//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Memahami Sutta Menggunakan Logika  (Read 48523 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline wang ai lie

  • Sebelumnya: anggia.gunawan
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.204
  • Reputasi: 72
  • Gender: Male
  • Terpujilah Sang Bhagava,Guru para Dewa dan Manusia
Re: Memahami Sutta Menggunakan Logika
« Reply #15 on: 25 May 2011, 08:44:45 PM »
ya, saya akui logika saya salah dan menyesatkan. tapi harus jelas dulu, itu tolak ukurnya apa? dan siapa yang menilainya?

yang menilainya adalah anda. dan yang menjadi tolak ukurya adalah pengetahuan anda. maka sudah pasti, logika saya salah dan menyesatkan. maka dari itu, saya tidak keberatan dengan penilaian tersebut, tidak membantah dan tidak perlu saya mengingkarinya selama yang menjadi tolak ukurnya jelas.

bukannya anda sendiri yang mengakui dan menilai? dan kata2 anda yang seperti di bold diatas sebagai tolak ukur nya.
anda yang mengatakan, anda yang mengakui, maka anda juga harus dapat menerima  :)
Namo Mahakarunikaya Avalokitesvaraya, Semoga dengan cepat saya mengetahui semua ajaran Dharma,berada dalam perahu Prajna,mencapai Sila, Samadhi, dan Prajna,berada dalam kediaman tanpa perbuatan,bersatu dengan Tubuh Agung Dharma

Offline kusalaputto

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.288
  • Reputasi: 30
  • Gender: Male
  • appamadena sampadetha
Re: Memahami Sutta Menggunakan Logika
« Reply #16 on: 25 May 2011, 10:21:15 PM »
Muter2 ngomongnya jd ribet n ngejelimet numpang nge junk ah ga mau nambah dosa :)
semoga kamma baik saya melindungi saya, semoga kamma baik saya mengkondisikan saya menemukan seseorang yang baik pada saya dan anak saya, semoga kamma baik saya mengkondisikan tujuan yang ingin saya capai, semoga saya bisa meditasi lebih lama.

Offline johan3000

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 11.552
  • Reputasi: 219
  • Gender: Male
  • Crispy Lotus Root
memahami mediator satri dgn menggunakan logika
« Reply #17 on: 25 May 2011, 10:49:35 PM »
kalau dilihat dari tempat lokasi, dan BP (biaya pemasangan  spt PLN),
meditasi di kamar PSK adalah kumuh/gelap, jauh dari rumah serta kena BEBAN tinggi (bayaran yg gak murah). Itupun cuma max 2 jam.

Nahhh logika darimana bro satri meditasi di kamar PSK ?

lebih baik bahas master logika yg gak logika sama sekali ini dehhh, dari pada bahas sutta2....

isteri bro hp nomor berapa ? boleh pm ke gw gak ? soalnya gw mau lapor dehhh atas tingkah laku bro yg gak effisien itu lhooo... sehingga uang belanja isteri bro bisa bertambah...

tnjukan logika eluu deh  :P
Nagasena : salah satu dari delapan penyebab matangnya kebijaksanaan dgn seringnya bertanya

Offline andry

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.117
  • Reputasi: 128
Re: Memahami Sutta Menggunakan Logika
« Reply #18 on: 25 May 2011, 11:02:26 PM »
kalau dilihat dari tempat lokasi, dan BP (biaya pemasangan  spt PLN),
meditasi di kamar PSK adalah kumuh/gelap, jauh dari rumah serta kena BEBAN tinggi (bayaran yg gak murah). Itupun cuma max 2 jam.

Nahhh logika darimana bro satri meditasi di kamar PSK ?

lebih baik bahas master logika yg gak logika sama sekali ini dehhh, dari pada bahas sutta2....

isteri bro hp nomor berapa ? boleh pm ke gw gak ? soalnya gw mau lapor dehhh atas tingkah laku bro yg gak effisien itu lhooo... sehingga uang belanja isteri bro bisa bertambah...

tnjukan logika eluu deh  :P
meditasi di kamar psk?
objek nya apa?  pada maju mundur?? atau pada kenimatannya?

Samma Vayama

Offline Sunkmanitu Tanka Ob'waci

  • Sebelumnya: Karuna, Wolverine, gachapin
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.806
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
  • 会いたい。
Re: Memahami Sutta Menggunakan Logika
« Reply #19 on: 26 May 2011, 05:43:16 AM »
 [at] johan3000 di dongeng lainnya disebutkan istrinya sudah mati, jadi gak logis kalau pakai telepon biasa. Coba di rumah duka, pakai telepon yang buat dibakar.
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

Offline Satria

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 673
  • Reputasi: -17
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Memahami Sutta Menggunakan Logika
« Reply #20 on: 26 May 2011, 03:23:53 PM »
untuk apa membahas tolok ukur jika anda sendiri sudah mengakui? logika dari mana?

inilah masalahnya, bagaimana kita akan bisa memahami sesuatu itu benar atau tidak, kalau tolak ukurnya tidak jelas?


lagi pula pernyataan saya di atas bukan pengakuan bahwa logika saya salah dan menyesatkan, tapi saya hanya menyatakan bahwa logika saya salah dan sesat jika tolak ukurnya adalah .......

nah, titik-titik itu harus anda isi.

Offline Satria

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 673
  • Reputasi: -17
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Memahami Sutta Menggunakan Logika
« Reply #21 on: 26 May 2011, 03:26:29 PM »
Buat memahami bbrp kata saja..penjabarannya begitu..panjang..
Blm lagi jika penjabarannya di jabarkan menurut logika..
Trus hasil penjabarannya..di jabarkan lgi menurut logika..


panjang, tapi dijamin pasti benar, tidak ada keraguan.

lagi pula panjang itu kan bila ditulis. kalo kita sudah terbiasa dengan logika, maka ribuan kesimpulan dapat diambil dalam waktu beberapa detik saja.

Offline Satria

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 673
  • Reputasi: -17
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Memahami Sutta Menggunakan Logika
« Reply #22 on: 26 May 2011, 03:29:33 PM »
bukannya anda sendiri yang mengakui dan menilai? dan kata2 anda yang seperti di bold diatas sebagai tolak ukur nya.
anda yang mengatakan, anda yang mengakui, maka anda juga harus dapat menerima  :)

bukan. anda telah salah faham. justru saya menanyakan kepada indra, apa tolak ukurnya. dan saya menyatakan bahwa yang menilai saya itu adalah sdr. Indra. dan saya menduga yang menjadi tolak ukurnya adalah pendapat indra sendiri. itu baru dugaan. jika benar dugaan saya, barulah saya mengakuinya. tapi indra belum memberikan jawaban tentang apa yang menjadi tolak ukurnya, maka kesimpulan pun belum muncul.

Offline Satria

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 673
  • Reputasi: -17
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Memahami Sutta Menggunakan Logika
« Reply #23 on: 26 May 2011, 03:32:17 PM »
Hiburan baru nih.

Evolusi logika 'master':
I
Semua bentukan tidak kekal.
Semua yang terkondisi adalah tidak kekal

II
Semua bentukan adalah yang tidak kekal
Semua yang terkondisi adalah yang tidak kekal

III
Setiap bentukan adalah yang terkondisi
Setiap yang tidak kekal adalah yang terkondisi.

------------------
I
Semua kalkun bersayap
Semua kampret bersayap

II
Semua kalkun adalah yang bersayap
Semua kampret adalah yang bersayap

III
Setiap kalkun adalah kampret
Setiap yang bersayap adalah kampret.


Demikianlah yang berkesimpulan setiap yang bersayap termasuk pinguin adalah kampret, dan setiap kalkun = kampret, telah melihat dhamma.

Sekian dan terima kasih.



saya tidak tau, anda tidak memperhatikan dengan benar, ataukah anda dengan sengaja menyimpangkan logika yang saya contohkan. logika saya, jelas sekali tidak seperti yang anda contohkan itu. alurnya berbeda. anda tidak memperhatikan hal ini :

Quote
Sayangnya, kedua kalimat tersebut tidak dapat dan tidak boleh melahirkan kesimpulan apapun, karena melanggar hukum dasar logika No. 6, yaitu premis tidak boleh sama-sama menidak.

Tetapi, bila kita mengkonversi nya ke dalam kata benda, maka apakah kita dapat membuat suatu kesimpulan?

Semua bentukan adalah yang tidak kekal
Semua yang terkondisi adalah yang tidak kekal

Penambahan kata “yang” tersebut tidak mengubah essensi dari kalimatnya, jadi penambahan kata “yang” diperbolehkan sepanjang tidak melanggar hukum logika. Tapi sayang, kedua kalimat itupun melanggar hukum dasar logika untuk disimpulkan, yaitu hukum dasar yang ke-3 yang menyatakan bahwa midle term harus bersifat “meniap”. Sedangkan dalam kedua kalimat tersebut kedua midle term tidak meniap. Jadi tidak bisa dan tidak boleh melahirkan kesimpulan apapun.

Offline Satria

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 673
  • Reputasi: -17
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Memahami Sutta Menggunakan Logika
« Reply #24 on: 26 May 2011, 03:36:21 PM »
Kalo menurut ane,

Melalui contoh dari TS, contoh penerapan logika yang disajikan di atas justru menunjukkan ke-sia2an penggunaan logika di dalam memahami sabda Buddha. Hal ini bahkan diungkapkan oleh TS sendiri pada paragraf yang terakhir. (bold biru pada kutipan dibawah).



Setelah panjang lebar memaparkan penerapan logika pada satu kalimat dari Sutta, pada kesimpulan akhir TS malah merujuk pada "dasar" PENGALAMAN dan PENGAMATAN sebagai metoda pengujian kebenaran Sutta. Jadi secara tidak langsung, TS sendiri mengakui bahwa pengetahuan akan kebenaran suatu Sutta adalah berdasarkan PENGALAMAN dan PENGAMATAN, bukan utak utik kata dengan suatu metoda, bahkan mengarang kalimat yang disebut tidak ada dalam sutta hanya dengan sedikit plintiran agar sesuai dengan hukum2 logika, yang mana kalimat tersebut secara penggunaan bahasa Indonesia adalah tidak wajar dan terlalu dibuat-buat seperti orang yang kemampuan berbahasa komunikatifnya kurang.

Dengan kata lain, penjelasan penerapan hukum logika di atas adalah bagaikan seseorang yang mengklaim suatu kemenangan yang dimenangkan oleh orang lain, yaitu metoda logika diklaim sebagai pemenang, sementara yang benar2 memenanginya adalah "pengalaman dan pengamatan" (langsung).

Jadi apabila seluruh usaha penerapan metoda logika pada contoh di atas dihilangkan, dengan menyisakan bagian PENGALAMAN dan PENGAMATAN saja, dan tanpa mengganti kalimat dengan penambahan kata "yang" dan merubah posisi tidak kekal ke depan serta mengganti kata segala menjadi setiap, yaitu ke bentuk aslinya "SEMUA BENTUKAN TIDAK KEKAL". Maka seseorang yang melakukan pengamatan dan mengalami ketidakkekalan segala bentukan secara langsung oleh dirinya sendiri akan meyakini sabda Buddha tersebut, tanpa harus mengutak-utik kalimat itu ke dalam metoda logika yang notabene adalah termasuk di dalam kategori yang disebut sebagai "bentukan" itu sendiri, yaitu bentukan pikiran.

Jadi, secara tidak langsung TS sendiri menyatakan ke-absurdan metoda logikanya sendiri. Sehingga berdasarkan pada penjelasan contoh di atas itu sendiri, mengarahkan bahwa, judul thread ini menjadi ada sambungannya, yaitu,

Memahami Sutta Menggunakan Logika .......adalah sia-sia.

Karena "hanya" melalui pengalaman pengamatan secara langsung oleh diri sendiri sajalah seseorang dapat mengetahui kebenaran.
(Lihat kembali yang dibold biru pada kutipan di atas)


berikut ini adalah kesimpulan saya :

Quote
Setiap bentukan adalah yang terkondisi”

dan berikut ini adalah pengalaman dan pengamatan saya yang saya pastikan merupakan penglaman dan pengamatan semua orang yang mau mengamati dengan benar :

Quote
Setiap yang tidak kekal adalah yang terkondisi.”

coba anda perhatikan sekali lagi, apakaha anda melihat bedanya?

Offline Satria

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 673
  • Reputasi: -17
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Memahami Sutta Menggunakan Logika
« Reply #25 on: 26 May 2011, 03:42:29 PM »
benarlah apa yang di firmankan Allah di dalam Quran,"mereka mengingkari kebenaran dan mereka membohongi diri mereka sendiri karena dzulman dan ulwan. maka perhatikan saja, apa yang akan terjadi pada orang-orang yang bersikap destruktif."

dzulman = faktor mental yang mendorong seseorang menyusahkan diri sendiri karena kebencian dan keserakahan.

ulwan = rasa gengsi.

Offline Sunyata

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.082
  • Reputasi: 52
Re: Memahami Sutta Menggunakan Logika
« Reply #26 on: 26 May 2011, 04:15:25 PM »
Ini saya bajak dari bro ryu khusus untuk anda :D
kalau menurut MN 22  Alagaddūpama Sutta perumpamaan ular :

(PERUMPAMAAN ULAR)

10. “Di sini, para bhikkhu, beberapa orang sesat mempelajari Dhamma – khotbah, syair, penjelasan, bait-bait, ungkapan kegembiraan, sabda-sabda, kisah-kisah kelahiran, keajaiban-keajaiban, dan jawaban-jawaban atas pertanyaan – tetapi setelah mempelajari Dhamma, mereka tidak memeriksa makna dari ajaran-ajaran itu dengan kebijaksanaan. Tanpa memeriksa makna-makna dari ajaran-ajaran itu dengan kebijaksanaan, mereka tidak memperoleh penerimaan mendalam akan ajaran-ajaran itu. Sebaliknya mereka mempelajari Dhamma hanya demi untuk mengkritik orang lain dan untuk memenangkan perdebatan, dan mereka tidak mengalami kebaikan yang karenanya mereka mempelajari Dhamma. Ajaran-ajaran itu, karena secara keliru dipahami oleh mereka, akan mengakibatkan bencana dan penderitaan untuk waktu yang lama.

“Misalkan seseorang yang memerlukan seekor ular, mencari seekor ular, mengembara untuk mencari seekor ular, melihat seekor ular besar dan menangkap gulungannya atau ekornya, ular itu akan berbalik dan mengigit tangannya atau lengannya atau anggota tubuh lainnya. [134] dan karena itu ia akan mengalami kematian atau penderitaan mematikan. Mengapakah? Karena ia menangkap ular itu dengan cara yang salah Demikian pula, di sini beberapa orang sesat mempelajari Dhamma … Ajaran-ajaran itu, karena secara keliru dipahami oleh mereka, akan mengakibatkan bencana dan penderitaan bagi mereka untuk waktu yang lama.

11. “Di sini, para bhikkhu, beberapa anggota keluarga mempelajari Dhamma – khotbah, syair … jawaban-jawaban atas pertanyaan – tetapi setelah mempelajari Dhamma, mereka memeriksa makna dari ajaran-ajaran itu dengan kebijaksanaan. Dengan memeriksa makna-makna dari ajaran-ajaran itu dengan kebijaksanaan, mereka memperoleh penerimaan mendalam akan ajaran-ajaran itu. Mereka bukan mempelajari Dhamma demi untuk mengkritik orang lain dan bukan untuk memenangkan perdebatan, dan mereka mengalami kebaikan yang karenanya mereka mempelajari Dhamma. Ajaran-ajaran itu, karena secara benar dipahami oleh mereka, akan mengakibatkan kesejahteraan dan kebahagiaan untuk waktu yang lama.

“Misalkan seseorang yang memerlukan seekor ular, mencari seekor ular, mengembara untuk mencari seekor ular, melihat seekor ular besar dan menangkapnya dengan benar menggunakan tongkat penjepit, dan setelah itu, mencengkeramnya tepat di lehernya. Kemudian walaupun ular itu akan membelit tangannya atau lengannya atau bagian tubuh lainnya, tetapi ia tidak akan mengalami kematian atau penderitaan yang mematikan karena belitan itu. Mengapakah? Karena cengkeramannya yang benar pada ular itu. Demikian pula, di sini beberapa anggota keluarga mempelajari Dhamma … Ajaran-ajaran itu, karena secara benar dipahami oleh mereka, akan mengakibatkan kesejahteraan dan kebahagiaan bagi nereka untuk waktu yang lama.

12. “Oleh karena itu, para bhikkhu, ketika kalian memahami makna dari pernyataanKu, ingatlah itu; dan ketika kalian tidak memahami makna dari pernyataanKu, maka bertanyalah kepadaKu atau kepada para bhikkhu yang bijaksana.
Kesimpulannya mengapa anda membicarakan tolak ukur, mengapa membabarkan logika anda? Mengapa anda mengutak-atik dan memplesetkan isi Tipitaka? Jika punya murid banyak, kenapa anda tidak ajarkan saja kepada mereka agar menc
apai Therajana? ;D

Diskusi yg seperti ini tidak ada manfaatnya dan membuahkan karma buruk buat anda yg bermaksud menyesatkan orang lain.

Semoga anda berhasil digigit ular yang dimaksud ;D

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Memahami Sutta Menggunakan Logika
« Reply #27 on: 26 May 2011, 04:50:43 PM »
Kutipan Digha Nikaya, 12. Lohiccasutta:


'... Di sini, Lohicca, seorang guru yang telah meninggalkan keduniawian dan menjalani kehidupan tanpa rumah, tetapi belum mencapai buah pertapaan. Dan tanpa mencapai tujuan ini, ia mengajarkan muridnya satu ajaran, dengan mengatakan: "ini untuk kebaikanmu, ini untuk kebahagiaanmu." Namun muridnya tidak ingin memperhatikannya, mereka tidak mendengar, mereka tidak membangkitkan pikiran untuk mencapai pencerahan, dan nasihat si guru dicemooh. Ia harus dicela dengan mengatakan: "Yang Mulia ini telah meninggalkan keduniawian ... nasihatnya dicemooh. Ini bagaikan seorang laki-laki yang terus menerus mendekati seorang perempuan yang menolaknya dan merangkulnya walaupun ia telah berpaling." Aku menyatakan ini sebagai ajaran jahat yang berdasarkan kemelekatan, karena apakah yang dapat dilakukan seseorang untuk orang lain? Ini adalah guru pertama yang layak dicela ... '



Di sini ada contohnya, tapi lebih parah. Tidak menjalani hidup petapa, berbohong mengenai pencapaian buah pertapaan, mengajar ajaran ngaco dan ditolak, tapi tetap bersikeras mengajar karena kemelekatan. Mungkin karena memang tidak punya malu juga.


Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Memahami Sutta Menggunakan Logika
« Reply #28 on: 26 May 2011, 05:32:35 PM »
benarlah apa yang di firmankan Allah di dalam Quran,"mereka mengingkari kebenaran dan mereka membohongi diri mereka sendiri karena dzulman dan ulwan. maka perhatikan saja, apa yang akan terjadi pada orang-orang yang bersikap destruktif."

dzulman = faktor mental yang mendorong seseorang menyusahkan diri sendiri karena kebencian dan keserakahan.

ulwan = rasa gengsi.

salah forum, 'dak

Offline Sostradanie

  • Sebelumnya: sriyeklina
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.375
  • Reputasi: 42
Re: Memahami Sutta Menggunakan Logika
« Reply #29 on: 26 May 2011, 05:38:56 PM »

Di sini ada contohnya, tapi lebih parah. Tidak menjalani hidup petapa, berbohong mengenai pencapaian buah pertapaan, mengajar ajaran ngaco dan ditolak, tapi tetap bersikeras mengajar karena kemelekatan. Mungkin karena memang tidak punya malu juga.


Seekor katak dalam tempurung akan bersikeras bahwa dunia itu hanyalah kecil. Karena itulah yang dilihat setiap saat,setiap waktu. Bagaimana-pun yang lain sudah menceritakan dunia yang lain, dia TIDAK AKAN BISA MENGERTI.

Tapi jika tempurung-nya sudah terbuka, maka dia baru bisa melihat,"Oh...ternyata inilah dunia yang lain."
Cuma tidak ada satu-pun yang bisa membuka tempurung-nya karena tidak tahu cara-nya. Dan sikatak juga sudah merasa nyaman dalam tempurung-nya. Karena didalam tempurung dia sudah mengalami kebahagiaan.
PEMUSNAHAN BAIK ADANYA (2019)