mungkin benar atau salah saya juga tidak tau,
mungkin maksud suhu saya parinirwana ini bermakna kiasan.
bukan makna sesungguhnya/harafiah dari parinirwana itu sendiri.
kita lihat dari kacamata para bhiksu/bhikkhu,
surat itu merupakan bentuk penghormatan beliau kepada Sukong.
karena beliau adalah salah satu murid dari Sukong (anggota Sangha Agung Indonesia)
Sepuluh tahun yang lalu ketika semua anggota Sangha Agung Indonesia mengadakan upacara doa demi kesembuhan Sukong di Jakarta, waktu itu kami diingatkan bahwa saat ini kita semua adalah memakan makanan sisa dari beliau.
ada istilah dari tradisi mahayana tibetan bahwa kebaikan guru terhadap murid bagai memakan makanan sisa dari guru.
karena itu murid harus berjuang keras dalam praktek dharma dan mencapai Kebuddhaan sekaligus ingat akan jasa-jasa dari guru.
Tentu beliau berharap kelak Sukong akan mencapai Kebuddhaannya.
Nah soal parinirwana sendiri siapa yang bisa konfirmasi?
Jujur saya sebagai umat awam kurang tau, cuma izin copas dari milis ternyata sukong meninggalkan beberapa sarira kepada umatnya
Dalam tradisi Buddhis, salah satu bentuk penghormatan kepada para guru-guru suci adalah penghormatan kepada relik Mereka.
Relik atau sering disebut Sarira adalah sisa jasad/ tubuh fisik guru suci yang tidak habis terbakar.
Tidak semua guru suci meninggalkan relik/sarira. Oleh karenanya, penghormatan pada relik guru suci menjadi sesuatu yang istimewa.
Mendiang Mahabiksu Ashin Jinarakkhita, pelopor kebangkitan kembali agama Buddha Indonesia, yang mangkat pada tanggal 18 April 2002, meninggalkan ribuan relik dengan bentuk dan warna yang beraneka ragam. Namun ternyata masih
banyak umat Buddha yang belum sempat menyaksikan dan melakukan penghormatan kepada relik Beliau.
Dari copas milis tersebut apakah Sukong merupakan guru suci/arahat/boddhisatwa?
saya tidak mempunyai kapasitas dan kualitas untuk itu. Biasanya seorang guru suci demi kebaikan semua makhluk biasanya meninggalkan
beberapa sarira untuk umat. Misal Sang Buddha meninggalkan sarira berupa rambut, gigi, dll. Beberapa guru besar dan arahat pun demikian.
Kualitas seorang guru bukan hanya dilihat dari itu saja tapi bagaimana seorang guru telah membimbing, mendidik muridnya ke arah yang lebih baik,
baik dari segi kualitas dan kuantitas.
Tidak bisa dipungkiri bahwa Sukong merupakan salah satu pelopor kebangkitan agama Buddha di Indonesia.
Benar bahwa sebelum ada Sukong, telah hadir Bhikkhu Narada Thera dari Srilanka yang membangkitkan kembali agama Buddha.
izin copas milis tetangga :
Setelah The Boan An ditahbiskan menjadi Bhikkhu Theravada pada tahun 1954 di Birma (Myanmar) oleh Y.M. Mahasi Sayadaw dengan nama Bhikkhu Ashin Jinarakkhita, ketua GSKI beralih kepada DRS. Khoe Soe Kiam (Drs. Sasana Surya). Pada tahun 1962, GSKI berganti nama menjadi Gabungan Tridharma Indonesia (GTI). Bhikkhu Ashin Jinarakkhita merupakan putera pertama Indonesia yang menjadi bhikkhu sejak keruntuhan Kerajaan Majapahit.
http://bhagavant.com/home.php?link=sejarah&tipe=sejarah_buddhisme_Indonesia_4Dari milis tersebut, Sukong merupakan putera pertama Indonesia yang menjadi bhikkhu sejak keruntuhan Kerajaan Majapahit.
Itu artinya bahwa dari Sukong lah terbentuk Sangha pertama di Indonesia.
Dengan adanya Sangha, berati agama Buddha Indonesia telah bangkit total dari "tidur" selama 500 tahun.
Kesinambungan Buddha Dharma & Sangha Indonesia terus berjalan hingga kini.
"Menghormati mereka yang patut dihormati."
Itulah Berkah Utama.