klo anda bersikap demikian, sama hal nya jg kita mengerti "maksud" cerita dr seorang wanita menjadi pelacur, terlepas dr kata benar ato salah, percaya ato tidak...
sedang kan yg dibahas di sini, apakah benar cerita dia menjadi seorang pelacur, jika tidak benar/dibuat-buat/mengada-ada, maka tentu nya itu adalah ucapan bohong/omong kosong/membodohi sidang pembaca dengan memainkan perasaan pembaca...
tidak dalam lingkup seluas itu, saya membatasi opini saya pada cerita diatas saja.
mungkin kita menilai sesuai pemahaman kita sendiri, tapi apakah memberi label benar / tidak benar membuat perbedaan? maksud saya membuat kita lebih baik? menurut saya tidak. saya membaca sebuah cerita dengan mengenyampingkan prasangka dan atau sikap menyelidiki kebenaran, dengan begini saya baru bisa mengerti seutuhnya maksud penyampaian cerita.
membaca/mendengar cerita sebagai sebuah cerita
pemahaman dan logika berpikir atas kebenaran cerita
menurut saya adalah dua hal yang berbeda, tapi bukan berarti tidak berkaitan sama sekali.
saya yakin datok (yang sering dikait2kan sama mas brewok
) telah banyak membaca cerita atau katakanlah kesaksian seperti ini. bisa kasih tau saya ada berapa banyak cerita seperti ini yang telah datok baca? susah bukan, karena terlalu banyak.
nah saat membaca/mendengar cerita ini dan cerita lainnya yang sejenis, jika kita memulainya dengan perasaan anti pati, was-was, cemooh, dll tentu menimbulkan persepsi tidak suka. kita akan cenderung meremehkan atau merendahkannya dan sebaliknya menjadi senang dan bangga bahwa ajaran yang kita pelajari/anut lebih baik dari orang yang bercerita tersebut. dan menganggap orang tersebut mencari sensasi dengan membual akan cerita yang fantastis. nah kalau sudah begitu saya mau tanya "cerita apa" yang anda baca/dengar pada cerita dimaksud? jadinya bukan baca cerita lagi kan? tapi lebih tepatnya memberi kepuasan semu pada bathin.
just my opinion, no offense.