Pantekosta di Indonesia (GPDI) di Bandung, Mangapin Sibuea. Sekte ini mewartakan bahwa Kiamat akan terjadi pada tanggal 10 November 2003.

Pendeta Mangapin Sibuea mampu mengajak ratusan masyarakat yang tersebar di berbagai penjuru tanah air seperti Ambon, Bandung, Surabaya, Cirebon, Jepara, Papua, Kupang dan Manado,untuk ikut bergabung dalam aliran sekte yang dibentuknya, Sekte Sibuea, yang berkantor pusat di Jalan Siliwangi RT 01/ RW10 Desa Baleendah, Kecamatan Baleendah, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.

Para pengikut Sekte Sibuea tersebut berkumpul dan melakukan ibadah di “Pondok-Nabi”, yang dibangun oleh seorang “Nabi” versi mereka yang bernama Herry, asal Cirebon, hingga menanti tibanya hari kiamat. Pondok Nabi tersebut, merupakan tempat berkumpulnya para penganut agama Kristiani yang pernah mengalami pengalaman spiritual yang sama tentang keberadaan Yesus Kristus.

Seperti yang dituturkan Barnabas (5 8) asal Kupang, kepada “Sinar Harapan”, di Gereja Bethel Tabernakel, Jalan Lengkong Bandung, Selasa (11/11) tengah malam. Keinginan masuk aliran Sibuea setelah Barnabas mendapat ilham melalui bisikan-bisikan Tuhan yang tertuang lewat mimpi, alam bawah sadar, bahkan percakapan secara langsung seperti di telepon. Menurut pengakuan Barnabas, bunyi bisikan tersebut datang dari sosok “Yesus Kristus” yang berpakaian rapi seperti seragam pegawai Pemda dan wujudnya seperti mantan Wakil Presiden Try Sutrisno, bahkan menggunakan kendaraan helikopter dan dari langit turun tepat di depan rumah Barnabas.

Dalam bisikan tahun 2002, “Yesus-Kristus” yang berwajah mirip Try Sutrisno tersebut memperlihatkan kata “Roma” ( menunjuk pada salah satu ayat dalam Alkitab ), sambil membisikkan akan datangnya hari kiamat pada tanggal 10 November 2003 dan semua penganutnya ( Yesus Kristus, - red ) harus berkumpul di “Pondok-Nabi”. Jika tidak datang ke tempat tersebut maka penyakit lumpuhnya akan kambuh lagi dan keluarganya akan meninggal ( Barnabas tadinya mengidap penyakit lumpuh tangan ).

Kejadian itu menyebabkan kecemasan dari pihak polisi. Polisi mengkhawatirkan akan terjadinya peristiwa bunuh diri masal saat menindak “sekte penanti kiamat” tersebut di Bandung. Kekhawatiran tersebut bisa dibenarkan, sebab, ada banyak contoh penganut sekte kiamat seperti ini yang memilih jalan bunuh diri bersama untuk menciptakan “kiamat”. Daftar panjang sejarah terjadinya bunuh-diri massal dari sekumpulan orang-orang yang mengkhawatirkan terjadinya kiamat selama kurun waktu 30 tahun kebelakang adalah sebagai berikut :

    * 18 November 1978: Pendeta Jim Jones, pemimpin sekte
      Kuil Rakyat, bunuh diri dengan racun bersama 914 pengikutnya di Jonestown, Guyana, Amerika Latin. Mereka takut kiamat karena perang nuklir dan merajalelanya komunisme Uni Soviet saat perang dingin.
    * 28 Oktober 1988: Polisi menggerebek gereja Dami Missionary
      di Seoul, tempat lebih dari 150 jemaat sedang menanti kiamat yang diyakini akan datang tengah malam. Dengan berpakaian putih mereka mengajak serta anggota keluarganya.
    * 1989: Jeffrey Lundgren menyempal dari kelompok kr****n.
      Dia memimpin sekitar dua lusin anggota. Mereka berlatih paramiliter untuk menyerang gereja. Ketika ada anggotanya yang membantah, si pembantah dieksekusi. Lundgren kemudian divonis mati, sedangkan istri dan anaknya dipenjara
      dalam waktu lama.
    * 28 Februari 1993: Vernon Howell alias David Koresh,
      pemimpin sekte “Ranting Daud”, tewas bersama 75 anggotanya di Waco, Texas, ketika pasukan federal AS menyerbu gedung tempat Koresh “menyandera” anggotanya. Ini mengakhiri pengepungan 51 hari.
    * 1984-1995: Luc Jouret dari Prancis menggerakkan sekte
      sempalan kr****n, “Kuil Matahari” . Dia mempengaruhi para pengikutnya bahwa setelah mati mereka akan berkumpul di dekat bintang Sirius. Sepanjang sepak terjangnya, tercatat 74 nyawa anggotanya melayang akibat bunuh diri dan dibunuh.
    * 20 Maret 1995: Para pengikut sekte “Aum Shinrikyo” ,
      di bawah pimpinan Shoko Asahara yang buta, menyebarkan gas maut di lima kereta di Tokyo. Sebanyak 12 orang tewas, 5.500 lainnya luka-luka. Asahara mendoktrinkan segera datangnya Armageddon (kiamat) dan menyiapkan bunker
      antiperang nuklir.
    * 23 Maret 1997: Sebanyak 21 lelaki dan 18 perempuan
      anggota sekte “Gerbang Surga” bunuh diri. Marshall Herff Applewhite dan Bonnie “77′ Lu Trusdale Nettles, alias “The Two” menggerakkan sekte ini dari California, AS, dengan tujuan menanti datangnya makhluk angkasa luar yang dianggap mahkluk dari surga.
    * 17 Maret 2000: Kelompok “Gerakan Pembaruan Sepuluh
      Perintah Tuhan” yang dipimpin Joseph Kibweeteere membakar diri di gereja di Kanungu, Uganda. Di antara 530 pengikut yang membakar diri, ditemukan tengkoraknya sekitar 330. Dengan kejadian lain, diperkirakan total kematian itu mencapai lebih dari 1.000 orang.
    * 11 Juli 2000: Mo Haeng Ryong (66) pendiri sekte Chunjonhoe
      atau “Heaven’s Gathering” atau “Perkumpulan Surga”, bersama istrinya, Park Kui Dal (52) divonis penjara di Seoul, Korsel, karena menipu anggotanya. Mo menganjurkan para anggotanya mengumpulkan uang untuk mengungsi dari
      kiamat yang akan tiba. Total penipuan itu sekitar USD 35 juta (sekitar Rp 300 miliar).

RAMALAN-RAMALAN MERESAHKAN

Disamping kejadian-kejadian tragis dan meresahkan tersebut diatas, banyak sekali ramalan-ramalan yang menimbulkan keresahan bagi masyarakat manusia yang berkaitan dengan Kiamat yang sudah dekat ini. Contoh yang masih cukup ‘hangat’ adalah ramalan dari Kalender Bangsa Maya. Dalam Salah satu perhitungan kalender bangsa Maya itu menyebutkan bahwa tepat tanggal 21 Desember 2012, merupakan “End of Times”. Memang masih banyak yang memperdebatkan mengenai arti dari “End of Times” yang diramalkan oleh bangsa Maya tersebut, tapi yang paling popular adalah, “End of Times” menunjukkan akan terjadinya kiamat terhadap bumi dan seluruh penghuninya. Apakah benar, kiamat akan datang dalam waktu 1,2,3,4,5, atau 10,20,30,40 atau 1000, 2000, 3000 tahun ini ? Marilah kita membahas hal tersebut dari sudut pandang Buddha-Dhamma.

KIAMAT MENURUT BUDDHA-DHAMMA

Di dalam Buddha-Dhamma dikenal adanya dua siklus dunia tempat kita hidup :

1. Siklus naik , dan ,

2. Siklus turun.

Satu siklus kelahiran kembali dunia ( Mahakappa : Satu Kappa Besar ) dibagi menjadi empat ( 4 ) fase :

1. Fase Kekosongan,

2. Fase “ Penciptaan “ ,

3. Fase statis / kediaman ,

4. Fase Kerusakan ( Kiamat ).

Masing-masing fase tersebut disebut “Kappa-Menengah”. Kappa-menengah terdiri dari dua-puluh ( 20 ) kappa-kecil. Kappa-kecil pertama disebut kappa-turun, dan kappa-kecil terakhir ( yang ke-20 ) disebut kappa naik.

Delapan-belas ( 18 ) kappa-kecil di antara kappa-turun dan kappa-naik merupakan siklus yang terdiri atas paruh-pertama naik dan paruh-kedua turun.

Diperlukan waktu dua-puluh ( 20 ) kappa-kecil untuk fase kekosongan, dan 20 kappa kecil untuk fase “penciptaan” alam-semesta tempat kita hidup ini.

Waktu permulaan zaman dari fase kediaman, awal kemunculan manusia di bumi, jangka kehidupan mereka rata-rata adalah “tak-terhingga”,, lalu turun secara perlahan-lahan ( dimana sekarang ini rata-rata umur manusia adalah 70 tahun ) hingga suatu saat akan mencapai umur rata-rata hanya sepuluh ( 10 ) tahun, dan saat tercapainya ini adalah disebut dengan “utkarsa” : fase-turun, maka itu kappa-pertama disebut kappa-turun.

Setelah itu diikuti dengan delapan-belas ( 18 ) kappa-kecil dimana jangka kehidupan rata-rata manusia perlahan-lahan naik ke delapan-puluh-ribu ( 80.000 ) tahun , dan fase ini disebut “apakarsa” : fase-naik.

Lalu setelah apakarsa kemudian rata-rata kehidupan manusia akan turun lagi menjadi selama sepuluh ( 10 ) tahun ( kembali ke “utkarsa” ; fase-turun ). Maka dari itu delapan-belas ( 18 ) kappa kecil itu disebut kappa naik-turun.

Setelah jangka kehidupan rata-rata manusia mencapai sepuluh ( 10 ) tahun di akhir kappa kecil ke-19, jangka kehidupan manusia rata-rata naik kembali secara perlahan-lahan menjadi delapan-puluh-ribu ( 80.000 ) tahun , yaitu kembali pada “apakarsa” ; fase-naik.

Dalam beberapa teks Buddhis, kata “perlahan-lahan” artinya jangka kehidupan rata-rata manusia naik/turun 1 tahun setiap kurun waktu seratus ( 100 ) tahun, tergantung apakah zaman itu dalam fase naik atau fase turun.

Pada saat terjadi apakarsa ( fase-naik ), maka tidak akan ada kemunculan seorang BUDDHA, karena manusia hidup lebih lama di dunia yang relatif makmur sehingga mereka telah puas dan tak berminat mendengarkan ajaran Buddha.

Buddha hanya akan muncul pada fase turun, tapi tidak muncul saat jangka kehidupan manusia telah jatuh dibawah titik jangka kehidupan kritis, saat sikap dan mental manusia sangat inferior sehingga tidak bisa menerima ajaran Buddha. Jangka kehidupan kritis ditafsirkan beraneka ragam, ada yang menafsirkannya sebagai seratus ( 100 ) tahun, delapan-puluh ( 80 ) tahun, bahkan tiga-puluh ( 30 ) tahun. Zaman dibawah jangka kehidupan kritis disebut zaman kegelapan, yang dalam agama lain disebut “Akhir-Zaman”.

Tanda-Tanda Akhir Zaman

Tanda-tanda “Akhir-Zaman” menurut Buddha-Dhamma adalah saat timbulnya lima ( 5 ) macam kemerosotan ( kasaya ) :

1. Kemerosotan pandangan ( ditthi-sakaya ) : aneka ragam gagasan dan pandangan terbalik muncul di seluruh pelosok dunia dan menjadi dominan di dalam benak manusia.

2. Kemerosotan hawa-nafsu ( kilesa-kasaya ) : manusia hanya mengejar kesenangan dengan menghalalkan segala cara. Segala jenis kejahatan merajalela dan perbuatan tercela ( dengan menggunakan standar hidup kita sekarang ) dianggapnya sebagai norma-norma. Orang-orang yang melakukan kejahatan bahkan disanjung sebagai pahlawan dan dihormati di masyarakat.

3. Kemerosotan kondisi manusia ( sattva-kasaya ) : mayoritas manusia tidak mendapatkan kepuasan batin dan kebahagiaan dalam kehidupan. Saat itu, fisik dan mental manusia jauh lebih inferior daripada saat kita hidup sekarang ini.

4. Kemerosotan jangka kehidupan manusia ( ayus-kasaya ) : jangka kehidupan rata-rata manusia secara makro menurun hingga ke titik kritis.

5. Kemerosotan zaman-dunia ( kalpa-kasaya ) : peperangan, bencana-alam, wabah-penyakit, gagal-panen, dan kelaparan melanda dunia. Saat mengalami ini, lingkungan hidup ( ekosistem dan ekologi ) semakin memburuk.

Salah satu ciri dari fase turun adalah kejadian yang disebut dengan “Tiga-Bencana-Besar” :

1. Peperangan,

2. Wabah penyakit, dan ,

3. Kelaparan.

Ada tiga teori mengenai ciri-ciri dari fase turun tersebut. Teori pertama , menyatakan bahwa pada saat jangka kehidupan manusia mencapai rata-rata sepuluh ( 10 ) tahun, peperangan berlangsung selama tujuh ( 7 ) hari, dilanjutkan dengan wabah penyakit yang berlangsung selama tujuh ( 7 ) bulan plus tujuh ( 7 ) hari, dilanjutkan dengan kelaparan selama tujuh ( 7 ) tahun, tujuh ( 7 ) bulan, dan tujuh ( 7 ) hari.

Teori kedua , menyatakan bahwa hanya satu jenis bencana yang akan terjadi di setiap akhir kappa-kecil. Saat jangka kehidupan manusia mencapai sepuluh ( 10 ) tahun di kappa pertama, wabah penyakit muncul ; di kappa kedua api peperangan terjadi ; dan di kappa ketiga, kelaparan melanda. Pola ini berlanjut sampai sepanjang enam-belas ( 16 ) kappa berikutnya, dan setiap bencana berlangsung selama tujuh ( 7 ) hari. Menurut teori ini, kita sekarang berada di kappa kesembilan ( ke-9 ), pada fase menurun, dimana bencana kelaparan akan terjadi saat jangka kehidupan manusia rata-rata mencapai sepuluh ( 10 ) tahun.

Teori ketiga , menyatakan bahwa kala jangka kehidupan manusia mencapai tiga-tuluh ( 30 ) tahun, ada periode kelaparan selama tujuh ( 7 ) tahun, tujuh ( 7 ) bulan, tujuh ( 7 ) hari ; dikala umur rata-rata kehidupan manusia mencapai dua-puluh ( 20 ) tahun, ada periode wabah penyakit selama tujuh ( 7 ) bulan dan tujuh ( 7 ) hari ; kala umur rata-rata kehidupan manusia mencapai sepuluh ( 10 ) tahun, ada periode bencana peperangan selama tujuh ( 7 ) hari.

Terjadinya Kiamat

Pada kappa kedua-puluh ( ke-20 ), kappa terakhir, merupakan fase naik dan jangka kehidupan manusia mencapai delapan puluh ribu ( 80.000 ) tahun. Setelah itulah, kiamat mulai datang dalam bentuk penghancuran bumi melalui salah satu dari tiga unsur alam-semesta : api, air, dan angin. Ini adalah akhir dari sebuah siklus “Mahakappa”.

Siklus mahakappa pertama diakhiri dengan kiamat dari unsur api, dimana tujuh matahari muncul [ melintasi orbit tata surya kita ] dan mengeringkan samudera.

Siklus mahakappa kedua ( ke-2 ) hingga ketujuh juga diakhiri dengan cara kiamat yang serupa. Siklus mahakappa kedelapan ( ke-8 ) diakhiri dengan kiamat dari unsur air.

Pola kiamat api dan satu kiamat air berulang selama tujuh ( 7 ) kali, totalnya lima-puluh-enam ( 56 ) Mahakappa.

Selanjutnya dilanjutkan dengan tujuh kali kiamat api dan satu kiamat angin, sehingga total menjadi enam-puluh-empat ( 64 ) Mahakappa.

Periode enam-puluh-empat ( 64 ) Mahakappa merupakan satu siklus besar dari satu sistem dunia. Kiamat api menghancurkan mulai dari neraka hingga surga kesembilan ( ke-9 ), yaitu surga tempat Maha-Brahma hidup. Kiamat air menghancurkan mulai dari neraka hingga surga kedua-belas ( ke-12 ), yaitu alam makhluk cahaya ( Abhassara ), dan kiamat angin menghancurkan dari alam neraka hingga surga kelima-belas ( ke-15 ), yaitu alam Subhakinha ( Jhana III ).

Penggambaran kiamat dari siklus Mahakappa pertama hingga ketujuh, yaitu kiamat dengan unsur api digambarkan dalam Anguttara Nikaya, Sattakanipata adalah sebagai berikut :

“ Bhikkhu, akan tiba suatu masa setelah bertahun-tahun, ratusan tahun, ribuan tahun, atau ratusan ribu tahun, tidak ada hujan.

Ketika tidak ada hujan, maka semua bibit tanaman seperti bibit sayuran, pohon penghasil obat-obatan, pohon-pohon palem dan pohon-pohon besar di hutan menjadi layu, kering dan mati… .

Para Bhikkhu, selanjutnya akan tiba suatu masa, suatu waktu di akhir masa yang lama, matahari kedua muncul. Ketika matahari kedua muncul, maka semua sungai kecil dan danau kecil surut, kering dan tiada… .

Para Bhikkhu, selanjutnya akan tiba suatu masa, suatu wakti di akhir yang lama, matahari ketiga muncul. Ketika matahari ketiga muncul, maka semua sungai besar, yaitu sungai Gangga, Yamuna, Acirawati, Sarabhu dan Mahi, surut, kering dan tiada… .

Para Bhikkhu, selanjutnya akan tiba suatu masa, suatu wakti di akhir masa yang lama, matahari keempat muncul. Ketika matahari keempat muncul, maka semua danau besar tempat bermuaranya sungai-sungai besar, yaitu danau Anotatta, Sihapapata, Rathakara, Kannamunda, Kunala, Chaddanta, dan Mandakini surut, kering dan tiada… .

Para Bhikkhu, selanjutnya akan tiba suatu masa, suatu waktu di akhir masa yang lamai, matahari kelima muncul. Ketika matahari kelima muncul, maka air maha samudera surut 100 Yojana, lalu surut 200 Yojana, 300 Yojana, 400 Yojana, 500 Yojana, 600 Yojana dan surut 700 Yojana. Air maha samudera tersisa sedalam tujuh pohon palem, enam , lima, empat, tiga, dua pohon palem, dan hanya sedalam sebatang pohon palem. Selanjutnya, air maha samudera tersisa sedalam tinggi tujuh orang, enam, lima, empat, tiga, dua, dan hanya sedalam seorang saja, lalu dalam airnya setinggi pinggang, setinggi lutut, hingga airnya surut sampai sedalam tiga mata kaki.

Para Bhikkhu, bagaikan di musim rontok, ketika terjadi hujan dengan tetes air hujan yang besar, mengakibatkan ada lumpur di bekas tapak-tapak sapi, demikianlah dimana-mana air yang tersisa dari maha-samudera hanya bagaikan lumpur yang ada di bekas tapak-tapak kaki sapi.

Para Bhikkhu, selanjutnya akan tiba suatu masa, suatu waktu di akhir masa yang lama, matahari keenam muncul, Ketika matahari keenam muncul, maka bumi ini dengan gunung Sineru sebagai raja gunung-gunung, mengeluarkan , memuntahkan, dan menyemburkan asap. Para Bhikkhu, bagaikan tungku pembakaran periuk yang mengeluarkan, memuntahkan dan menyemburkan asap, begitulah yang terjadi dengan bumi ini.

Demikianlah para Bhikkhu, semua bentuk ( sankhara ) apa pun adalah tidak kekal, tidak abadi, atau tidak tetap. Janganlah kamu merasa puas dengan semua bentuk itu, itu menjijikkan, bebaskanlah diri kamu dari semua hal.

Para Bhikkhu, selanjutnya akan tiba suatu masa, suatu waktu di akhir yang lama, matahari ketujuh muncul. Ketika matahari ketujuh muncul, maka bumi ini dengan gunung Sineru sebagai raja gunung-gunung terbakar, menyala berkobar-kobar, dan menjadi seperti bola api yang berpijar. Cahaya nyala kebakaran sampai terlihat di alam Brahma, demikian pula dengan debu asap dari bumi dengan gunung Sineru tertiup angin sampai ke alam Brahma.

Bagian-bagian dari puncak gunung Sineru setinggi 1, 2, 3, 4, 5 ratus Yojana terbakar menyala ditaklukkan oleh amukan nyala berkobar-kobar, hancur lebur. Disebabkan oleh nyala yang berkobar-kobar bumi dengan gunung Sineru hangus total tanpa ada bara maupun abu yang tersisa. Bagaikan mentega atau minyak yang terbakar hangus tanpa sisa.

Demikian pula bumi dengan gunung Sineru hangus terbakar hingga bara maupun debu tak tersisa sama sekali. “

=====bersambung=========

 

anything