//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Aliran Maitreya  (Read 433213 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline Yong_Cheng

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 279
  • Reputasi: 16
  • Gender: Male
Re: Aliran Maitreya
« Reply #240 on: 24 April 2008, 06:32:49 PM »
Kebenaran sejati, Tuhan Maha Besar dan Hati Nuraniku

Oleh : Y.S Sesepuh Kao San

Apakah kebenaran sejati itu? Bagaimanakah bentuknya? Dimanakah seseorang dapat menemukannya? Inilah pertanyaan yang paling esential dan utama yang menjadi titik tolak pembahasan dari semua kitab dan sutra semua agama didunia.


Kebenaran sejati adalah yang hidup(alived). Dan kebenaran yang hidup itu hanya Satu, Dialah Tuhan Yang Maha Kuasa! Tuhanlah yang menjadi hukum kebenaran yang tertinggi sebab Tuhanlah sumber dari segala hukum dan kebenaran.
Bahkan Dialah yang menjadi sumber dari semua bentuk kehidupan!
Semua bentuk denyut nadi kehidupan datang dariNYa! Diluar diriNya tak ada bentuk kehidupan apapun!
Dialah yang menjadi awal dari segala-galanya. Dialah yang melahirkan* alam semesta jagad raya ini.
Dari galaksi, planet, bumi, gunung, telaga, makhluk hidup, tetumbuhan hingga sebutir debu yang kecil, semuanya, tanpa kecuali, datang dariNya!
Sungguh Dialah kebenaran tertinggi, teragung dan termulia!
Semua bentuk kesucian, kebajikan dan kebenaran bersumber dariNya.
Dialah Sang Kebenaran Sejati, Sang Kebenaran Abadi.

LALU SIAPAKAH TUHAN ITU?
BAGAIMANAKAH BENTUK PRIBADINYA?

Sesungguhnya tidak ada kata-kata yang mampu melukiskanNya. Tak ada intelek yang mampu menyentuhNya.
Sebab Tuhan, Sang Kebenaran Mutlak, bukanlah unsur materi. Jangan menyamakanNya dengan semua yang ada didunia ini.
Dunia beserta isinya, dalam mata* Tuhan tak lebih hanyalah kumpulan gelembung-gelembung khayal, yang terus mengalami pemunculan dan kemusnahan.
Jauh sebelum dunia ini eksis, sebelum segala bunyi suara dan warna ini ada,
Tuhan telah eksis dengan KesempurnaanNya.
Sebelum semesta jagad raya ini tercipta, alam hanyalah kekosongan yang hampa,
Tiada terang maupun gelap, tiada atas maupun bawah,
Tiada sekarang maupun esok maupun kemarin.
Tiada kata-kata yang bisa melukiskan keadaan Ilahiah itu.
Dan sesungguhnya, kalau mau dipaksakan, maka itulah dasar fisikNya yang tiada tara.
Sebuah kondisi diluar ada dan tiada, diluar hidup dan mati,
Bukan eksis maupun non eksis.
Begitu gaib dan misteri, dalam kekosongan yang mutlak itu Dia eksis*(ada dengan sendiri)
Bebas leluasa tanpa ketergantungan apapun.
Dia eksis dalam kesempurnaanNya yang tiada tandingan.
Dialah Sang Tiada Tara yang Mutlak!
Dia tak memerlukan nama, tidak memerlukan badan fisik,
Pengetahuan, kedudukan dan kuasa.
Sebab Dia sendiri adalah sebuah Nama Abadi.
Dia tidak memerlukan kuasa
Sebab Dirinya sendiri adalah Sang Kuasa yang Tiada tara.
Namun semua yang kujelaskan ini hanyalah kata-kata kosong yang tak mungkin menyentuhNya!
Uraian ini hanyalah memberikan sebuah konsep.
Namun bagaimanapun juga, sebuah konsep tetap hanyalah sebuah konsep.
Konsep bukanlah Sang Kebenaran itu sendiri!
Sebuah konsep tidak lebih hanyalah sebuah bayangan abstrak dalam cermin.
Tak ada denyut nadi kehidupan dalam sebuah konsep.
Konsep-konsep hanyalah seludang khayal intelek kita.
Hati-hati, janganlah sampai mengaburkannya.

Bagaimana sebuah konsep bisa menjadi sebuah kebenaran?
Bagaimana mungkin sesuatu yang mati dapat menjadi hidup(kebenaran mutlak)?

Semua bentuk khotbah dan ceramah bahkan doktrin dan Dharma hanyalah sebuah filosofi.
Mereka bukan Sang Kebenaran yang hidup itu.
Sang Kebenaran yang hidup bukan jalinan kata-kata, bukan ide dan pandangan.
Kebenaran Mutlak itu diam tak berbicara, tiada surat dan kata-kata didalamNya.

Surat kata dan pikiran hanyalah ide dan pandangan, sedang Tuhan bukan ide-ide dan pandangan.
Tak ada kuasa dan kehidupan dalam ide dan pandangan.
Bukan Tuhan Yang Maha Kuasa. Jangan mencari Tuhan dalam kata-kata.
Tuhan tidak bersembunyi didalam untaian kalimat-kalimat kitab suci manapun didunia.
Semua bentuk kitab suci hanya memberikan pemahaman.
Namun pemahaman sama sekali berbeda dengan pengalaman langsung.
Oleh sebab itu, saudara jangan bangga dan lupa diri karena saudara sudah menguasai dengan baik semua bentuk kitab suci manapun didunia.
Percuma dan omong kosong itu semua.
Hal ini sama dengan menjadikan resep obat sebagai obat.
Membersihkan muka sendiri melalui bayangan dalam cermin.
Menyedihkan. Mengapa dunia ini tak pernah damai?
Semuanya dikarenakan umat manusia tidak dapat membedakan apa itu kebenaran sejati.
Agama hanyalah Agama, bukan Tuhan.
Kitab suci hanyalah Kitab suci, bukan Tuhan.
Filosofi hanyalah filosofi, bukan kebenaran sejati. Membaca kitab suci tidak sama dengan menghayati kebenaran sejati.
Memahami kalimat-kalimat dalam sutra tidak sama dengan pengalaman akan kebenaran yang hidup. Bedakanlah.

DIMANAKAH KEBENARAN HIDUP ITU?

Kebenaran hidup itu ada dimana-mana.
Tiada tempat yang tidak memilikinya. Namun yang terpenting adalah menyadari bahwa kebenaran hidup itu ada disini dan sekarang juga, yaitu ada dalam diriku dengan kespontanan momen ini juga. Seperti yang telah disinggung diatas.
Tuhanlah yang menjadi sumber dan eksistensi. Tuhanlah yang menciptakan langit, bumi, laksa makhluk dan benda, semuanya memiliki percikan* Roh Tuhan yang abadi itu.
Dan kini yang perlu disadari adalah percikan* Roh Agung itu ada dalam diri kita masing-masing.
Setiap manusia, tidak peduli siapapun dia, secara kodrati, memilliki hati nurani.
Disela-sela perasaan,pikiran, niat dan keinginan, berdirilah Sang Hati(Dzat) yang sempurna.
Dari tingkat tertinggi, Samma Sambuddha hingga yang terendah setan neraka,
Semuanya secara asaliah memiliki Hati Nurani yang sama.
Baik seorang Nabi maupun awam, yang bijak maupun dungu, bajik maupun yang jahat,
Mulia maupun hina, ningrat maupun jelata, tanpa kecuali apapun,
Semuanya memiliki Hati Nurani yang sama suci dan sempurnanya.
Inilah keadilan Tuhan Yang Maha Besar.

Semua Hati Nurani itu terang dan bercahaya.
Ia merupakan sumber bisikan Kebenaran dalam dada setiap umat manusia.
Bagaimanapun sesat dan batilnya umat manusia ia tetap dapat membedakan apa itu terang dan gelap. Apa itu kebajikan dan kejahatan. Bagaimanapun sesatnya sebuah hati pasti dapat menyadari perbedaan hati cinta kasih dan api kebencian.
Dan bagaimanapun sesatnya sebuah jiwa tetap jiwa itu tidak akan merasakan kedamaian karena api kebencian,
Sebaliknya justru merasakan kesejukan dan ketenangan jika dipenuhi oleh sinar cinta kasih.
Jadi tidak ada jiwa yang justru merasakan kebebbasan dan kedamaian jika dipenuhi oleh nafsu kejahatan dan merasa tersiksa jika dipenuhi oleh kelembutan cinta kasih. Itu tidak ada dan tidak pernah ada, sebab ini tak sejalan dengan kodrat asaliah dari Hati Nurani itu sendiri.
Sama halnya dengan tubuh manusia yang secara kodrati akan menolak segala macam penyakit. Begitu ada penularan, jasmani kita secara alamiah akan merasa sakit.
Tidak ada jasmani yang justru merasa enak ketika sakit atau merasa sakit ketika lagi sehat.
Memang boleh jadi, seorang yang sudah lama bergelut dengan penyakit, akhirnya tak tahu lagi bagaimana rasa dari sebuah tubuh yang sehat.
Sekalipun demikian bukan berarti kodrat tubuh kita yang asaliah telah berubah.
Hati Nurani ini adalah yang termulian sebab Ia merupakan bagian dari Roh(Dzat) Tuhan yang abadi. Tiada suatu apapun didalam alam semesta ini yang dapat menyamainya.
Langit bumi, laksa bnda dan makhluk tiada satupun yang dapat menandinginya.
Nurani inilah yang menjadi sumber kebenaran dan kebajikan dalam diri seorang manusia. Tanpa Nurani, segala macam agama menjadi omong kosong. Tanpa Hati Nurani tidak akan ada penghayatan terhadap kitab-kitab suci.
Semua sutra dan sastra agung yang manapun juga, tanpa Nurani, tetap tinggal sebagai tinta dan kertas. Kemanakah sebuah cinta kasih dapat ditemukan?
Didalam kitab-kitab suci?
Atau didalam dada manusia?
Darimana sumber perilaku moral kebajikan dalam hidup seorang manusia?
Dari kalimat-kalimat indah dalm sutra dn sastra yang ia pahami?
Tidak. Melainkan dari Hati Nuraninya.
Nurani inilah yang mnjadi sumber segla kebangkitan dan kesadaran.
Sumber segala moral dan kebajikan.
Semua Dharma dan perintah Tuhan dapat dilaksanakan semata karena adanya kesadaran Hati Nurani, percikan Dzat Tuhan dalam diri, adalah yang teragung dan termulia.

Hati Nurani, percikan Roh Tuhan ini, ini sebuah sutra sejati. Sutra yang hidup.
Kitab suci yang bernafas. Sekalipun tidak berwujud tinta dan kertas, namun inilah sutra sejati yang tak pernah habis dibaca.
Lihatlah para Buddha dan Nabi Besar sepanjang masa. Semuanya hidup dan berpijak pada Hati Nurani, percikan Roh Tuhan dalam diri mereka.
Sehingga semua yang dibicarakan adalah kata-kata Nuraniah. Dan yang dilaksanakan adalah tugas dan perbuatan Nuraniah. Mereka para Buddha dan Nabi, tidak perlu belajar ke institut manapun.
Mereka tak prlu membaca buku-buku tertentu untuk mencari bimbingan sebab Mereka telah menemukan kitab sejati, sutra hidup dan abadi, yang tidak pernah habis mereka baca.
Bertolak dari kesadaran nurani maka segenap hidup Buddha dan nabi dikitab sucikan.
Demikianlah kitab suci itupun dipuja dan disucikan. Umat manusia pun terus membaca, menghafal dan menyanyikannya. Berbagai studi dan analisa pun diadakan. Berbagai tafsir dan komntar terus diberikan. Namun sayang umat manusia dengan segala kepintaran dan pengetahuannya hnya mengumpulkan konsep dan ide dari tumpukan kitab2 suci itu dan sama sekali tidak menyadari sesuatu yang dibalik kertas dan tinta itu.
Sesuatu itu adalah hati nurani sang Nabi dan Buddha yang telah menjadi sumber utama tertulisnya semua kitab dan sutra itu. Dan yang teramaat sayang, umat manusia sama sekali tidak menyadari bahwa hati nurani semua Nabi dan Buddha adaalh sama dengan hati nurani mereka. Tak ada perbedaan terang dan gelap, tinggi rendah dan sebagainya.
Yang membuat perbedaan adalah sadar dan sesat.

Para nabi dan Buddha senantiasa menyadari hati nurani mereka sedangkan umat manusia senantiasa mengingkari hati nuraninya sendiri. Padahal antara nabi dan awam tidak ada perbedaan dalam hati nurani. Para Nabi dan Buddha senantiasa mengikuti panggilan nurani dalam segala tindakan sedankan manusia awam justru sebaliknya dan mengikuti dorongan nafsu-nafsu indera jasmaninya. Disinilah letak perbedaannya!
Seorang manusia yang telah menyadari kesucian hati nurani dan dapat bertindak sejalan dengan panggilan hati nuraninya, dialah orang yang telah menemukan hukum kebenaran Tuhan. Mengapa demikian? Sebab ada ikatan hukum yang tidak terpisahkan antara kebenaran tertinggi(Tuhan) dengan hati nurani umat manusia.
Seperti yang telah dsinggung didepan, hati nurani itu bagian dari roh Tuhan. Hubungan antara hati nurani dengan Tuhan itu sama dengan buih-buih air dengan samudera luas, sama dengan dedaunan dengan batang pohonnya, Didasari oleh hubungan inilah maka umat manusia itu pantas disebut sebagai anak-anak Tuhan.
Kebenaran Tertinggi, Tuhan Maha Besar dan Hati Nurani adalah tiga kesatuan yang bulat. Jadi bila seseorang itu buta terhadap hati nuraninya, maka dia adalah orang yang buta terhadap kebenaran, dengan sendirinya juga buta terhadap Tuhan. Walaupun orang yang bersangkutan telah mendalami berbagai kitab suci besar didunia, dikatakan sebagai pengkhotbah yang hebat dan menjadi seorang tokoh agama, namun bila ia buta terhadap hati nraninya, tetap dia adalah orang yang buta akan kebenaran. Mulut boleh saja terus menyebut nama Tuhan namun tak ada kesadaran hati nurani tetap sia-sia saja.

LALU APAPULA YANG DIMAKSUD DENGAN MENGINSAFI NURANI?

Keinsafan hati nurani bukan sekedar pengakuan mulut. Keinsafan nurani itu bukan masalah didalam (batin) melainkan adlah kesempurnaan luar dan dalam. Yang saya maksud dengan luar dan dalam yaitu perpaduan hati dan perilaku; keinsafan jiwa dengan perbuatan nyata.
Kedua aspek ini harus berjalan seimbang. Sebuah keinsafan jiwa tanpa didukung dengan perbuatan nyata adalah sebuah kepalsuan.. sedangkan perbuatan nyata tanpa didasari keinsafan jiwa aadalah sebuah kemelekatan.
Jadi seseorang dikatakan insaf nurani bila memiliki kesucian jiwa dan perilaku kebajikan yang luhur. Kedua aspek luar dan dalam ini harus menyatu tanpa perbedaan. Yang dimaksud dengan kesucian jiwa adalah jiwa yang suci, tenang, bebas tiada kemelekatan dan ketergantungan. Jiwa yang penuh kasih dan kebijaksanaan. Namun semua ini belum cukup sebab harus diwjudkan dalam perilaku, tindak tanduk dan perbuatan nyata.
Tanpa adanya perbuatan nyata, smua kesucian jiwa menjadi omong kosong. Danyang dimaksud perbuatan nyata adalah ucapan, perbuatan, dan tindakan yang membahagiakan umat manusia. Lebih jelas yaitu perbuatan nyata yang bersifat menginsafkan, menyadarkan, membebaskan dan menyelamatkan manusia dari kesesatan, kebodohan, bencana, ikatan dosa karma, dan samsara.
Singkat kata inilah perjuangan dalam tugas kebuddhaan. Orang yang memiliki hati buddha dan perbuatan buddha itulah yang kita namakan keinsafan nurani; keinsafan akan hukum kebenran sejati, yaitu keinsafan akan Tuhan Yang Maha Kuasa.
Jadi semua harus bermula dari hati nurani, ucap kata nurani dan perbuatan nyata nurani. Tidak penting anda mengerti Dharma atau tidak, yang penting anda memiliki Nurani.
Memiliki nurani berarti memiliki kebenaran; jadi yang penting bagi kita bukan mengerti (intelektual), melainkan memiliki! Memilikinya dalam hati dan perbuatan.
Ini yang terpenting. Disinilah letak nilai luhur hidup beragama. Tanpa nilai luhur ini, semua kehidupan beragama yang bagaimanapun gegap gempitanya adalah sia- sia.
Tak ada kemuliaan didalamnya. Demikianlah kenyataan yang kita lihat dewasa ini.
Mengapa dunia tak pernah damai, peperangan tak pernah mereda, kemelut dan bencana tak pernah lenyap, inilah jawabannya. Orang-orang hanya membicarakan kebenran namun tidak memilikinya dalam hati dan perbuatan.
Disana sini kita mndengar orang memuji dan memuliakan Tuhan namun tak ada Tuhan didalam hati mereka. Tuhan hanya bertengger dibibir saja. Anehnya sekarang umat manusia tidak dapat lagi membedakan apa itu Nurani dan apa itu hanya bibir. Apa itu omong kosong dan apa itu perbuatan nyata. Mereka menjadikan bibir sebagai hati mreka, dan omong kosong sebagai perbuatan nyata! Menyedihkan sekali.

Tidak sulit bagi kita untuk mengenali orang yang memiliki keinsafan nurani, sebab dari ucap kata dan perbuatan mereka itu jelas sekali. Orang yang insaf akan nuraninya akan selalu menganggap diri sebagai pendosa, yang bersalah dan yang bertanggung jawab. Mereka tidak pernah mau menyalahkan sesamanya. Yang mreka salahkan itu diri mereka sendiri. Dalam relung hati, mereka senantiasa merasa berhutang budi pada Tuhan, Para Buddha Guru Agung dan semua manusia. Oleh sebab itu ada dua motto yang nyata dalam perjuangan mereka yaitu menebus dosa karma dan membalas rahmat dan budi.
Kenyataan ini amat berbeda dengan sikap seorang yang sesat(buta akan hati nurani) yang hnya melihat kesalahan orang lain dan tak pernh mau tahu kekurangan diri sendiri. Dalam pandangan orang sesat, diri mereka adlah yangpaling suci dan luhur, sekalipun sebenarnya mereka itu sesat dan jahat. Walaupun mereka telah banyak melakukan kejahatan namun mereka tak prnha merasa berdosa.
Sedangkan Nabii walaupun sudah banyak berkorban demi umat manusi namun mereka tetap merasa tidak berbuat apa-apa. Mereka telah melayani umat manusia denga baik namun mreka tetap merasa bersalah. Rasa bersalah itu lahir dari kesadaran hati nurani mereka. Demikianlah sikap semua Nabi, Buddha dan Bodhisatva.

Seorang yang memiliki keinsafan nurani gampang dikenal dari perbuatan mereka. Semua tinda dan perbuatan mereka mendatangkan kebaikan dan kebahagiaan bagi umat manusia. Mereka senantiasa siap berkorban, berdedikasi dan mempersembahkan apa yang mereka miliki demi umat manusia. Dalam hati mereka tidak ada kata-kata aku dan punyaku. Mreka sungguh agung, mereka tidk pernah memikirkan diri sendiri. Walaupun mereka menderita namu mereka tidak menghiraukannya. Pujian dan ucapan terima kasih tidak penting baginya. Yang menarik perhatiannya adalah pengabdian dan sekali lagi pengabdian. Dalam pengabdian, mereka merasakan kebahagiaan yang tiada tara, inilah keinsafan nuraniah; keinsafan akan kebenaran sejati; orang yang telah melihat Tuhan.

Orang yang telah mencapai keinsafan nurani(insaf akan kebenaran sejati) melihat kebenran dimana-mana. Ia menemukan kuasa Tuhan yang agung dan luhur disemua tempat. Sedangkan orang yang sesat nurani, tak ada kebenaran apapun yang dilihatnya. Dimana-mana adlah kegelapan, sungguh menyedihkan hidupnya. Coba lihatlah sikap hidup para Buddha dan Nabi. Mereka adalah orang yang telah insaf nurani sehingga dimana2 mereka dapat melihat adanya hukum kebenaran Tuhan. Bagi mereka alam ini sungguh agung dan mulia!
Langit bumi, samudera, gunung telaga tetumbuhan rumput hingga sebutir pasir yang kecil ditepi jalan, semuanya memiliki hukum kebenran nurani.
Alam beserta isinya, senantiasa mengabdi tanpa pamrih dan tanpa keakuan. Mereka terus bekerja dan bekerja tanpa membutuhkan pujian dan imbalan. Mereka bekerja tanpa memerlukan dukungan pemahaman Dharma dan segala filosofinya. Mereka bekerja dalam keheningan, tanpa ucpkata dan kemelekatan batin. Sungguh begitu agung dan mulia. Lihat sekuntum bunga kecil yang tumbuh ditepi selokan. Tak ada seorangpun yang mau memperhatikannya apalagi memujinya. Dia eksis dalam kesndirian namun ia tetap tumbuh dan menunjukkan warna2 kelopaknya sebisa ia berikan, nanti ia akan segera layu dan terkulai. Namun semua itu ia lakukan dengan tanpa pamrih dan sepenuh hati.
Dimanakah kebenaran Tuhan dapat ditemukan? Disinilah! Dalam sekuntum bunga ditepi selokan. Bagi orang awam bunga kecil ini tidak berarti namun bagi Budddha dan Nabi, ia pnuh menyimpan hukum kebenaran Tuhan Ynag luhur. Itulah sebabnya para Buddha dan Nabi selalu belajar pada alam.
Sejauh mata mereka menatap, sejauh itu pula mereka menemukan keagungan Hukum Tuhan. Bagi mereka, sungguh alam adalah sebuah sutra yang maha besar yang tak pernah habis dibaca. Yng didalamnya tersimpan bait demi bait, kalimat demi kalimat hukum kebnaran Samma Sambuddha sepanjang masa.
Inilah dia Maha Sutra hasil khotbahan Tuhan Yang Maha Besar!
Namun sungguh disayangkan, hanya orang yang insaf nurani dapat membacanya!
Lihatlah, alam senantiasa mnunjukan percikan Roh Tuhan. Langit dan bumi senantiasa memancarkan keagungan sebuah hati nurani. Maka sesungguhnya, alam itu senantiasa menyampaikan Dharma hati tertinggi.
Alam adalah sang pengkhotbah Tuhan yang tiada tandingan! Demikian juga dengan Buddha dan Nabi, mereka penyampai Hukum Tuhan yang tak ada duanya! Mereka sama-sama pengkhotbah Dharma hati sejati; penyampai Hukum Hati Nurani! Alam mengabdi; Buddha dan Nabi juga mengabdi. Alam bekerja tanpa letih. Buddha dan Nabi juga bekerja tanpa letih. Alam berkorban tanpa pamrih, Buddha dan Nabi pun berkorban tanpa pamrih! Mereka sungguh agung dan mulia. Mereka itulah contoh sempurna dari sebuah hati nurani yang insaf!

Alam, Buddha dan Nabi memiliki percikan Roh Tuhan, manusiapun memiliknya. Alam, Buddha dan Nabi senatiasa menunjukkan keluhuran Hati nurani( percikan Roh Tuhan) namun manusia tidak. Manusia tak pernha berusaha menunjukkan potensi ilahi dalam dirinya. manusia cenderung mncari dan mengumpulkan sesuatu dari luar dirinya. manusia lebih menghargai tinta dan kertas dari pada hati nuraninya sendiri! Kalau sudah begitu, semua bentuk ritual agama, studi dharma dan sutra menjadi sia-sia. Manusia akan tetap sesat, duni akan tetap penuh pertikaian dan musibah! Segala macam khotbah dan ceramah tentang kebenaran menjadi dusta dan omong kosong. Bukan kebenaran sejati!

Temukanlah kebenaran sejati yang ada dalam diri sendri. Temukanlah keinsafan hati nrani.berbuatlah seperti Para Buddha dan Nabi, bekerja seperti alam. Mereka smua menunjukkan fungsi Nurani yang tiada batas. Utamakanlah kerja nyata.
Kerja nyata dalam cinta kasih. Kerjanyata dalam kebijaksanaan.
Kerja nyata dalam semua bentuk kebajikan. Kerja nyata itulah kebenaran sejati, kebenaran hidup, kebenaran abadi, yang mutlak.


Sekian……………….
Diterjemahkan oleh Pandita Halim Zen Bodhi.
Perjalanan seribu mil diawali dengan satu langkah kaki

Offline Yong_Cheng

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 279
  • Reputasi: 16
  • Gender: Male
Re: Aliran Maitreya
« Reply #241 on: 24 April 2008, 06:43:08 PM »


menarik... pemberontakan..... ya kita liat saja nanti, time will answer that kalo tidak terbukti bisa dikatakan pemfitnahan loh  :P

Bukan pemberontakan..
Semuanya dilakukan dengan cara2 "demokratis" , dirikan gerakan/organisasi, kumpulin massa, udah banyak trus gabung di partai / ikutan pemilu, kalau menang yah diwujudkan dh impiannya, "mewujudkan dunia yg indah".

Ingat bagaimana Hamas memenagkan pemilu di Palestina? Usaha damai dgn Israel yg dirintis PLO sempat hampir buyar gara itu.... Mirip tuh ama Hamas, pake kekuatan gama untuk menyatukan, mewujudkan duia yg indah dan damai sh katanya.

Contoh laen yg juga mirip? Kekuatan agama dipake untuk memobilisasi massa di Afghanistan, terbentuklah Taliban, emang awal2 sh buat gempur tentara Rusia yg nyerbu Afghan, lama2 jadinya menguasai pemerintahan kan?

Atau contoh laen yg tidak memberontak, tidak ikut pemilu, tapi punya pengaruh yg besar karena jumlah massa dan pengaruhnya adalah Hizbullah di Lebanon. Sama2 pake kesamaan agama, iming2 jalan ke surga ( mreka sh lewat jalan jihad ), gitu2 dh...

Gw bukan menuduh, cuma melihat beberapa kesamaan aja, moga2 aja ga terjadi..

rasanya ga mungkin deh, soale kita ga pernah masuk dalam partai2 politik, untuk membina diri aja udah susah apa harus ditambah buat pikirin masalah politik? gini untuk mewujudkan "dunia yang indah" adalah merubah hati manusia yang sekarang ini bisa dianggap amoral menjadi baik, jadi kita punya satu kewajiban untuk menuntun manusia ke hati nurani nya
 _/\_
Perjalanan seribu mil diawali dengan satu langkah kaki

Offline SandalJepit

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 425
  • Reputasi: 3
Re: Aliran Maitreya
« Reply #242 on: 24 April 2008, 06:50:19 PM »


menarik... pemberontakan..... ya kita liat saja nanti, time will answer that kalo tidak terbukti bisa dikatakan pemfitnahan loh  :P

Bukan pemberontakan..
Semuanya dilakukan dengan cara2 "demokratis" , dirikan gerakan/organisasi, kumpulin massa, udah banyak trus gabung di partai / ikutan pemilu, kalau menang yah diwujudkan dh impiannya, "mewujudkan dunia yg indah".

Ingat bagaimana Hamas memenagkan pemilu di Palestina? Usaha damai dgn Israel yg dirintis PLO sempat hampir buyar gara itu.... Mirip tuh ama Hamas, pake kekuatan gama untuk menyatukan, mewujudkan duia yg indah dan damai sh katanya.

Contoh laen yg juga mirip? Kekuatan agama dipake untuk memobilisasi massa di Afghanistan, terbentuklah Taliban, emang awal2 sh buat gempur tentara Rusia yg nyerbu Afghan, lama2 jadinya menguasai pemerintahan kan?

Atau contoh laen yg tidak memberontak, tidak ikut pemilu, tapi punya pengaruh yg besar karena jumlah massa dan pengaruhnya adalah Hizbullah di Lebanon. Sama2 pake kesamaan agama, iming2 jalan ke surga ( mreka sh lewat jalan jihad ), gitu2 dh...

Gw bukan menuduh, cuma melihat beberapa kesamaan aja, moga2 aja ga terjadi..

rata-rata agama pada jaman dahulu juga berdiri karena disokong oleh kekuatan politik koq. dahulu kalau kaisar roma tidak menganut kr****n, hari ini, mana bisa agama kr****n berjaya?

Offline Edward

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.968
  • Reputasi: 85
  • Gender: Male
  • Akulah yang memulai penderitaan ini.....
Re: Aliran Maitreya
« Reply #243 on: 24 April 2008, 07:36:31 PM »
Aliran Maitreya tidak masuk ke dalam dunia politik???
Politik itu luas bgt lho...Mungkin "politik" yg dimaksud am saudara Yong adalah politik praktis yg berhubungan dengan pemerintahan...
Tetapi sbnrnya semua orang berhubungan baik secara sadar maupun tidak, secara langsung atau tidak langsung.Mau contoh??
Coba aja liat keberadaan WALUBI, itu adalah salah satu contoh "kendaraan politik" warga Buddhis d Indonesia..
Trus, kaga tau dpt "ilham" dari mana tuh pengurus WALUBI, setelah ditingalkan KASI, malah mencari dukungan dari umat Maitreya dan Nichiren..Padahal sebelum itu keberadaan aliran Maitreya dan Nichiren secara de jure tidak diakui di Indonesia..
Sekarang, setelah WALUBI yg terdaftar secara resmi memasukkan Maitreya dan Nichiren dalam perwalian mereka, maka secara de jure keberadaan aliran Maitreya n Nichiren jadi diakui..

Kaga sadar politik yah???
“Hanya dengan kesabaran aku dapat menyelamatkan mereka....."

Offline Edward

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.968
  • Reputasi: 85
  • Gender: Male
  • Akulah yang memulai penderitaan ini.....
Re: Aliran Maitreya
« Reply #244 on: 24 April 2008, 07:41:02 PM »
Kebenaran sejati adalah yang hidup(alived). Dan kebenaran yang hidup itu hanya Satu, Dialah Tuhan Yang Maha Kuasa! Tuhanlah yang menjadi hukum kebenaran yang tertinggi sebab Tuhanlah sumber dari segala hukum dan kebenaran.

Dari penjelasan paragraf pertama aja udh keliatan perbedaan dari  ajaran SAng Buddha...
Klo kata dosen agama gw, klo dalam Buddhis, cma ada istilah TUHAN YANG MAHA ESA, klo TUHAN YANG MAHA KUASA, TUHAN MAHA PENGASIH, TUHAN MAHA PENYAYANG, dll mah udh diluar dari konteks pemahaman keTuhanan dlm ajaran SAng Buddha..
“Hanya dengan kesabaran aku dapat menyelamatkan mereka....."

Offline Yong_Cheng

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 279
  • Reputasi: 16
  • Gender: Male
Re: Aliran Maitreya
« Reply #245 on: 24 April 2008, 07:54:26 PM »
Aliran Maitreya tidak masuk ke dalam dunia politik???
Politik itu luas bgt lho...Mungkin "politik" yg dimaksud am saudara Yong adalah politik praktis yg berhubungan dengan pemerintahan...
Tetapi sbnrnya semua orang berhubungan baik secara sadar maupun tidak, secara langsung atau tidak langsung.Mau contoh??
Coba aja liat keberadaan WALUBI, itu adalah salah satu contoh "kendaraan politik" warga Buddhis d Indonesia..
Trus, kaga tau dpt "ilham" dari mana tuh pengurus WALUBI, setelah ditingalkan KASI, malah mencari dukungan dari umat Maitreya dan Nichiren..Padahal sebelum itu keberadaan aliran Maitreya dan Nichiren secara de jure tidak diakui di Indonesia..
Sekarang, setelah WALUBI yg terdaftar secara resmi memasukkan Maitreya dan Nichiren dalam perwalian mereka, maka secara de jure keberadaan aliran Maitreya n Nichiren jadi diakui..

Kaga sadar politik yah???

saya emang bukan orang politik bro, dan ga mau tau tentang masalah2 gituan
apa bro edward mau memberi tahu kalo walubi akan dipakai untuk alat memberontak ?  ^-^ :whistle:
Perjalanan seribu mil diawali dengan satu langkah kaki

Offline Hendra Susanto

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.197
  • Reputasi: 205
  • Gender: Male
  • haa...
Re: Aliran Maitreya
« Reply #246 on: 24 April 2008, 07:55:50 PM »
Kebenaran sejati adalah yang hidup(alived). Dan kebenaran yang hidup itu hanya Satu, Dialah Tuhan Yang Maha Kuasa! Tuhanlah yang menjadi hukum kebenaran yang tertinggi sebab Tuhanlah sumber dari segala hukum dan kebenaran.

Dari penjelasan paragraf pertama aja udh keliatan perbedaan dari  ajaran SAng Buddha...
Klo kata dosen agama gw, klo dalam Buddhis, cma ada istilah TUHAN YANG MAHA ESA, klo TUHAN YANG MAHA KUASA, TUHAN MAHA PENGASIH, TUHAN MAHA PENYAYANG, dll mah udh diluar dari konteks pemahaman keTuhanan dlm ajaran SAng Buddha..
saya adalah tuhan... kamu adalah tuhan...

Offline Yong_Cheng

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 279
  • Reputasi: 16
  • Gender: Male
Re: Aliran Maitreya
« Reply #247 on: 24 April 2008, 08:03:08 PM »
Kebenaran sejati adalah yang hidup(alived). Dan kebenaran yang hidup itu hanya Satu, Dialah Tuhan Yang Maha Kuasa! Tuhanlah yang menjadi hukum kebenaran yang tertinggi sebab Tuhanlah sumber dari segala hukum dan kebenaran.

Dari penjelasan paragraf pertama aja udh keliatan perbedaan dari  ajaran SAng Buddha...
Klo kata dosen agama gw, klo dalam Buddhis, cma ada istilah TUHAN YANG MAHA ESA, klo TUHAN YANG MAHA KUASA, TUHAN MAHA PENGASIH, TUHAN MAHA PENYAYANG, dll mah udh diluar dari konteks pemahaman keTuhanan dlm ajaran SAng Buddha..
saya adalah tuhan... kamu adalah tuhan...
_/\_
Perjalanan seribu mil diawali dengan satu langkah kaki

Offline Edward

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.968
  • Reputasi: 85
  • Gender: Male
  • Akulah yang memulai penderitaan ini.....
Re: Aliran Maitreya
« Reply #248 on: 24 April 2008, 08:03:25 PM »
Gw jg bukan politikus, tpi gw sdr kita semua itu berpolitik...
Memberontak bnyk jenisnya, tapi menurut gw, WALUBI sudah dan akan terus dijadikan alat untuk memberontak.
“Hanya dengan kesabaran aku dapat menyelamatkan mereka....."

Offline Yong_Cheng

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 279
  • Reputasi: 16
  • Gender: Male
Re: Aliran Maitreya
« Reply #249 on: 24 April 2008, 08:12:32 PM »
Gw jg bukan politikus, tpi gw sdr kita semua itu berpolitik...
Memberontak bnyk jenisnya, tapi menurut gw, WALUBI sudah dan akan terus dijadikan alat untuk memberontak.

waduh.... untung saya tidak suka berpolitik, lebih baik praktek Dharma aja
Perjalanan seribu mil diawali dengan satu langkah kaki

Offline tesla

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.426
  • Reputasi: 125
  • Gender: Male
  • bukan di surga atau neraka, hanya di sini
Re: Aliran Maitreya
« Reply #250 on: 24 April 2008, 08:54:06 PM »
Kebenaran sejati adalah yang hidup(alived). Dan kebenaran yang hidup itu hanya Satu, Dialah Tuhan Yang Maha Kuasa! Tuhanlah yang menjadi hukum kebenaran yang tertinggi sebab Tuhanlah sumber dari segala hukum dan kebenaran.

Dari penjelasan paragraf pertama aja udh keliatan perbedaan dari  ajaran SAng Buddha...
Klo kata dosen agama gw, klo dalam Buddhis, cma ada istilah TUHAN YANG MAHA ESA, klo TUHAN YANG MAHA KUASA, TUHAN MAHA PENGASIH, TUHAN MAHA PENYAYANG, dll mah udh diluar dari konteks pemahaman keTuhanan dlm ajaran SAng Buddha..
ga masalah bro...
dalam aliran Buddha Gotama ;D kita menyebutnya niyama.
hanya beda label.
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Offline Edward

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.968
  • Reputasi: 85
  • Gender: Male
  • Akulah yang memulai penderitaan ini.....
Re: Aliran Maitreya
« Reply #251 on: 24 April 2008, 09:48:26 PM »
Gw jg bukan politikus, tpi gw sdr kita semua itu berpolitik...
Memberontak bnyk jenisnya, tapi menurut gw, WALUBI sudah dan akan terus dijadikan alat untuk memberontak.

waduh.... untung saya tidak suka berpolitik, lebih baik praktek Dharma aja
::) ::) kaga ngarti maksud kalimat gw nih...
Maksud gw ialah, kita yang namanya manusia yg saling berinteraksi satu sama lain itu pasti berpolitik...Makanya dari awal gw bilang klo makna politik itu luas bgt...Kecuali klo tinggal sendiri d hutan tanpa ada interaksi sama sekali dgn orang lain...
Sekali lagi, politik itu netral...
“Hanya dengan kesabaran aku dapat menyelamatkan mereka....."

Offline SandalJepit

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 425
  • Reputasi: 3
Re: Aliran Maitreya
« Reply #252 on: 24 April 2008, 10:28:41 PM »

saya adalah tuhan... kamu adalah tuhan...

Setuju banget, saya tuhan, kamu tuhan, kita semua tuhan. btw. tuhan koq banyak banget ya...  :)) :)) :))

Offline EVO

  • Sebelumnya Metta
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.369
  • Reputasi: 60
Re: Aliran Maitreya
« Reply #253 on: 24 April 2008, 10:31:35 PM »
 [at] atas
baru tau yakkkk 'tuhan' itu banyak??? :whistle: :whistle:
kasihan deh luuuu ^-^ ^-^ ^-^

Offline SandalJepit

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 425
  • Reputasi: 3
Re: Aliran Maitreya
« Reply #254 on: 24 April 2008, 10:36:01 PM »
 [at] atas
maksudnya begini tuhan adalah penentu takdir, jadi saya penentu takdir saya sendiri, kamu penentu takdir kamu sendiri. gitu lho..
 ;D