[at] indra_ihong
Anda mencontohkan bahwa selama sejarah awal dan pertengahan ada sekte yang berbeda-beda dan tidak pernah bersatu. Memang benar. Tapi sedari dulu juga para guru-guru Buddhis telah sadar, terutama guru2 Mahayana dan Vajrayana untuk mengapresiasi ajaran semua aliran, karena walaupun berbeda masing-masing Dharma cocok untuk suatu jenis klesha tertentu. Dan kesadaran ini mengahsilkan WBSC pada era demokrasi dan keterbukaan.
Mislanya semangat yang ditunjukkan para guru Chan Dinasti Ming dan juga banyak sebelumnya, mereka menggabungkan ajaran Chan dan Sukhavati, termasuk juga memakia pembagian periode ajaran milik aliran Tiantai. Ini semnagta inklusivisme yang terppruk dari dulu. Karmapa ketika ditanyai Raja Yongle yang berniat menggabungkan semua sekte, beliau jelas-jelas menolaknya karena tidak ada manfaat bagi makhluk hidup apabila diberlakukan peraturan demikian. DEmikian juga gerakan Rimey dalam Vajrayana dan jika anda baca kisah guru2 Vajrayana, mereka belajar terhadap guru2 dari keempat tradisi Vajrayana Tibetan dan juga berkeyakinan bahwa soerang Bodhisattva harus menguasai ajaran Sravakayana dan Bodhisattvayana sesuai dengan ajaran Lamrim.
Maslaah kekuasaan atau perbedaan pendapat, saya pikir anda terlalu berlebihan. Anda berusaha bermain kata "persatuan" dan "mempersatukan". Anda seharusnya mengerti dan paham bahwa maknanya sama saja. Saya tidak setuju "menggabungkan" ttp saya setuju "mempersatukan". Paham maksudnya?
Lalu soal kekuasaan sebuah aliran lebih besar dari pendapat. Pernyataan anda ini juga berlebihan.
Lah WBSC dan WBF yang terdiri dari buanyak aliran Buddhisme itu apa pendapatnya gak beda-beda? Kalo saya lihat buanyak kok perbedaan di antara mereka, tetapi kenapa mereka bisa menggalakkan persatuan yang mereka beri suatu nama yaitu WBSC atau WBF atau KASI?
Tentu karena mereka masih dalam koridor semangat ajaran Buddha Sakyamuni. Jika anda mengatakan WBSC terbentuk hanya karena faktor kekuasaan, maaf ya, ini berarti anda menyindir semua anggota Sangha di dunia ini yang tergabung di sana dan ini tidak main-main karena hampir seluruh Sangha di muka bumi ini termasuk di dalamnya, mencakup yang diklaim LSY sebagai guru-gurunya!
Dan WBSC dan KASI saya lihat merupakan perwujudan dari Bodhicitta yang sebenarnya. Terlihat di depan mata bahwa mereka menggalakkan persatuan, sebuah fakta nyata Bodhicitta. Beda dengan ZFZ dan NST.
Mengenai Hsuan Hua Fa Shi saya ambil cerita ini:
Venerable Master Hsuan Hua, also known as Dharma Master Tu Lun, was a student of the Venerable Master Hsu-yun and founder of the City of Ten Thousand Buddhas in Talmage, north of San Francisco. Venerable Master Hsuan Hua`s principal emphasis was on Ch`an and Vinaya. He kept to the rules of always wearing the three robes, consuming one meal a day, never eating past noon, and only sleeping in the sitting posture.
However, it is a well-known fact that Venerable Master Hsuan Hua was critical of Tantric Buddhism. He called the Tantric guru Milarepa a great demon and published a book called Smashing the Evil and Revealing the Proper: Spoken on Behalf of Living Beings (a critique of the Hundred Thousand Songs of Milarepa by Garma C.C. Chang).
His criticisms of the Sixteenth Karmapa was published in the monthly journal, Vajra Bodhi Sea.
He also slandered me, (Living Buddha Lian-sheng Sheng-yen Lu).
I met and talked with Venerable Master Hsuan Hua only once. My instinctive reaction was that he was tall and big and unrefined. His Dharma teachings were uninspiring and lacked Dharma Taste, and I failed to see any transcendental power in him. In fact, I intuitively found him unbearably vulgar.
Yet, what intrigued me was how it was possible for such a common and ordinary Dharma master to have created an establishment such as the City of Ten Thousand Buddhas. I finally got my answer when I saw that behind his back there stood a Shurangama King Bodhisattva. It was a black Shurangama King Bodhisattva, who was sometimes there and sometimes not there. The Shurangama King Bodhisattva is revered as the King of Samadhis, and anyone with the support of the King of Samadhis would gain many followers.
Since there was the intermittent presence of the Shurangama King Bodhisattva behind Venerable Master Hsuan Hua, many people have followed him. On the surface Dharma Master Tu Lun appeared to have transcendental and miraculous powers but, in the end, I learned that it was really the Shurangama King Bodhisattva who was secretly lending a helping hand.
As I have said, Venerable Master Hsuan Hua was just an ordinary mortal. Why then did the Shurangama King Bodhisattva follow him? It turned out that, although an unrefined person, he had studied the Shurangama Sutra well and committed the whole sutra to memory. The Shurangama Sutra, an important sutra of Mahayana Buddhism in China, was written in a smooth and graceful language. In the Shurangama Samadhi Sutra are these words, `If there is someone who is well versed in this sutra, all Samadhis will follow and attend to him.`
It was simply due to Venerable Master Hsuan Hua`s reverence for the Shurangama Sutra that the Shurangama King Bodhisattva had come to give him support.
I know Venerable Master Hsuan Hua had not truly attained the Great Buddha Crown First Shurangama King Samadhi or realized the Ultimate Nature of all things. His greatest karmic transgression was in speaking ill of others. He did not just criticize Tantric Buddhism, he also denounced Venerable Master Hsing Yun as a false monk. He not only condemned other Buddhist sects, he scolded his own students. His mind was permeated by the emotional afflictions of the world.
Several years ago, Sophia, a student of Venerable Master Hsuan Hua who lived in the Seattle area, told me that the Master was ill and asked me to give him a reading with my Divine Eyes Faculty. In my reading, I saw two streams of black vapors inside his body. One stream was moving upward, passing through the heart to reach the throat chakra. Another was moving downward, passing through the navel chakra to enter into the kidneys.
Later, after Venerable Master Hsuan Hua passed away, the medical report revealed that, although he had died of lymphatic cancer, his two kidneys had long lost their function, and he actually had been in renal failure for quite some time. The medical report confirmed my observations which were made through the Divine-sight.
With Venerable Master Hsuan Hua`s passing, the business between us should have come to an end. Yet, in reality, it did not end there. Why? Since he had made false accusations against me, the case had to be resolved and brought to a conclusion. Consequently it led to the incident of a `tribunal headed by judges from three realms.`
This `tribunal headed by three judges` was comprised of:
Representative from the realm of heavens - Shurangama King Bodhisattva
Representative from the realm of hells - the Revered Yama King
Representative from the realm of men - Living Buddha Lian-sheng Sheng-yen Lu
The people on trial - Ven. Master Hsuan Hua and four of his disciples
Witness - Lianhua Shu-ying
Lianhua Shu-ying watched the whole trial from beginning to end. I will not go into the proceedings of the trial here. However, I will describe the final conclusion:
Ahead and in mid-air I was guiding, radiating light. Venerable Master Hsuan Hua and his four disciples joined their palms together and chanted my mantra, the Heart Mantra of Living Buddha Lian-sheng, `Om Guru Lian-sheng Siddhi Hum.` Under my guidance, they were led to the Western Pure Land.
When alive, he condemned me.
After death, I became his guide.
Why is this so?
This is because all rest equally in the Ultimate Ground of Being.
Actually the guidance was given out of respect for the Shurangama King Bodhisattva. Shurangama King Bodhisattva was Venerable Master Hsuan Hua`s master. At the same time, I am a Tathagata who has attained the Wisdom of Equality, so I, of course, would not have kept such trifling calumnies in my heart!Pertama dari tulisan di atas, LSY jelas mengatakan kalau kekuatan supranaturalnya asli karena dia adalah Buddha sedangkan Master Hsuan Hua hanya orang biasa yang dibimbing Bodhisattva Surangama. Whatt??
Saya tidak pernah menemukan satupun tulisan kaya demikian di karya guru-guru agung penerus ajaran Buddha Sakyamuni. Ya terserah kalau anda percaya pada LSY, saya tidak bisa apa-apa, itu harga mati anda.
Saya heran tulisan di atas menurut saya bukan kritik yang membangun. LSY hanya mengkritik pribadi Hsuan Hua saja eh orangnya begini begitu, tetapi dia tidak membela atau membenarkan apa yang sedang dikritik Master Hsuan Hua. Lah ini kan aneh!
Di sana dikatakan Master Hsuan Hua mengkritik Vajrayana. Sebenarnya apa sih yang dikritik oleh Master Hsuan Hua?
Master Hsuan Hua loh hanya menasihati Karmapa supaya tidak terlalu banyak memberikan abhiseka supaya umurnya tidak semakin pendek. Tentu kalau sudah belajar Vajarayana, sangat erat kaitannya antara murid Guru dengan panjang umur Sang Guru sehingga umat2 Vajrayana sering merampungkan doa umur panjang bagi Gurunya. Tidak ada yang salah dengan nasehat ini. Master Hsuan Hua tidak mengatakan Karmapa sebagai bhiksu palsu, orang biasa bla bla bla.
Yang kedua baik Master Hsuan Hua maupun master Yin Shun mengkritik praktik seks Tantra yang sangat harafiah. Ini adalah hal yang wajar dan menurut saya bagus untuk dilakukan. Kenapa? Karena sebenarnya kritikan ini dapat membangun mentalisme orang-orang Buddhis supaya tidak sedikit-sedikit berpikir mesum tentang karmamudra. Mereka akan dengan mudah menganggap kalau seks dapat membawa pada pencerahan, anggapan seperti ini tentu ajaran iblis Mara, bukan karmamudra yang sesungguhnya. Makanya saya heran dari karmamudra kok bisa terjemahannya jadi "Tantric Sex" ini dari mana?
Bahkan seorang Rinpoche Kagyu terkemuka mengatakan gambar Buddha sedang yabyum itu sering disalahapahmi orang, sering orang bertanya pada Rinpoche lah Buddha melakukan hubungan suami istri???.... (semua peserta inisiasi waktu itu langsung tertawa terbahak-bahak karena Rinpoche berkata dengan nada melucu)......... weleh welehh...Rinpoche berkata orang srg keliru demikian, padahal gambar itu cuma simbolisasi penyatuan metode dan kebijaksanaan. Digambarkan dengan gambar demikian untuk menggambarkan penyatuan metode dan prajna yang sedemikian kuat.
"As for one who practices tantra, if he has no sexual desire, it is all right. If he has desire, then he is just the same as a common person.........There must be no thoughts of sexual desire. To do the tantric practices, one must neither be a piece of wood nor have desire. It is really not easy. Because it is so difficult, it is extremely dangerous. But most people like it, and use it to cover up their own "inner conflicts." (Master Hsuan Hua)
Yang ketiga Master Hsuan Hua mengkritik murid2 Karmapa yang terlalu menyajikan kemewahan pada Karmapa. Dan Karmapa sendiri juga menegur murid2nya atas tindakan itu.
Dan sisanya yang pernah saya baca, Master Hsuan Hua hanya mengkritik secara singkat perilaku bbrp bhiksu-bhiksu Tibet yang menyimpang, tanpa menyebutkan nama, tidak membuatnya jadi satu karya cerita yang sedemikian panjang dengan cerita supranatural, paling cuma satu paragraf.... Dan Dalai Lama juga pernah mengkritik bhiksu2 Tibetan yang tidak memperhatikan kaidah moral etika.
Master Hsuan Hua seringkali juga mengapresiasi persatuan lintas aliran. Beliau bahkan bersedia menemui Dalai Lama dan Karmapa. Beliau juga sering mengapresiasi ajaran Tantra. Jadi "condemned other Buddhist Sects" seperti klaim LSY, sepertinya berlebihan. Sampai sekarang murid2 Hsuan Hua juga bekerjasama dengan aliran lain, terutama dengan bhikkhu-bhikkhu hutan Ajahn Sumedho dll. Murid Master Hsuan Hua yang terkemuka seperti Ven. Heng Sure juga hadir mendengarkan cermaha Dalai Lama di San Fransisco dan beliau mengatakannya sebagai suatu berkah.
Saya sendiri menghormati umat Zhen Fo Zong dan Nichiren Shoshu sebagai umat Buddhis, tetapi sebagai Buddhis non-mainstream. Beda misalnya dengan Maitreya (Mile Dadao atau Yi Guan Dao) yang sudah berbeda agama dan inti ajaran. Inti ajaran ZFZ sama NST sebenarnya ya sama dengan Buddhisme, hanya penjabaran selanjutnya yang menurut saya, terlalu menyimpang dari ajaran asli Sang Buddha. Dan inilah yang menimbulkan masalah di mana-mana, penyimpangan ini.
Saya yang bukan apa-apa ini hanya memberikan nasehat biasa pada anda, jikalau anda mau tetap percaya pada ZFZ ya silahkan, semoga anda dibimbing terus oleh Dharma. Saya percaya bahwa meski di ZFZ, benih Buddha sudah tertanam di dalam diri anda lewat ajaran2 ZFZ. Jika ada member lain di DC yang terlalu mencari2 kesalahan guru anda, ya biarkan saja, seperti yang saya bilang, renungkan saja, karma apa yang membuatnya bisa sampai sekarang ini.
Dan bagi saya pribadi, saya kerapkali menemukan penjelasan aliran Thera, Maha, Vajra masuk akal, tetapi saya kerapkali menemukan pendapat umat TBSN dan LSY itu ada kejanggalan. Dan juga pengalaman pribadi, saya sering menemukan umat Buddhis suka mistik bekas didikan ZFZ. Saya juga beberapa kali menemukan umat ZFZ yang suka main klaim tulisan saya di DC dan tulisan saya di majalah Buddhis. Bahkan ada yang sudah ditegur, malah tidak tahu malu bersikukuh kalau itu tulisannya. Padahal kalau mau dicorsscheck tanggal posting di DC yang ketahuan. Ini masukan saja, karena gara2 banyaknya kejadian demikian, saya semakin tidak respek pada personal-personal ZFZ.