//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Show Posts

This section allows you to view all posts made by this member. Note that you can only see posts made in areas you currently have access to.


Messages - xenocross

Pages: 1 [2] 3 4 5 6 7 8 9 ... 79
16
Studi Sutta/Sutra / Catusparisat Sutra
« on: 15 August 2018, 06:58:06 PM »
Khotbah Mengenai Perkumpulan Rangkap Empat
Catuṣparisat Sūtra
The Discourse on the Fourfold Assembly


Keterangan Teks :
Sumber sansekerta:

Based on the edition by Waldschmidt, Ernst, 1952, 1956, 1960. Das Catuṣpariṣatsūtra, eine Kanonische Lehrschrift über die Begründung der Buddhistischen Gemeinde. Text in Sanskrit und Tibetisch, verglichen mit dem Pali nebst einer Übersetzung der chinesischen Entsprechung im Vinaya der Mūlasarvāstivādins. Auf Grund von Turfan-Handschriten herausgegeben und bearbeitet. Teil i–iii. Berlin 1962 (Abhandlungen der Deutschen Akademie der Wissenschaften zu Berlin, Klasse für Sprachen, Literatur und Kunst, 1960/1), pp. 432–457 (revidierter Text).
Catuṣpariṣat SF 259 Waldschmidt 1957d: 108–140

Sumber bahasa Inggris:
Terjemahan bahasa Inggris oleh Bhiksu Sujato. Diterbitkan di situs suttacentral. https://suttacentral.net/sf259/en/sujato

Terjemahan
Terjemahan dari bahasa Inggris ke Bahasa Indonesia oleh Prajnadeva, dengan sesekali membandingkan dengan teks sansekerta.

Ringkasan
Petapa Gautama mencapai pencerahan dan menerima dana makanan pertama dari dua pedagang. Kemudian dewa Brahma datang memohon agar Buddha mengajarkan dharma yang ditemukanNya. Buddha pergi dari hutan Uruvela ke Benares untuk mengajarkan Dharma pada lima petapa yang semuanya mencapai tingkat arahat. Berikutnya Buddha mengajar pemuda Yasa dan teman-temannya sampai akhirnya ada 60 orang arahat di dunia. Kisah ditutup dengan instruksi untuk pergi berpencar menyebarkan Dharma, sementara Buddha pergi ke Uruvela

Perkenalan

Catuṣpariṣat Sūtra adalah sebuah teks kanonik mengenai pembentukan Perkumpulan Buddhis. Teks asli dalam bahasa sansekerta dan tibet, dibandingkan dengan teks pali dan terjemahan padanan chinese di dalam vinaya Mūlasarvāstivādin.

Teks ini menceritakan kisah yang sudah lama dikenal dalam legenda buddhis mengenai pencerahan Sang Buddha dan pembentukan Sangha. Kisah serupa dalam versi lain yang mirip dan bahkan hampir identik di beberapa bagian dapat ditemukan dalam Theravada Vinaya Khandaka Mahavagga, Lalitavistara Sutra, Mahavastu, Jataka- Nidanakatha, Ariyapariyesana Sutta, dan banyak lagi.

Apa yang membuat teks ini istimewa kalau cerita yang disajikan sudah lama kita kenal? Keistimewaan pertama adalah, teks ini termasuk ke dalam ‘teks buddhis awal’.

Dewasa ini ketika Ajaran Guru Buddha terpecah-pecah menjadi banyak sekte dan tradisi, ada orang yang kebingungan mengenai manakah dharma yang asli yang benar berasal dari Sang Buddha sendiri. Tentu saja semua sekte mengklaim bahwa dirinyalah yang mewarisi dharma sejati. Dilatarbelakangi hal ini, ada usaha dari sebagian orang memakai metode analisis sejarah dan pengelompokan teks untuk mencari dharma sejati.

Dengan asumsi bahwa Dharma yang diajarkan Buddha tentunya akan ditulis paling awal, dan penambahan-penambahan belakangan oleh murid-murid atau generasi berikutnya akan ditulis belakangan, sejarawan mencoba mencari teks mana yang muncul paling awal. Hal ini tidak terlalu sulit, karena semua sekte buddhis mengakui dan menyimpan sekelompok teks yang sama, yang sekarang disebut “teks buddhis awal”. Yaitu empat nikaya dalam tradisi pali, yang mempunyai padanan empat agama dalam kanon tiongkok, dan beberapa kumpulan dalam khuddaka nikaya pali yang juga mempunyai padanan dalam ksudraka agama kanon tiongkok.

Sehingga ‘teks buddhis awal’ biasanya mempunyai otoritas dan otentisitas yang lebih tinggi dibanding teks lain seperti teks abhidhamma atau teks komentar, karena diakui dan diterima oleh semua sekte sebagai kata-kata Buddha. Sebaliknya, teks abhidhamma, teks komentar, ataupun beberapa sutra Mahayana tidak diterima oleh semua buddhis sebagai kata-kata Buddha, tetapi hanya diterima sebagian kelompok.
Catuṣpariṣat Sūtra termasuk ke dalam kategori ‘teks buddhis awal’ dan cukup bernilai untuk dipelajari oleh siapa saja, apapun sekte anda, karena tingkat otentisitasnya sama dengan teks lain di ‘teks buddhis awal’ seperti kanon pali atau kanon agama. Teks ini adalah bagian dari kanon sansekerta dari sekte Sarvastivada.

Keistimewaaan kedua adalah dukungan yang teks ini berikan terhadap keberadaan Sangha bhikkhuni/ bhiksuni.
Jika kita lihat judulnya saja, Perkumpulan Empat Rangkap mempunyai makna bahwa Sangha baru lengkap jika ada empat kelompok: Bhiksu, Bhiksuni, Upasaka, Upasika. Jadi dari judulnya saja teks ini sudah menyatakan bahwa bhiksuni diperlukan. Walaupun di dalam isinya tidak ada satupun bhiksuni, tapi ada orang-orang dari tiga kelompok lain.

Poin lainnya adalah pernyataan Buddha di dalam teks ini yang menyatakan bahwa Beliau tidak akan parinirvana sebelum mempunyai siswa Bhiksu, Bhiksuni, Upasaka, Upasika yang cerdas dan terampil dalam mengajar. Bahwa Buddha sudah mempunyai rencana mendirikan Sangha Bhiksuni terpapar jelas disitu. Hal ini membantah anggapan bahwa Buddha dipaksa oleh Ananda untuk mendirikan Sangha Bhiksuni.
Keistimewaan ketiga dari teks ini adalah karena teks ini melengkapi teks Maha Parinibbana Sutta.

Seperti dikatakan Bhikkhu Sujato dalam bukunya ‘A History of Mindfulness’:
Quote
“Dua khotbah, Catuṣpariṣat Sūtra dan Mahā Parinibbāna Sutta, adalah sepasang yang saling melengkapi. Ini terbukti dari banyak kesejajaran dan kesamaan dalam rincian dan strukturnya.
Mahā Parinibbāna Sutta mengisahkan bagaimana Māra mendekati Sang Buddha, bersujud dengan kepalanya pada kaki Sang Buddha (! hanya dalam versi Sanskrit), dan mengingatkan Beliau bahwa, ketika Sang Buddha berdiam di Uruvelā di tepi sungai Nerañjarā tak lama setelah Beliau tercerahkan, Māra telah mendatangi-Nya dan meminta agar Sang Buddha meninggal dunia. Kejadian ini kenyataannya ditemukan dalam Catuṣpariṣat Sūtra Sanskrit, tetapi tidak ada dari versi Pali yang sejajar dalam Vinaya Mahāvagga. Pada waktu itu, kedua versi Mahā Parinibbāna Sutta berlanjut mengatakan, Sang Buddha menjawab bahwa Beliau tidak akan meninggal dunia sampai empat perkumpulan dari para bhiksu, bhiksuni, umat awam laki-laki, dan umat awam perempuan telah berkembang dengan baik dan berlatih dengan baik dalam Dharma, dapat mengajarkan dan mempertahankan Dharma. (Bacaan ini, secara tidak sengaja, adalah salah satu dari banyak bacaan yang menunjukkan bahwa pendirian Sangha Bhiksunī tidak diadakan atas keengganan Sang Buddha, seperti yang muncul dalam kisah Vinaya, tetapi suatu bagian intrinsik dari misi Beliau dari awalnya.)

Keistimewaan keempat dari teks ini adalah karena menyiratkan bahwa tujuan Buddha dari awal adalah untuk mengajar, yang selaras dengan tema Mahayana yaitu bodhicitta. Berbeda dengan interpretasi yang dihasilkan oleh teks lain yang menggambarkan bahwa Buddha mempunyai keraguan dan enggan untuk mengajar.

Hal ini dapat dibaca dari struktur teks yang menempatkan pernyataan Buddha bahwa beliau tidak akan parinirvana sebelum mempunyai siswa-siswa, sebelum Brahma Sabhapati datang memohon agar Beliau mengajarkan dharma. Poin lain adalah pernyataan perlindungan dua pedagang Tripusa dan Bhallika yang berlindung pada ‘Sangha yang akan dibentuk di masa depan’.

Hal lainnya adalah ungkapan “welas asih agung” yang muncul ketika Buddha menerawang dunia untuk melihat apakah makhluk-makhluk dapat menerima ajaran. Teks ini memberi perspektif baru bahwa Buddha memang mempunyai misi untuk mengajarkan dharma kepada makhluk-makhluk di dunia ini.

Sumber utama terjemahan Bahasa Indonesia ini adalah terjemahan Bahasa Inggris yang tersedia di situs suttacentral oleh Bhikkhu Sujato. Dengan memeriksa teks asli sansekerta untuk kalimat yang membingungkan atau meragukan, dan membandingkan dengan padanan bahasa pali dan terjemahannya jika ditemukan, diharapkan terjemahan ini lebih akurat daripada hanya sekedar menerjemahkan dari terjemahan Bahasa Inggris.

Semoga terjemahan teks ini dapat membantu praktik spiritual pembaca.
Jasa kebajikan dari menerjemahkan teks ini didedikasikan untuk kelangsungan Ajaran, panjang usia dan kelangsungan aktivitas Guru Dharma, dan kebahagiaan kesejahteraan semua makhluk.

17
Perkenalan / Re: Menikah Beda Keyakinan
« on: 23 July 2018, 09:07:30 PM »
Sebenarnya di buddhis tidak mengatur, jadi dibebaskan tergantung kebijaksanaan yang menikah

Tentu idealnya adalah punya keyakinan yang sama, tapi memang situasi kadang tidak ideal. Buddhis tidak memaksa orang harus jadi agama Buddha.

Opsi yang ada misalnya,
1. pemberkahan dua kali menurut dua agama.
2. Pemberkahan hanya di satu agama, salah satu ikut pasangannya

Sayangnya Indonesia hanya menerima pernikahan agama sama, jadi hanya satu pemberkatan yang didaftarkan ke catatan sipil.

18
boleh, kenapa gak

19
Buddhisme Awal / Re: Citta Sankhara
« on: 14 January 2018, 08:12:19 AM »
Tapi kalau demikian, pancakhanda itu gimana? Pancakhanda jelas membedakan vedanakhanda, sannakhanda, sankharakhanda

Mengenai cetasika, di abhidhamma versi theravada maupun versi tradisi utara, menyatakan vedana dan sanna sebagai cetasika universal (selalu hadir)

20
let's be real... saya meditasi berbaring karena kaki gak kuat....

21

Bro bleh mnta bcaan yng pnjangny?
 ^:)^

buat apa? Apakah benar-benar butuh?
Kalau belum coba mantra pendeknya, lebih baik coba dulu. Bacaan panjang itu agak sulit diketik, karena panjang banget.

22
Studi Sutta/Sutra / Re: Tentang Sotapanna (Koreksi kalau salah)
« on: 13 December 2017, 05:42:07 AM »
1. benar, demikianlah istilah di sutta, misalnya di Samanaphala sutta
2. benar, demikianlah tertulis di sutta
3. Ini ketemunya di komentar entah dimana. Karena di sutta hanya disebut tujuh maksimal

23
Kesempatan Berbuat Baik / Buku Baru Lamrimnesia : Catur Brahmavihara
« on: 11 December 2017, 07:54:12 PM »
*S* APA - *Sebar Dharma*

Bagaimana caranya mencintai dengan universal?
Bagaimana caranya berempati pada semua makhluk?
Bagaimana caranya mengembangkan welas asih?
Bagaimana caranya mencapai keseimbangan batin?

Temukan dalam buku Dharma *Catur Brahmavihara*
*tanpa dipungut biaya* dan bagikan juga ke keluarga, sahabat, vihara, atau komunitas Anda dengan *mengirim pesan ke Call Center Lamrimnesia (+62812 2281 6044)*.

Dapatkan juga buku *Nutrisi Hati*, kumpulan kisah menginspirasi terjemahan para Dharma Patriot Lamrimnesia yang mengikuti acara Dharmacamp 2017 dengan cara yang sama.

--
*Yuk Bergabung Jadi Dharma Patron!*

Mari menyokong pelestarian dan pengembangan Buddhadharma di Nusantara dengan menjadi Dharma Patron Lamrimnesia.

Salurkan dukungan Anda ke rekening:
BCA 0079 388 388
a.n. Yayasan Pelestarian dan Pengembangan Lamrim Nusantara

Dana yang Anda berikan akan disalurkan untuk:
35% Penerbitan dan Penyebaran Buku Dharma
35% Penyelenggaraan Kegiatan Dharma
30% Biaya Operasional dan Mobilisasi Dharma Patriot

Sarwa Manggalam,
Call Center Lamrimnesia
hp/wa: +62812 2281 6044
fb/ig: lamrimnesia
email: info [at] lamrimnesia.org





24
PERTANYAAN AVALOKITEŚVARA MENGENAI TUJUH KUALITAS
སྤྱན་རས་གཟིགས་དབང་ཕྱུག་གིས་ཞུས་པ་ཆོས་བདུན་པ།
The Inquiry of Avalokiteśvara
on the Seven Qualities
Avalokiteśvaraparipṛcchā
saptadharmaka
འཕགས་པ་སྤྱན་རས་གཟིགས་དབང་ཕྱུག་གིས་ཞུས་པ་ཆོས་བདུན་པ་ཞེས་བྱ་བ་
ཐེག་པ་ཆེན་པོའི་མདོ།
’phags pa spyan ras gzigs dbang phyug gis zhus pa chos bdun
pa zhes bya ba theg pa chen po’i mdo




Sutra Mahayana  bernama Pertanyaan Avalokiteśvara Mengenai Tujuh Kualitas

Hormat kepada Begawan Manjusri Yang Selalu Muda

Demikian yang telah kudengar. Yang Terberkahi sedang berdiam di Rājagṛha di Puncak Gunung Nasar bersama dengan sekumpulan besar 1250 bhiksu dan sejumlah besar bodhisattva mahāsattva . Pada waktu itu, Yang Mulia Avalokiteśvara bodhisattva mahāsattva bangkit dari tempat duduknya, mengatur jubah atasnya pada satu bahu, dan menempatkan lutut kanannya di tengah bunga teratai.

Merangkapkan tangan dengan hormat kepada Yang Terberkahi, dia bertanya kepada Buddha, “Yang Terberkahi, dalam berapa kualitas seharusnya bodhisattva berlatih, setelah dia membangkitkan bodhicitta (batin altruistik yang bertujuan mencapai pencerahan)?

Yang Terberkahi menjawab pertanyaan Yang Mulia Avalokiteśvara bodhisattva mahāsattva dengan kata-kata berikut.

“Putra dari Keluarga, bodhisattva seharusnya berlatih dalam tujuh kualitas setelah membangkitkan bodhicitta. Apakah tujuh itu? Mereka adalah sebagai berikut.

(1) Dia seharusnya tidak mengalami kenikmatan seksual bahkan dalam pikiran, apalagi bersatunya dua organ seksual

(2) Dia seharusnya tidak berteman dengan orang yang tidak bajik bahkan dalam mimpi.

(3) Dengan pikiran bebas seperti burung, dia seharusnya sepenuhnya tanpa menggenggam

(4) Dengan penguasaan dalam keahlian dan kebijaksanaan, dia seharusnya  tanpa kesombongan dan tanpa anggapan bahwa konsepsi “AKU” adalah nyata.

(5) Dia seharusnya meninggalkan konsepsi keberadaan dan tiada-keberadaan dan kokoh dalam pembebasan dari kekosongan

(6) Dia seharusnya tidak bersenang-senang dalam saṃsāra melalui pemahaman konseptual yang tidak otentik, [karena] saṃsāra adalah seperti ilusi magis atau mimpi

(7) Dan dia seharusnya menahan diri dari menyangkal hukum sebab dan akibat. “

“Putra dari Keluarga, seorang bodhisattva yang baru saja membangkitkan bodhicitta seharusnya  berlatih dalam tujuh kualitas ini.”
Ketika Yang Terberkahi telah bersabda, Yang Mulia Avalokiteśvara bodhisattva mahāsattva, bersama dengan para bhiksu dan bodhisattva, bersukacita dan memuji sabda Yang Terberkahi.

Demikianlah Sutra Mahayana bernama “Pertanyaan AvalokiteśvaraMengenai Tujuh Kualitas” telah selesai

=======00========
Diterjemahkan dan disunting [dari bahasa sanskerta ke bahasa tibet] oleh Guru India Dīpaṃkaraśrījñāna dan bhiksu penerjemah Gewai Lodrö

The Noble Mahāyāna Sūtra “The Inquiry of Avalokiteśvara on the Seven Qualities”
Āryāvalokiteśvaraparipṛcchāsaptadharmakanāmamahāyānasūtra

Sutra Mahayana bernama Pertanyaan Arya Avalokiteśvara Mengenai Tujuh Kualitas

Toh 150, Degé Kangyur, vol. 57 (mdo sde, ba), folios 331a–331

Diterjemahkan ke bahasa inggris oleh the University of Calgary
Buddhist Studies team
Published by 84000 (2014)
www.84000.co

Diterjemahkan ke bahasa indonesia oleh xenocross.

25
Halo, salam kenal Ryan

1. Untuk belajar atau menjadi umat Buddha, tidak perlu ada persyaratan khusus. Anda boleh mengikuti suatu ritual yang disebut visuddhi, tetapi tidak juga tidak apa-apa.
Umat Buddha dikatakan menjadi penganut agama Buddha jika di dalam hatinya telah berlindung pada Buddha, ajarannya, dan komunitas umat buddhis (terutama Bhiksu-Bhiksuni yang telah mencapai kesucian)

2. Sangat baik sekali anda ingin belajar. Sebelum anda memutuskan untuk masuk ke agama Buddha, pikirkanlah baik-baik, dan selidikilah dengan teliti.

Bagi pemula, saya merekomendasikan buku ini:
https://dhammacitta.org/buku/pertanyaan-baik-jawaban-baik.html

dan biografi singkat Buddha :
https://dhammacitta.org/download/ebook.html#kronologi

Mengenai karma, saya menyarankan buku-buku berikut
1. https://dhammacitta.org/download/ebook.html#karma
2. http://dhammacitta.org/pustaka/ebook/umum/Teori%20Kamma%20Dalam%20Buddhisme.pdf
3. Karma pencipta sesungguhnya hadayavatthu.org/?wpdmdl=2529
4. Prinsip Karma :https://www.kadamchoeling.or.id/transkrip/karma-1
dan https://www.kadamchoeling.or.id/transkrip/karma-2

Lebih jauh lagi, anda bisa membaca tentang apa saja yang diajarkan Buddha:
1. https://dhammacitta.org/download/ebook.html#ikhtisar
2. Sang Buddha dan ajarannya http://hadayavatthu.org/?wpdmdl=2538
dan jilid 2: http://hadayavatthu.org/?wpdmdl=2541

Jika anda ingin mencoba meditasi, silahkan baca:
https://dhammacitta.org/download/ebook.html#meditasi-pernafasan

dan https://dhammacitta.org/download/ebook.html#1

Itu saja dulu.


26
Kafe Jongkok / Re: Shoutbox 2
« on: 05 December 2017, 03:54:47 AM »
karmaphala itu istilah dasar banget

gak tau itu, malah nyebut itu istilah sesat, itu keterlaluan. Keterlaluan.

Lebih baik diam dan belajar lagi. Daripada terus menerus bikin malu diri sendiri

27
Diskusi Umum / Re: Dimana Suvannabhumi?
« on: 05 December 2017, 03:48:25 AM »
Kemungkinan besar yang dinamakan suvannabhumi itu juga berpindah2 lokasinya, dan merujuk ke daerah umum asia tenggara tempat perdagangan. Maka daerah itu bisa jadi Myanmar, Laos....

Orang India tahunya dia di arah tenggara.

Dan di abad-abad berikutnya ketika peradaban Nusantara mulai maju dan berpindah, Sumatra masuk ke list tempat yang disebut Suvannabhumi.
Belakangan disebut juga Suvannadvipa (pulau emas)

Quote
Dalam kitab Ramayana, pada bagian yang menceritakan pembangunan jembatan Situbanda oleh tentara kera yang menghubungkan India dengan Alenkapura diceritakan bahwa Hanuman sempat menyeberang ke arah timur melalui pulau-pulau yang bernama Svarna Dvipa, Java Dvipa, Varuna Dvipa dan sampai kepada suatu pegunungan yang puncaknya ditutupi oleh es dan salju. Dalam manuskrip kitab-kitab peninggalan Nusantara, dapat kita saksikan bahwa yang disebut sebagai Svarna Dvipa adalah pulau Sumatra, Varuna Dvipa adalah pulau Kalimantan dan Java Dvipa adalah pulau Jawa. Sementara itu satu-satunya puncak gunung yang ditutupi oleh es dan salju di sebelah timur Svarna Driva dan Java Dvipa hanyalah puncak gunung Jaya Wijaya yang terletak di Irian jaya. Apakah hal ini menegaskan bahwa pada jaman Ramayana wilayah Nusantara juga merupakan satu-kesatuan dengan Ayodyapura, kerajaannya Sri Rama?

https://kriyayoganusantara.wordpress.com/2016/02/23/nusantara-dan-kerajaan-dewa-dewi/

So, jangan heran kalau petunjuk2 kadang ga konsisten dan membingungkan. Sepertinya orang india zaman dulu bikin peta atau nama tempat sebelum ilmu navigasi mereka bener2 bagus. Baru di abad2 belakangan jadi lebih akurat.


28
Meditasi / Re: Meditasi salah kaprah (tersesat)
« on: 04 December 2017, 08:33:36 PM »
In Buddhism
General definition (in Buddhism)

N (Absence of chastity). Sexual activity.
https://www.wisdomlib.org/definition/abrahmacariya


Abrahmacariya veramani sikkhapadam samadiyami; undertake the precept to refrain from sexual activity.
http://www.chinabuddhismencyclopedia.com/en/index.php/Abrahmacariya_veramani_sikkhapadam_samadiyami

3. Abrahmacariya veramani sikkhapadam samadiyami
    I undertake the precept to refrain from sexual activity.
https://www.accesstoinsight.org/ptf/dhamma/sila/atthasila.html

abandoning a lower life
https://books.google.co.id/books?id=sXhp8w6r93QC&pg=PA73&lpg=PA73&dq=abrahmacariya&source=bl&ots=DLrvTEUteJ&sig=lTKAnoU43HQZEmK6oKQpnuFD9PU&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwij5vCuu_DXAhVHtY8KHZpaCYY4FBDoAQg5MAQ#v=onepage&q=abrahmacariya&f=false

3. Abrahmacariya veramani sikkhapadam samadiyami

    I undertake the precept to refrain from sexual activity.
https://dhammawiki.com/index.php?title=8_precepts



3 Abrahmacariya veramani sikkhapadam samadiyami ― I undertake the precept to refrain from sexual activity.
https://www.watmetta.org/eightPrecepts.html

To refrain from any sexual activity: no physical contact or intimacy with the opposite sex.
https://bswa.org/practices/the-eight-precepts/

(3) to refrain from all sexual relations
http://www.nichirenlibrary.org/en/dic/Content/E/37

29
Theravada / Re: "Kelebihan" Theravada
« on: 29 November 2017, 08:07:02 PM »
Quote
Jawab: setahu saya di Theravada, orang-orang yang berdebat dengan Sang Buddha, bukan Sang Buddha yang berdebat, Sang Buddha hanya berdiskusi.

Jawab: setahu saya Maitreya dan Mahayana sama, memang beda y? Saya tahunya Theravada saja.

Jawab: tetapi hampir sebagian besar menggunakan tradisi chinese, kalau di Theravada, tradisi dikesampingkan.

Salah, ada beberapa kasus Buddha dan murid-muridnya berdebat, dan menang. Misalnya adalah debat dengan Saccaka.

Aliran Maitreya atau YiKuanTao, adalah aliran sesat yang dibikin di abad ke18 di china, dan mencatut nama Buddha. Jelas beda sekali dengan Mahayana.

Anda kurang piknik. Ada vihara2 Buddhayana yang tidak pake ornamen chinese. Malah ada yang pake budaya jawa.
Soal tradisi, Theravada juga bawa tradisi myanmar atau thailand kok. Anda saja yang kurang jeli melihat... atau ga tau itu tradisi, bukan ajaran Buddha.

30
Theravada / Re: "Kelebihan" Theravada
« on: 29 November 2017, 07:46:32 PM »


1. Setelah saya baca di forum ini, ternyata Sang Buddha pilih kasih, ajarin abhidhamma ke surga Tavatimsa, trus gak diajarkan menyeluruh ke semua bhikkhu, di kisah komentar Dhammapada. Dikatakan Beliau ke surga Tavatimsa, ibu Beliau dari surga Tusita datang ke Tavatimsa (cuman satu makhluk dari Tusita, mungkin surga Tusita belum banyak pengunjung kali ya.) kemudian Yang Mulia Sariputta ke surga Tusita, saat hampir 3 bulan khotbah, menjemput Sang Buddha. Sebenarnya Sang Buddha di mana sih,  Tavatimsa atau Tusita, trus Panglima Dhamma ketemu Buddha apa di Tusita?

Ini adalah komentar karangan yang ditulis jauh hari untuk membenarkan abhidhamma theravada. Kenapa ada inkonsistensi soal Tusita atau Tavatimsa? Karena menurut sebagian aliran buddhis, Ratu Maya lahirnya di Tavatimsa, dan oleh karena itulah Buddha ngajar ibunya di Tavatimsa. Komentar soal Buddha ngajar di tavatimsa ini sudah ada di suatu teks, yang kemudian dicopas oleh theravada, trus kemudian jadi gak sinkron dengan legenda mereka yg lain.


Quote
Dari hsil doktrin Theravada, memang tidak diajarkan, tidak dikatakan, tetapi hasilnya yang saya dapat seperti ini (kesimpulan dari hasil pelajaran):
1. Yang paling benar karna kitabnya lengkap,
2. Promosi Arahat karena Arahat tidak mungkin bohong,
3. Meraih tingkat kesucian
4. Magic magic dari para Arahat,
5. Menjauhi debat, mendekati diskusi (saya pikir ini nilai plus, itu pun tergantung orangnya yang mungkin akan segera move)

1. Mahayana juga punya semua kitab yg dimiliki oleh Theravada (paralelnya). Dan malah lebih banyak lagi kitab selain itu. Disebut gak lengkap karena banyak kitab mahayana yg hilang terbakar waktu India diserbu muslim.
Tapi kalau kriterianya "punya semua teks yg sama dengan theravada", mahayana juga punya.

2. Apakah para Bodhisattva berbohong?

3. Apakah Bodhisattva tidak bisa atau tidak mencapai tingkat kesucian? Weleh weleh
4. Emang Bodhisattva gak punya magic?
5. Disini kita beda pandangan. Mahayana dan hampir seluruh sekte buddhis india menggunakan debat sebagai alat belajar. Bahkan Buddha juga melakukan debat dengan petapa aliran lain

Quote
6. Kelompok "Buddhayana" (maaf, kesimpulan pribadi) acuh tak acuh, karna gak peduli aliran; mereka kosong karena tidak tahu tingkat kesucian; mereka tidak tahu apa-apa. (Saya tidak bermaksud menghina siapa pun, inilah hasil doktrin yang saya dapat.)
Maaf yang nomor enam, saat ini justru saya ingin mempelajari yang nomor ini melalui pertanyaan di bawah. ^:)^ ^:)^

6. Bagaimana mungkin kosong, selama ada sila, samadhi, panna, tidak mungkin kosong.
Gak tahu apa-apa ya? Ya saya dari Buddhayana..... mau dites?

Quote
Klo kelompok Maitreya saya masih kurang tahu. Saya hanya pernah menginjakkan kaki di Vihara Mahayana, saat nenek saya KO, itupun hanya berlalu lalang, saat itu, mungkin 16 tahunan (SMA). Saya belum pernah ke Vihara Theravada atau Buddhayana atau yang manapun. Saya mempelajari Ajaran Buddha hanya dari web dan intinya yang lebih terpercaya dari karya Dhammacitta (5 Nikaya) namun doktrin Theravada cukup sata kejar, sebelumnya.

Lupakan Maitreya, itu aliran sesat yang mencatut nama Bodhisattva

Anda mempelajari ajaran Buddha dari web, itu baik sekali. Tapi teori saja tanpa praktik akan membawa pada ERROR. Lakukanlah meditasi


Quote
Pertanyaan, baik sekali jika ada yang ingin menjawab:
1. Apa yang disembah di Buddhayana? Saya menolak menyembah deva, jika orang lain mau, silakan, saya hanya mau menyembah Sang Buddha (belum pernah sebenarnya) karena di Theravada hanya Sang Buddha yang disembah, apa tanggapannya? (Mohon untuk tidak dinilai negatif)

Buddha. Bodhisattva.
Kalau ada dewa di vihara Buddhayana, anggaplah mereka murid2 Buddha yang mengawal ajaran, dan kita memberi salam pada mereka selayaknya murid yang lebih junior menyapa murid yang senior.

Quote
2. Dikatakan Buddhayana campuran Konghucu, menyembah deva (agama) Konghucu, fitnah atau kekeliruan? Apa tanggapannya?

Pada saat agama Konghucu dilarang di indonesia, banyak kelenteng dan pengikutnya berlindung di bawah naungan agama Buddha. Sejak agama Buddha lahir di negeri ini, memang punya hubungan dekat dengan Konghucu. Sehingga saat itu atas dasar persaudaraan, dibiarkan.
Walaupun begitu sisi negatifnya adalah, tradisi chinese dan agama buddhis jadi rancu.

Tapi ini harus diluruskan. Agama Buddha tidak menyembah dewa. Dalam Mahayana disebutkan, salah satu sila perlindungan adalah tidak menyembah di luar Triratna.

Dewa dipasang altar dll, itu untuk menghormati mereka saja. Bukan dipuja. Tapi status mereka adalah sebagai dharmapala/ pengawal dharma.

Buddhayana itu sendiri adalah organisasi. Untuk mewadahi tiga aliran besar, Theravada, Mahayana, Tantrayana. Jadi di dalam Buddhayana sendiri terbagi tiga lagi, dan bhiksu dari tiga aliran ada semua.

Quote
3. Apakah Buddhayana dan Vihara Triratna sama atau berbeda?
4. Apakah hanya lebih khusus kelompok Cina? Karena kebanyakan budaya etnis China yang terlihat, Apa tanggapannya?

3. Ga tau
4. Coba main main ke jawa.... ke sumatra.... memang di beberapa daerah tertentu ada banyak mayoritas tionghoa... tapi itu ga semua begitu.

Quote
5. Ada juga patung deva yang berwarna merah dengan janggut panjang, apakah itu ada di Buddhaya, apa tanggapannya?
6. Apakah acuan Ajaran Buddha di Buddhayana, juga berdasarkan Kanon Pali? Dhamma dan Vinaya? Atau ada yang khusus atau berbeda, kayak Sutta Theravada dan Sutra Mahayana kan ada yang beda, ada yang sama?

5. Guan Gong adalah seorang pelindung dharma yang diangkat beberapa ratus tahun setelah kematiannya di Buddhisme China.
6. Acuannya Tripitaka, Kanon Pali, Kanon Sanskrit, Kanon Tibet, Kanon Taisho, dan komentar2nya.

Quote
7. Di Buddhayana biasanya memakai kata Dhamma atau Dharma, Nibbana atau Nirvana? (Sanskrit atau Pali)
terserah yang ngomong

Quote
8. Bagaimana cara menanggapi, jika seseorang mengaku dari Buddhayana, tetapi menipu?
lapor polisi

Quote
9. Apakah acuannya ke bahasa Mandarin? Kitabnya lebih mengacu ke yang terjemahan mandarin?
Gak, tergantung mau pake tradisi apa. Mau pake pali juga ada. Mau pake tibetan juga ada. Ada yang pake bahasa jawa....

Quote
10. Apakah boleh menyembah keluarga yang telah meninggal dengan sembahyang, di Theravada, orang mati ya sudah, dikenang jasanya karena anicca
Ngapain disembah, dia gak bisa nolong kau. Malah dia butuh bantuan.. makanya ada upacara Ullambana, untuk transfer merit

Quote
11. Kebanyakan mengatakan di Buddhayana, banyak habisin uang, meminta umatnya menyumbang banyak-banyak, karena kelompok Chinese katanya banyak hamburin uang, mahal-mahal, apakah fitnah atau kekliruan, apa tanggapannya? (Saya bertanya dari sudut pandang Buddhayana, bukan pribadi dari karakter orang tertentu)
Emang di theravada gak? Semua juga butuh duit...

Pages: 1 [2] 3 4 5 6 7 8 9 ... 79
anything