//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Show Posts

This section allows you to view all posts made by this member. Note that you can only see posts made in areas you currently have access to.


Topics - mxi

Pages: [1]
1
Lingkungan / UFO
« on: 07 December 2007, 11:29:20 AM »
Ada yg pernah lihat UFO? atau pernah tau cerita mengenai ini?

Di internet banyak cerita2 dan video2nya, sebagian sudah terbukti bohong tapi sebagian tidak dapat dengan mudah dibilang bohongan.

Banyak yg benar2 percaya ada, bahkan pilot2 pesawat tempur AS beberapa waktu lalu mendesak pemerintahnya untuk melakukan penyelidikan mengenai ini. Banyak juga yang tidak percaya, dengan anggapan yg dilihat adalah pesawat rahasia, dll.

bagaimana dengan anda?

Apakah di agama Budha ada cerita mengenai mahluk dari planet lain ( bukan alam lain ) selain bumi?


2
Diskusi Umum / Acara Kesurupan dalam sekte Buddhis
« on: 15 November 2007, 02:00:09 PM »
Di bawah ini adalah tulisan saya di sebuah milis menanggapi masalah acara-acara kesurupan di beberapa sekte Buddhis. Semoga berguna dan mohon masukannya.

==================================================================================

Sebagian besar dari kita ketika melihat seseorang kesurupan roh halus, setan atau roh orang yg sudah meninggal, tentu menganggap itu hal yang wajar, dalam arti setiap orang bisa saja mengalami hal seperti itu, walaupun memang ada orang2 yg lebih ahli dan memiliki bakat dalam melakukan hal2 seperti itu.

Mengapa kita anggap wajar? ( ini yg kita sebenarnya tau namun sering kita lupakan ) karena pada dasarnya mahluk-mahluk tersebut ( setan, roh halus, dll ) itu tingkatannya lebih rendah dari manusia ( alam dan karmanya ), sehingga untuk berkomunikasi dengan manusia, dengan segala keterbatasan yg mereka miliki, mereka harus meminta bantuan atau meminjam tubuh kasar manusia, sulit bagi mereka untuk menampakkan diri atau yang lebih hebat lagi berkomunikasi secara langsung, itupun menurut saya tidak semua roh dari alam bawah yg bisa, mungkin hanya roh2 yg alamnya tidak berbeda jauh dengan alam manusia ( jika alamnya di neraka mana bisa? ).

Berbeda dengan manusia yang alamnya lebih tinggi, untuk berkomunikasi dengan roh2 tersebut( walau tidak semua manusia bisa, karena ya tau sendirilah, namanya juga manusia, juga ga suci2 amat ;p ), tentu kita tidak perlu merasuki "tubuh" roh2 atau setan tersebut atau melalui perantara roh2 lainnya. Begitu juga karena tingkat kita yang lebih tinggi kadang kita bisa membantu mereka yg lebih buruk karmanya walaupun belum tentu bisa secara langsung, namun bisa dengan doa maupun dengan penghormatan terhadap mereka yang dapat mengkondisikan mereka berpikir positif sehingga mengurangi penderitaan mereka.

Lalu bagaimana dengan dewa? kita semua tentu setuju bahwa dewa itu tingkatannya jauh lebih tinggi dari manusia, apalagi Buddha, jelas berbeda jauh dengan manusia. Dewa yg kita bicarakan disini tentu dewa yg tingkatnya tinggi, bukan yg dekat2 alamnya dengan manusia, Dewa yg sakti, bisa menolong manusia, benar2 tau dengan kondisi manusia, dll. Dewa itu suci, memiliki kekuatan dan kemampuan yg tentunya jauh di atas manusia.

Lalu yang jadi pertanyaan, apakah mungkin, dewa yang jauh lebih suci, sakti, berkemampuan jauh lebih tinggi dari manusia itu hanya untuk berkomunikasi dengan manusia yg jauh lebih rendah tingkatannya itu perlu bantuan manusia? apakah dewa yg selama ini kita percaya dapat menolong kita, dll, itu hanya untuk berbicara saja harus menggunakan cara "low level" ( cara yg digunakan mahkluk2 halus karena segala keterbatasan mereka ) dengan kesurupan? Apakah dewa yg sakti dan suci itu tidak bisa menggunakan cara lain untuk berkomunikasi dengan manusia? mahluk halus saja kadang masih bisa melakukan penampakan walalupun tidak semuanya bisa dan nampaknya kadang hanya sekilas2 hiiii......

Saat ini banyak sekali orang yg mengaku bisa kesurupan dewa, bahkan banyak juga aliran "budhis" yg untuk menarik umat menggunakan cara2 seperti ini ( maklum kadang umat Buddha tu dari pengamatanku cenderung kurang kritis ).

Bahkan yg lebih mencegangkan lagi, dalam ritual2 tersebut ada yg mengaku kesurupan buddha!!! kebetulan saudara saya ada yg mengikuti ritual tersebut, orangnya mengaku kesurupan Buddha Chikkung!!! dan "Buddha" tersebut ingin menyampaikan pesan2 ke manusia ( isinya standar aja, bilang dunia mo kiamat ato dunia sudah kejam dll trus minta manusia2 ini percaya ama yg kesurupan atau teman2nya yg kesurupan, dll jika pengen selamat ).

Bagi saya, hal ini terlalu mencegangkan, Buddha yg seharusnya sangat suci dan kita junjung tinggi, harus menggunakan tubuh manusia untuk berkomunikasi, menggunakan cara "low level" hanya untuk berkomunikasi dengan manusia. Apa ga salah nih? Sesakti apa sebenarnya tubuh manusia sehingga mampu menampung kesucian sesosok dewa apalagi Buddha, tubuh yg kotor ini??? dan yg ga kalah mengherankan, sebenarnya se ga sakti apa tu "dewa" dan "Buddha" sehingga untuk bicara ( hanya bicara, belum menolong dll ) saja tidak bisa secara langsung dan harus pinjam2 tubuh.  Bukankah Dewa dan Buddha seharusnya tidak memiliki keterbatasan seperti setan atau roh2 halus tersebut?

Dalam dhammanya saja sang Buddha mengatakan bahwa tidak mungkin ada 2 Buddha secara bersamaan di bumi karena bumi tidak akan sanggup menahan kesucian dan keagungan dua Buddha. Apalagi tubuh manusia??? rasanya kita kok jadi terlalu sombong dan menganggap diri kita terlalu sakti.

Jika kesaktian seperti meramal hal2 duniawi dan kesaktian2 duniawi lain yg tidak berhubungan dengan dewa dan Buddha tentu masih bisa kita pahami, toh kesaktian tersebut hanya kesaktian duniawi, orangnya tetep bisa mati, sakit, dan menjalani karma. Namun memanggil dan menampung dewa dan Buddha dalam tubuh kita???

Hal2 seperti inilah yg kadang kita lupakan, padahal sebenarnya penting ( paling tidak bagi saya ), kita kadang hanya cenderung percaya dan percaya tanpa berpikir ( atau malas berpikir? ). Padahal dengan percaya begitu saja, kita bisa2 justru menjadi lebih jauh dengan dewa dan buddha dan lebih dekat dengan "dewa" dan "buddha" palsu tersebut.

Saya selalu percaya bahwa dewa dan Buddha itu ada, dan tentunya mereka memiliki alasan2 atau hal2 tersendiri yang membuat mereka tidak sembarangan menampakkan diri kepada manusia. Saya juga percaya, dengan kesucian Dewa dan Buddha, mereka tidak perlu menampakkan diri kepada manusia ( apalagi lewat kesurupan ) hanya untuk menolong manusia, sama seperti manusia yang dapat menolong mahkluk2 di alam di bawahnya dengan tidak langsung melalui doa dan pelimpahan jasa.

Demikian salah satu pemikiran saya mengenai topik kesurupan dewa ini, sebenarnya masih banyak alasan2 lain mengapa kita tidak boleh sembarangan percaya dan percaya kepada sesuatu yg sulit dibuktikan seperti ini, dan untuk mengerti, kita hanya perlu berpikir lebih jauh dan lebih terbuka sedikit. Semoga pemikiran ini dapat berguna. Semoga dengan berbagi ilmu, pengetahuan, pemikiran dan pandangan, dapat membuat kita menjadi tidak sombong karena sadar masih banyak hal yg tidak kita ketahui. Semoga dengan berbagi ilmu, pengetahuan, pemikiran dan pandangan, dapat membuat kita menjadi makin pintar.

3
Jawa Pos
Rabu, 03 Okt 2007,

Ketika Biksu Tak Bisa Dipaksa Diam


Oleh Andika Hadinata

Tak banyak terjadi sebelumnya dalam sejarah di negara mana pun, ada begitu banyak biksu dari golongan muda turun ke jalan untuk berunjuk rasa melawan penguasa seperti di Myanmar. Kita, termasuk para rohaniwan yang tidak beragama Buddha pun, terpana saat melihat keberanian rohaniwan agama Buddha di negeri 1001 pagoda itu. Pada aksi demo Minggu (23/9), demonstrasi melibatkan 100 ribu orang, termasuk 20 ribu biksu (Jawa Pos, 24/9).

Apalagi sejak junta militer berkuasa di negeri itu selama 45 tahun (sejak 1962), rohaniwan Buddha sering dianggap tidak punya nyali karena dianggap terlalu kompromistis. Mereka lebih suka mengikuti kemauan junta militer.

Malah, ada beberapa agamawan dari puluhan aliran agama Buddha yang bekerja sama dengan penguasa. Dalam tulisannya berjudul Burma’s Monks Have History of Democratic Protest (25/9), Stephen Kaufman membeber salah satu bukti Sangha Nayaka, dewan agama Buddha yang dibentuk penguasa bersama para agamawan Buddha yang hobi mengekor dan memberikan restu terhadap setiap sepak terjang junta militer.

Hal seperti itu pernah terjadi pada para agamawan ka****k di zaman Ferdinand Marcos di Filipina atau agamawan di Indonesia selama 32 tahun Soeharto berkuasa.

Agama, dalam hal ini para rohaniwan atau agamawan, memang bisa dijadikan alat untuk meneguhkan kekuasaan. Dengan dalih agamawan harus menjauhi politik praktis dan tugas utamanya hanya dalam lingkup agama, cukup banyak agamawan yang terperangkap dalam kesalehan diri sendiri dan lupa dengan apa yang terjadi di dalam masyarakat.

***

Namun, dalam sebuah kekuasaan yang amat represif dan totaliter seperti junta militer Myanmar, kita tidak bisa menyalahkan agamawan yang diam. Pasalnya, kekuatan sipil atau oposisi, termasuk media yang mempunyai legitimasi sah untuk berpolitik praktis pun, sering tidak berkutik oleh rezim militer. Apalagi agamawan yang tak boleh berpolitik praktis, setidaknya dalam gereja ka****k, jelas juga tidak bisa dipersalahkan jika tak bisa berbuat sesuatu untuk melawan rezim yang represif.

Lihat, unjuk rasa Liga Nasional untuk Demokrasi dan mahasiswa Myanmar yang menentang keputusan junta untuk membatalkan kemenangan Aung San Suu Kyi pada 1988 juga bisa dibungkam dengan mudah. Suu Kyi yang mendapat Nobel Perdamaian pada 1991 hingga kini mendekam dalam tanahan rumah. Aksi unjuk rasa di Myanmar kali ini, tampaknya, juga bisa dibungkam di bawah todongan senjata.

Para politisi atau negara-negara ASEAN tidak bisa berbuat banyak untuk membuka kerudung politik isolasionis junta militer Myanmar. Bahkan, utusan khusus PBB Ibrahim Gambari ke Myanmar pulang dengan membawa kekecewaan. Kekuasaan junta militer terlalu kuat untuk ditaklukkan, sementara figur ideal yang bisa mewakili kekuatan oposisi untuk menentang junta juga belum lahir. Aung san Suu Kyi, kita tahu, terlalu lemah untuk memimpin perlawanan.

Meski demikian, unjuk rasa ribuan biksu di negeri yang berpenduduk 50 juta itu tetap memiliki nilai. Setidaknya para agamawan atau rohaniwan punya kepedulian dan posisi mereka sebagai "moral force" bukan sekedar basa-basi. Apalagi sebagian biksu dikabarkan meninggal. Kematian itu adalah ekspresi tertinggi dari sebuah solidaritas bagi masyarakat yang tengah tertindas.

Aksi unjuk rasa tersebut sungguh telah membuka mata bahwa agamawan atau rohaniwan sebagai kelompok yang tidak terpisah dari masyarakat. Tetapi, agamawan harus senasib sepenanggungan bersama masyarakat dengan berbagai masalah yang dihadapi. Jika masyarakat menderita dan tertekan akibat kekuasaan yang semena-mena, agamawan tidak bisa terus-menerus berdoa untuk mengejar kesucian atau kesalehan diri sendiri.

Meski aksi unjuk rasa para biksu kini tampak bisa dibungkam kekuasaan junta militer, apalagi militer juga sudah menyerbu ke beberapa biara yang dianggap berpotensi melawan rezim, aksi para biksu tetap harus diapresiasi. Setidaknya aksi para biksu itu telah memberikan harapan baru bagi masyarakat Myanmar bahwa mereka tidak sepenuhnya mengekor kemauan para penguasa yang penuh kezaliman.

Para agamawan memang harus bersuara manakala masyarakat, khususnya kaum lemah, dianiaya dan ditekan. Para agamawan harus menunjukkan keberanian. Bila penguasa salah, hal itu tidak bisa ditoleransi lagi. Para agamawan bukan alat untuk merestui setiap kesalahan atau kesewenang-wenangan .

Ke depan, para biksu mungkin tidak pernah berunjuk rasa lagi di Myanmar, setidaknya unjuk rasa dalam skala besar. Kita yang berada di luar Myanmar jelas bisa belajar dari langkah para biksu. Dengan begitu, kita -khususnya para agamawan- selalu mengikuti denyut nadi perkembangan di dalam masyarakat kita.


***

Kini saatnya segenap elemen prorakyat Myanmar di luar negeri itu menindaklanjuti aksi para biksu lewat perjuangan diplomatik. Sebab, langkah-langkah untuk menggulingkan junta militer lewat jalan kekerasan tetap tidak bisa dibenarkan dalam pandangan agama apa pun, apalagi dalam agama Buddha yang dikenal sangat anti kekerasan. Bahkan, terhadap nyamuk sekalipun tak boleh dibunuh.

Para diplomat di negara-nagara ASEAN seharusnya menggalang kekuatan bersama Tiongkok sebagai tetangga tradisional Myanmar. Kebijakan tidak ikut campur, tampaknya, tidak bisa dipertahankan lagi di tengah kondisi rakyat dan para biksu Myanmar yang kini tiarap lagi.

Para analis politik melihat aksi para biksu Myanmar yang terjadi menjelang sidang ke-62 Majelis Umum PBB sebenarnya hanya meminta perhatian masyarakat internasional akan penderitaan rakyat di negeri itu. Upaya-upaya diplomasi yang lebih punya gigi, baik dari ASEAN, Tiongkok, maupun PBB, menjadi tumpuan harapan untuk membuka kerudung isolasi yang selama 45 tahun terakir ini menyelimuti Myanmar. Diplomasi yang lebih serius harus dilakukan, termasuk oleh Indonesia untuk menindaklanjuti perjuangan Aung San Suu Kyi, para mahasiswa, dan para biksu di Myanmar.


Andika Hadinata, rohaniwan, tengah memperdalam teologi pembebasan di Roma


4
PERNYATAAN UMAT BUDDHA INDONESIA
Menyesalkan Pernyataan Walubi dan FKUB DKI

Ditujukan Kepada:
- Sekjen Departemen Agama Republik Indonesia
- Indonesian Committee Religion for Peace (ICRP)
- DPP Walubi: dpp [at] ...
- FKUB DKI: b26tan [at] ...

Ditembuskan Kepada:
- Metro TV: webmetro [at] ...
- Media Indonesia: redaksi [at] ...
- Liputan 6: lip6 [at] ...
- Kompas: kompas [at] ...
- Tempo: koran [at] ...
- Harian Indonesia: redaksi [at] ...
- Harian Republika: redaksi [at] ...
- Seputar Indonesia: redaksi [at] ...
- The Jakarta Pos: opinion [at] ...
- Jawa Pos: editor [at] ...
- Sinar Harapan: redaksi [at] ...
- Pikiran Rakyat: redaksi [at] ...
- Surabaya Post: redaksi [at] ...
- Surya: surya1 [at] ...
- Bali Post: balipost [at] ...
- Pontianak Post: redaksi [at] ...
- Intisari: intisari [at] ...
- Detik.Com: redaksi [at] ...
- Okzone.com: redaksi [at] ...

Salam Pembebasan!
Dukung Perjuangan Kemanusiaan Rakyat Burma!

Ketika kejahatan kemanusiaan oleh junta militer Myanmar menjadi
keprihatinan dunia internasional, sangat disesalkan bahwa Walubi
(Perwakilan Umat Buddha Indonesia) melalui Bhiksu Tadisha Paramita
dan FKUB (Forum Komunikasi Umat Buddha) DKI melalui Budiman Sudharma
telah dengan gegabah mengeluarkan pernyataan yang sesungguhnya tidak
perlu, yang menunjukkan betapa rendahnya kepekaan sosial kemanusiaan
dari kedua organisasi berlabel Buddhis tersebut.

Pernyataan Walubi yang menyayangkan turunnya bhikkhu-bhikkhu Burma
melakukan aksi merupakan sebuah pengingkaran Walubi bahwa aksi damai
bhikkhu-bhikku Burma tersebut merupakan perwujudan ikrar Bodhisattva
yang rela mengorbankan nyawa bagi kepentingan orang banyak.
Seharusnya Walubi melihat bahwa ketika peluru tajam telah ditembakkan
ke arah para bhikkhu yang sangat dihormati oleh seluruh umat Buddha,
sesungguhnya seruan moral sudah tidak mungkin digubris oleh junta
militer Myanmar.

Pernyataan FKUB DKI yang diketuai oleh Budiman Sudharma (yang juga
merupakan ketua salah satu majelis di dalam tubuh Walubi) adalah
pernyataan yang sesungguhnya tidak berdasar. Aksi oleh bhikkhu-
bhikkhu anggota Sangha di Indonesia merupakan bentuk solidaritas bagi
perjuangan rakyat Burma yang tertindas di bawah penguasa junta
militer yang tidak manusiawi. Aksi solidaritas bhikku-bhikkhu anggota
Sangha di Indonesia sesungguhnya merupakan aksi kemanusiaan dan
sekali-kali bukan aksi politik.

Umat Buddha Indonesia merasa gerah dengan pernyataan kedua organisasi
tersebut (Walubi dan FKUB DKI), dan karenanya merasa perlu
menyampaikan dan menjelaskan:

1. Pernyataan Walubi dan FKUB DKI merupakan pernyataan yang patut
dikecam karena sebagai organisasi sosial keagamaan, pernyataan kedua
organsiasi tersebut tidak mencerminkan welas asih yang menjadi
landasan ajaran Buddha.

2. Pernyataan Walubi dan FKUB DKI tidak mencerminkan sikap umat
Buddha Indonesia yang bersimpati pada perjuangan rakyat Burma dan
berempati pada penderitaan rakyat Burma di bawah penindasan junta
militer Myanmar.

3. Umat Buddha Indonesia menolak segala bentuk pembodohan terselubung
dengan mengatasnamakan ajaran Buddha, seakan-akan bahwa solidaritas
dan kepedulian terhadap penderitaan sesama manusia merupakan hal yang
tidak layak diekspresikan oleh bhikkhu-bhikkhu anggota Sangha.

4. Umat Buddha Indonesia meminta kepada Walubi dan FKUB DKI, jika
tidak dapat bersimpati pada penderitaan rakyat Burma, agar tidak
menyampaikan pernyataan yang akan memberi kesan mewakili umat Buddha
Indonesia.

5. Umat Buddha Indonesia meminta kepada media massa agar tidak
menjadikan pernyataan dari kedua organisasi sebagai gambaran luas
yang mewakili sikap umat Buddha Indonesia terkait tindak kejahatan
kemanusiaan oleh junta militer Myanmar di Burma.

6. Umat Buddha Indonesia bersolidaritas atas perjuangan kemanusiaan
di Burma dan mendukung segala bentuk solidaritas untuk Burma di mana
saja oleh siapa saja.

Demikian petisi ini disampaikan untuk menjelaskan sikap umat Buddha
di Indonesia terkait krisis kemanusiaan di Burma.


Indonesia, 4 Oktober 2007
Solidaritas Umat Buddha Indonesia Untuk Perjuangan Rakyat Burma



***
arsip: http://groups.yahoo.com/group/dukung-burma/

5
Perkenalan / Salam kenal
« on: 18 September 2007, 10:52:54 AM »
Salam kenal.

nama saya mxi. lahir di jawa barat, dari kecil sampe SMA di jawa tengah, sekarang tinggal di Jawa Timur ( surabaya )

latar belakang :

waktu kecil sampai SMA, lebih cenderung ke vihara Buddhayana dan klenteng ( ngikut keluarga ), pernah ikut Munas PMVBI walaupun cuma partisipan dan ga ngerti apa2 hehehe  ;D . Setelah kuliah di Surabaya, lebih sering ke theravada walaupun jarang ke vihara  ;D tapi lumayan aktif di organisasi Buddhis kampus. Lebih sering ke Theravada juga karena organisasi Buddhis kampus banyak ke theravada. Sempet deket juga dengan organisasi kepemudaan Theravada jawa Timur, walaupun ga terlalu aktif.

Lebih senang tidak terpaku pada satu sekte, pokoknya jika sekte tersebut bener2 Buddha asli ( berguru pada Buddha Gautama ) ya saya merasa enjoy disana.

Ikut forum ini buat tanya2 dan nambah pengetahuan.

Terima kasih.

Jangan lupa disambut ya hehehehe just kidding  ;D

6
Vegetarian / Untuk apa ada hewan kalo ga untuk dimakan?
« on: 17 September 2007, 04:59:24 PM »
untuk apa hewan ada kalo bukan untuk dimakan? dimakan manusia ato dimakan hewan lain atau bahkan dimakan tanaman.

selama ini kan ada manusia, hewan dan tumbuhan. boleh dikata semua memiliki bagian tersendiri di rantai makanan.

bukankah hewan jika tidak dimakan populasinya bakal tak terkendali? mungkin juga bisa berebut makanan dengan manusia jika semua manusia makan tumbuhan juga.

kemudian bagaimana jika kita tinggalnya didaerah yg sulit mencari tumbuhan? di daerah kutub mungkin?

kemudian, bagaimana pula dengan hewan2 karnivora? jika mereka hanya bisa makan daging, bukankah seumur hidup berbuat karma buruk?

maap, mungkin pertanyaannya konyol, maklum baru belajar  ;D

Pages: [1]
anything