//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Show Posts

This section allows you to view all posts made by this member. Note that you can only see posts made in areas you currently have access to.


Messages - sukma

Pages: [1] 2 3 4 5 6 7 8 ... 19
1
hatRed
maksud saya Agama mempunyai alibi adalah, saat saya bertanya yg dibawah ini ni, trus salah satu alibinya, "itukan Free will nya manusia sendiri".]maksud saya Agama mempunyai alibi adalah, saat saya bertanya yg dibawah ini ni, trus salah satu alibinya, "itukan Free will nya manusia sendiri".
semua saya generalisasi, mo itu Buddha kek, mo itu Islam kek, mo itu Christian kek, pokonya semua kepercayaan yg mengajarkan kebaikan. itu yg saya tanya pertanggung jawabannya]
semua saya generalisasi, mo itu Buddha kek, mo itu Islam kek, mo itu Christian kek, pokonya semua kepercayaan yg mengajarkan kebaikan. itu yg saya tanya pertanggung jawabannya
 



lebih asyik kita pertajam ke kalangan baik dia itu Bhikku, Romo, atau Umat Buddha, Christian, di mana kelompok ini kita katakan hidup mereka sudah mengimplementasikan Ajaran dari Agama masing-masing.! Bila kita mau mengambil mengambil pandangan umum nya manusia tentang moral, arrkhh...zaman Sang Buddha Gatutama sudah ada jenis-jenis manusia ini.

hatRed ; tentu saja bisa, sebelum Tuhan betelor, sduah ada hukum, ingat peradaban yunani kuno.
dan bagaimana hukum2 yg kompleks sekarang masih ada, itu adalah akibat dari peradaban saja. bukan dari Tuhan.]tentu saja bisa, sebelum Tuhan betelor, sduah ada hukum, ingat peradaban yunani kuno.
dan bagaimana hukum2 yg kompleks sekarang masih ada, itu adalah akibat dari peradaban saja. bukan dari Tuhan.


Saya kurang mahir menurunkan kalimat agar anda bisa memahaminya, saya point out ; contoh ; sejak belasan abad lalu, di mana komunikasi sangat sangat tidak bisa diandalkan, pada masa-masa itu ; tanpa ada nya kesepakatan bersama untuk membangun hukum, tapi, pada prinsipnya manusia baik di Yunani mau pun di India di hati nurani masing-masing telah hadir suatu sikap penolakan bila sesuatu itu mengancam komunitas mereka, dan mereka akan bertahan bagi yang kuat, dan bagi yang lemah dan tertindas, hanya bisa mengungkapkan nurani mereka bahwa perbuatan pembunuhan itu "Kejam Sifat" nya, sikap ini yang saya maksud telah ada dan hadir pada si manusia baik dia di India atau pu Junani.

hatRed  ; maka itu penyakit dari orang2 yg percaya Tuhan tuh begitu, apa2 aja dibilang "Kuasa Tuhan", "Tuhanlah yg membuatnya", "Tuhan lah yg membantu saya", "Semua atas bantuan Tuhan".

trus kalo berbuat jahat aja, ngeless nya ke "Kehendak bebas",  "Salah manusianya sendiri", "Itu pilihan anda sendiri"]maka itu penyakit dari orang2 yg percaya Tuhan tuh begitu, apa2 aja dibilang "Kuasa Tuhan", "Tuhanlah yg membuatnya", "Tuhan lah yg membantu saya", "Semua atas bantuan Tuhan".

trus kalo berbuat jahat aja, ngeless nya ke "Kehendak bebas",  "Salah manusianya sendiri", "Itu pilihan anda sendiri

Izinkan saya bertanya, buat saya pengikut Dhamma Buddha, bila temu kondisi seperti yang anda maksud di atas, apa seh keluhan/ngeless nya pada umumnya .? apa sudah ada trend nya dan di sepakati keluhan itu sama sampai di kampung kelahiran Sang Buddha Gautama.?



2
hatRed, belum perlu lari ke Alkitab hanya untuk berbicara tentang Tuhan  _/\_

Saya mau counter posting anda yang dibawah ini ;

hatred ;
kalau disanggah dengan Free will memang benar, agama mempunyai alibi,


No way, agama mana seh yang bisa melumpuhkan Free Will saya sebagai manusia.? Non sense.! Jadi jawaban “agama punya Alibi” salah.!  :'(


hatred ;
tapi yg saya pertanyakan, fungsi agama itu sendiri (disini K,I, dan Buddha pun termasuk) telah berdiri cukup lama.

tetapi apa yg dihasilkan? tidak jauh berbeda dengan sebelum ada agama.


Pertanyaan diatas sama juga saya balikan apa seh yang di hasilkan dari Dhamma Buddha tentang 8 Jlan Arya.? Toch tidak jauh berbeda dengan sebelum Sang Buddha Gautama membabarkan Dhamma Buddha . Apa yang di hasilkan.? Seharusnya hatred harus mengungkapkan bahwa Ajaran Buddha bukan Agama.

hatRed
 dan mengenai hukum tersebut, kalau kita berandai2, bila Tuhan tidak pernah disebut2. memangnya manusia tidak dapat membuat hukum sendiri?


Kesepakatan nurani manusia se bumi apa bisa di buat hukumnya oleh manusia dari puluhan abad lalu di mana belum ada Short Massage Service selular hand phone.?

3
entahlah, anda yg tidak bisa melihat jawaban saya

atau

saya yang tidak bisa melihat pertanyaan anda

mungkin bisa dijelaskan pertannyaannya

yg ini

"Tunjukan kepada saya, bahwa Tuhan Telah Membangun satu Agama di lihat dari pondasi Christian"

Baik,menurut Iman Christian ; Tuhan tidak membangun Agama. baik itu Agama Christian.! Kumpulan manusia di luar pengikut Yesus menamakan kelompok pengikut Yesus adalah kelompok Christian, sekali lagi manusia yang menamakan sendiri.

4
Quote
aga·ma n ajaran, sistem yg mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kpd Tuhan Yang Mahakuasa serta tata kaidah yg berhubungan dng pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya: -- Islam; -- kr****n; -- Buddha;
-- samawi agama yg bersumberkan wahyu Tuhan, spt agama Islam dan kr****n;
ber·a·ga·ma v 1 menganut (memeluk) agama: saya ~ Islam dan dia ~ kr****n; 2 beribadat; taat kpd agama; baik hidupnya (menurut agama): ia datang dr keluarga yg ~; 3 cak sangat memuja-muja; gemar sekali pd; mementingkan: mereka ~ pd harta benda;
ke·ber·a·ga·ma·an n perihal beragama;
meng·a·ga·ma·kan v menjadikan sbg penganut atau pemeluk suatu agama;
ke·a·ga·ma·an n yg berhubungan dng agama

quote diatas dari KBBI mengenai Agama.

dan dimana Christian telah membangun agama, sama saja bertanya dimana Christian membangun iman.

hatRed, yang ini anda belum jawab ; "Tunjukan kepada saya, bahwa Tuhan Telah Membangun satu Agama di lihat dari pondasi Christian"

5
kalau disanggah dengan Free will memang benar, agama mempunyai alibi,

tapi yg saya pertanyakan, fungsi agama itu sendiri (disini K,I, dan Buddha pun termasuk) telah berdiri cukup lama.

tetapi apa yg dihasilkan? tidak jauh berbeda dengan sebelum ada agama.

dan mengenai hukum tersebut, kalau kita berandai2, bila Tuhan tidak pernah disebut2. memangnya manusia tidak dapat membuat hukum sendiri?

:P yup i absen beberapa hari, tapi sempet liat2 yg ketinggalan dan keknya kebanyakan cuma bahan2 tuk diskusi ini aja. seperti bahan referensi doank tentang cara "mengikuti" diskusi ini.

tapi permasalahan intinya gak kentara jelas di jabarkan disini.

Tolong di jawab dulu
; "Tunjukan kepada saya, bahwa Tuhan Telah Membangun satu Agama di lihat dari pondasi Christian"

6
bisa bisa nanti orang membunuh+dipenjara=two wrong :)) =))

itu lah dunia manusia, karena manusia sangat lamban mengakui kejahatan yang di perbuatnya, namun, sangat dan terlalu cepat menunjuk kesalahan yang diterimanya dari orang lain, bahkan kebaikan juga di anggap yang jahat....  :o

7
[at] Sukma

jadi menurut anda ada suatu hukum yg mempunyai kebenaran universal.

dan tentunya hukum tersebut tidak dapat diciptakan oleh peradaban. melainkan hanyalah oleh tuhan.

begitu?

kalao mo melihat pendapat saya,

 "Agama telah gagal, anda menyadari gak, dari sejak jaman batu ampe sekarang tetep aja ada yg namanya penjahat."

dan bagaimana pendapat anda dengan pendapat i yg satu ini :D
 
   "Dunia sebenarnya lebih baik bila sebelumnya tidak pernah ada istilah Tuhan"

hatRed, yang pertama, anda "sepertinya" telah absen 2 hari untuk mengikuti topic ini, atau mungkin anda juga sempat membaca tentang manusia dengan "Free Will" nya di posting yang lalu, Free Will ini bisa menjawab pertanyaan Anda tentang Penjahat, maupun yang ditemukan Sang Buddha tentang Penderitaan 

Lantas, hal AGAMA.! Tunjukan kepada saya bahwa Tuhan Telah Membangun Agama di lihat dari pondasi Christian. ^:)^

8
Mungkin saya salah..............

Saya melihat ujung2nya adalah,
Hati nurani sebagai pengejawantahan/emanasi/pancaran - Yang lain/ Tuhan / Allah/ Realitas Mutlak-  sebagai "Kasih".

Yup.! Anda tidak salah, dan lazimnya di Buddhis di sebut juga "Yang Mutlak", bagi yang kebetulan suka Filsafat tentunya tidak sulit melihat apa yang terungkapkan di Filsafat Krisna dan bagaimana pergumulan dia dalam menempatkan kembali Filsafat Klasik India di dunia Modern ini. Lihat, mayoritas bangsa India yang beragama Hindu di mana sangat aneka warna agama Hindu ini dalam perkenalan dengan nama Tuhan ini, oleh si cendikiawan Krisna melalui pencerahan Filsafat nya telah menempatkan porsi Tuhan di lihat dari sisi manusianya. Wonderful.!

9
Reenzia ;
contohnya saja saat ini, ada yg berpendapat euthanasia yg dilakukan ketika
ibu yg akan melahirkan nyawanya terancam oleh bayi yg dikandungnya sendiri
ada bbrp pendapat bahwa menyelamatkan sang ibu lebih penting
karena sang ibu telah mempunyai banyak hubungan sosial dengan org lain
sehingga dengan meninggalnya ibu dapat berpengaruh besar pada org2 yg telah mengenalnya

ada pula yg berpendapat bahwa menyelamatkan si anak lebih penting
karena permintaan dari sang ibu atau sang ayah, ada juga yg berpendapat
bahwa si anak tak pantas mati karena tak berdosa, ia berhak untuk hidup
dan si anak harusnya diberikan hak untuk menjalani hidupnya

semua itu hanyalah pendapat dan argumentasi semata
argumentasi berdasarkan tingkat intelegensi dan sudut pandang masing-masing org

sedangkan dalam buddhist, cara pandang dan argumentasi tersebut memang semua bisa benar

tapi benar didalamnya adalah benar secara konvensional, bukanlah kebenaran mutlak
  ^:)^
buat mengenali mana yg jahat atau tidak itu juga dilihat dari sudut subjektif masing-masing pribadi

negara a dan negara b berperang karena ada alasan masing-masing
bagi negara masing-masing mrk mempunyai nilai kebenaran yg belum tentu sama
masing-masing melihat dari sudut subjektif masing-masing

saia pun yakin mrk juga yakin atas kebenaran mereka sendiri
keyakinan dan kebenaran mereka sendiri yang ternyata adalah bertentangan
dan akhirnya berakibat perang diantara mereka


Reenzia, perhatikan kalimat yang saya bold warna biru dan merah, di posting saya yang lalu sudah saya toleransi hal tentang berbedanya budaya, tapi posting saya lebih mau menampilkan Kebenaran Universal yang hadir di sanubarinya manusia,

saya senang membaca tulisan teman saya dan  meminjam nya untuk contoh di bawah ini ;

Boyke ditangkap polisi karena pelecehan seksual terhadap seorang wanita. Boyke kemudian membela diri dengan mengatakan, kira-kira, "salah sendiri kenapa si wanita itu berpakaian minim dan provokatif." Tampaknya si wanita memang berpakaian seronok dan ini mendorong Boyke untuk melakukan pelecehan seksual.

Fast forward ke final Piala Dunia 2006 Germany, French Vs Italia. Marco Materazzi memprovokasi Zinedine Zidane. Materazzi mengata-ngatai Zidane sebagai teroris dan saudara perempuan Zidane adalah pelacur. Zidane kemudian menanduk Materazzi. Kartu merah dihadiahkan kepada Zidane. Beberapa hari setelah final, yang dimenangkan Italia lewat penalti, Materazzi dihukum oleh FIFA (lupa sanksinya).

Fast forward lagi ke peristiwa di Indonesia. Para korban lumpur Lapindo sangat frustrasi karena tidak ada kejelasan nasib mereka dan tidak ada kepedulian lebih. Mereka kemudian memblokade jalan-jalan utama sehingga memacetkan jalan. Upaya ini sedikit membuahkan hasil karena kemudian pihak yang terlibat dalam bencana ini mencjadi lebih serius dan terfokus.



"Two wrongs don't make a right." Satu kesalahan tidak bisa ditambah kesalahan lainnya untuk kemudian menjadikan satu kebenaran. Sebuah frase yang cukup terkenal di dunia Barat yang mewarisi sedikit banyak nilai-nilai Kebenaran 

Semangat dari prinsip ini mengajarkan bahwa meskipun kita dijahati, kita tidak bisa membalas dengan kejahatan. Karena dengan melakukan kejahatan sebagai balasan atas tindakan kejahatan yang dilakukan pada kita, maka itu sama saja membenarkan adanya kejahatan. Jadi kalau kita sudah membalas yang jahat dengan yang jahat, what makes us any different dengan orang yang telah menjahati kita? Sekalipun pembalasan kita yang jahat tersebut sama nilainya atau lebih kecil nilainya dari kejahatan yang dilakukan terhadap kita namun tetap saja kita telah memberi pembenaran terhadap yang jahat, yang relatif hanyalah "nilai"-nya.

Pada akhirnya kita tidak berusaha untuk menjauhi yang jahat sama sekali, tapi melakukan kompromi dengan prinsip "minus malum" ("jahat minimal") yang super sesat itu.


Jadi, si wanita mungkin berpakaian tidak sopan, Materazzi tentunya kurang ajar dan melanggar sportivitas karena lancang menghina orang yang dicintai Zidane, Lapindo bisa jadi punya kehendak buruk dan ingin lempar tanggung jawab, NAMUN SEMUA ITU TIDAK MEMBENARKAN PERBUATAN JAHAT APAPUN SEBAGAI BALASAN ATASNYA.

Sekalipun si wanita telanjang itu tidak membenarkan si Imam untuk melakukan pelecehan seksual. Sekalipun Materazzi menghina ayah, ibu dan semua leluhur Zidane, hal itu tidak membuat tindakan penandukannya dibenarkan. Sekalipun korban Lapindo tidak pernah dibayar sama sekali itu tidak bisa dijadikan pembenaran untuk menyusahkan orang banyak dengan memblokade sarana publik.

Baik si wanita, imam, Materazzi, Zidane, Lapindo, korban Lumpur semuanya telah bersalah karena melakukan kesalahan.


one wrong + one wrong =//= one right

one wrong + one wrong = two wrongs



10
[at] sis sukma

nah..kebenaran yg anda sebutkan diatas, seperti moral, norma, kebudayaan, tradisi, trend, adat istiadat, dan itu semua kan adalah kebenaran konvensional yang terbentuk dari hubungan sosial manusia, bukannya kebenaran hakiki

kebenaran konvensional tsb tidak mutlak
tiap jaman, daerah, kebiasaan, lingkungan, budaya membentuk kebenaran konvensional
yang berbeda sesuai dengan tingkat intelegensi, dan kebiasaan dilingkup masyarakat itu sendiri

special thankz untuk xuvie atas refrensi vocab saia :))

Contoh ;

Ketika orang mengunjungi kamp pembantaian di Auswitch, orang-orang tidak tersenyum dan berkata ; "Para Algojo Auswitch itu mempunyai nilai-nilai yang berbeda dengan ku. Dunia ini memang sangat kejam!". Tidak.! mereka berkata "Itu jahat sekali". Seseorang tak perlu mengadakan telaah untung-rugi untuk mengecam pembunuhan dan tindakan sadis yang bersifat massal itu. Darah para korban sepertinya berseru-seru meminta keadilan dari tempat-tempat itu.

Orang biasanya akan segera mengenali mana yang JAHAT, walaupun mereka lamban mengakui Kebaikan. Orang bisa saja melihat suatu tindakan yang tampaknya bersifat kepahlawanan dan membayangkan adanya motif yang mementingkan diri sendiri atau sebaliknya -hasrat untuk menjadi terkenal, keinginan untuk mendapat pujian, tetapi sedikit sekali orang yang lamban mengecam sesuatu yang Jahat, tapi sangat cepat Claim Tuhan itu tidak ada, mana keadilan, etc   ^:)^

11
Nah, sekarang ini banyak orang menyatakan bahwa ada perilaku-perilaku tertentu yang sudah biasa terjadi dimana- mana dan terutama dikalangan masyarakat Barat. Misalnya banyak orang mendustai pasangan hidupnya, memalsukan angka laporan pajak, dan bahkan merencanakan pemusnahan bayi mereka yang masih dalam kandungan.

Apakah mereka ini sungguh tahu bahwa mereka melakukan hal yang SALAH.? Jawabannya aku yakin ; YA.!

Mereka tahu pada kadar tertentu, melakukan hal-hal yang SALAH. Aku kenal beberapa orang yang berbohong, bahkan biasa berbohong ; namun, pembohong yang paling hebat sekalipun tidak mau dibohongi oleh orang lain. Banyak orang berselingkuh ; tetapi orang yang paling sering selingkuh pun tidak mau di balas dengan di khianati. Para penipu pajak tidak ingi di dustai orang lain. Dan tidak seorang pelaku aborsi pun yang menginginkan peralatan yang di gunakan untuk aborsi itu memotong anggota badan atau bagian tubuhnya yang Vital. Maka mereka yang bertindak melawan kaidah moral yang paling dasar pun tetap berpegang pada kaidah-kaidah itu terhadap hal-hal yang melawan dirinya, dan berdasarkan rasa keadilan yang paling dalam. Mereka mungkin bertindak tidak adil, tetapi mereka itu tetap mengharapkan orang lain berlaku adil pada mereka.

Bukanlah suatu kebetulan bahwa pembunuhan, pencurian, dusta, dan perzinahan ada diantara dosa-dosa yang terlarang di dalam Sepuluh Perintah Allah, yaitu Hukum Dasar yang diberikan Allah kepada Musa di Gunung Sinai. Namun tidak ada warna yang khas dalam Hukum-Hukum ini, bukan warna yang khas "Yahudi" dan juga bukan khas "Christiani". Hukum-Hukum itu berlaku Umum, Universal.

Ada orang yang meragukan adanya kemungkinan Norma-Norma yang berlaku Universal. Namun, pernyataan-pernyataan dasar mereka, seperti alasan yang melawan logika bersifat kontradiktif (melawan diri sendiri) 

Yang saya mau bahas pada kalimat yang di bold biru ini, dari mana bisa terjadi kesepakatan tanpa diatur di seluruh bumi dalam hati nurani si manusia.? apakah karena hukum sebab-akibat.? atau adakah kekuatan "Yang Lain"? 

12
[at] sis sukma

hemmm...maap untuk bbrp artikel terakhir ini saia kurang bs menangkap apa isinya....
soalnya panjang buanggeet...jd binun mo comment apaan...
yg dikasi artikel terus sih....ini artikelnya sis sukma yg tulis sndr ato cuma copas saja?
kalo copas, kenapa tak sekali-sekali anda mengutarakan pendapat sendiri saja?

yg pasti dari sudut rasional, saia tak menangkap apa yg bisa dijadikan alasan kuat
bahwa si Tuhan memang nyata adanya....

Baik, kita bicara yang Rasional aja yah ;

Setiap kebudayaan pada umumnya setuju bahwa yang BAIK harus dilakukan dan yang JAHAT harus dihindari. Mari kita bicara Norma Moral tertentu yang berlaku jauh sebelum Sang Buddha Gautama lahir.

Setiap orang di bumi ini, dan setiap kebudayaan dalam Sejarah, "Memuji Keberanian dan Mengecam Kepengecutan". Tidak ada ceritera-ceritera epik lama yang menghormati orang yang lari meninggalkan teman-temannya dalam pertempuran. Sikap uiversilitas seperti ini meluas pada berbagai norma dalam bidang-bidang lain kehidupan juga. Suatu contoh ; walaupun suku-suku berbeda dalam hal-hal khusus mengenai moralitas seksual, tidak ada suatu masyarakat yang tidak menerapkan aturan tertentu mengenai seksualitas manusia. Rasa Pengertian Moral ini sebutlah ; "hati nurani" memerlukan Standard di mana orang menimbang permasalahan keadilan.

Moral bukanlah semata-mata suatu masalah preferensi pribadi. Sedikit sekali orang yang dapat menerima pembunuhan berantai atau perkosaan sebagai suatu gaya hidup alternatif. Namun, setiap kecaman atas tindakan-tindakan ini memerlukan pengertian tentang suatu Standard Universal yang sudah pasti. Setiap pengakuan atas hak-hak asasi dan kewajiban manusia lintas budaya se-bumi mengandaikan pengakuan atas hak dan kewajiban dasar yang dinyatakan oleh Penguasa Tertinggi. Dan Penguasa itu di sebut orang "Tuhan".

Reenzia, bagaimana orang sedunia bisa sepakat dengan nilai moral diatas.?

13
Reenzia, siap ini posting ini ya saya masuk kedalam pertanyaan Ree.

Upasaka Posting ; Masih saja mendeskripsikan Tuhan sebagai personal...?? 

Boleh beri masukan ya.., banyak orang salah persepsi dengan Tuhan sebagai Personal atau Pribadi. Suatu cara di mana "Yang Lain" menampakkan Diri-NYA...tapi apa itu Diri, Personal atau Pribadi untuk Tuhan.? Jawaban atas pertanyaan ini cukup sulit di jelaskan lewat jalan pintas. Namun, pertama-tama mesti di pahami, Wajah,Personal atau Pribadi yang di maksudkan di sini bukan dalam pengertian "Fisis-Biologis", Personal/Pribadi atau Wajah di sini tidak di mengerti sebagai badan jasmani manusia.

Pada prinsipnya, Metafisika melampaui atau mendahului Ontologi. Makna Personal/Pribadi atau Wajah yang Metafisik mesti dilihat seturut pengertian Metafisika itu sendiri. Point "Metafisika" mengandung pengertian --ta meta ta physika--, yang berarti melampaui yang Fisis, yang berada di seberang hal-hal yang Fisis. Wajah / Personal yang Metafisik serempak menampakkan aspek transendensi di dalam dirinya, yaitu aspek yang mengandung Infinitas. Wajah dan Infinitas dibicarakan dalam satu kesatuan karena keduanya saling mengandaikan, Wajah/Personal menafifestasikan suatu Infinitas. Manifestasi seperti ini di namakan Epifani, dalam Epifani Wajah/Personal mewahyukan sesuatu yang hidup. Ada Kehadiran Yang Hidup.....

14
Upasaka Posting ; Artikel Anda menarik... Namun tetap saja belum mampu menyanggah Konsep Buddhisme mengenai anatta, bahkan tidak pula sampai mengguncangkannya dari sisi penalaran...

Sama sekali saya tidak ada kemampuan untuk "mengguncangkannya", lantas terpaksa saya memakai kata ;

U = ntung

S = aya

A = pa.

 ;D

Maksud saya, konseptional artikel Anda itu belum mampu memberikan satu cara pandang baru yang berbeda dari selama ini mengenai konsep anatta di Buddhisme...  :)

Oh..,malah saya tidak berpikiran masuk ke koridor Anatta di Buddhisme...saya hanya mau berdiri diatas Kebenaran Universal dengan Ajaran Buddhisme, maka judulnya pun "Yang Lain",serta dari awal sengaja saya masukan ilmu Filsafat baik Barat mau pun akhirnya saya pilih Filsafat dari India demi go back to the basic nya kebudayaan Hindu nya Sang Buddha Gautama   :) , paling tidak bila berbicara nama Tuhan, saya tidak sendirian lagi khususnya di thread ini.

15
Upasaka Posting ; Artikel Anda menarik... Namun tetap saja belum mampu menyanggah Konsep Buddhisme mengenai anatta, bahkan tidak pula sampai mengguncangkannya dari sisi penalaran...

Sama sekali saya tidak ada kemampuan untuk "mengguncangkannya", lantas terpaksa saya memakai kata ;

U = ntung

S = aya

A = pa.

 ;D

Pages: [1] 2 3 4 5 6 7 8 ... 19