Setidaknya jari pun harus diarahkan setepat mungkin ke arah bulan. Bukankah demikian?
Bukankah itu yang telah saya katakan sejak kemaren?
Hanya untuk penegasan saja.
Baru kemungkinan iya kan Sdr. Suchamda? Dan dasar apa yang anda gunakan untuk menyatakan bahwa bila kita bisa menghilangkan kebingungan orang tsb dengan kata2 berarti kemungkinan besar kita memberi suatu jawaban yg keliru ?
Baru kemungkinan?......
Baiklah saya bertanya balik kepada anda: apakah anda (atau ada orang yg) pasti bisa menjelaskan tentang kondisi setelah parinibbana?
Setelah anda menjawab ini nanti akan saya kemukakan dasar2 mengapa saya mengatakan demikian.
Sdr. Suchamda kemarin anda mengatakan:
“Tapi bila kita bisa menghilangkan kebingungan orang tsb dengan kata2 berarti kemungkinan besar kita memberi suatu jawaban yg keliru.”Jadi, saya berpikir akan adanya kemungkinan kecil. Dengan kata lain, mungkin saja ketika kita menjelaskannya, orang tersebut menjadi tidak bingung lagi karena penjelasan kita memicu kebijaksanaannya untuk muncul. Terpicunya kebijaksanaan di sini bukan berarti langsung tercerahkan sempurna.
Saya pikir, sepanjang tidak diminta berdasarkan pada pengalaman pribadi umat awam, kita bisa menjelaskan tentang “kondisi” setelah parinibbana, kita tinggal baca saja di buku, perkataan-perkataan yang disabdakan oleh Sang Bhagava yang berhubungan dengan hal itu. Saya berpendapat bahwa perkataan Sang Bhagava seperti jari yang berusaha setepat mungkin menunjuk bulan. Dan tentu saja jari bukanlah bulan.
[/quote]
Jadi, saya berpikir akan adanya kemungkinan kecil. Dengan kata lain, mungkin saja ketika kita menjelaskannya, orang tersebut menjadi tidak bingung lagi karena penjelasan kita memicu kebijaksanaannya untuk muncul. Terpicunya kebijaksanaan di sini bukan berarti langsung tercerahkan sempurna.
Me :
Kalo memang memicu kebijaksanaannya itu baik... tapi kalo ternyata nambah bikin bingung atau persepsinya salah gimana??
Contoh :
Sekarang buddha sidharta dimana ya setelah parinibana??
trus dijawabnya ;
Ow buddha ada di nibana
dari jawaban itu saja belum tentu menangkap nibana dengan baik.. sebab "di" bisa menujukan tempat padahal nibana bukan juga berarti tempat
dari jawaban tersebut pula bisa saja sang pendengar akan menangkap bahwa sosok buddha dengan wajah dan tubuh sidharta yg sering dilihat di patung-patung (hasil visualisasi pikiran) ada di sebuah tempat yg bernama nibana.. padahal belum tentu juga buddha sidharta masih berbentuk "sidharta"
sow.. jadi gimana??