Bukan-kah Mahayana yang ikrar-nya akan membawa semua makhluk mencapai ke-buddha-an ?
Rekan Dilbert yang berbahagia, secara harfiah Mahayana berarti Kendaraan Besar (
Great Vehicle).
Dalam hal ini, ikrar Mahayana di atas dapat berarti; saya mencapai Kebuddhaan, dia/mereka juga mencapai Kebuddhaan. Sampai disini setuju?
Nah, dalam konsep lebih dalam (Mahayana), setiap makhluk yang sudah mencapai Kebuddhaan, memiliki
Buddha Field sendiri (area aktivitas Buddha, atau disebut juga Tanah Buddha - Buddha Ksetra).
Dalam Buddha Ksetra tersebut, tugas/misi Buddha yang bersangkutan adalah membuat makhluk-makhluknya mencapai kebahagiaan (termasuk salah satunya mencapai kondisi Buddha itu sendiri; baik Arahat maupun Samma-Sambuddha).
Karena semesta ini paralel (setiap Buddha punya lingkup pengaruh tersendiri, atau umat awam sering berucap bahwa dalam satu semesta makro tidak bisa ada dua Buddha), maka sebenarnya setiap Buddha punya rekam jejak tersendiri, yang mana itu merupakan hasil perjalanan-Nya selama masih menjadi makhluk terkondisi.
Maksudnya (dalam pengertian lebih mudah): Anda dan segala perbuatan Anda selama kalpaan masa, melintasi waktu dan ruang yang sifatnya relatif (bukan linear) tapi terkait (Paticcasamuppada), kelak semua perjalanan Anda itulah (baik maupun buruk) yang akan Anda warisi sebagai bentuk semesta tempat Anda beraktivitas Kebuddhaan (Buddha Ksetra).
Nah (ini potensial jadi perdebatan), sesungguhnya makhluk dalam semesta Anda itu nantinya sunya (tidak memiliki sifat hakiki), mereka merupakan hasil (kreasi/ciptaan) Anda sendiri selama kalpaan masa Anda berpetualang di dunia kehidupan (31 alam, 33, atau 6 tergantung literatur).
Ini secara implisit juga menjawab kenapa ada makhluk yang "digaji" di neraka untuk menyiksa para terpidana (makhluk yang dihukum). Ini juga menjelaskan banyak fenomena kenapa ada wujud Bodhisattva yang berbeda (misalnya Avalokitesvara sebagai pria dan wanita), ada yang bisa melihat roh Ayahnya, Leluhur, setan yang mengganggu, sedangkan yang lain tidak. Setiap interkorelasi antar-makhluk itu bersifat independen, dalam artian yang Anda alami sesuai karma Anda, walau kita bersaudara belum tentu saya menyaksikan yang Anda saksikan (misalnya dihantui arwah nenek moyang meminta diselamatkan, menjelaskan kondisinya di alam penderitaan, dsb).
Dan sesungguhnya, ini yang akan jadi perdebatan... sosok yang Anda tolong dan ajari dharma sekarang bisa saja sudah Buddha.
Jujur saja, hal itu jarang diungkap kepada publik (umat awam). Tapi berhubung kita di konteks Mahayana saya buka sedikit (bila ada perdebatan tidak konstruktif, tidak saya lanjutkan).
Ini juga menjelaskan, bagaimana seorang Samma-Sambuddha bisa mengetahui jauh ke depan (misalnya sosok Devadatta yang sesungguhnya 'telah' menjadi Pacekka Buddha di area Ksetra lain, diungkapkan secara terkondisi sebagai "akan menjadi Buddha suatu saat" oleh Sakyamuni Buddha sewaktu menjalani kondisi sebagai Sidharta Gautama).
Makanya, sudah saya katakan sejak awal... semua itu sunya. Saya saja tidak nyata, bagaimana Anda dan yang lain bisa nyata...
Bila bingung, ini indikasi cukup jauh dari memahami, tidak akan diteruskan lagi. Bila ada respon konstruktif, boleh kita lanjutkan. Salam.