Saya memiliki beberapa pendapat dari beberapa pijakan berbeda:
Kalau kita mengambil penilaian dari sudut pandang bahwa Tipitaka pasti benar semua dari kata-kata Sang Buddha, maka alasan apapun bisa keluar hingga yang paling konyol sekalipun. Kalau mengambil dari pijakan yang diberikan oleh Sang Buddha (misalnya Gotami Sutta) tentang bagaimana mengenali mana Dhamma-Vinaya yang diturunkan oleh Sang Buddha, mau ngga mau kita harus menghadapi dan mengakui kenyataan tidak semua yang dikatakan berasal dari Sang Buddha memang benar berasal dari Sang Buddha. Perkembangan Agama Buddha tidak lepas dari peran para brahmana terpelajar yang mengembangkan Ajaran Buddha secara lebih sistematis dengan dampak negatifnya membawa serta nilai-nilai lama mereka ke dalam Ajaran. Sangat mungkin, hal yang sama terjadi pada 2 Sutta di atas. Pribadi saya tidak melihat adanya manfaat Dhamma yang terkandung di dalam selain sedikit poin yang mungkin menambah nilai Saddha bagi para penganut Buddhisme zaman dulu. Tapi itu jelas tidak dapat dipakai dalam masa kini. Hanya akan menjadi olok-olok belaka terutama bagi mereka yang skeptis pada Ajaran Buddha.
Selain itu ada tambahan mengenai kriteria ucapan benar yang pantas diucapkan yang pernah ditulis di notesnya El Sol di FB.
The criteria for deciding what is worth saying
[1] "In the case of words that the Tathagata knows to be unfactual, untrue, unbeneficial (or: not connected with the goal), unendearing & disagreeable to others, he does not say them.
[2] "In the case of words that the Tathagata knows to be factual, true, unbeneficial, unendearing & disagreeable to others, he does not say them.
[3] "In the case of words that the Tathagata knows to be factual, true, beneficial, but unendearing & disagreeable to others, he has a sense of the proper time for saying them.
[4] "In the case of words that the Tathagata knows to be unfactual, untrue, unbeneficial, but endearing & agreeable to others, he does not say them.
[5] "In the case of words that the Tathagata knows to be factual, true, unbeneficial, but endearing & agreeable to others, he does not say them.
[6] "In the case of words that the Tathagata knows to be factual, true, beneficial, and endearing & agreeable to others, he has a sense of the proper time for saying them. Why is that? Because the Tathagata has sympathy for living beings."
Menjawab pertanyaan El Sol mengapa Sang Buddha tidak menjelaskan tentang Gerhana Matahari?
Baca poin [5]: Dalam hal ucapan yang Tathagata tahu sebagai fakta, benar, tidak bermanfaat, tetapi menarik dan disetujui oleh yang lain, beliau tidak menyatakannya.
Jika kita asumsikan Sang Buddha adalah sabbanu, yang maha tahu.. Maka bila Sang Buddha menjelaskan soal Gerhana Matahari, akan ada banyak pertanyaan-pertanyaan lain lagi yang mengikuti untuk memberi gambaran lengkap mengenai terjadinya Gerhana Matahari itu. Dengan demikian, ini tidak hanya tak bermanfaat bagi kehidupan suci tapi juga memboroskan waktu, tidak menuntun pada kehidupan suci dan melelahkan Sang Buddha sebagai akibatnya.
Selain itu di sini saya melihat adanya zona abu-abu di mana bila sesuatu itu bukan fakta (unfactual), tidak benar (untrue), tetapi bermanfaat (beneficial), tetapi disenangi (endearing) dan disetujui (agreeable) oleh orang lain. Di sini hal ini tidak dinyatakan secara hitam-putih oleh Sang Buddha. Which means, bahwa Sang Buddha mungkin saja akan mengucapkannya dengan melihat saat yang tepat seperti pada poin [6] sebagai upaya-kosalla beliau pada pendengar, misalnya dalam membangkitkan saddha yang bersangkutan.